PENDAHULUAN
Mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan
spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945 adalah merupakan tujuan
pembangunan nasional bangsa indonesia. Untuk tercapainya tujuan pembangunan
nasional melalui pembangunan jangka panjang tahap (PJPT) II dilakukan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang sangat tergantung pada
pembinaan mutu fisik dan non fisik dalam masa dini kehidupan manusia yakni
sejak dalam masa kandungan. Dengan demikian upaya kesehatan diarahkan pada
peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak, termasuk pengelolaan janin dalam
kandungan.
Kematian janin dalam kandungan (KJDK) adalah salah satu masalah yang
terjadi dalam kehamilan. KJDK menyumbang jumlah yang hampir sama dengan
kematian neonatal (bayi yang berumur <28 hari) terhadap tingginya angka
kematian perinatal.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 1984 diperoleh
angka kematian janin dalam kandungan di pedesaan Asia Tenggara adalah sebagai
berikut: Burma (17,4%), Thailand (8,9%), India (27,2%), Indonesia (13,7%).
Tahun 1993-1998 Rumah Sakit Umum Pusat dr.Kariadi, semarang
mendapat kematian perinatal 35,13/1000 sedang kematian janin dalam kandungan
adalah 20/1000. Dari seluruh kematian perinatal tersebut diperoleh 57,1% adalah
kematian janin dalam kandungan memberikan distribusi yang lebih besar terhadap
kamatian perinatal dibandingkan kemtian neonatal. Pada tahun 2000 angka
kematian perinatal di Indonesia adalah 40/1000 kelahiran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kematian janin ialah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (1). Kematian dinilai
dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya, janin tidak bernafas atau
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat atau
gerakan-gerakan otot yang jelas.
WHO menganjurkan agar dalam perhitungan statistik, yang dinamakan
kematian janin ialah kematian janin dengan berat badan diatas 1000 gram.
Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadi proses persalinan, mulai kehamilan 20 minggu atau
berat badan lahir 500 gram keatas.
Mochtar mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah kematian
janin sebelum terjadi proses persalinan pada kehamilan 28 minggu keatas atau
berat janin diatas 1000 gram.
Dari penelitian Sarjunas kejadian KJDK dari tahun 1978 1982 di RSPM
adalah 34,4%. Hasan dkk (dikutip dari Sarjunas) melaporkan angka kejadian
KJDK yang dilihat dari faktor umur 32,35% pada umur lebih dari 30 tahun dan
pada umur 20 29 tahun 10,42%, jadi terlihat disini angka kejadian KJDK tinggi
pada umur tua.
Jones melaporkan pada kehamilan lewat waktu (Prolonged Pregnancy)
didapati kematian perinatal 10,5/1000 pada kehamilan 39 41 minggu, angka ini
menjadi 2 kali lebih besar pada kehamilan 43 minggu dan menjadi 3 kali lebih
besar pada kehamilan 44 minggu. Dalam hal ini didapati angka kejadian KJDK
Hipertensi esensial
Nefritis kronika
Diabetes mellitus
2. Faktor Plasenta
3. Faktor Janin
Eritroblastosis fetalis
Post maturitas
Sifilis
Kehamilan kembar
Kehamilan kongenital
Paritas
Setiap kehamilan dan persalinan menyebabkan melemahnya kondisi
fisik ibu. Dibutuhkan waktu untuk memulihkan rahim pada bentuk dan fungsi
semula dan juga untuk memulihkan kesehatannya melalui pemenuhan gizi
yang sempurna
Wanita yang telah melahirkan lebih dari 4 kali cenderung mengalami
kasus lahir mati, penyakit-penyakit infeksi serta memperoleh anak-anak dengan
cacat bawaan.
2.3.3
Riwayat penyakit
Penyakit yang diderita ibu semasa kehamilan sangat mempengaruhi
Hampir setiap infeksi yang dialami oleh ibu yang disertai oleh
manifestasi sistemik yang parah dapat mengakibatkan terjadinya keguguran,
kamatian janin dalam kandungan atau persalinan prematur. Infeksi pada
kehamilan dapat berupa:
Herpes Simplek)
Malaria
B. Penyakit dasar pada ibu yang berupa penyakit sistemik dan metabolik
Diabetes Melitus (DM)
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes
melitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
Kematian
mengakibatkan abortus
Cacat bawaan terutama pada kelas D ke atas
Dismaturitas terutama pada kelas D ke atas
Janin besar ( makrosomia) terutama pada kelas A sampai C
Kematian dalam kandungan, terutama pada kelas D ke atas
Kemataian neonatal, dan
Kelainan neurologik dan psikologik di kemadian hari.
Sedangkan
hasil
dalam
konsepsi
kehamilan
dalam
diabetes
kehamilan
dapat
muda
menyebabkan
(PJB)
ml/24 jam)
Trombosit <100.000/mm3
Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan
serebral
8) Nyeri epigastrium yang menetap
9) Pertumbuhan janin terhadap
10) Edema paru disertai sianosis
11) Adanya the HELLP syndrome (H: hemolysis; EL:
Elevated Liver enzymes; LP: low platelet count).
b. Eklamsia
2. HDK sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan
kehamilan :
a. hipertensi kronik
Insiden hipertensi kronis pada kehamilan berkisar antara 1-5%.
Insiden lebih tinggi didapati pada wanita hamil usia lebih tua dan
gemuk. Diagnosa ditegakkan berdasarkan riwayat hipertensi
sebelum hamil atau terdapat kenaikan tekanan darah 140/90
mmHg pada usia kehamilan <20 minggu.
3. Pre-eklamsia/eklamsia pada hipertensi kronik/superimposed
Adalah timbulnya pre-eklamsia atau eklamsia pada hipertensi
kronik
4. Transient hypertension/hipertensi gestasional
Adalah suatu kodisi hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg)
yang ditemui pada kehamilan >20 minggu tanpa disertai proteinuria dan
Sedangkan gawat janin yang timbul secara kronis adalah keadaan gawat
janin yang timbul pada masa kehamilan (periode antenatal), namun karena tidak
diketahui atau tidak terdiagnosa sehingga terjadi kematian dalam kandungan.
Gangguan peredaran darah ibu ke dalam plasenta atau gangguan sirkulasi
ibu ke dalam ruang intervilli atau gangguan perfusi plasenta, dapat terjadi pada
beberapa keadaan/penyakit ibu, antara lain yang disebabkan oleh kelainan
vaskuler yang ditemukan pada penyakit hipertensi, preeklampsia/eklampsia,
nefritis khronika, diabetes melitus.
Kelainan atau proses degeneratif pada plasenta dapat terjadi oleh karena
menuanya plasenta (placental aging process) atau karena terjadinya perubahanperubahan yang terjadi dalam sirkulasi utero plasenter.
Kelainan vaskuler yang terjadi pada penyakit-penyakit ibu diatas dapat
melalui proses atau perubahan-perubahan degeneratif, dimana terjadinya
atheromatosis pada arteri spiralis desidua. Selanjutnya terjadi penyempitan atau
stenosis dan terjadi penyumbatan parsial atau komplet dari arteri tersebut.
Disamping terjadinya proses degeneratif tersebut dapat pula terjadi kelainan
vaskuler berupa spasme arteri spiralis desidua. Spasme ini akan menyebabkan
menurunnya aliran darah utero plasenter, menurunnya volume darah dalam ruang
intervilli, sehingga terjadi infark plasenta dan hilangnya fungsi jaringan plasenta.
Terutama pada toksemia arteri spiralis desidua akan mengalami degenerasi
akut (acute atherosis), yang mengakibatkan penurunan aliran darah intervilli,
iskhemi jaringan plasenta, yang secara reflektoris meningkatkan tahanan vaskuler
villi, sehingga sirkulasi feto plasenta jadi menurun.
10
Infark yang terjadi akibat gangguan sirkulasi darah ibu ke dalam ruang
intervilli (maternal intervillous circulation) didahului oleh degenerasi fibrin pada
permukaan villi atau koagulasi darah dalam ruang intervilli. Endapan-endapan
kecil pada permukaan villi ini akan membentuk endapan fibrin yang besar dan
menutupi permukaan villi, sehingga menghambat atau mengganggu absorbsi
nutrisi untuk villi dari sirkulasi ibu, dan akibatnya terjadi kematian villi. Proses
koagulasi dari darah intervilli yang terjadi akibat sirkulasi yang sangat lambat
(stagnasi darah), menyebabkan pembentukan trombosis (intervillous thrombosis)
sehingga dapat terjadi degenerasi villi.
Akibat
dari
gangguan-gangguan
hemodinamik
ini
maka
akan
11
Hipoksia janin yang ringan saja tidak akan menyebabkan janin menderita
oleh karena plasenta mempunyai oksigen cadangan. Hipoksia janin baru terjadi
bila cadangan O2 plasenta telah berada dibawah harga kritis yaitu kejenuhan
oksigen sudah berkurang dari 10%. Pengurangan aliran darah kedalam plasenta
oleh sebab apapun, dapat mengurangi oksigen sampai kedalam plasenta. Pada
penyakit-penyakit ibu yang telah diuraikan diatas atau pada proses-proses yang
menuju kepada insufisiensi plasenta kronik. Cadangan O2 sudah menipis, dan
janin menderita kekurangan oksigen secara kronik, serta kekurangan bahan-bahan
makanan karena transportasi melalui plasenta menjadi terganggu sebagai akibat
dari proses-proses yang kronik ini pertumbuhan janin perlahan-lahan akan
mengalami kemunduran atau growth retardation.
Pada keadaan yang lebih parah dimana cadangan O 2 dari plasenta telah
habis terpakai maka pertumbuhan janin akan terhenti karena fungsi-fungsi alat
tubuh seperti otak, jantung, hati, ginjal sudah tidak mampu bekerja memenuhi
kewajibannya lagi. Pada saat ini janin terancam bahaya kematian dalam
kandungan.
Akhirnya pada keadaan hipoksia berat yang terus berlangsung, dimana
metabolisme anaerob yang menggunakan cadangan karbohidrat habis terpakai,
akan menghasilkan asam laktat dan asam piruvat menumpuk dalam darah janin,
sehingga mengalami asidosis (metabolic acidosis). Keadaan asidosis dan hipoksia
selanjutnya akan menekan sistem enzim-enzim metabolik dan menurunnya
penghasilan senyawa fosfat yang kaya energi, sehingga mekanisme tubuh jatuh ke
dalam sirkulasi kolaps (Circulatory collapse). Keadaan ini akan menyebabkan
spincter ani mengendor dan keluarnya mekoneum ke dalam cairan ketuban,
12
menimbulkan lesi pada organ (CNS, kardiovaskuler, paru dan hepar). Kegagalan
jantung yang disertai shock dan pada akhirnya kematian janin dalam rahim
(KJDK).
2.5 Patologi Anatomi
Bila janin mati biasanya mengalami retensi didalam uterus beberapa hari
sebelum janin dikeluarkan. Janin yang mati berada dalam cairan amnion yang
steril, yang selanjutnya janin mengalami proses maserasi.
Mula-mula epidermis menjadi lembek dan terbentuk bulla yang berisi
cairan keruh, kemudian epidermis terlepas meninggalkan bekas berupa lapisan
yang berwarna merah tua. Seluruh tubuh janin melembek dan kehilangan tonus.
Ligamentum-ligamentum pada persendian melembek sehingga tulangtulang berlepasan. Tulang-tulang tengkorak saling menutup dan longgar sehingga
kepala janin jadi kollap. Organ-organ viscera melembek dan akhirnya mengalami
pencairan. Rongga tubuh janin berisi cairan keruh kemerahan, tali pusat
membengkak, jaringan mengalami pencairan yang disebabkan oleh proses
autolisis aseptik dan disini tidak ada proses pembusukan oleh bakteri.
Pelepasan kulit terjadi 24 jam setelah kematian janin, selanjutnya
perubahan terjadi pada organ viscera dan bagian tubuh lain yang memerlukan
waktu beberapa hari.
Sastrawinata mengklasifikasikan tingkatan perubahan pada janin KJDK
sebagai berikut :
1. Rigor Mortis (Kaku Mayat)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Stadium Maserasi I
13
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih tetapi
kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 24 jam setelah janin mati.
3. Stadium Maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah cokelat, terjdi 48
jam setelah janin mati.
4. Stadium Maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat edema dibawah
kulit.
2.6 Diagnosa
Gejala dan tanda-tanda kematian janin dalam kandungan adalah sebagai
berikut :
2.6.1
Anamnese
a. Terhentinya gerakan janin
Tidak dirasakannya gerakan janin oleh ibu biasanya merupakan
gejala abnormal yang pertama, yang memperingatkan ibu akan
kemungkinan janinnya. Gejala ini hanyalah bersifat dugaan, oleh
karena pada kehamilan normal gerakan janin tidak dapat dirasakan
oleh ibu selama tiga hari.
b. Pembesaran perut tidak bertambah
Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah
kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau ibu belakangan ini
merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit-sakit
seperti mau melahirkan.
2.6.2
Inspeksi
14
Palpasi
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
atau bahkan lebih kecil dari sebelumnya
b.
c.
d.
Cara untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam
kandungan :
(1) Dihitung dari tanggal haid terakhir
(2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup feeling
life (quickening)
(3) Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari
simfisis, maka diperoleh :
22-28 mg
28 mg
30 mg
32 mg
15
34 mg
31 cm di atas simfisis
36 mg
32 cm di atas simfisis
38 mg
33 cm di atas simfisis
40 mg
Telur bebek
Dibelakang simfisis
Telur angsa
Kepala bayi
Pertengahan simfisis-pusat
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Pertengahan pusat-proc.xyphoideus
Kepala dewasa
16
10
Kepala dewasa
2.6.4
Auskultasi
Secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural
denyut jantung janin tidak terdengar. Juga dengan alat Dapton denyut
jantung janin tidak terdengar.
Menurut Pritchard, bahwa bila denyut jantung janin tidak terdengar
dengan alat Dapton, maka dapat dinyatakan bahwa kematian janin sangat
mungkin.
2.6.5
Amniosintesis.
Bila dilakukan amniosintesis, terlihat cairan ketuban berwarna
Pemeriksaan Laboratorium
Reaksi Kehamilan
Reaksi kehamilan menjadi negatif setelah 10 hari janin mati.
b.
17
sebagai berikut :
b. Tanda Spalding (Spaldings Sign)
Tanda spalding adalah tanda yang menunjukkan adanya tulang
tengkorak yang saling menutup (overlapping) yang disebabkan karena
otak yang mencair.
c. Tanda Noiujokes (Noujokess Sign)
Tanda ini menunjukkan gambaran tulang punggung janin yang sangat
melengkung.
d. Tanda Robert (Roberts Sign)
Tanda ini berupa bayangan gas yang tampak didalam tubuh janin.
e. Tanda Duel (Duels Sign)
18
2.8.2
atau prostaglandin.
Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan
prostaglandin atau kateter Foley. Penggunaan misoprostol yaitu
dengan menempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina,
dapat diulang sesudah 6 jam jika tidak ada respon setelah
pemberian 2 x 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6
jam (dosis tidak lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi
4 dosis).
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
Embriotomi yaitu suatu cara pembedahan dengan jalan melukai
atau merusak janin, memungkinkan janin dilahirkan pervaginam,
syarat yang harus dipenuhi ialah pembukaan lengkap, dan
panggul yang tidak seberapa sempit sehingga dapat dilalui oleh
janin yang sudah menjadi kecil.3 Pengeluaran janin secara spontan
dapat terjadi pada keadaan janin yang kecil, lembek dan terlipat
19
20
Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam
takanan darah.
Labetalol 10mg i.v. apabila belum terjadi penurunan
takanan darah, maka dapat diulangi pemberian 20 mg
setelah 10 menit, 40 mg pada 10 menit berikutnya, diulangi
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Alberto, 2000, Itrauterine Fetal Death And Grieving During The Perinatal Period.
Http://Www.Obgyntoday.Org/Com%20IUFD%20nd%20mourning.Htm
Bagian
Obstetri
Dan
Ginekologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
23
24
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
Usia
No.RM
Alamat
Jenis kelamin
Agama
Suku
: Ny.NA
: 38 tahun
: 093269
: Padang Tiji
: perempuan
: Islam
: Aceh
25
Kewarganegaraan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suami
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Menikah
Kehamilan
Riwayat KB
HPHT
Tanggal MRS
3.1 Anamnesa
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Telaah
: Indonesia
: SMA
: IRT
: Tn.NA
: 40 tahun
: SMA
: Pedagang
: 1 kali
: G5P1A3 H.26-27 minggu + KJDK
:: 30-10-2014
: 03-06-2015
wib KIRDA dr.Fita D, Sp.OG, M.Kes dengan G5P1A3 + KJDK + PEB, hal
ini di alami sejak 2 hari ini, mules-mules (-), keluar air-air dari kemaluan
(-), keluar lendir bercampur darah (-), demam (-), riwayat trauma (-), kejang
(-), oedem (+).
RPD
RPO
Riwayat Alergi Obat
TTP
Riwayat Persalinan
::::-
26
RR : 23 x/i, reg
oedem
T
: 36,3o c
3.3 Status Obstretikus
- Abdomen
: membesar simetris
- TFU
: 19 cm
- Gerak janin
:- Djj
:- His
:- VT
: tidak ada pembukaan
3.4 Laboratorium
KGDs
: 223 mg/dl
Proteinuria
: +2
Hb
: 12,9 g/dl
Ht
: 35,9 %
Goldar
: O, Rh (+)
3.5 Diagnosa
G5P1A3 + KJDK + PEB, H 26-27 minggu
3.6 Penanganan
- Rawat di ruang bersalin (VK)
- IVFD RL kec 20 tts/i
3.7 Rencana
- Pengeluaran hasil konsepsi
:+
FOLLOW UP
Lapor supervisor VK dr.Fita D, Sp.OG, M.Kes, jam 21.40 wib
Anjuran : - kalau ada bukaan pasang balon kateter
- kalau tidak ada bukaan pasang misoprostol tablet / 6 jam per porsio
-pasang infus 2 jalur + DC :
27
BB : 500gr
A/S : 0
MAK III (+) plasenta + flitzer lahir lengkap, ruptur (-), hecting L/D (-),
perdarahan normal, kontraksi bagus
Tanggal 4 juni 2015 jam 14.00 wib
28
IVFD + DC lanjutkan
Nipedipin tab 3x1
Amlodipin tab 1x10 mg
Tanggal 5 juni 2015 jam 08.30 wib supervisor dr.Fita D, Sp.OG, M.Kes visit
a/i :
-
29
Aff DC
Aff infus 1 jam
Bila urine lancar os bisa pulang
30
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 38
tahun dengan diagnosa G5P1A3 + KJDK + PEB H 26-27 minggu. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, ginekologis, USG dan
pemeriksaan laboratorium.
Dilaporkan kasus seorang wanita hamil, Ny.NA, umur 38 tahun G5P1A3,
datang ke RSUD T.Chik di Tiro Sigli pada tanggal 03/06/2015 dengan keluhan
utama tidak merasakan gerak janin. Hal ini dialami sejak 2 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh nyeri perut sebelah kanan, mules-mules (-), muntah (-),
keluar air-air dari kemaluan (-), keluar lendir bercampur darah (-), demam (-),
riwayat trauma (-), kejang (-), oedem (+). Os mempunyai riwayat penyakit
diabetes mellitus dan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik, dijumpai tekanan darah
180/110 mmHg, nadi 70x/i, pernapasan 23 x/i, temperatur 36,3 oc. Pada
31
teori
Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadi proses
persalinan, mulai kehamilan 20 minggu
atau berat badan lahir 500 gram keatas
Diagnosis kematian janin dalam
kandungan hilangnya gerakkan janin,
berat badan menurun, pertumbuhan
janin tidak ada, bunyi jantung tidak
terdengar
Faktor penyebab kematian janin dalam
kandungan terdiri dari 3 faktor yaitu
faktor ibu, faktor janin dan faktor
plasenta
Pre-eklamsia merupakan sindrom yang
terdiri dari hipertensi (tekanan darah
140/90 mmHg), edema, proteinuria
pada kehamilan >20 minggu, dimana
sebelum hamil tekanan darah normal.
PEB, bila didapatkan satu atau lebih
Kasus
Pada kasus dijumpai kematian janin
yang masih dalam kandungan usia
kehamilan 26-27 minggu
32
110mmHg
- Proteinuria 2g/24 jam atau 2+
dalam pemeriksaan kualitatif
(dipstick)
- Kreatinin serum >1,2 mg%
disertai oliguria (<400 ml/24
jam)
- Trombosit <100.000/mm3
- Angiolisis
mikroangiopati
(peningkatan kadar LDH)
- Peninggian kadar enzim hati
(SGOT dan SGPT)
- Sakit kepala yang menetap atau
gangguan visus dan serebral
- Nyeri
epigastrium
yang
menetap
- Pertumbuhan janin terhadap
- Edema paru disertai sianosis
- Adanya the HELLP syndrome
(H: hemolysis; EL: Elevated
Liver enzymes; LP: low platelet
count).
Hipertensi kronis adalah hipertensi
yang ditegakkan berdasarkan riwayat
hipertensi sebelum hamil atau terdapat
kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg
pada usia kehamilan <20 minggu.
Pre-eklamsia/eklamsia pada hipertensi
kronik/superimposed adalah timbulnya
pre-eklamsia atau eklamsia pada
hipertensi kronik
33