Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait
Penelitian ini menguraikan konsep terkait, yang akan dibahas tentang
Konsep efektifitas ,Konsep RW Siaga,Konsep Kegiatan RW Siaga serta
pelaksanaannya.
1.

Efektifitas
Efektifitas secara umum dapat di artikan yaitu menunjukkan sampai

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dulu ditentukan. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1996)
bahwa:
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menanyakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
presentase yang dicapai makin tinggi efektifitasnya.
(www.google.co.id/efektifitas.php?id=8)
RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi

masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan


secara mandiri. ( Depkes, 2007 )
Tujuan dari RW Siaga ini adalah :
a. Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
b. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.

c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa


terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan ( bencana,wabah,kegawat-daruratan dan sebagainya ).
d.

Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku


hidup bersih dan sehat

e.

Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa

f.

Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk


menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

2.

Konsep RW Siaga
a.

Pengertian
RW Siaga adalah Kelompok RW yang penduduknya memiliki

kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah


dan

mengatasi

masalah-masalah

kesehatan,

bencana

dan

kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah RW dikatakan


menjadi RW Siaga apabila wilayahnya tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas (Depkes, 2007).
RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan/
KLB secara mandiri.( Buku Keperawatan Komunitas oleh Ns. Mia
Fatma Ekasari,S.kep dkk )
Inti dari kegiatan Desa/RW Siaga adalah memberdayakan
masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu
dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan

edukatif yaitu upaya pendampingan (memfasilitasi) masyarakat untuk


menjalani proses.
Landasan Hukum pengembangan Desa/RW Siaga adalah :
1. UUD 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. UU Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. UU Nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Pembangunan Keuangan
antara Pusat dan Pemerintah Daerah
7. Keputusan

Menkes

RI

Nomor

574/Menkes/SK/V/200

tentang Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat


2010.
8. KEPMENDAGRI

No.9 tahun 2001 tentang Kader

Pemberdayaan Masyarakat.

b. Konsep Operasional RW Siaga Sebagai Dasar Kelurahan Sehat


1) Di setiap RW memiliki 1 buah pos RW yang dapat dimanfaatkan
untuk pusat informasi kegiatan siaga ditingkat RW dan dapat
dikaitkan dengan Pusat Informasi Kesehatan keluarga.
2) Memilki satu orang tenaga kesehatan /bidan/ perawat berperan
mengelola kegiatan promotif dan preventif serta mengkoordinir
pengelolaan informasi.
3) Memiliki minimal 2 (dua) orang kader yang membantu kegiatan di
pos RW sebagai RW Siaga.

c.

Kriteria RW Siaga
1) Memiliki

pelayanan

kesehatan

dasar(Seperti

pemeriksaan

tekanandarah,pemeriksaan kadar gula,konsultasi kesehatan) di RW


yang telah memiliki akses ke puskesmas/pustu.
2) Memilki berbagai UKBM sesuai kebutuhan masyarakat setempat
(Posyandu,Posbindu,Pemberian

vitaminpada

balita

dan

ibu

hamil.dll).
3) Memiliki

sistem

survailas

(penyakit

dan

faktor-faktor

resiko)berbasismasyarakat.
4) Memiliki sistem kesiapsiagaan penanggulangan kegawatdaruratan
dan bencana berbasis masyarakat.
5) Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
6) Masyarakatnya sadar gizi
7) Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.
d.

Aspek-Aspek Kegiatan RW Siaga


Ada 7 Kriteria sebagai dasar RW Siaga adalah :
1) Memiliki sarana pos RW/PIK Keluarga sebagai pusat informasi
kegiatan Siaga di tingkat RW.
2) Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat ( Posyandu,dana sehat,donor darah,GSI (Gerakan Sayang
ibu) dan sarana transportasi).
3) Memiliki sistem pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor
resiko berbasis masyarakat.

4) Memiliki

sistem

kesiapsiagaan

dan

penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.


5) Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat
6) Masyarakatnya sadar gizi
7) Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS)

e.

Strata RW Siaga
1) RW Siaga Pratama, bila memiliki 3 kriteria yaitu:
(a)Memiliki sarana Pos RW/PIK Keluarga sebagai pusat informasi
kegiatan siaga di tingkat RW.
(b)Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
(c)Memiliki sistem pengamatan (Surveilans) penyakit dan faktorfaktor resiko yang berbasis masyarakat.
(d) RW Siaga Madya, bila telah memiliki 4 kriteria yaitu:
(e)Memiliki sarana Pos RW/ PIK Keluarga sebagai pusat informasi
kegiatan siaga di tingkat RW.
(f) Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
(g)Memiliki sistem pengamatan (Surveilans) penyakit dan faktorfaktor resiko yang berbasis masyarakat.
(h)Memiliki

sistem

kesiapsiagaan

dan

penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.


2) RW Siaga Purnama, bila telah memenuhi 5 kriteria yaitu:

(a) Memiliki sarana Pos RW/ PIK Keluarga sebagai pusat


informasi kegiatan siaga di tingkat RW.
(b) Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
(c) Memiliki sistem pengamatan (Surveilans) penyakit dan faktorfaktor resiko yang berbasis masyarakat.
(d) Memiliki

sistem

kesiapsiagaan

dan

penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.


(e) Memilki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
3) RW Siaga Mandiri, bila telah memenuhi 7 kriteria yaitu:
(a)

Memiliki sarana Pos RW/ PIK Keluarga sebagai pusat


informasi kegiatan siaga di tingkat RW.

(b)

Memiliki

berbagai

UKBM

sesuai

dengan

kebutuhan

masyarakat setempat.
(c)

Memiliki sistem pengamatan (Surveilans) penyakit dan faktorfaktor resiko yang berbasis masyarakat.

(d)

Memiliki

sistem

kesiapsiagaan

dan

penanggulangan

kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.


(e)

Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.

(f)

Masyarakatnya sadar gizi

(g)

Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

f. Sasaran RW Siaga
1) Sasaran Pemberdayaan

Seluruh individu dan keluarga di kelurahan ,diharapkan mampu


melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terahadap
pemasalahan kesehatan di wilayahnya.
2) Sasaran Bina Suasana
Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat

TOMA ), tokoh agama (TOAG) tokoh perempuan dan pemuda, para


kader serta petugas kesehatan.
3) Sasaran Advokasi
Pihak-pihak yang diharapakan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan , dana, tenaga, sarana, dll seperti lurah,
camat,para pejabat terkait,swasta,para donatur dan stakeholders lainnya.

g. Langkah-Langkah Pembentukan RW Siaga


1) Di Tingkat Kecamatan
(a)

Tim tingkat kecamatan dengan keanggotaan yang melibatkan :


Camat,Sekcam, seksi-seksi terkait di tingkat kecamatan, kepala
puskesmas, koordinator Promkes dan PSM di tingkat kecamatan,
kepala penilik pendidikan, tokoh masyarakat, pengurus ORMAS/
sosial PKK kecamatan, pimpinan perusahaan yang ada di wilayah
tersebut.

(b)

Tim tingkat kecamatan menetapkan 2 kelurahan sebagai uji coba


kelurahan sehat, dimana seluruh RW disetiap kelurahan tersebut
adalah RW siaga.

(c)

Tim tingkat kecamatan menyusun rencana kerja pelaksanaan RW


Siaga.

(d)

Tim tingkat kecamatan mengadakan pertemuan untuk menentukan


langkah-langkah berikutnya dalam membentuk RW siaga.

(e)

Tim tingkat kecamatan melaksanakan lokakarya dengan tujuan


untuk menyamakan persepsi tentang RW Siaga, membahas
penyakit-penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang terjadi di
kecamatan.

2) Di Tingkat Kelurahan
(a)Membentuk tim tingkat kelurahan dengan keanggotaan melibatkan :
Lurah,

Dewan

Kelurahan,

Pemuka

masyarakat,

Puskesmas,

Kecamatan, Usahawan yang berdomisili di wilayah kelurahan TPPKK, kelurahan, wakil ORMAS keagamaan dan ORMAS sosial yang
ada dikelurahan, guru-guru sekolah/madrasah, pengurus organisasi
kepemudaan dan kader posyandu.
(b)Melakukan sosialisasi RW Siaga.
(c)Melakukan identifikasi kegiatan yang mendukung RW Siaga.
(d)Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey
(CSS).
Tujuan Survei Mawas Diri adalah :
(a)Mencari informasi masalah kesehatan dan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
(b)Memberikan kesempatan kepada tokoh masyarakat untuk mencari,
mengemukakan dan mengenal masalah kesehatan setempat.

(c)Meyakinkan tokoh masyarakat pentingnnya masalah itu karena


mereka sendiri yang menyusun dan mencari sendiri data yang
menggambarkan masalah.
(d)Meyakinkan tokoh masayarakat untuk menetapkan pemahaman
masalah yang diselesaikan.
(e)Lokakarya/Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan
Tujuan MMD/Keluarahan adalah untuk mencari alternatif
penyelesaian masalah kesehatan dari hasil SMD dikaitkan dengan
potensi yang dimiliki RW, disamping itu juga untuk menyusun
rencana jangka panjang pengembangan RW Siaga.
Hasil yang diharapkan:
(1)

Membahas masalah penyakit yang sering muncul di RW dan


penyebabnya

(2)

Mendengarkan hasil temuan SMD yang telah dilakukan oleh


tokoh masyarakat dan mambahas kemungkinan prioritas
pemecahan masalahnya.

(3)

Membahas tentang konsep dan rencana pengembangan RW


Siaga.

(4)

Membahas kegiatan-kegiatan di RW yang masih berlangsung


dan bisa dalam indikator RW siaga.

(5)

Mambahas

rencana

dan

langkah

langkah

untuk

memantapakan RW Siaga termasuk memilih tenaga masingmasing bidang,rencana melatih, menggali pembiayaan, dll.
Yang diundang dalam MMD/ Lokakarya

adalah :

Lurah,Dewan Kelurahan, Ketua RW, BPD dan badan lain yang

ada di Kelurahan, Pemuka masyarakat yang berdomisili di


wilayah kelurahan.
(e) Pertemuan Tingkat Desa/Kelurahan
Merupakan pertemuan awal di wilayah yang dipimpin oleh
lurah dengan difasilitasi oleh Puskesmas Peserta terdiri dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kader dan lain-lain. Agenda
pembicaraan berisi tentangg pentingnya peran aktif masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi dengan memanfaatkan
potensi yang ada di wilayah kelurahan.
(f) Pelatihan Kader Desa/Kelurahan Siaga
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam
mensukseskan pelaksanaan desa Siaga menuju Indonesia Sehat 2010.
Mengenal masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
KIA, Gizi, Kesling, P2M, Imunisasi, serta bagaimana cara pengisian
kartu kesehatan yang akan digunakan dalam Survei Mawas Diri.
Tujuan Pelatihan :Kader tahu dan terampil serta bersedia aktif
dalam pelaksanaan kegiatan desa siaga. Dengan berperan sertanya
kader dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan dapat berjalan
dengan lancar.
(g) Diskusi Kelompok Terarah / DKT
Pengertian Diskusi kelompok terarah adalah Suatu proses
komunikasi dua arah antara pemandu dengan peserta DKT yang
terdiri dari kader, keluarga dan antara sesama peserta DKT
Tujuan dan Manfaat Diskusi Kelompok Terarah

(1) Meningkatkan pengetahuan, sikap & ketrampilan kader


keluarga agar berdaya mengenali & mengatasi masalah
kesehatan di keluarganya.
(2) Mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga yg ada dalam kartu kesehatan keluarga baik yg
dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat maupun bantuan
petugas.
(3) Mendorong keluarga atau masyarakat untuk berani
berbicara.
(4) Wahana untuk mengenali masalah dan pemecahannya
(5) Upaya untuk pemberdayaan keluarga.
3) Di Tingkat RW
a) Membentuk tim RW, dengan susunan
b) Keanggotaan;Pembina,Ketua
Kelurahan,Tokoh

agama,

RW,
dll;

Tokoh

penaggung

masyarakat
jawab

wilayah

,Dewan
petugas

Puskesmas,kader RW Siaga, Kader Posyandu.


c) Melakukan pendataan

h. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan upaya Pengembangan RW Siaga dapat dilihat dari empat
kelompok indikatornya, yaitu:
a. Indikator Masukan

Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besarnya


masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan RW Siaga. Indikator
masukan terdiri dari :
1) Ada/tidaknya forum masyarakat RW
2) Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan dasar
3) Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4) Ada/tidaknya tenaga kesehatan
5) Ada/tidaknya tenaga kader
6) Ada/tidaknya dana untuk kesehatan masyarakat RW.
b. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur keberhasilan
seberapa aktif upaya yang dilaksanakan disuatu RW dalam rangka
pengembangan RW Siaga. Indikator proses terdiri dari :
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat RW.
2) Berfungsi/tidaknya pelayanan kesehatan dasar.
3) Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
4) Berfungsi/tidaknya

sistem

kesiapsiagaan

dan

penaggulangan

kegawatdaruratan bencana.
5) Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
6) Ada/tidaknya kegiatan promosi kesehatan untuk kadarzi dan PHBS.
c. Indikator Keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
hasil kegiatan yang dicapai disuatu RW dalam rangka pengembangan RW
siaga.
Indikator keluaran terdiri dari :

1) Cakupan pelayanan kesehatan dasar


2) Cakupan pelayanan UKBM
3) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4) Cakupan rumah tangga yang memperoleh penyuluhan kadarzi dan PHBS
d. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dari hasil kegiatan RW dalam rangka pengembangan RW Siaga.
Indikator dampak terdiri dari :
1) Jumlah penduduk yang menderita sakit
a.Dikatakan berhasil, jika jumlah penduduk yang menderita sakit < 70%.
b. Dikatakan tidak berhasil, jika jumlah penduduk yang menderita sakit
> 70 %.
2) Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa
a.Dikatakan berhasil, jika jumlah penduduk yang mengalami gangguan
jiwa < 20
b. Dikatakan tidak berhasil, jika jumlah penduduk yang mengalami
gangguan jiwa > 20%
3) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
a.Dikatakan berhasil, jika jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
< 23%/100.000 kelahiran hidup.
b. Dikatakan tidak berhasil, jika jumlah ibu melahirkan yang meninggal
dunia > 23%/100.000 kelahiran hidup.
4) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
a. Dikatakan berhasil, jika jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
< 45 %/100.000 kelahiran hidup.

b. Dikatakan tidak berhasil, jika jumlah bayi dan balita yang meninggal
dunia > 45%/100.000 kelahiran hidup.
5) Jumlah balita yang gizi buruk
a. Dikatakan berhasil, jika jumlah balita yang gizi buruk < 20%.
b. Dikatakan tidak berhasil, jika jumlah balita yang gizi buruk > 20 %.

3. Kegiatan RW Siaga
a.

Pos RW /PIK Keluarga (Pusat Informasi dan Konsultasi


Keluarga)

Sebagai

tempat

sarana

informasi

pemberdayaan/pengkaderisasi dan peningkatan kesejahteraan keluarga


yang berada di tengah-tengah masyarakat dan secara mudah dapat di
jangkau

oleh

keluarga-keluarga

yang

membutuhkan,

dalam

operasionalnya dapat dilakukan dengan kegiatan PIK Keluarga.


b. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) merupakan
wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan,
UKBM ini termasuk sebagai embrio RW Siaga berupa:
1) Posyandu
Merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola
dan di selenggarakan dari, oleh,untuk dan bersama masyrakat
dalam

penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan,

gina

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan


kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Dalam kegiatan ini dilakukan pendataan yaitu mencatat

jumlah

posyandu,alamat

posyandu,jadwal

posyandu

dan

struktur organisasi.
2) Donor darah siaga
Donor darah siaga adalah proses dimana penyumbang
darah secara sukarela diambil darahnya untuk disimpan di bank
darah atau diperlukan untuk keadaan-keadaan darurat seperti
adanya bencana alam yang mengakibatkan korban luka-luka
dan

membutuhkan

banyak

persediaan

donor

darah.

(http//www.google.com)
Dalam kegiatan ini dilakukan pendataan yaitu daftar
pendonor

darah,golongan

darah

pendonor,serta

alamat

pendonor.
3) Transportasi siaga
Transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan seperti
mobil, motor atau angkutan lain.(http//www.google.com),
dalam hal ini transportasi siaga dapat diartikan kendaraan
operasional yang dimiliki suatu RW/kelurahan sekurangkurangnya satu unit untuk membantu penduduk apabila ada
keadaan darurat seperti membawa keluarga ke rumah sakit.
Dalam kegiatan ini dilakukan pendataan daftar pemilik
kendaraan yang dapat digunakan untuk transportasi siaga di
RW, jadwal penggunaan kendaraan sebagai transportasi siaga.

4) GSI (Gerakan Sayang Ibu)

Gerakan Sayang ibu adalah suatu gerakan yang


dilakasanakan oleh masyarakat atau gerakan percepatan penurunan
angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama dengan
meningkatkan pengetahuan,kesadaran dan kepeduliandalam upaya
integratif dan strategis.
Dalam kegiatan ini dilakukan pendataan jumlah ibu
hamil, Pasangan Usia Subur (PUS),ibu bersalin,ibu nifas dan ibu
menyusui.
c. Sistem surveilans penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan melaporkan
tanda-tanda penyakit, faktor resiko dan tanggap masalah yang dihadapkan.
Dalam kegiatan ini masyarakat di harapkan keaktifannya dalam mengenali
segala gejala-gejala yang di timbulkan di lingkungannya agar tidak menjadi
wabah penyakit yang dapat merugikan.
d. Sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana berbasis masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat mengenal kondisi lingkungan
RW, kondisi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, melakukan
kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan, meningkatakan kemampuan
penanganan kegawatdaruratan dan melaporkan masalah-masalah kesehatan
kepada pertugas kesehatan terkait.
e. Sistem Pembiayaan Berbasis Masyarakat
Setiap keluarga diharapkan sudah dapat mempersiapkan dirinya
terhadap ancaman penyakit, diharapkan setiap anggota keluaraga sudah
mempunyai jaminan pelayanan kesehatan berupa ( Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat (JPKM) ), antara lain dapat berupa: kartu sehat,


askes dan asuransi swasta serta dana sehat.
f. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
1. Pengertian
Kadarzi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah
dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Suatu keluarga
disebut keluarga mandiri sadar gizi bila :
a) Keluarga mampu melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar
b) Untuk terlaksannya hal tersebut sedikitnya ada seorang anggota
keluarga mampu melakukan perubahan ke arah keluarga yang
berperilaku gizi yang baik dan benar ( kader kadarzi).
2. Indikator
Ada lima indikator yang dipakai yang dipakai untuk menilai
terwujudnya keluarga mandiri sadar gizi yaitu :
a) Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan ( nasi, lauk,
sayuran dan buah), buah minimal satu minggu tiga kali.
b) Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota
keluarga, khususnya balita dan ibu hamil. Ibu hamil memeriksakan
sesuai dengan umur kehamilannya, untuk trimesteer I minimal satu
kali, trimester II minimal dua kali dan trimester III ( 8 bulan
keatas) empat kali, sedangkan balita ditimbang selama enam bulan
minimal tiga kali. Apabila tidak ada ibu hamil dan balita tanyakan
pengetahuannya
c) Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak
makanannya.

d) Keluarga memberi dukungan kepada ibu melahirkan untuk


menerapkan ASI ekslusif.
e) Keluarga biasa makan pagi.
3.

Tujuan Pemetaan Kadarzi


a) Mendapatkan informasi situasi kadarzi dalam suatu wilayah/ dasa
wisma, berdasarkan indikator yang di tentukan.
b) Mendapatkan gambaran masalah gizi yang baik dan benar yang
belum dapat dilaksanakan oleh keluarga.
c) Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi.
d) Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi
dari waktu ke waktu.

4.

Sasaran
Semua keluarga adalah sasaran pemetaan kadarzi.

5.

Cara Mewujudkan Keluarga Mandiri Sadar Gizi


Kadarzi dapat diwujudkan melalui upaya pemberdayaan keluarga :
a)

Meningkatkan pengetahuan gizi keluarga.

b)

Merubah perilaku gizi yang salah

c)

Menumbuhkan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah gizi


yang ada dalam keluarga, maupun yang ada di masyarakat.

d)

Memotivasi keluarga untuk menghasilkan bahan makanan melalui


pemanfaatan pekarangan.

6.

Langkah- Langkah Kadarzi


Pemetaan kadarzi dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a)

Kunjungi keluarga.

b) Amati dan atau tanyakan keluarga jawaban pertanyaan no 1 sampai


no 5 dengan indikator kadarzi.
c) Buat peta lokasi keluarga yang dikunjungi, peta bisa dibuat pada
buku/kertas sesuai dengan alat tulis yang tersedia di daerah.
d) Cantumkan nomor indikator yang jawabannya tidak .
e) Pembina wilayah desa merekap situasi kadarzi tingkat desa
berdasrkan catatan kadarzi tingkat kelompok dasa wisma.
7. Analisis Data Keluarga Sadar Gizi
Analisis data kadarzi adalah penelaahan hasil data keluarga
sadar gizi dengan menggunakan cara deskriftif berdasarkan analisis
prosentase. Ada beberapa cara yang dapat di pilih untuk melakukan
analisis data kadarzi antara lain dengan melakukan analisis hubungan,
analisis perbandingan dan analisis kecenderungan.

8. Bagan Alur Pemetaan Kadarzi


Pertemuan Dengan Kepala Desa Dan Kader PHC

Survei Kadarzi

Pengolahan Data

Pembuatan Peta
Kadarzi

Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD)

Latihan Kader

Konseling Kadarzi

g.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Suatu kegiatan promosi kesehatan sebagai wujud operasional dalam


upaya mengajak,mendorong, kemandirian masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat. Adapun PHBS dapat diukur diberbagai tatanan dan
segmentasi sasaran. Indikator dalam tatanan PHBS ( rumah tangga, institusi
pendidikan, institusi kesehatan, tempat umum dan tempat kerja) di arahkan
kepada lima aspek program prioritas penyuluhan yaitu Kesehatan Ibu dan
Anak, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan peran serta dalam
Upaya Kesehatan. Dimana kegiatan dari PHBS ini mencakup beberapa
indikator, antara lain :
a. Lingkungan Sehat
b. Asi Ekslusif
c. Timbang Berat Badan
d. Menggunakan air bersih
e. Cuci tangan pakai sabun
f. Tersedia jamban
g. Membarantas jentik
h. Makan sayur dan buah
i. Melaksanakan aktifitas fisik
j. Tidak merokok dalam rumah
k. Status keluarga sehat
l. Status RT Sehat.

B.

Kerangka Teori

Faktor Predisposisi :
- Mencapai Tujuan
Pembangunan
Kesehatan
- Menurunkan
Angka Kematian
ibu ( AKI )
- Menurunkan
Angka Kematian
Bayi/Balita (AKB )
Faktor Pendukung :
- Fasilitas Kesehatan
yang ada
- Partisipasi Masyarakat

Faktor Pendorong :
- Keaktifan Kader
Kesehatan
- Keaktifan Kegiatan
Bulanan

Efektifitas Kegiatan
RW Siaga

Anda mungkin juga menyukai