TINJAUAN PUSTAKA
A. MASA FERTILISASI
Perkembangan biologis antara laki laki dan perempuan ditentukan sejak masa
fertilisasi (konsepsi). Janin perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua.
Janin laki laki mempunyai kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y
dari ayah. Sejak tujuh minggu masa konsepsi, organ seksualitas laki laki mulai terbentuk
karena pengaruh hormon testosteron. Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan
mulai terbentuk karena kurangnya testosteron, bukan karena adanya hormon esterogen.
Fertilisasi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya satu
sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke
vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui
oleh sperma. Fertilisasi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut dipenuhi:
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
mengakibatkan
hermofroditisme
yang
jarang
ditemui.
Hermafrodit
memiliki
2. Genetalia Interna
Tidak seperti gonad dan genetalia eksterna yang bipotensial, genitalia interna pria
dan wanita berkembang dari system yang berbeda. Perkembangan struktur-struktur ini
terjadi bersamaan dan memiliki kedekatan fisik dengan perkemabangan system urinarius.
Keduanya mulai terjadi pada sekitar minggu ke 4 masa embrio (minggu ke 6 siklus
menstruasi). Ginjal primordial (mesonefros) terdiri dari tubulus dan duktus yang dikenal
sebagai duktus mesonefrik atau wolffii. Duktus wolffii berasal dari tubulus yang akan
menjadi sinus urogenital. Tubulus mesonefrik berhubungan dengan korda seks primitive
saat gonad mulai berdiferensiasi. Secara simultan epitel selom yang berada di dekat tepi
lateral rigi mesonefrik membentuk duktus para mesonefrik atau mullerii. Saat proses
perkembangan ginjal berlanjut (tahap metanefrik), struktur mesonefrik akan bergabung
6
menjadi saluran reproduksi dan kehilangan fungsi urinarius nya. Duktus wolfii dan
mullerii masing-masing merupakan asal usul untuk organ reproduksi internal pada pria
dan wanita. Pada masing-masing seks, system duktus yang berbeda akan menghilang
pada usia janin 3 bulan, hanya meninggalkan sisa yang tidak berguna.
Tidak adanya mullerian-inhibiting substance (MIS) pada embrio wanita
menyebabklan system mullerii menetap. Untuk mencapai sinus urogenital, duktus
mullerii menginduksi pembentukan lempeng vagina. Hubungan antar duktus mullerii
dengan lempeng vagina juga menginisiasi penyatuan duktus-duktus untuk membentuk
badan uterus. Duktus mullerrii akan membentuk tuba fallopii, uterus dan sepertiga bagian
atas vagina. Kegagalan perkembangan dan penyatuan duktus mullerrii dapat
menyebabkan kelainan uterus dan servik. Pada keadaan tidak adanya testosterone, system
wolfii mengalam regresi. Sisa duktus wolffii, yang dikenal dengan duktus gartner,
menetap pada daerah antara ovarium dan hymen. Secara klinis, kista dapat terbentuk
dimana saja sepanjang duktus gartner.
Sebagian kelenjar prostat berkembang dari daerah primordial yang sama dari sinus
urogenital yang membentuk lempeng vagina pada wanita, menyebabkan prostat homolog
dengan vagina bagian atas.
3. Genitalia Eksternal
Seperti gonad primordial, tunas genitalia eksternal memiliki sifat bipotensial.
Pada minggu ke 8 masa embrio (minggu ke 10 dari siklus menstruasi), celah urogenital,
tuberkulum genital, dua lipatan genitalia lateral, dan dua pembengkakan labioscrotal
merupakan precursor terbentuknya genitalia eksternal.
8
Pada wanita, lipatan pada celah urogenital tetap terbuka. Aspek posterior dari
sinus urogenital membentuk dua pertiga bagian bawah vagina, sedangkan aspek anterior
membentuk uretra. Lipatan genitalia lateral membentuk labia minor dan tonjolan labio
scrotal membentuk labia mayor. Klitoris terbentuk diatas uretra. Gubernaculum yang
terbentuk diantara tepi duktus mullerii dan ovarium mencapai kornu uterus saat
berdeferensiasi. Gubernaculum pada wanita menjadi ovarium dan ligament rotundum.
Diferensiasi fenotif wanita terjadi pada keadaan tiak terdapatnya androgen dan tidak
tergantung pada ovarium.
Pajanan terhadap androgen spesifik yang dimulai pada kehamilan minggu ke 5
masa embrio (minggu ke 7 siklus menstruasi) sangan penting untuk perkembangan
fenotif pria pada bayi baru lahir. Janin yang terpajan pada DHT endogen dan eksogen
pada saat ini mengalami diferensiasi pria, tanpa memperhatikan sek genetic atau gonad.
Tidak adanya aktivitas androgen akan menghasilkan fenotif wanita.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fertilisasi yaitu suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur
didalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat
melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami
perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Diferensiasi ovarium terjadi kira-kira 2 minggu lebih lama dari perkembangan
testis. Pada awalnya, korda seks dari ovarium yang berkembang tetap berproliferasi
sambil mempertahankan hubungannya dengan permukaan gonad. Sel-sel germinal mulai
berdiferensiasi dalam folikel menjadi oosit primordial yang disebut oogonium. Epitel
yang memengelilingi oogonium berdeferensiasi menjadi sel granulosa. Messemkim
subepitel kemudian menginvasi gonad dan memutus korda seks sehingga memisahkan
folikel-folikel. Mesemkim akan menjadi stroma ovarium
Pajanan terhadap androgen spesifik yang dimulai pada kehamilan minggu ke 5
masa embrio (minggu ke 7 siklus menstruasi) sangan penting untuk perkembangan
fenotif pria pada bayi baru lahir. Janin yang terpajan pada DHT endogen dan eksogen
pada saat ini mengalami diferensiasi pria, tanpa memperhatikan sek genetic atau gonad.
Tidak adanya aktivitas androgen akan menghasilkan fenotif wanita.
11
B. SARAN
Fertilisasi
dapat
terjadi,
jika
beberapa
kriteria
berikut dipenuhi:
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
12
13