Oleh :
ANNISA EKA NOVA WULANDARI
1102011032
Pembimbing :
dr. Johnson Manurung, Sp.Pd
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
No. CM
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Status Perkawinan
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Ruangan
II.
: Ny. A
: 771902
: 55 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Kp. Sukamanah, kecamatan kadungora
: Sunda
: Islam
: SMP
: Sudah Menikah
: Pedagang
: 20 May 2015
: Ruby
ANAMNESIS
: 25 May 2015
Keluhan Utama: Sesak nafas sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Selamet dengan kesadarab compos mentis dan
kontak (-), pasien sulit diajak komunikasi sehingga anamnesis dilakukan kepada anak pasien.
Anak pasien menyatakan pasien mengeluhkan sesak napas yang sudah dirasakan 3 hari
SMRS. Keluhan memberat 6 jam sebelum datang ke rumah sakit. Sesak napas dirasakan
terus-menerus, tidak di pengaruhi cuaca dan tidak berkurang dengan istirahat ataupun posisi
duduk. Sesak napas yang dirasakan pasien tidak disertai batuk dan bunyi wheezing. Sesak
napas tidak disertai dengan nyeri dada. Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien yaitu pusing
dan lemas. Pusing dan lemas dirasakan pasien timbul bersamaan dengan sesak napas. Saat
datang ke IGD udem akral pada pasien positif kanan dan kiri.
Anak pasien juga menyatakan pasien mengeluhkan nyeri perut sebelah kiri atas sejak
2 minggu SMRS, nyeri perut menjalar ke pinggang. Nyeri perut menjalar ke punggung, leher,
rahang dan tangan di sangkal oleh pasien dan anak pasien. Nyeri perut juga tidak berkurang
dengan beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sulit buang air kecil kira-kira 1 minggu
sebelum masuk ke rumah sakit, dan warna urin seperti teh. Pasien juga mengatakan saat
2
buang air kecil dirasakan sedikit nyeri dan Kencing tidak lampias, saat kencing keluar batu
dan kencing berwarna merah disangkal oleh anak dari pasien. Anak dari pasien menyatakan
sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.
Nyeri perut pada pasien disertai mual tetapi tidak muntah, karena mual yang
dirasakan pasien sehingga napsu makan pasien berkurang. Buang air besar pada pasien
normal dan lancar.
Riwayat penyakit dahulu:
15 tahun terakhir pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan sudah
pernah berobat ke dokter. Dokter memberikan obat amlodipin (Twinsta), tetapi pasien tidak
rutin minum obat yang diberikan dokter sehingga tekanan darah pasien sering tinggi. Tahun
2002 pasien melakukan operasi amputasi pada kaki sebelah kiri sebatas telapak kaki, karena
pasien mengalami gangren pada jari pertama dan kedua pada kaki kiri pasien.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat penyakit yang serupa dalam keluarga disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pasien tinggal dan dirawat oleh anaknya.
Sebelumnya keuangan pasien pada tingkat sosio-ekonomi menengah keatas, karena
sebelumnya pasien selama pengobatan hipertensi dan operasi amputasi yang dilakukan
pembayaran yang dilakukan dengan cara umum. Tetapi setelah beberapakali menjalani
pengobatan keuangan keluarga pasien menurun, dan sekarang pasien melakukan pembayaran
dengan menggunakan BPJS kelas III
Anamnesis Sistem Organ
Kulit
Kepala
: Pusing (+)
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thoraks (Jantung/Paru)
Abdomen
: Nafsu makan berkurang, nyeri kiri atas (+), mual (+), udem(+)
Muskuloskeletal
Ekstremitas
III.
PEMERIKSAAN FISIK
UKURAN ANTROPOMETRIK
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat badan
: 60 Kg
BMI
Keadaan Gizi
: Gemuk (Overweight)
KEADAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran
: Apatis
Tekanan Darah
: 180/120 mmHg
Nadi
Respirasi
: 28 x/menit dangkal
Suhu
: 36,5 C
JVP
: 5+3 cm H2O
Sianosis
Edema
Cara Berjalan
Mobilitas
Aspek Kejiwaan
Kulit
Kepala
Mata
: Tingakah laku
: Wajar
: Alam Perasaan
: Biasa
: Proses Berpikir
: Wajar
: Warna
: Sawo matang
: Jaringan Parut
: Tidak ditemukan
: Pembuluh Darah
: Keringat
: Tampak umum
: Lapisan Lemak
: Berlebih
: Efloresensi
: Tidak ditemukan
: Pigmentasi
: Tidak ditemukan
: Suhu Raba
: Normal
: Kelembapan
: Biasa
: Turgor
: Baik
: Normocephal
: Ekspresi Wajah
: Wajar
: Simetrisitas Muka
: Simetris
: Rambut
: Hitam, lurus,
: Exophthalmus
:-/-
: Endophtalmus
:-/-
: Kelopak
: Conjungtiva Anemis
:+/+
: Sklere Ikterik
:-/-
: Lapang Penglihatan
: Tidak diperiksa
: Deviatio Konjugae
: Tidak diperiksa
: Lensa
: Tidak diperiksa
5
Telinga
Hidung
Mulut
: Visus
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
: Lubang
: Normal
: Serumen
: Tidak diperiksa
: Selaput Pendengaran
: Tidak diperiksa
: Cairan
: Penyumbatan
: Tidak diperiksa
: Perdarahan
: Tidak tampak
: Septum Deviasi
: Tidak tampak
: Sekret
: Tidak tampak
: Bibir
: Kering
: Langit Langit
: Tidak diperiksa
: Faring
: Tidak hiperemis
: Sianosis peroral
: Tidak tampak
: Tonsil
Leher
: T1 T1
: JVP
: 5+3 cm H2O
: Kelenjar tiroid
THORAX
Cor
: Inspeksi
: Palpasi
: Perkusi
Pulmo(depan)
: Inspeksi
: Palpasi
: Perkusi
: Auskultasi
Pulmo(belakang)
: Inspeksi
: Palpasi
: Perkusi
: Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
: Datar normal
: Auskultasi
: BU ( + ) 8 x / menit di 4 kuadran
: Perkusi
: Palpasi
Ekstremitas
: Purpura
: Tidak ditemukan
: Petechie
: Tidak ditemukan
: Hematom
: Tidak ditemukan
7
: Edema
: Varises
: Akral
: Hangat
Inguinal
Pembuluh darah
Arteri Temporalis
: Tidak diperiksa
Arteri Karotis
: Teraba
Arteri Brakhialis
: Teraba
Arteri Radialis
: Teraba
Arteri Femoralis
: Tidak Diperiksa
Arteri Poplitea
: Tidak Diperiksa
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. HEMATOLOGI (20 May 2015)
Darah Rutin
Haemoglobin
: 5,9 gr/dl
(12,0 16,0 )
Hematokrit
: 18%
(35-47)
Leukosit
: 8090/mm3
(3.800 10.600)
Trombosit
: 216000/mm3
(150.000-440.000)
Eritrosit
: 2,01 juta/jam
( 3,6 - 5,6)
KIMIA KLINIK
AST ( SGOT)
: 22 U/L
( s/d 31 )
ALT (SGPT)
: 12 U/L
( s/d 31 )
Ureum
: 194 mg/dL
( 15 50 )
Kreatinin
: 12,8 mg/dL
( 0,5 0,9 )
GDP
: 89 mg/dL
( 70 -110)
8
: Negative
Negative
KIMIA KLINIK
Natrium (Na)
: 137 mEq/L
( 135-145 )
Kalium (K)
: 6.0 mEq/L
( 3.6-5.5 )
Klorida (Cl)
: 111 mEq/L
( 98-108 )
: 3.70 mEq/L
( 4.7-5.2 )
: 8,6 gr/dl
(12,0 16,0 )
Hematokrit
: 25%
(35-47)
Leukosit
: 20.450/mm3
(3.800 10.600)
Trombosit
: 225.000/mm3
(150.000-440.000)
Eritrosit
: 2,90 juta/jam
( 3,6 - 5,6)
: 1.015
(1.002-1.030 )
Blood Urine
: Positif
(Negatif)
Lekosit Esterase
: Negatif
PH urine
: 7.0
(4.8-7.5)
Nitrit Urine
: Negatif
( Negatif)
Protein Urine
: Positif (+++)
(12,0 16,0 )
Glukosa urine
: Negatif
(Negatif)
Keton Urine
: Negatif
(Negatif)
Urobilinogen urine
Normal
(0.2-1.0)
Bilirubin Urine
: Negatif
( Negatif)
URINE
Urine Rutin
Mikroskopis Urine
Eritrosit
: 3-5
(<1 )
Leukosit
: 20-25
(<6)
Sel Epitel
: 3-4
Bakteri
: Negatif
(Negatif)
Kristal
: Negatif
( Negatif)
Silinder
: GRNC:1-2
(Negatif )
: 8,1 gr/dl
(12,0 16,0 )
Hematokrit
: 23%
(35-47)
Leukosit
: 17.810/mm3
(3.800 10.600)
Trombosit
: 201.000/mm3
(150.000-440.000)
Eritrosit
: 2,82 juta/jam
( 3,6 - 5,6)
Kimia Klinik
AST (SGOT)
: 27 U/L
( s/d 31 )
ALT (SGPT)
: 24 U/L
( s/d 31 )
Ureum
: 162 mg/dL
( 15 - 50 )
Kreatinin
: 9.0 mg/dL
( 0.5-0.9 )
Kolesterol total
: 207 mg/dL
( < 200 )
Kolesterol HDL
: 79 mg/dL
( > 45 )
Kolesterol LDL
: 105 mg/dL
( < 130 )
Trigliserid
: 137 mg/dL
( < 135 )
: 116 mg/dL
( 70 - 100 )
Asam Urat
: 6.0 mg/dL
( 2.4 5.7 )
Elektrolit
Natrium (Na)
: 136 mEq/L
( 135-145 )
Kalium (K)
: 5.0 mEq/L
( 3.6-5.5 )
Klorida (Cl)
: 105 mEq/L
( 98-108 )
: 3.72 mEq/L
( 4.7-5.2 )
10
Rumus Kockcorft-Gault:
LFG = ( 140 Umur) X BB = (140-55) X 60.0,85 = 4.335 = 6,6 mL/min/1,73m2
72 x Kreatinin
72 x 9.0
648
II.
RESUME
Pasien perempuan usia 55 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari
smrs dan memberat sejak 6 jam smrs. Nyeri perut sebelah kiri (+), sulit buang air
kecil (+), buang air kecil tidak lampias (-), hematuria (-). Lemas (+), pusing (+), mual
(+), muntah (+), demam (-).
Pemeriksaan fisik: tampak sakit berat, CM kontak (-), TD180/120 mm/Hg,
Nadi: 44 x/menit, Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 36,5 0C, BB:
60 Kg,
Udem
11
ekstremitas bawah (+), konjungtiva anemis (+)/(+), VBS kanan = kiri, S1 S2 reguler,
NT abdomen (+) di perut kiri atas, NK CVA (-)/(+).
Laboratorium: Anemia, LFG : <15 ml/menit/1,73m (4,7)
MASALAH
-
III.
PERENCANAAN
A. DIAGNOSTIK
-
Urinalisa
EKG
HBaAg
B. TERAPI
Infus D5% + Meylon II ampul 20 tpm
Farsix 3 X II
Omeprazole I X 40mg IV
CaCO3 I X I
As. Folat I X1
Amlodipin I X 10mg
Kidmin I X I
Cefoferazone 2 X I
IV.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
20/05/14
Subjektif
Sesak
Objektif
Assesment
CKD ec hipertensi kronis
Planning
Pd/ Urin Rutin
12
napas, nyeri
HBs Ag
perut
Anemia Gravis
sebelah kiri
atas, mual,
Pt/
pusing,
Kidmin I X I
lemas.
21/05/15
Sesak napas
makin berat
setelah dari
kamar
mandi.
Ku : sb
Ks : apatis
T: 220/120 mmHg
N: 84 x/menit
CKD ec Hipertensi
kronis
Anemia Gravis
Th/
O2 3-5 l
Infus D5% + meylon
R: 36 x/menit
Kidmin I X I
S: 35,4
Farsix I X II
rhonki -/- ,
Omeprazole I X I
wheezing -/-
CaCO3 I X I
Ekst:
- -
13
Haemoglobin: 5,9
Hematokrit: 18%
Eritrosit: 2,01
Ureum : 194
Kreatinin: 12,8
HbsAg : Negative
Tanggal
Subjektif
22/05/15
Sesak napas
memberat
sejak
semalam.
Objektif
Ku : sb
Ks : apatis
T: 180/120 mmHg
N: 44 x/menit
R: 28 x/menit
S: 36,5 o C
Mata : CA +/+, SI -/Pulmo: VBS ka=ki,
rhonki -/wheezing -/Cor: BJ I-II regular,
murmur -, gallop Abd:
Assesment
CKD ec hipertensi kronis
Planning
Pd/ Lab rutin ulang
Anemia Gravis
Pt/
D5% + meylon 20 tpm
Kidmin I X I IV
Furosemide 3 X II
Amlodipin 10 mg I X I
CaCO3 I X I
As. Folat I X I
Ca Glukonas
HD
BU (+) N ,
NT : tidak dapat dinilai
Asites : Massa : -
14
23/5/15
Sesak napas
(+), nyeri
dada (-),
Nyeri
abdomen
(+), Lemas,
BAB tidak
lancar sejak
2 hari yang
lalu
Ku : ssb
Ks : Cm
T: 180/130 mmHg
N: 64 x/menit
R: 34 x/menit
Pd / Darah lengkap
Urinalisa
Pt/
S: 36,1 C
D5% 20 tpm
wheezing
Farsix 3 X II
Omeprazole I X I
-/-
Amlodipine I X 10mg
CaCO3 I X I
As. Folat I X I
Ca Glukonas I X II
(Rencana HD hari ini)
15
25/05/15
Nyeri perut
kiri atas (+),
sesak napas
sudah
berkurang,
tenggorokan
lemas
sussah
menelan,
pusing (+),
lemes (+),
mual (+),
Ku : sb
Ks : Cm
T: 170/100 mmHg
N: 64 x/menit
perbaikan
R: 20 x/menit
o
makan <<
Pd/
Pt/
D5% + Meylon II amp 20
S: 36,5 C
tpm
Farsix 3 X II
Omeprazole I X 40mg IV
rhonki -/- ,
wheezing -/-
muntah (+),
napsu
CaCO3 I X I
Amlodipin 10mg I X I
Kidmin I X I
Cefoferazone 2 X I
Akral: hangat
Udem ekstremitas : -/Lab
Haemogloobin : 8,1
Haematrokit : 23
Leukosit : 17.810
Eritrosit : 2,8
16
Ureum : 162
Creatinin : 9,0
Kolesterol total : 207
Trogliserid : 137
GDP : 116
Kalsium bebas : 3,72
Pertanyaan kasus
1.
18
Inf Kidmin I X I
Kandungan pada infus kidmin adalah asam amino, pada pasien dengan
ckd mendapatkan diet rendah protein, dan pemberian kidmin ini merupakan
sebagai pemberian
Cefoferazone 2 X I
Hemodialisis
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang
tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan
Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi
elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah,
dan astenia berat3.
Transfusi PRC 500 cc
Transfusi darah hanya diberikan bila perlu dan apabila trasnfusi tersebut
dapat memperbaiki keadaan klinis secara nyata.Terapi terbaik apabila Hb <8 g
% adalah pemberian eritropoietin, tetapi pengobatan ini masih terbatas karena
mahal.
TINJAUAN PUSTAKA
CHRONIC KIDNEY DISEASE
1.
DEFINISI
19
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau
kelaian dalam tes pencitraan
2. LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m, selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal. 1,2
2.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur)x berat badan
72x kreatinin plasma
*) pada perempuan dikalikan 0,85 1,2
Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
Penjelasan
LFG(ml/mnt/1,73m)
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
> 90
2
60-89
30-59
15- 29
Gagalginjal
< 15
Keracunanobat (siklosporin/takrolimus)
Transplant glomerulopathy
Penyakit
Infeksi
Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
SLE,
poliarteritis
nodosa,
sclerosis
polikistik,
asidosis
sistemik progresif
Penyakit congenital dan herediter
Penyakit
ginjal
tubulus ginjal
Penyakit metabolic
Diabetes
mellitus,
gout,
hiperparartiroidisme, amiloidosis
Nefropati toksis
Penyalahgunaan
analgesic,
nefropati
timbale
21
Nefropati obstruktif
neoplasma,
fibrosis
retoperitoneal
Saluran kemih bagian bawah :
Hipertrofi
prostate,
striktur
uretra,
3.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa nefron secara struktural dan
fungsional sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi kompensatori ini akibat hiperfiltrasi
adaptif yang diperantarai oleh penambahan tekanan kapiler dan aliran glomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensinaldosteron intrarenal ikut
memberikan konstribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progesifitas tersebut.
Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensinaldosteron, sebagian diperantarai oleh
growth factor seperti transforming growth
factor . Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit
ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Pada stadium yang
paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan dimana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan
tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. 1,4
Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada
LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual,
22
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan
darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain
sebagainya. 1,4
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran
napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti
hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis
atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gamabaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi : a) sesuai dengan penyakit
yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,
hipertensi, hiperurikemi, dan lain sebagainya. b) Sindroma uremia, yang terdiri dari lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah nokuria, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma. c) Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi,
anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, klorida). 8
a. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer sudah dapat diamati sejak stage 3 Penyakit ginjal
kronis (PGK) dan hampir selalu ada pada stadium 4. Kausa primer pada pasien PGK adalah
kurangnya produksi eritropoetin pada ginjal yang sakit.
Pasien dengan PGK stadium lanjut mungkin memperlihatkan pemanjangan waktu
perdarahan, berkurangnya aktivitas faktor III trombosit, gangguan agresi dan daya lekat
trombosit, dan gangguan konsumsi protrombin. Gambaran klinis mencakup peningkatan
kecenderungan mengalami perdarahan dan memar, perdarahan berkepanjangan dari sayatan
bedah, menoragia, dan perdarahan saluran cerna spontan.9
b. Kelainan saluran cerna
Uremic fetor, suatu bau napas yang mirip urin, berasal dari pengeluaran urea menjadi
amonia di liur dan sering disertai oleh rasa logam yang tidak enak di lidah (disgeusia).
Gastritis, penyakit peptik, dan ulkus mukosa disemua level disemua saluran cerna dapat
terjadi pada pasien uremia dan dapat menyebabkan nyeri abdomen, mual, muntah dan
23
perdarahan saluran cerna. Para pasien ini juga mengalami konstipasi, yang dapat diperparah
oleh pemberian suplemen kalsium dan besi. Retensi toksin-toksin uremik juga menyebabkan
anoreksia, mual, dan muntah.9
c. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal
ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal
ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala
nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan
hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan
atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat
iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal
ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier2,4.
d. Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga
berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang
setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai
timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost
e. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal
ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu
indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
f. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi sering
dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.
5. DIAGNOSA
Bila GGK telah bergejala, umumnya diagnosis tidak sukar ditegakkan. Gejala dan
tanda GGK akan dibicarakan sesuai dengan gangguan sistem yang timbul.
24
Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kunigan akibat penimbunan
urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan
Sistem Hematologis
Anemia, dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
tulang menurun.
Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksis.
Defisiensi besi, asam foiat, dan lain-lain, akibat nafsu makan yang berkurang.
Perdarahan, paling sering pada saluran cema dan kulit.
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder.
sistem renin-agiotensin-aldosteron.
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit
jantung koroner akibat atrerosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung
kalsifikasi metastatik.
Edema akibat penimbunan cairan.
Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosteron dan spermatogenesi menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolik
tertentu (seng, hormon paratiroid). Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan
ovulasi sampai amenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada
gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 mL/menit), terjadi penurunan klirens
metabolik insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa darah akan berkurang.
Ganggguan metabolisme lemak.
Gangguan metabolesme vitamin D.
Gangguan sistem lain
Tulang
osteodistrofi
renal,
yaitu
osteomalasia,
osteitis
fibrosa,
26
6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat
penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit
termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal. Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik
meliputi (Suwitra K, 2006):
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c.Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar
asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau
hipokloremia,
LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
Rencana tatalaksana
terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,
evaluasi pemburukan (progession)
fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler
60-89
30-59
15-29
<15
28
>60
tidak dianjurkan
25-60
0,6-0,8/kg/hari
5-25
<60
0,8/kg/hari(=1 gr protein /g
proteinuria atau 0,3g/kg tambahan
asam amino esensial atau asam keton.
ditanyakan mengenai
29
hipertensi,
sementara
ekspansi
cairan
ke
interstitial
bahwa
diet
tinggi
protein
akan
mempercepat
timbulnya
31
Efusi perikardial
32
yang
termasuk
dalam
indikasi
absolut,
yaitu
perikarditis,
33
Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal
ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal
alamiah
b)
c)
d)
e)
DAFTAR PUSTAKA
1. Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3 Edisi
13. Jakarta: EGC, 2000.1435-1443.
2. Mansjoer A, et al.Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2002.
3. Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI, 2001.427-434.
4. Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran: EGC.
5. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
p.581-584.
6. Tierney LM, et al. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran
Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.2003.
7. Collaghan C. At a Glance Sistem Ginjal, 2nd ed. Jakarta: Erlangga:2007;p.29-44
34
8. Sudoyo A, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing
9. Jameson J. 2013. Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa . Jakarta : EGC
35