LAPORAN KASUS
A.
Identifikasi
Nama
: Ny. J
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 65 tahun
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Pakisaji
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
MRS
: 10 Agustus 2011
Register
: 247264
B.
Anamnesis
Keluhan Utama
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran
Keadaan Gizi
: Cukup
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Pernafasan
: 18x/menit
Nadi
: 76x/menit
Suhu
: 36,5 C
Pupil
Mata
: Exophtalmus (-)
Kepala
Leher
Thorax
Paru
Abdomen
D.
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit
:8310 mm (N : 5000-10000/mm)
Trombosit
: 330.000 mm (N : 200000-500000/mm)
LED
Hitung Jenis
: 13/-/1/51/28/7
Masa perdarahan
: 100
Masa pembekuan
: 1000
: 102 mg/dL
Ureum
Creatinin
SGOT
: 22 mg/dl
SGPT
: 31 mg/dl
Pemeriksaan Seroimunologi
T3
: 2,12 nmol/mL
T4
: 0,29 nmol/dL
TSH
: 1,04 uIU/mlL
E.
Resume
Dari anamnesa
Pemeriksaan Darah Rutin dan pemeriksaan kimia klinik dalam batas normal
Pemeriksan seroimonology didapatkan kesimpulan Euthyroid
F.
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Pro
Terapi medikamentosa
Sub Total Lobectomy
J.
Prognosis Baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struma nodosa atau struma adenomatosa terutama di temukan di daerah pegunungan
karena defisiensi iodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan substitusi iodium. Di
luar daerah endemik, struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga
tertentu. Etiologinya umumnya multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia
muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang
terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma
multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin. Penderita struma nodosa biasanya tidak
mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin
tunggal, tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi.
Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya yang
sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
gangguan.
A.
Definisi
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikelfolikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler. Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.
B.
Embriologi
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus yang
sempit. Setiap lobus berbentuk buah avokad, dengan puncaknya ke atas sampai linea
oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4
atau ke-5. Glandula thyroidea merupakan organ yang sangat vascular, dibungkus oleh
selubung yang berasal dari lamina pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke
larynx dan trachea. Juga sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari
isthmus, biasanya ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embryonic
thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian anterior di
hipofaring. Bagian atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari kelenjar tiroid, dan
bagian bawah disebut sebagai pole bawah. Suatu pita fibrosa atau muscular sering
menghubungkan lobus piramidalis dengan os hyoideum; jika ia muscular disebut sebagai
m. levator glandulae thyroidea.
Berat tiroid pada orang dewasa normal adalah 10-30 gram tergantung kepada ukuran
tubuh dan suplai Iodium. Lebar dan panjang dari isthmus sekitar 20 mm, dan
ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus lateral dari pole superior ke inferior sekitar 4 cm.
Lebarnya 15-20 mm, dan ketebalan 20-39 mm. Kelenjar tiroid terletak antara fascia colli
media dan fascia prevertebralis. Di dalam ruangan yang sama terdapat trakea, esophagus,
pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia
pretrachealis dan melingkari 2/3 bahkan sampai 3/4 lingkaran.
A. carotis communis, v. jugularis interna, dan n. vagus terletak bersama di dalam suatu
ruang tertutup di laterodorsal tiroid. N. recurrens terletak di dorsal sebelum masuk ke
laring. N. phrenicus dan truncus symphaticus tidak masuk ke dalam ruang antara fascia
media dan prevertebralis. Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke
dalam nl. cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nl.
paratracheales. Seluruh cincin tiroid dibungkus oleh suatu lapisan jaringan yang
dinamakan true capsule. Sedangkan extension dari lapisan tengah fascia servicalis
profundus yang mengelilingi tiroid dinamakan false capsule atau surgical capsule.
Seluruh arteri dan vena, plexus limphaticus dan kelenjar paratiroid terletak antara kedua
kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua
kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua
lobus tiroid. Aa. carotis superior dextra et sinistra, dan kedua aa. thyroidea inferior dextra
et sinistra memberikan vaskularisasi untuk tiroid. Kadang kala dijumpai a. ima, cabang
truncus brachiocephalica. Sistem vena berjalan bersama arterinya, persarafan diatur oleh
n. recurrens dan cabang dari n. laryngeus superior, sedangkan sistem limfatik yang
penting menerima aliran limfe tiroid terdiri dari pembuluh limfe superior yang menerima
cairan limfe dari pinggir atas isthmus, sebagian besar permukaan medial lobus lateral,
dan permukaan ventral dan dorsal bagian atas lobus lateral dan pembuluh limfe inferior
yang menerima cairan limfe dari sebagian besar isthmus dan bagian bawah lobus lateral.
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada pool atas kanan dan
kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai n. laryngeus superior,
kerusakan nervus ini dapat mengakibatkan perubahan suara menjadi parau yang bersifat
sementara namun dapat pula permanen.
D.
Fisiologi
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau
yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan
asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4
(triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%.
Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin
tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3
oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di
organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid releasing
hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu
sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh
hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang
dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal
yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4
Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam pengeluaran
hormone tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang
menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolism kalsium, yaitu
menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.
E.
Metabolisme T3 dan T4
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian T4 endogen
(5-17%) mengalami konversi lewat proses monodeiodonasi menjadi T3. Dalam proses
konversi ini terbentuk juga rT3 (reversed T3, 3,3,5 triiodotironin) yang tidak aktif, yang
digunakan mengatur metabolisme pada tingkat seluler
Pengaturan faal tiroid : Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :
1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone)
Tripeptida yang disentesis oleh hpothalamus. Merangsang hipofisis mensekresi TSH
(thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid teransang menjadi
hiperplasi dan hiperfungsi
2. TSH (thyroid stimulating hormone)
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi akan
meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-reseptor-TSH-R) dan terjadi efek
hormonal yaitu produksi hormon meningkat
Histologi
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jaringan ikat. Folikel-folikel tiroid dibatasi
oleh epitel kubus dan lumennya terisi oleh koloid. Kelenjar tiroid mengandung 2 tipe sel
utama yaitu thyroid follicular cells dan C cells (parafollicular cells).
Sel folikular menggunakan iodine dari darah untuk membuat hormone, yang membantu
meregulasi metabolisme tubuh. Sel parafolikular membuat calcitonin, suatu hormone
yang membantu meregulasikan bagaimana tubuh menggunakan kalsium
G.
Etiologi
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui, namun
sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu,
diduga tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif
dari bagian kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan
mengapa kelenjar ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun
bagian yang lain rusak akibat tiroiditis. Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan
hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
1. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
2. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
3. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
4. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, puberitas, menstruasi, kehamilan,
laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar
tiroid serta kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran
darah didaerah tersebut. Akhirnya, ada beberapa makanan yang mengandung substansi
goitrogenik yakni makanan yang mengandung sejenis propiltiourasil yang mempunyai
aktifitas antitiroid sehingga juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid akibat
rangsangan TSH.
H.
Klasifikasi
I.
Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida
menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian
disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
J.
Gambaran Klinis
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan
menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga
esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Pasien tidak mempunyai keluhan
karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Peningkatan metabolism karena pasien
hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung
menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,
dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal :
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosis
muskulus
Inspeksi : leher dibatasi di cranial oleh tepi rahang bawah, di kaudal oleh kedua tulang
selangka dan tepi cranial sternum, di lateral oleh pinggir depan m. trapezius kiri dan
kanan. Kedua m. sternocleidomastoideus selalu jelas terlihat, dan pada garis tengah dari
cranial ke kaudal terdapat tulang hyoid serta kartilago tiroid, krikoid, dan trakea.
palpasi : palpasi dapat dilakukan pada pasien dalam sikap duduk atau berbaring, dengan
kepala dalam sikap fleksi ringan supaya regangan otot pita leher tidak mengganggu
palpasi. Pada sikap duduk dilakukan pemeriksaan dari belakang penderita maupun dari
depan. Sedangkan pada sikap berbaring digunakan bantal tipis di bawah kepala. Tulang
hyoid, kartilago tiroid dan krikoid sampai cincin kedua trakaea biasanya mudah diraba di
garis tengah. Cincin trakea yang lebih kaudal makin sukar diraba karena trakea mengarah
ke dorsal. Pada gerakan menelan, seluruh trakea bergerak naik turun. Satu-satunya
struktur lain yang turut dengan gerakan ini adalah kelenjar tiroid atau sesuatu yang
berasal dari kelenjar tiroid. Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan.
Di klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik:
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan sukar
digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan
kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul
yang mengalami kalsifikasi dapat dtemukan pada hiperplasia adenomatosa yang
sudah berlangsung lama.
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan tanda keganasan, walaupun
nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis dan
enoftalmus (Horner syndrome) merupakan tanda infiltrasi atau metastase ke
jaringan sekitar.
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas,
tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas terutama
yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar progresif.
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional atau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido
mastoidea karena desakan pembesaran nodul (Berrys sign)
Kecurigaan suatu keganasan pada nodul tiroid bisa dirangkum:
1. Sangat mencurigakan
1. riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare
2. cepat membesar terutama dengan terapi dengan levotirosin
3. nodul padat atau keras
4. sukar digerakkan atau melekat pada jaringan sekitar
5. paralisis pita suara
6. metastasis jauh
7. Kecurigaan sedang
1. umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
2. pria
3. riwayat iradiasi pada leher dan kepala
4. nodul >4cm atau sebagian kistik
5. keluhan penekana termasuk disfagia,disfonia, serak, dispnu dan
batuk.
6. Nodul jinak
1. riwayat keluarga: nodul jinak
2. struma difusa atau multinodosa
3. besarnya tetap
4. FNAB: jinak
5. kista simpleks
Penatalaksanaan
c. struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang
biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe
anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus
dilakukan reseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher
yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
d. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena metastase
luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan sternotomi, dan bila
dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi dan sering hasilnya tidak radikal.
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid
tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek maligna
dibedakan atas apakah kasus tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi
inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi
secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau
khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan
isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).
Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :
1. Lesi jinak. Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare. Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan
klasifikasi
AMES.
a. Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi.
b. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikulare. Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma medulare. Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma anaplastik.
a. Bila memungkinkan dilakukan tindakan
tiroidektomi total.
1. Hasil FNAB suspek maligna, foliculare Pattern dan Hurthle Cell. Dilakukan
tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna. Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama
6 bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan
tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan atau bertambah
besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong
beku seperti diatas.
Bagan penatalaksanaan nodul tiroid
M. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan ( Ca tiroid )
N.
Prognosis
Tergantung jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel). konsistensi; lunak,
kistik, keras atau sangat keras, nyeri pada penekanan, perlekatan dengan sekitarnya,
pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid.
BAB III
KESIMPULAN
Perempuan, 65 tahun, datang ke poliklinik bedah RSUD Kanjuruhan dengan keluhan
benjolan pada leher depan bagian kiri bawah sejak 1 tahun yang lalu, menurut pasien
awalnya benjolan tersebut kecil, namun lama kelamaan benjolan semakin membesar
hingga sebesar telur ayam. Saat benjolan masih kecil, pasien tidak memeriksakannya
karena tidak ada keluhan apa apa. Namun ketika benjolan membesar pasien merasa
tidak nyaman sehingga datang ke rumah sakit untuk periksa. Susah menelan (+), sesak
nafas sewaktu tidur (+).
Regio colli anterior inferior, Tampak benjolan sebesar telur, warna kulit sama dengan
sekitar. Teraba sebuah massa soliter, ukuran 6cm x 5cm x 4cm. Konsistensi kenyal,
permukaan rata, batas tidak tegas, nyeri tekan (-), mobile, massa ikut bergerak saat
menelan (+), pembesaran KGB di servikal, jugular, submandibular atau klavikular (-).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kesimpulan euthyroid.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosa Struma nodular non
toksik, diusulkan pemeriksaan penunjang FNAB.