Anda di halaman 1dari 45

Blok IPT 2014-2015

Antimalaria
Dr.Dra.Risdawati Djohan, M.Kes, Apt

PENDAHULUAN
Siklus hidup plasmodium

Obat antimalaria
Macam penyakit malaria
malaria tropika yang disebabkan oleh P. falciparum;
malaria tersiana yang disebabkan oleh P. vivax dan P. ovale
malaria kuartana yang disebabkan oleh P. malariae.

Gametosida

Skizontosida
jaringan
Skizontosida
darah
Sporontosid

KLASIFIKASI ANTIMALARIA
Skizontosid jaringan

Skizontosid darah untuk mengendalikan serangan klinik


Klorokuin

Kuinin

meflokuin

Halofantrin

qinghaosu (artemisinin).

Antifolat

Gametosid untuk mengendalikan transmisi


Sporontosid

KLASIFIKASI ANTIMALARIA
Mengendalikan serangan klinik
Mencegah pembentukan skizon baru
sehingga tidak terjadi penghancuran
eritrosit yang menimbulkan gejala klinik
skinzotosid darah

Pengobatan supresi
menyingkirkan semua parasit dari tubuh
pasien
skizontosid darah dalam waktu yang lebih
lama dari masa hidup parasit.

KLASIFIKASI ANTIMALARIA
Pencegahan kausal

Mencegah tahap infeksi eritrosit baru


Menghambat transmisi
skizontosid jaringan

Pencegahan relaps PRIMAKUIN

Bekerja pada bentuk laten jaringan P. vivax dan P.


Ovale

profilaksis terminal atau penyembuhan radikal

profilaksis terminal obat segera sebelum atau


segera sesudah meninggalkan daerah endemik

untuk penyembuhan radikal obat diberikan


selama masa infeksi laten atau selama
serangan akut.
Skizontosid jaringan

Pada saat serangan akut:


skizontosid jaringan + skizontosid
darah.
Klorokuin (sekarang sudah resistan)

KLASIFIKASI ANTIMALARIA (lanjutan)


Pengobatan radikal

untuk memusnahkan parasit dalam fase


eritrosit dan eksoeritrosit.
digunakan kombinasi skizontosid darah
dan jaringan.
Bila telah dicapai penyembuhan radikal
maka individu ini diperbolehkan menjadi
donor darah.
Pengobatan untuk mengatasi serangan
klinik infeksi P. falciparum juga merupakan pengobatan radikal.
Pengobatan Individu yang tinggal di
daerah endemik tidak cocok
pengobatan radikal karena kemungkinan reinfeksi besar.

Gametositosid membunuh gametosit


yang berada dalam eritrosit sehingga
transmisinya ke nyamuk dihambat.
Sporontosid menghambat perkembangan
gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang
mengisap darah pasien, rantai penularan
terputus.
primakuin dan kloroguanid.
tidak dipakai secara klinis untuk tujuan
ini.

Pengobatan
Kombinasi tetap (FDC)
Pengobatan radikal
kesembuhan klinis dan
parasitologik
memutuskan rantai penularan.

Artemisinin Combination
Therapy, (ACT)
Program nasional: derivat
artemisinin + golongan
aminokuinolin,

Dihidroartemisinin 40 mg
Piperakuin (DHP); 320 mg
Artesunat Amodiakuin

Artesunat 50 mg;
4 tab/blister
Amodiakuin 150 mg; 4
tab/blister

Malaria falciparum & malaria vivaks


A. Lini pertama : ACT + Primakuin

Dihydroartemisinin = 2 4 mg/kgBB

Piperakuin = 16 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)

Dapat diberikan pada ibu hamil


trimester 2 dan 3

A. Lini pertama : ACT + Primakuin

Amodiakuin basa = 10mg/kgBB


Artesunat = 4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari

B. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum:


Kina + [ Doksisiklin atau Tetrasiklin ]+ Primakuin

Kina: 3x10mg/kgBB/hari

Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari


2 x sehari (> 15 tahun)
Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari
2 x sehari (8-14 tahun)

B. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum:


Kina + [ Doksisiklin atau Tetrasiklin ]+ Primakuin

Kina: 3x10mg/kgBB/hari

Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari


2 x sehari (> 15 tahun)
Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari
2 x sehari (8-14 tahun)

B. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum pada anak:


Kina + Klindamisin + Primakuin

Lini Kedua untuk Malaria Vivaks: Kina + Primakuin

Pengobatan malaria vivaks yang relaps :


regimen ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari
defisiensi enzim G6PD primakuin diberi dengan dosis mingguan : 0,75 mg/kgBB; 8 12 minggu

Malariae ovale

Malaria malariae

Lini pertama:

ACT (1-3 hari) dosis sama


dengan malaria yLini pertama:

DHP atau artesunat +


Primakuin
Dosis = malaria vivaks

DHP atau artesunat + Primakuin


Dosis sama dengan dosis malaria
yang lain; tanpa primakuin

Lini Kedua:
Sama dengan malaria vivaks

Infeksi Malaria campur

ACT : 3 hari

Primakuin 0,25 mg/kg BB : 14 hari

Profilaksis
Sebelumnya

Pedoman sekarang

Amodiakuin

Doksisiklin

fansidar

yang

terutama untuk daerah


dengan malaria falsiparum
resisten terhadap klorokuin.

Diberikan setiap hari dengan


dosis 2 mg/kgBB selama tidak
lebih dari 4-6 minggu.
Obat ini diberikan 1-2 hari
sebelum bepergian, selama
berada di daerah tersebut sampai
4 minggu setelah kembali

Pengobatan Malaria pada Ibu Hamil

1. Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks


Lini pertama : ACT + Primakuin
Malaria falsiparum

Malaria vivaks

DHP + Primakuin

DHP + Primakuin

DHP : 1 3 hari
Primakuin : 1 hari

DHP : 1 3 hari
Primakuin : 1 - 14 hari

Artesunat-amodiakuin

Artesunat-amodiakuin

+ Primakuin

+ Primakuin

Artesunat-amodiakuin: 1 3 hari
Primakuin: 1 harii

Artesunat-amodiakuin: 1 3 hari
Primakuin: 1 - 14 hari

ARTEMISININ
& DERIVATNYA
Artemisinin

Dihidroartemisinin

Artemotil

Artemeter

Artesunate

Artemisinin
Artemisinin / qinghaosu, adalah seskuiterpen
lakton, diekstraksi dari daun Artemisia annua
(sweet wormwood ).
Digunakan di China sebagai obat demam (> 1000
tahun)
1967 (ilmuan China) Struktur kimia artemisinin
1972 khasiat sebagai obat anti malaria (OAM)
Aktivitas: skizontisida darah semua spesies
plasmodium, mula kerjanya sangat cepat

Artemisinin
Mekanisme kerja:

Menghambat enzim kalsium adenosin


triphosphatase (PfATPase) yang berperan
untuk memasukkan kalsium ke dalam
membran parasit.
Menghambat kristalisasi hemozoin
(pigmen malaria)

Aktivitas antimalaria:
Membunuh bentuk aseksual

parasit pada semua stadium


(cincin muda sampai skizon)
gametosida terhadap P.

falciparum stadium gametosit,


(biasanya hanya oleh primakuin)

Farmakokinetik
Diabsorpsi setelah penggunaan oral atau rektal

Tmaks : 3 jam (oral), 11 jam (rektal)


Metabolisme:
metabolit tidak aktif oleh enzim CYP2B6 dan enzim lainnya.
Penginduksi kuat metabolisme sendiri.

Waktu paruh (t ) eliminasi 1 jam.

Toksisitas
o Artemisinin dan turunannya biasanya aman dan dapat ditoleransi
dengan baik.
o Efek samping yang pernah dilaporkan:
o gangguan pencernaan (tenesmus dan diare), pusing, tinnitus,
Retikulositopenia, neutropenia, peningkatan enzim hati, pemanjangan
interval QT.
o Efek samping yang serius: reaksi hipersensitivitas tipe I (1 di antara 3000
pasien).
o Tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester I k/ belum ada bukti
keamanannya
pada hewan: abnormalitas (neurotoksis) dan kematian embrio

Artemeter
Metil eter dari
dihidroartemisinin.

Mekanisme kerja

Interaksi hem dengan obat


yang mengandung peroksida.
pembentukan radikal oksigen
atau radikal berpusat karbon
yang sangat toksik (sitotoksik)

Efektif terhadap stadium


eritrositik Pf

lebih mudah larut dalam


lemak dibandingkan
artemisinin atau artesunat.
Artemeter
IM berbasis minyak
Oral
Terapi kombinasi dengan
lumefantrin (AL) [COARTEM]

Artemeter
Farmakokinetik

Distribusi:

Absorpsi:

AL terikat kuat dengan protein serum


manusia invitro (95,4% dan 99,7%.).
Dihidroartemisinin juga terikat pada
protein serum manusia (47% - 76%).

Artemeter diserap melalui saluran


cerna dan meningkat oleh makanan.

Bentuk kombinasi AL :

Mula kerja artemeter cepat dan juga


cepat dikeluarkan dari tubuh.
artemeter memberikan efek
simptomatik yang cepat (mengurangi
jumlah parasit)
Lumefantrine waktu paruh lebih
panjang dan bekerja untuk
menghilangkan parasit yang masih
tersisa

Metabolisme:
Artemeter dimetabolisme oleh
enzim sitokrom P450 3A4 dan
3A5 menjadi metabolit aktif
dihidroartemisinin dan
metabolit lain

Artemeter
Interaksi:
Hindarkan pemberian sejumlah
obat (pirimetamin, kuinidin,
proguanil, kina, risperidon,
levofloxacin) memperpanjang
interval QT

Kontraindikasi:

Dengan obat-obat
penginduksi CYP3A4 R
Rifampisin
Karbamazepin
Fenitoin
St. Johns wort

Artesunate
Garam natrium dari ester
hemisuksinat artemisinin

Farmakokinetik

Larut dalam air tetapi kurang


stabil dalam larutan air pH
netral atau asam.

Absorpsi:
Artesunate diserap dan T maks 1,5 jam
(oral), 2 jam (rektal) dan 0,5 jam (IM)

Dalam bentuk injeksi, asam


artesunat digabung dengan
natrium bikarbonat untuk
membentuk sodium artesunat
segera sebelum diinjeksikan.

Artesunate dapat diberikan


secara oral, rektal, IM, IV

Distribusi:
Ikatan dengan protein tidak diketahui
Metabolisme:
Artesunate dikonversi menjadi
metabolit aktif dihidroartemisinin

Artesunate
Farmakokinetik

Eliminasi
artesunat dieliminasi
sangat cepat & aktivitas
antimalaria ditentukan
oleh eliminasi
dihidroartemisinin (t
45 menit).
pada penderita dengan
gangguan ginjal atau hati
tidak diperlukan merubah
dosis.

Toksisitas = artemisinin.
Interaksi obat:
Belum diketahui.

Dihidroartemisinin
Metabolit aktif utama dari turunan artemisinin
dapat diberikan secara oral dan rektal dalam bentuk
dihidroartemisinin sendiri.
Obat ini relatif tidak larut dalam air
Sediaan tablet 20 mg, 60 mg, 80 mg, dan supositoria 80
mg.
Farmakokinetik

Cepat diserap setelah pemberian oral, Tmaks 2,5 jam.


Penyerapan melalui rute rektal agak lebih lambat, Tmaks 4
jam
Ikatan protein plasma 55%, t eliminasi 45 menit
Metabolisme di usus dan glukuronidasi hati

Toksisitas =
artemisinin.
Interaksi obat : belum
diketahui

Artemotil
Sebelumnya dikenal sebagai arteether,
Merupakan etil eter artemisinin,
Tidak larut dalam air & hanya dapat diberikan secara IM bahan pembawa
minyak .
Farmakokinetik

penyerapan berlangsung lebih lambat dan tidak menentu


pada beberapa pasien kadarnya tidak terdeteksi sampai lebih dari 24 jam
setelah pemberian.

Toksisitas = artemisinin
Interaksi : belum diketahui

KINA DAN ALKALOID SINKONA


SEJARAH DAN KIMIA

Alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona.


Di Amerika selatan, alkaloid telah digunakan berabad-abad
sebagai obat tradisional.
Penggunaannya secara ilmiah berkembang dengan pesat sejak
kina dan sinkonin berhasil diisolasi.
Saat ini kina sudah dapat disintesis, tetapi cara pembuatannya
demikian sulit dan mahal sumber alam masih tetap
dipertahankan.

KINA DAN ALKALOID SINKONA


SEJARAH DAN KIMIA

Pohon sinkona mengandung lebih dari 20 alkaloid, tetapi yang


bermanfaat di klinik
kina dan kuinidin serta
sinkonin dan sinkonidin.
Semua alkaloid sinkona dan turunannya memiliki sifat
farmakologik mirip, berbeda secara kuantitatif
kuinidin 2 kali lebih kuat dari kina
Alkaloid lain kina

FARMAKODINAMIK
EFEK ANTIMALARIA.
Untuk terapi supresi dan pengobatan serangan klinis,
Berefek skizontosid darah & gametositosid terhadap P. vivax dan P.
malariae, tetapi tidak untuk P. falciparum.

Mekanisme kerja

Menghambat polimerisasi hem yang bersifat toksik terhadap plasmdium


Hem adalah hasil sampingan dari pemecahan SDM .

Efek terhadap otot rangka.


Menimbulkan efek kurariform manfaat klinis yang penting yaitu
mengurangi gejala klinis pada pasien miotonia kongenital,
Efek samping distres pernapasan & disfagia pada pasien miastenia gravis.

. FARMAKOKINETIK
Diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas

maks

= 1-3 jam (dosis tunggal).

Distribusinya luas hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa


kina sawar uri.
Metabolisme dalam hati
20% yang diekskresi dalam bentuk utuh di urin.
Ekskresi yang cepat tidak terjadi kumulasi dalam badan.
t = 11jam (orang sehat); 18 jam (pasien malaria berat)

EFEK SAMPING
sinkonisme

Timbul pada dosis terapi


tidak selalu memerlukan penghentian pengobatan.
Gejalanya mirip salisilismus yaitu tinitus, sakit kepala,
gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare dan
mual.
Gejala yang ringan, gangguan di sistem pendengaran
dan penglihatan.

Efek samping
Keracunan yang lebih berat : (dosis oral 2-8 gram)

gangguan gastrointestinal,
saraf, kardiovaskular,
kulit.
Kemudian perangsangan SSP,

bingung, gelisah, dan delirium.


Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat
kulit menjadi dingin dan sianotis
suhu kulit dan tekanan darah menurun
meninggal karena henti napas. Keracunan yang berat ini

Black water fever


gejala hemolisis berat, hemoglobinemia dan hemoglobinuri
reaksi hipersensitivitas kina yang kadang terjadi pada pasien malaria yang
hamil.
Hipersensitivitas yang lebih ringan dapat terjadi pada pasien dengan
defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase.
Kina dan kuinidin perangsang kuat sel pankreas hiperinsulinemia
hipoglikemia berat.
komplikasi yang fatal terutama pada wanita hamil dan pasien infeksi berat

gangguan ginjal
Agranulositosis

hipoprotrombinemia,
Abortus

INDIKASI
Th/ malaria P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin.

malaria tanpa komplikasi, secara oral,


dikombinasi dengan

doksisiklin,
klindamisin
sulfadoksin-pirimetamin.

Kombinasi ini

memperpendek masa pemakaian kina


mengurangi toksisitasnya.

Jika pasien th/gagal (tidak ada perbaikan klinik setelah 48 jam


pengobatan) dosis kina perlu diturunkan 30%-50% untuk mencegah
akumulasi dan toksisitas dari obat.

2. KLOROKUIN DAN TURUNANNYA


Klorokuin (7-kloro-4-(4 dietilamino-1-metil-butil-amino) kuinolin
ialah turunan 4-aminokuinolin.
Dulu klorokuin sebagai drug of choice untuk malaria sekarang
resistan, tidak direkomendasikan untuk antimalaria
Derivatnya: Amodiakuin dan hidroksiklorokuin, sifatnya =
klorokuin
Amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum
Amodiakuin memiliki efek samping agranulositosis yang fatal dan
toksik pada hati.

FARMAKODINAMIK
Antimalaria

efek antiradang pada dosis tinggi


artritis reumatoid
lupus erithromatosus,
lupus diskoid, dan lain-lain.
AKTIVITAS ANTIMALARIA.
Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit
Efektif terhadap semua spesies P. vivax, P. malariae, P. ovale dan strain P.

falciparum

Mekanisme kerja
klorokuin masih kontroversial. Salah satu mekanisme yang
penting adalah penghambatan aktivitas polimerisasi heme

Alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai