Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012

ISSN : 2086 - 5031

ANALISIS MODAL SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM


PENGENTASAN KEMISKINAN (STUDI KASUS: RUMAH TANGGA
MISKIN DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG)

Oleh: Neng Kamarni, SE, M.Si


Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang

ABSTRACT

This study aims to analyze the role of social capital and empowerment of
poor households through the development of local institutions in an effort to
reduce poverty and increase in welfare in the Koto Tangah of Padang city.
From the results of the study, one of the indicators of social capital variable that is
unity group / institution has a close relationship to the welfare of households. But
seen from the achievement still low level. This is due to a lack of knowledge of
poor households to gain following and active in the union group / institution,
where the interaction will lead to the birth of the institutional transformation of
information and knowledge, unity, cooperation, economic incentives and other
benefits. the social capital inherent in the set of human relationships in a social
group. Inter-community relations can be productive as far as the expected joint, a
set of agreed values and a pension trust between each other. Social capital is weak
inviting appearance clash of values and the prominence of mutual distrust.
However, when social capital is not associated with sustainable development
(sustainable Development), can result in attention to the importance of survival
in a community together to be neglected. Social capital can reduce poverty and
improve the ability of people, not just numbers but people's lives more
meaningful. With dimensions of social capital that exist within, unity, culture /
customs, beliefs and participation.
Key words: social capital, institution, empowerment, poverty.

1. LATAR BELAKANG
Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi utama yang dirasakan oleh
setiap daerah di Indonesia, khususnya di Kota Padang. Kesenjangan pendapatan
antara kelompok penduduk, salah satunya merefleksikan masih banyaknya
penduduk yang hidup dalam kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk
yang pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulannya berada di bawah
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

36

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

angka garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Jumlah penduduk miskin
dihitung oleh BPS dengan menggunakan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas).
Selama ini di daerah telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul
dan timbul dari inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan
berbagai

kekurangan-kekurangan

yang

ada

dari

segi

organisasi

atau

kelembagaan modern. Padahal di sisi lain pemerintah sebagai Stakeholder dari


program pembangunan sangat memerlukan lembaga yang sangat mumpuni
untuk menjadi wadah atau saluran pembangunan bahkan sarana paling tepat
untuk percepatan pembangunan. Berpijak pada realita semacam inilah maka
pemerintah pun mengeluarkan kebijakan mengenai perlunya pembentukan
lembaga kemasyarakatan modern dalam rangka pelaksanaan pembangunan
dengan pertimbangan, bahwa lembaga kemasyarakatan modern yang dibuat
pemerintah yang memang dirancang secara khusus untuk kegiatan pembangunan
akan lebih memberikan peluang besar guna keberhasilan pembangunan itu
sendiri dari pada pemerintah menggunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah
ada yang umumnya bercorak kultural, agamis dan tradisional.
Pada umumnya, rumah tangga miskin memiliki karakteristik lemahnya
jaringan sosial terhadap antar kelembagaan (interlinkage institution) yang ada,
baik secara horizontal maupun secara vertikal. Lemahnya akses terhadap
jaringan ekonomi dan modal sosial lainnya umumnya disebabkan karena mereka
tidak memiliki persyaratan sosial yang cukup, misalnya lemahnya pendidikan,
pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi. Modal sosial (social capital)
merupakan salah satu modal dasar yang kurang diperhatikan selama ini. Dengan
dasar ini, maka upaya pemberdayaan rumah tangga miskin melalui
pengembangan kelembagaan, harus didasarkan kepada pemahaman yang utuh
terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga proses
pembangunan akan menjadi lebih tepat.
Kecamatan Koto Tangah adalah salah satu daerah perkotaan yang
mempunyai banyak penduduk yang miskin. Berdasarkan data BPS, 2008,
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

37

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

terdapat 5.988 rumah tangga miskin atau sekitar 16% di Kecamatan Koto
Tangah, yang merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk miskin
tertinggi di Kota Padang.
Dengan demikian, maka penting untuk dilakukan riset agar dapat dianalisis
sejauh mana peran modal sosial dan pemberdayaan rumah tangga miskin melalui
pengembangan kelembagaan lokal sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan
sekaligus dalam rangka mendorong peningkatan kesejahteraan di Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah dalam
upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan kerjasama lebih intensif
dengan kelembagaan lokal atau modal sosial yang ada dimasyarakat. Nilai-nilai
budaya lokal dan pengetahuan lokal yang telah lama tertanam pada masyarakat
itu diharapkan senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi modal yang
bernilai harganya dalam peningkatan kesejahteraan dan proses pembangunan.

2. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah karakteristik modal sosial yang dimiliki masyarakat
khususnya rumah tangga miskin di Kecamatan Koto Tangah.
b. Bagaimanakah karakateristik jaringan sosial dan kelembagaan yang
dimiliki rumah tangga miskin, baik formal maupun nonformal.
c. Bagaimanakah kontribusi dan peranan modal sosial masyarakat melalui
pengembangan kelembagaan sebagai upaya pengentasan kemiskinan di
Kecamatan Koto Tangah.

3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis modal sosial
rumah tangga dan dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga
miskin di Kecamatan Koto Tangah. Secara spesifikasi tujuan penelitian adalah:
(1)Mempelajari karakteristik dan menganalisis modal sosial yang dimiliki
masyarakat Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

38

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

(2)Mempelajari karakateristik jaringan sosial dan kelembagaan yang dimiliki


rumah tangga miskin, baik formal maupun nonformal, terutama
kelembagaan ekonomi yang merupakan sarana utama untuk peningkatan
kesejahteraan.
Melihat dari tujuan maka diharapkan nantinya tulisan ini akan memberikan
manfaat diharapkan adanya pemecahan masalah untuk mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin di Kecamatan Koto
Tangah. Dan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan
kebijakan dalam pengentasan kemiskinan, khususnya di Kota Padang. Selain itu
juga sebagai tambahan informasi dan bahan perbandingan untuk penelitian lebih
lanjut yang meneliti mengenai modal sosial terhadap kesejahteraan rumah
tangga.

4. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA


1. Modal Sosial (Social Capital)
Modal sosial (Social Capital) awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di
mana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu
sebagai bagian didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama
sebagai suatu nilai dalam komunitasnya. Di sini aspirasi masyarakat mulai
terakomodasi, komunitas dan jaringan lokal (kelembagaan) teradaptasi sebagai
suatu modal pengembangan komunitas dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut World Bank (1998), social capital adalah a society includes
the institutions, the relationships, the attitudes and values that govern
interactions among people and contribute to economic and social development.
Namun, social capital tidaklah sederhana hanya sebagai jumlah dari seluruh
institusi yang ada, namun ia adalah juga semacam perekat yang mengikat semua
orang dalam masyarakat. Dalam social capital dibutuhkan adanya nilai saling
berbagi (shared values) serta pengorganisasian peran-peran (rules) yang
diekspresikan dalam hubungan-hubungan personal (personal relationships),
kepercayaan (trust), dand common sense tentang tanggung jawab bersama;
sehingga masyarakat bukan hanya sekedar kumpulan individu belaka.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

39

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

Putnam (1995) mengartikan modal sosial sebagai features of social


organization such as networks, norms, and social trust that facilitate
coordination and cooperation for mutual benefit. Modal sosial menjadi perekat
bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringan kerja,
sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan
bersama. Hal ini juga mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu
social networks (networks of civic engagement) - ikatan/jaringan sosial yang
ada dalam masyarakat, dan norma yang mendorong produktivitas komunitas.
Bahkan lebih jauh, Putnam melonggarkan pemaknaan asosiasi horisontal, tidak
hanya yang memberi desireable outcome (hasil pendapatan yang diharapkan)
melainkan juga undesirable outcome (hasil tambahan).
Menurut Woolcock dan Narayan (2000), Sosial Capital adalah merupakan
bagaimana hubungan diantara pelaku ekonomi dan hubungannya dengan
lembaga-lembaga ekonomi. Dalam penelitian sosial capital dan ekonomi
pembangunan dapat dikateorikan kepada 4 perspektif yang nyata:
1. The Commutarian View
Perspektif sosial capital masyarakat yang ada pada organisasi tingkat lokal,
dimana dilihat dari jumlah anggotanya dan kepadatan grup-grup membentuk
masyarakat. Didalam kelompok yang kecil ini biasanya sosial capital akan
melekat dengan baik, makin baik dan nantinya akan membawa efek yang positif
terhadap kesejahteraan masyarakat.
2. The Networks View
Perspektif yang kedua dalam sosial capital ini dilihat dari bertambahnya
ikatan atau jaringan kesatuan yang terjadi diantara orang-orang, organisasi grupgrup masyarakat dan perusahaan-perusahaan baik secara vertikal maupun secara
horizontal yang menyebabkan kuatnya persatuan atau kerja sama dalam
perusahaan, grup bisnis tersebut. Network view dari sosial capital adalah suatu
bentuk dalam assosiasi yang tertutup, dimana sosial capital disini merupakan 2
mata pisau, dapat meningkatkan nilai jasa bagi anggota masyarakat, tetapi juga
merupakan biaya-biaya non ekonomi dalam masyarakat dengan konsekuensi
negatif bagi ekonomi.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

40

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

(3) Institutional view


Institutional view merupakan variabel dependent dalam sosial capital.
Menurut pandangan ini, Jaringan masyarakat dan kelompok-kelompok
masyarakat merupakan produk dari politik, dan lingkungan institusi formal.
Dimana perspektif commutarian dan network menciptakan sosial capital sebagai
independent variabel, apakah hasil yang diperoleh baik atau buruk.
(4) The Synergy View
yaitu sinergi yang timbul dari hubungan semua kelompok dalam jaringan
masyarakat dengan pihak-pihak lain seperti perusahaan, pemerintah, dan asosiasi
lainnya. Dengan kata lain merupakan gabungan perspektif antara network view
dengan institutional view. Menurut evans (1996 dalam Woolcock 2000), salah
satu kontribusi terbesar dalam pandangan ini adalah sinergi yang muncul dari
aksi pemerintah dan penduduk kota didasarkan pada kelengkapan.
Secara umum, ada delapan elemen yang berbeda dalam social capital,
yaitu partisipasi pada komunitas lokal, proaktif dalam konteks sosial, perasaan
trust dan safety, hubungan ketetanggaan (neighborhood connection), hubungan
kekeluargaan dan pertemanan (family and friends connection), toleransi terhadap
perbedaan (tolerance of diversity), berkembangnya nilai-nilai kehidupan (value
of life), dan ikatan-ikatan pekerjaan (work connection).
Dari uraian di atas dapat disebutkan beberapa fungsi dan peran modal
sosial sebagai berikut;
1. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
2. Membangun partisipasi masyarakat .
3. Penyeimbang hubungan sosial dalam masyarakat .
4. Sebagai Pilar demokrasi.
5. Agar masyarakat mempunyai bargaining position (posisi tawar) dengan
pemerintah.
6. Membangkitkan keswadayaan dan keswasembadaan ekonomi.
7. Sebagai bagian dari mekanisme manajemen konflik.
8. Menyelesaikan konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

41

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

9. Memelihara dan membangun integrasi sosial dalam masyarakat yang


rawan konflik.
10.Memulihkan masyarakat akibat konflik, yaitu guna menciptakan dan
memfasilitasi proses rekonsiliasi dalam masyarakat pasca konflik.
11. Mencegah disintegrasi sosial yang mungkin lahir karena potensi konflik
sosial tidak dikelola secara optimal sehingga meletus menjadi konflik
kekerasan.

2. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Bank Dunia (2001), empowerment adalah . the process of
increasing the capacity of individuals or groups to make choices and to
transform those choices into desired actions and outcomes. Jadi, empowerment
adalah proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual
maupun kelompok. Masyarakat yang telah berdaya (empowered) memiliki
kebebasan dalam membuat pilihan dan tindakan sendiri. Pemberdayaan mengacu
kepada pentingnya proses sosial selama program berlangsung. Jadi, ia lebih
berorientasi pada proses, bukan kepada hasil.
Bank Dunia selama ini telah memberi perhatian besar kepada tiga hal
untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan, yaitu empowerment, social
capital, and community driven development (CDD). Ketiga konsep ini
menekankan kepada inklusifitas, partisipasi, organisasi, dan kelembagaan.
Empowerment merupakan hasil dari aktifitas pembangunan, social capital dapat
diposisikan sekaligus sebagai proses dan hasil, sedangkan CDD berperan
sebagai alat operasional (World bank, 2005).

5. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilaksanakan di
Kecamatan Koto Tangah yang dilakukan secara purposif diambil Kelurahan
Lubuk Minturun dengan pertimbangan Kelurahan tersebut termasuk daerah
pinggiran Kota yang mempunyai persentase tertinggi rumah tangga miskin di

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

42

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

Kecamatan Koto Tangah, dimana Kecamatan Koto Tangah adalah Kecamatan


dengan tingkat persentase rumah Tangga miskin tertinggi di Kota Padang (BPS,
REKAPPLS, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala rumah tangga miskin yang
tinggal di Kecamatan Koto Tangah. Jumlah rumah tangga miskin yang terdapat
di Kecamatan Koto Tangah adalah 5.988 rumah tangga (BPS, 2008). Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling di
Kelurahan Lubuk Minturun. Untuk penentuan jumlah sampel dari beberapa
sumber bacaan tentang social capital tidak menentukan dengan jelas cara
penentuannya, namun pada umumnya tergantung pada populasi yang dituju.
Grootaert (1999), mengambil sampel dengan populasi masyarakat Indonesia
dengan cara acak menjadi 1200 rumah tangga.
Berdasarkan rumus pengambilan sampel maka didapat jumlah sampel
sebanyak 84 rumah tangga miskin. Untuk menentukan rumah tangga yang
dijadikan sebagai sampel dilakukan dengan metode simple random sampling
dengan cara acak, dimana masing-masing rumah tangga mempunyai kesempatan
dan peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.

6. INSTRUMEN PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan
alat pengumpulan data berupa kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh
dari dinas-dinas terkait seperti Kantor Camat Koto Tangah, kantor Kelurahan
Lubuk Minturun, BPS dan sebagainya.
Berbagai metode yang dipakai adalah wawancara informasi (informal
interviews), pengamatan langsung (direct observation), diskusi secara group
(collective discussions), studi dokumen, self-analysis, dan studi historik (lifehistories). Meskipun mengutamakan bentuk studi kualitatif (qualitative
research), namun dukungan data-data kuantitatif juga merupakan komponen
yang penting. Participant observation dipilih agar peneliti dapat memperoleh
data secara detail dan akurat kelembagaan-kelembagaan yang telah ada (existing
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

43

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

institutions) menjadi objek studi, untuk mempelajari permasalahan dan


kapabilitasnya. Pendekatan penelitian berperan serta (participant observation)
merupakan langkah awal untuk memahami kondisi dan keberadaan modal sosial,
yang selanjutnya menjadi titik tolak untuk membangun inovasi kelembagaan
(agribisnis) untuk mereka (Syahyuti, 2003).
Ada dua analisa pokok yang dilakukan dalam participant observer
kegiatan ini, yaitu:
(1) Social capital dipelajari melalui alat SOCAT (Social Capital
Assessment Tool).
SOCAT mempelajari keseluruhan kondisi dan bentuk-bentuk modal social
yang terbangun dalam masyarakat dengan menggunakan kuesioner Community
Profile. Interview difokuskan pada rumah tangga miskin dengan key informan
adalah kepala rumah tangga. Kuesioner ini terdiri atas enam komponen, yaitu:
1. Gambaran informasi tentang keanggotaan rumah tangga
2. Partisipasi rumah tangga dalam institusi lokal
3. Karakteristik dari grup
4. Bentuk pelayanan
5. Persepsi masyarakat terhadap kerjasama dan kepercayaan
6. Ekonomi masyarakat dan bentuk strateginya
Pada intinya pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner meliputi:
a. Kontribusi modal sosial terhadap kesejahteraan rumah tangga yaitu
rumah tangga yang mempunyai tingkat modal sosial yang lebih tinggi, ketika
diukur oleh berbagai indikator social capital sejauh ini, memiliki keadaan
kesejahteraan yang lebih baik
b. Bagaimana pentingnya modal sosial untuk mengurangi kemiskinan
c. Faktor-faktor apa yang menjadi penentu modal sosial
(2) Analisis Jaringan Sosial (Social Network Analysis/SNA).
Jaringan sosial sebagai cikal bakal kelembagaan, terutama kelembagaan
pemasaran dipalajari dalam konteks sebagai sebuah jaringan sosial dengan alat
SNA. Social network analysis [SNA] adalah the mapping and measuring of
relationships and flows between people, groups, organizations, animals,
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

44

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

computers or other information/knowledge processing entities. Jadi analisa


jaringan sosial adalah upaya memetakan dan mengukur kesalinghubungan dan
aliran antara orang, kelompok orang, maupun organisasi dalam sebuah sistem
sosial (dapat berupa sistem ekonomi).
Sehingga Objek keseluruhan pada penelitian ini adalah rumah tangga
miskin, kelembagaan yang ada, pelaku agribisnis di Kelurahan Lubuk Minturun
Kecamatan Koto Tangah.

7. VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel diantaranya dua kelompok
besar variabel yaitu : Variabel modal sosial masyarakat miskin terdiri dari
indikator-indikator

(variabel

independen)

yaitu:

Persatuan

kelompok/kelembagaan, Adat istiadat, Trust/kepercayaan, Partisipasi.


Variabel perkembangan ekonomi rumah tangga miskin terdiri dari
indikator (variabel independen) yaitu: Kepemilikan tanah, Penghasilan rumah
tangga, Aliran modal dan variabel kesejahteraan rumah tangga sisi pengeluaran
(dependent variabel)
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan
menggunakan statistik non-parametrik dalam program. Analisis melalui
beberapa tahap yaitu Analisis univariat, untuk melihat distribusi frekuensi
masing-masing variabel yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat, untuk melihat perbedaan proporsi,
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji ChiSquare.

8. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian Chi-square

antara indikator variabel kelembagaan

dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square


hitung (20,348) > nilai Chi-square tabel dan Signifikansi (0,009) < 0,05. Hasil
pengujian Chi-square antara indikator variabel kepercayaan dengan variabel

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

45

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (2,388) >
nilai Chi-square tabel dan Signifikansi (9,488) >0,05. Hasil pengujian Chisquare

antara indikator variabel partisipasi

dengan variabel kesejahteraan

rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung (2,319) > nilai Chisquare tabel dan Signifikansi (9,488) >0,05.
Pengujian keeratan hubungan antara indikator variabel adat istiadat
dengan variabel kesejahteraan rumah tangga miskin tidak menghasilkan
keputusan. Hal ini disebabkan tingginya pencapaian indikator adat istiadat yang
dilihat dari total skor per-responden dari seluruh jawaban pada pertanyaaan
seputar adat istiadat.
Dari hasil pengujian maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara indikator variabel kelembagaan dengan variabel
kesejahteraan rumah tangga dapat ditolak. Sedangkan indikator variabel
kepercayaan dan partisipasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan
terhadap variabel pengeluaran rumah tangga. sehingga Hipotesis Nol (Ho) yang
menyatakan tidak terdapat hubungan antara indikator variabel kepercayaan,
partisipasi terhadap variabel pengeluaran rumah tangga dapat diterima.
Dari uji hipotesa dapat disimpulkan lembaga persatuan dalam masyarakat
mempunyai peranan dalam perkembangan kesejahteraan masyarakat kelurahan
yang diproksikan dengan pengeluaran rumah tangga, karena faktor ini
merupakan

tingkat

kemajuan

manusia

dalam

menguasai

alam

dan

lingkungannya. Hal ini dapat memberikan kemungkinan bahwa semakin luas


interaksi rumah tangga dalam persatuan kelompok/lembaga maka semakin tinggi
pula kesejahteraan rumah tangga tersebut.
Hasil pengujian Chi-square antara indikator variabel kepemilikan tanah
dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square
hitung (21,920) > nilai Chi-square tabel dengan signifikansi (0,005) <0,05.
Artinya terdapat hubungan yang signfikan diantara dua variabel tersebut. Hasil
pengujian Chi-square

antara indikator variabel penghasilan rumah tangga

dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square


hitung (96,911) > nilai Chi-square tabel dengan signifikansi (0,000) <0,05.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

46

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

Artinya terdapat hubungan yang signifikan anatar dua variabel tersebut. Hasil
pengujian Chi-square

antara indikator variabel akses menabung

dengan

variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung


(2,401) < nilai Chi-square tabel dengan signifikansi (0,662) >0,05. Artinya
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara dua variabel tersebut. Hasil
pengujian Chi-square

antara indikator variabel akses meminjam

dengan

variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai Chi-square hitung


(3,988) < nilai Chi-square tabel dengan signifikansi (0,408) 0,05.

Artinya

terdapat hubungan yang tidak signifikan antara dua variabel tersebut.


Dari hasil pengujian, maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara indikator variabel kepemilikan tanah, penghasilan
rumah tangga dengan variabel kesejahteraan rumah tangga dapat ditolak.
Sedangkan indikator variabel akses menabung dan akses meminjam mempunyai
hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel pengeluaran rumah tangga.
sehingga Hipotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara
indikator variabel kepercayaan, partisipasi terhadap variabel pengeluaran rumah
tangga dapat diterima.
Dari hasil pengujian hipotesa dapat disimpulkan kepemilikan tanah dan
penghasilan rumah tangga memiliki hubungan yang kuat dengan kesejahteraan
rumah tangga. Tanah dikelola dengan baik dapat menjadi investasi yang dapat
mempengaruhi atau menambah income/pendapatan

seseorang atau rumah

tangga yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan konsumsi seseorang


atau rumah tangga.
Hasil pengujian Chi-square

antara indikator variabel Anggota rumah

tangga dengan variabel kesejahteraan rumah tangga didapatkan bahwa nilai


Chi-square hitung (31,014) > nilai Chi-square tabel dengan sifnifikansi (0,000)
<0,05. Artinya terdapat hubungan yang signifikan anatar dua variabel tersebut.
Dari hasil pengujian, maka Hopotesis Nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat
hubungan antara variabel jumlah anggota rumah tangga dengan variabel
kesejahteraan rumah tangga dapat ditolak. Hasil ini menguatkan dugaan jumlah

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

47

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

anggota rumah tangga yang banyak, menyebabkan tingginya biaya yang harus
dikeluarkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan anggota rumah tangga.

9. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Keikutsertaan dalam persatuan/lembaga masyarakat miskin Kelurahan
Lubuk Minturun tergolong masih rendah dengan tingkat pencapaian 41,9%.
Rendahnya keikutsertaan rumah tangga miskin dalam persatuan kelembagaan
disebabkan rendahnya pendidikan responden dan kurangnya pengetahuan
tentang fungsi suatu bentuk persatuan/kelembagan yang merupakan salah satu
kekuatan masyarakat untuk mau bersatu dalam mencapai tujuan pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Aliran modal rumah tangga miskin tergolong sangat rendah. Akses rumah
tangga untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan sangat minim.
Dilihat dari sisi karakteristik rumah tangga miskin, pada umunya memiliki
pedidikan rendah yang berujung pada rendahnya pengetahuan dalam
memperoleh modal atau pinjaman. Sedangkan dari sisi lembaga keuangan
terutama bank, lebih banyak menerapkan profit orientation, dan berupaya untuk
menghindari resiko kredit macet (NPL).
Dari hasil penelitian, salah satu indikator variabel sosial kapital yaitu
persatuan kelompok/kelembagaan memiliki hubungan yang erat terhadap
kesejahteraan rumah tangga. Namun dilihat dari tingkat pencpaiannya maka
masih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan rumah
tangga miskin terhadap keuntungan mengikuti dan aktif dalam persatuan
kelompok/kelembagaan,

dimana

interaksi

dalam

kelembagaan

akan

menyebabkan lahirnya transformasi informasi dan pengetahuan, persatuan,


kerjasaman, insentif ekonomi dan keuntungan lainnya.
Dari kesimpulan diatas dapat dirangkum bahwa modal sosial melekat pada
seperangkat hubungan antar manusia dalam suatu kelompok sosial. Hubungan
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

48

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

antar masyarakat bisa menjadi produktif sejauh yang diharapkan bersama,


seperangkat nilai yang disepakati dan adanya sara saling percaya antara satu
sama lain. Modal sosial yang lemah mengundang munculnya pertentangan nilai
dan menonjolnya rasa saling tidak percaya. Akan tetapi bila modal sosial yang
tidak

dikaitkan

dengan

pembangunan

yang

berkelanjutan

(sustainable

Development), bisa berakibat perhatian terhadap pentingnya kelangsungan hidup


bersama dalam masyarakat menjadi terabaikan. Modal sosial dapat mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kemampuan masyarakat, tidak sekedar jumlah
tetapi kehidupan masyarakat yang lebih berarti. Dengan dimensi yang ada dalam
sosial capital, persatuan, budaya/adat istiadat, kepercayaan dan partisipasi.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat berasal dari kemauan masyarakat
tersebut, artinya bila keinginan masyarakat untuk meningkatkan modal sosial
lebih tinggi akan membawa dampak terhadap peningkatan kesejahteraannya,
begitu juga halnya dengan kemauan untuk meningkatkan pendidikan dan
kepemilikan tanah, yang berarti peningkatan terhadap kualitas keluarga dan
pendapatan keluarga, peningkatan tersebut juga akan berpengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi peningkatan jumlah anggota
keluarga justru menurunkan kesejahteraan keluarga, karena itu dengan
diperolehnya hasil penelitian ini diharapkan masyarakat memikirkan keluarga
berencana dan kualitas anggota keluarga.

2. Saran
Dari temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang yang telah
dikemukakan maka dapat diambil beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk
mengatasi masalah kemiskinan dalam proses pembangunan ekonomi Kec Koto
Tangah :
1. Dengan semangat peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
maka salah satu komponen penting dalam masyarakat adalah modal sosial
dalam pembangunan ekonomi. Agar modal sosial ini menjadi terarah perlu
adanya pengorganisasian yang baik untuk kemajuan ekonomi maupun

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

49

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

sosial budaya. Pengorganisasian ini dibentuk benar-benar berakar dari


masyarakat yang didasari oleh persamaan nilai dan norma-norma.
2. Memanfaatkan seoptimal mungkin potensi-potensi yang dimiliki oleh
masyarakat maupun potensi yang dimiliki oleh daerah. Melaksanakan
proses pembangunan yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat, seperti tradisi, nilai historis, agama dan sebagainya.
3. Mengembangkan dan menyertakan modal sosial dalam setiap kegiatan
pembangunan selain human capital (modal manusia) dan modal fisik (aset)
untuk menumbuhkan inisiatif dan dinamika masyarakat sehingga tumbuh
rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembangunan di segala bidang.
4. Meningkatkan

Peranan

Pemerintah

yang

merupakan

pengayom

masyarakat di Kec. Koto Tangah dalam bentuk pengembangan


kelembagaan ekonomi masyarakat, dengan memiliki kebijakan yang
strategis, terpadu, dan jelas yang menempatkan masyarakat sebagai kawan
seiring, sebagai pihak yang juga memiliki kepentingan.
5. Pemerintah perlu menjaga dan membina kelembagaan sosial masyarakat
yang ada dengan melakukan tindakan berorientasi ke bawah, mendorong
inisiatif, tanggung jawab dan swadaya masyarakat lokal.
6. Peranan masyarakat lokal perlu ditingkatkan dalam merencanakan dan
menentukan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat dalam
pembangunan agar dapat menumbuhkan tanggung jawab dan kreativitas
masyarakat dalam pembangunan.
7. Menumbuhkan tingkat kepercayaan di dalam masyarakat terhadap
pemerintahnya dan terhadap pemimpin informalnya dengan jalan
menumbuhkan kewajiban moral secara timbal balik.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

50

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Ivanovich. 2002. Assumption of Empowerment at Workplace in Rural


Indonesia. Makalah: The XVth International Sociological Association
(ISA) Congress of Sociology, Brisbane, Australia. 7-13 Juli 2002.
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Koto Tangah Dalam Angka, 2008
Badan Pusat Statistik, Kota Padang Dalam Angka 2008
Badan Pusat Statistik, REKAPPLS, 2008.
Badan Pusat Statistik.Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta: BPS
Coleman, James. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge, Mass.:
Harvard University Press, England.
Eriyatno. 2003. Sistem Ekonomi Kerakyatan: Suatu Tinjauan Dari Ilmu Sistem,
Majalah Perencanaan Pembangunan, No.04, Maret 2003.
Fukuyama, Francis. 2002. Social Capital and Development: The Coming
Agenda. SAIS Review - Volume 22, Number 1, Winter-Spring 2002, The
Johns Hopkins University Press
Grootaert, C. 1999. Social Capital, Household Walfare and Poverty In Indonesia.
Social Development Department. Washington DC: World Bank.
Grootaert, C. 2001. Social Capital: The Missing Link. The World Bank. Social
Capital Initiative. Working Paper no.3. Washington DC: World Bank.
Grootaert, C. and T. Van Bastelear. 2002. The Role of Social Capital In
Development: An Empirical Assesment. New York: Cambridge University
Press.
Hadi Sutrisno, 1999. Metode Research dan Aplikasinya dalam Pemasaran, Jilid
2, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Latifah, Siti. 2000. Tesis : Analisa Modal Sosial Masyaarakat Desa (Studi Kasus
Nagari Kolok, Sawahlunto), Pascasarjana Unand, Padang.
Levine, 2002. Did Industrialization Destroy Social Capital in Indonesia?, Social
Capital for Development, World Bank.
Narayan, D. 1999. Bonds and Bridges; Social Capital and Poverty. Washington
DC. World Bank.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

51

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012


ISSN : 2086 - 5031

Payne, Malcom. 1997. Modern Social Work Theory. Second Edition. MacMillan
Press Ltd., London. Hal. 266.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif: teori dan aplikasi, PT Raja Grafindi Persada, Jakarta
Putnam, R. 1995. The Prosperous Community - Social Capital and Public Life.
American Prospect. Washington DC: World Bank.
Rusdi, Zaili, 2001. Tesis : Analisis Partisipasi Masyarakat, Pascasarjana Unand,
Padang.
Sajogyo, 1992. Sosiologi Pedesaan, Gajah Mada University Press, Jokjakarta.
Serageldin. 1996. Sustainability and The Wealth of Nation. Fisrt Step In An
On Going Journey. Environmentally Sustainable Development (ESD)
Studies and Monographs.
Subejo. 2004. Peranan Social Capital Dalam Pembangunan Ekonomi: Suatu
Pengantar Studi Social Capital di Pedesaan Indonesia. Majalah Agro
Ekonomi vol. 11. No.1 juni 2004.
Supranto, J. 1998. Metode Riset dan Aplikasinya Dalam Pemasaran, LPFE UI,
Jakarta.
Woolcock, Michael & Narayan, Deepa, 2000. "Social Capital: Implications for
Development Theory, Research, and Policy". World Bank Research
Observer, Oxford University Press
Woolcock, Michael, 2000. "Microenterprise and social capital: A framework for
theory, research, and policy," The Journal of Socio-Economics, Elsevier,
vol. 30(2).
World Bank. 2001. Empowerment and Poverty Reduction A Sourcebook..
Washington DC: World Bank.
World Bank. 2005. Social Capital, Empowerment, and Community Driven
Development.
http://info.worldbank.org/etools/bspan/PresentationView.asp?PID=936&E
ID=482, 11 Mei 2005.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang

52

Anda mungkin juga menyukai