PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di
Indonesia. Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat cocok untuk
membudidayakan tanaman pisang. Selain itu, tanaman pisang memerlukan waktu
panen yang relatif cepat dan tidak mengenal musim. Persebaran tanaman pisang
ini sangat merata karena dikembangbiakkan di seluruh wilayah Indonesia. Dari
kota hingga pelosok desa tanaman ini dapat dijumpai.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu wilayah di Indonesia yang
banyak ditemukan pohon pisang. Hal tersebut dikarenakan Yogyakarta memiliki
tanah yang subur disamping memiliki iklim yang tropis. Tanah tersebut banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk menanam tanaman pisang. Hampir di setiap
rumah dapat ditemukan tanaman pisang, sehingga untuk mendapatkan buah satu
ini tidak memerlukan usaha ekstra.
Buah pisang yang mudah didapatkan dan memiliki harga yang terjangkau
membuat buah ini digemari oleh pedagang makanan. Pedagang makanan
mengolah buah pisang menjadi kue, sale pisang, pisang goreng, pisang aroma, dan
keripik pisang. Sayangnya, kulit pisang belum dimanfaatkan secara optimal oleh
pedagang. Pada umumnya, pedagang hanya memanfaatkan buah pisang untuk
dikonsumsi serta daun pisang untuk membungkus makanan. Sedangkan, kulit
pisang dimanfaatkan untuk pakan ternak atau dibuang begitu saja yang akhirnya
hanya menjadi limbah.
Kulit pisang yang dianggap sebagai limbah ternyata mengandung banyak
gizi yang baik untuk kesehatan tubuh. Berbagai kandungan gizi tersebut, antara
lain : air, karbohidrat, lemak, protein, kalsium, zat besi, vitamin B, vitamin C,
minyak nabati, serat, kalium, zat antioksidan. Kandungan karbohidrat dari kulit
pisang sangat penting bagi tubuh yang berguna sebagai sumber tenaga.
Karbohidrat juga dapat ditemukan dalam tepung. Karena kulit pisang
mengandung karbohidrat maka kulit pisang berpotensi diolah menjadi tepung.
Tepung merupakan bahan utama pembuatan kue. Selain itu, dapat juga
digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan, misalnya sebagai pengental.
1
Ada beberapa macam tepung, seperti tepung terigu, tepung sagu, tepung maizena,
tepung tapioka, tepung ketan, dan tepung beras. Inovasi lainnya adalah tepung
kulit pisang. Tepung ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk bahan pembuatan
kue.
Beraneka macam kue dapat dibuat menggunakan tepung kulit pisang. Salah
satu kue yang dapat dibuat dari tepung kulit pisang adalah kue lumpur. Kue
lumpur adalah makanan yang sudah dikenal dan harganya terjangkau. Oleh sebab
itu, penulis bermaksud membuat kue lumpur dari tepung kulit pisang dengan
tujuan memanfaatkan limbah kulit pisang yang melimpah, menambah variasi
makanan, dan menambah nilai ekonomis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat tepung dari kulit pisang?
2. Bagaimana cara membuat kue lumpur dari tepung kulit pisang?
3. Bagaimana tanggapan responden terhadap kue lumpur dari kulit pisang?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara membuat tepung dari kulit pisang.
2. Mengetahui cara membuat kue lumpur dari tepung kulit pisang.
3. Mengetahui tanggapan responden terhadap kue lumpur dari kulit pisang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
a. Mengetahui cara membuat kue lumpur dari tepung kulit pisang.
b. Menambah wawasan melalui penelitian yang telah dibuat.
2. Bagi pembaca
a. Menambah pengetahuan tentang kue lumpur dari kulit pisang.
b. Menumbuhkan kreativitas pembaca untuk berinovasi.
c. Dapat membuat kue lumpur dari kulit pisang sendiri.
3. Bagi pengusaha
a. Menambah nilai jual.
b. Menghemat biaya produksi karena memanfaatkan limbah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan
di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar
ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Hampir di setiap
tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi
pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar
Cirebon. Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dan
sebagainya. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang
dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat
musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai
obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang
digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
Pisang dapat menyeimbangkan air dalam tubuh, menurunkan
tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, membantu transportasi oksigen
ke otak. Pisang yang belum matang mempunyai kandungan hemiselulosa
yang tinggi, membantu pembuangan lemak dalam darah. Pisang juga
cukup bagus untuk penyakit luka lambung. (Ny. Sri Hartatik, 2011)
Tunas batang pohon pisang dimanfaatkan untuk menyembuhkan kanker
perut. Kulit pisang kluthuk yang dipanggang dapat menyembuhkan telinga
yang bengkak. Buah pisang kapok mentah dapat mengobati diare pada
bayi. Bonggol batang pisang raja dapat mengobati gigitan ular yang
berbisa dan mengobati amandel. Getah pelepah daun pisang dapat
mencegah infeksi pada luka. Seduhan air akar atau batang pisang kepok
yang sudah ditumbuk dapat mengobati hidung berdarah. (Yohana Arisandi
dan Yovita Andriani, 2011)
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang
secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali
lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya
mengandung 54 kalori. Karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit
lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat
dari nasi, biskuit, dan sejenis roti.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah
tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan
kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat
kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat
menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang
merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara
cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang
mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa,
sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat
dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa
kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi,
sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa
glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi
dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat.
Glukosa tersebut diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen
sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.
Glukosa darah didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat.
Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat
istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang
cepat tersedia untuk aktivitas biologis. Oleh sebab itu, banyak atlet saat
jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.
Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus
dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski
demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari
apel, yang hanya 0,3 persen.
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan
besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang,
khususnya besi, hampir seluruhnya (100 persen) dapat diserap tubuh.
Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2 miligram per 100
gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya mengandung
0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.
Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu
betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada
banyak
jumlahnya.
Pada
umumnya
kulit
pisang
belum
Zat Gizi
Kadar
1
Air (g)
68,90
2
Karbohidrat (g)
18,50
3
Lemak (g)
2,11
4
Protein (g)
0,32
5
Kalsium (mg)
715
6
Fosfor (mg)
117
7
Zat besi (mg)
1,60
8
Vitamin B (mg)
0,12
9
Vitamin C (mg)
17,50
Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim,
Surabaya (1982).
Zat Gizi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Jumlah
365 kal
8.9 g
1.3 g
77.3 g
16 mg
106 mg
9
7
8
9
Besi
Vitamin B1
Air
1.2 mg
0.12 mg
12 mg
10
jenis lainnya. Tepung ini hanya efektif untuk jangka waktu 3 bulan,
setelah masa tersebut zat pengembang tidak berfungsi lagi. Custard
Powder (Tepung Custard) adalah tepung yang dibuat dari campuran
tepung kentang (atau maizena), gula, susu dan kuning telur dan bahan
pengental lainnya. Berbentuk bubuk halus berwarna kekuningan. Dijual
dalam kemasan box atau kaleng. Biasanya digunakan untuk membuat vla.
Potato Flour (Tepung Kentang) warnanya putih. Dibuat dari
kentang yang dimatangkan lalu dikeringkan dan dibuat tepung. Biasanya
dipakai untuk pengental saus, cake, cookies, schote, dan lain-lain. Tepung
kentang masih belum lazim dipergunakan sehingga agak sulit didapat.
Rice Flour (Tepung Beras) dibagi menjadi beberapa jenis, misalnya
tepung beras putih yang dibuat dari beras yang digiling/dihaluskan.
Warnanya putih,bila diraba dengan jari, tepung beras akan terasa lebih
lembut dan halus dibandingkan dengan tepung ketan. Biasa digunakan
untuk penganan tradisional.
Tepung beras merah yang dibuat dari beras merah. Biasa
digunakan untuk makanan bayi. Tepung beras coklat yang dibuat dari
beras putih yang digiling bersama-sama dengan kulit ari dari padi. Tepung
Beras Coklat kaya akan kandungan Bekatul, memiliki Vit B sangat tinggi.
Glutinous Flour (Tepung Ketan) terbuat dari beras ketan hitam atau
putih, dengan cara digiling/ditumbuk/dihaluskan. Tepung ketan putih
teksturnya mirip tepung beras, tetapi bila diraba tepung ketan akan terasa
lebih berat melekat. Untuk membedakan dengan tepung beras, larutkan
dengan sedikit air. Larutan tepung beras akan lebih encer sedangkan
larutan tepung ketan akan lebih kental. Hal ini disebabkan tepung ketan
lebih banyak mengandung pati yang berperekat.
Tepung Singkong biasa menyebutnya dengan tepung kanji,
ternyata memberikan pemahaman yang keliru. Karena kanji atau aci,
sebenarnya nama dari protein yang memiliki sifat melekat, transparan dan
dapat mengentalkan, yang dimiliki oleh protein tertentu (dimiliki oleh
singkong, jagung, kentang dan sebagainya). Sedangkan tepung adalah
nama benda yang mengandung karbohidrat sekaligus proteinnya.
11
Zat Gizi
Air
Energi
Protein
Jumlah
77 g
360 kJ
1.6 g
12
4
5
6
7
8
9
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Besi
Magnesium
Fosfor
0.05 g
20 g
30 mg
0.61 mg
25 mg
47 mg
Sumber : http://blogging.co.id/kandungan-gizi-kentang
13
C. Kerangka Berpikir
Kulit pisang memiliki berbagai
dimanfaatkan
Dibuang
Kompos
Untuk menambah nilai jual
dan minat
masyarakat,
Pakan
ternak
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan
melakukan percobaan pembuatan kue lumpur dari tepung kulit pisang. Kulit
pisang yang digunakan adalah kulit pisang kapok.
B. Setting Penelitian
No
Hari, tanggal
Tempat
Kegiatan
Jumat, 14
Rumah Tika
Mengeringkan kulit
Rumah Tika
pisang
Menumbuk kulit
Keterangan
.
1.
2.
3.
4.
Maret 2014
Senin, 17
Maret 2014
Selasa, 18
menjadi tepung
Membuat kue lumpur
Maret 2014
Selasa, 18
a. SMA N 2
pisang
Uji Organoleptik
Maret 2014
Bantul
b.Rumah
Kamis, 20
Maret 2014
Senin, 24
5.
6.
Rumah Tika
Percobaan
pertama
percobaan pertama
penulis
Rumah Nina
Maret 2014
Selasa, 25
SMA N 2
pisang
Uji Organoleptik
Maret 2014
Selasa, 7 April
Bantul
Rumah Nina
percobaan kedua
Membuat kue lumpur
7.
2014
8.
Rabu, 8 April
a. SMA N 2
2014
Bantul
b. Rumah
pisang
Uji Organoleptik
percobaan ketiga
15
Percobaan
kedua
Percobaan
ketiga
penulis
a. SMA N 2
9.
April - Juni
2014
Penyusunan laporan
Bantul
b. Rumah
penulis
C. Variabel Penelitian
1. Variabel terkontrol
2. Variabel terikat
3. Variabel bebas
16
Rasa
Sangat enak
Enak
Cukup enak
Kurang enak
Tidak enak
Warna
Sangat menarik
Menarik
Cukup menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
Tekstur
Sangat lembut
Lembut
Cukup lembut
Kurang lembut
Tidak lembut
Analisis data digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya kue lumpur
2. Tambir
3. Alat penumbuk
4. Ayakan
b. Bahan
2 lirang kulit pisang
c. Langkah
1. Bersihkan kulit pisang dengan air.
2. Potong kecil-kecil dan sebar potongan. Usahakan tidak menumpuk.
3. Jemur potongan kulit pisang selama 3 hari.
4. Tumbuk potongan kulit pisang sampai menjadi tepung.
5. Ayak tepung kulit pisang.
Cara membuat kue lumpur dari kulit pisang
a. Alat
1. Wadah
2. Adukan
3. Cetakan
b. Bahan
1. 2 sendok makan tepung kulit pisang
2. 6 sendok makan gula pasir
3. 2 sendok makan mentega yang sudah dicairkan
4. 3 kentang ukuran sedang yang sudah direbus dan dihaluskan
5. 2 telur
6. sendok makan vanili
7. sendok makan garam
8. 3 sendok makan santan
c. Langkah
1. Campurkan telur, gula, dan vanili. Kocok hingga sedikit
2.
3.
4.
5.
6.
7.
mengembang.
Masukkan kentang, aduk rata.
Campurkan tepung kulit pisang sedikit demi sedikit.
Tuang santan, garam, dan mentega.
Panaskan cetakan dan olesi dengan mentega.
Tuang adonan dan masak 15 menit.
Angkat dan sajikan.
H. Biaya Produksi
No.
1.
2.
3.
4.
Bahan
Biaya
Rp2.500,00
Rp2.000,00
Rp1.000,00
Rp1.500,00
Kentang
Margarin
Santan
Telur
18
5.
Vanili
Total Biaya
Rp500,00
Rp8.500,00
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Kulit Pisang
Kue lumpur merupakan jajanan pasar yang dibuat dengan tepung terigu.
Untuk menambahkan kandungan karbohidrat, pembuatannya dicampur
dengan kentang. Tetapi, penelitian ini mengganti tepung terigu dengan tepung
kulit pisang. Hal tersebut dikarenakan dalam kulit pisang mengandung
karbohidrat lebih tinggi daripada tepung terigu.
Penggunaan tepung kulit pisang akan mengurangi limbah masyarakat dan
di dalamnya tidak mengandung zat pengawet maupun tambahan zat kimia
lainnya. Selain itu, aroma khas pisang tidak hilang meskipun sudah mendapat
perlakuan.
Tepung kulit pisang yang dibuat menjadi kue lumpur akan mempunyai
rasa yang enak, aroma harum, tekstur lembut, serta warna yang menarik
apabila menggunakan teknik pengolahan sebagai berikut.
19
pisang
Potong kotak-
Ratakan kulit
pisang di tampah
kotak kecil
Setelah kering,
kulit pisang
dihaluskan
3. Campurkan
tepung kulit pisang
sedikit demi sedikit
2. Masukkan
kentang, aduk
rata
20
5. Panaskan
cetakan dan olesi
dengan margarin
6. Tuangkan adonan.
Masak 15 menit
dengan api kecil
7. Angkat dan
sajikan
0
x 100
40
= 0%
21
22
x 100 = 55%
40
18
x 100 = 45%
Cukup enak =
40
0
x 100 = 0%
Kurang enak =
40
0
x 100 = 0%
Tidak enak =
40
Enak =
b. Aroma
Sangat harum =
0
x 100
40
= 0%
13
x 100 = 32,5%
40
21
x 100 = 52,5%
Cukup harum =
40
0
x 100 = 0%
Kurang harum =
40
6
x 100 = 15%
Tidak harum =
40
c. Tekstur
0
x 100 = 0%
Sangat lembut =
40
4
x 100 = 10%
Lembut =
40
19
x 100 = 47,5%
Cukup lembut =
40
0
x 100 = 0%
Kurang lembut =
40
17
x 100 = 42,5%
Tidak lembut =
40
d. Warna
0
x 100 = 0%
Sangat menarik =
40
2
x 100 = 5%
Menarik =
40
11
x 100 = 27,5%
Cukup menarik =
40
0
x 100 = 0%
Kurang menarik =
40
27
x 100 = 67,5%
Tidak menarik =
40
Harum =
Rasa
Aroma
Tekstur
22
Warna
Hasil
Enak
Cukup
Cukup
Tidak
Cukup layak
55 %
harum
52,5 %
lembut
47,5%
menarik
67,5%
dikonsumsi
56%
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa kue lumpur yang telah
dibuat pada percobaan pertama cukup layak untuk dikonsumsi karena
persentasenya mencapai 56%.
2. Percobaan kedua
a. Rasa
4
x 100 = 10%
Sangat enak =
40
29
x 100 = 72,5%
Enak =
40
7
x 100 = 17,5%
Cukup enak =
40
0
x 100 = 0%
Kurang enak =
40
0
x 100 = 0%
Tidak enak =
40
b. Aroma
3
x 100 = 7,5%
Sangat harum =
40
21
x 100 = 52,5%
Harum =
40
13
x 100 = 32,5%
Cukup harum =
40
3
x 100 = 7,5%
Kurang harum =
40
0
x 100 = 0%
Tidak harum =
40
c. Tekstur
3
x 100 = 7,5%
Sangat lembut =
40
26
x 100 = 65%
Lembut =
40
10
x 100 = 25%
Cukup lembut =
40
1
x 100 = 2,5%
Kurang lembut =
40
0
x 100 = 0%
Tidak lembut =
40
d. Warna
0
x 100 = 0%
Sangat menarik =
40
23
17
x 100 = 42,5%
40
15
x 100 = 37,5%
Cukup menarik =
40
6
x 100 = 15%
Kurang menarik =
40
2
x 100 = 5%
Tidak menarik =
40
Menarik =
Rasa
Enak
Aroma
Harum
Tekstur
Lembut
Warna
Menarik
Hasil
Cukup layak
dikonsumsi
72,5 %
52,5 %
65%
42,5%
58%
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa kue lumpur yang telah
dibuat pada percobaan kedua cukup layak untuk dikonsumsi karena
persentasenya 58%.
3. Percobaan ketiga
a. Rasa
Sangat enak =
4
x 100
40
= 10%
32
x 100 = 80%
40
3
x 100 = 7,5%
Cukup enak =
40
1
x 100 = 2,5%
Kurang enak =
40
0
x 100 = 0%
Tidak enak =
40
b. Aroma
3
x 100 = 7,5%
Sangat harum =
40
30
x 100 = 75%
Harum =
40
6
x 100 = 15%
Cukup harum =
40
1
x 100 = 2,5%
Kurang harum =
40
0
x 100 = 0%
Tidak harum =
40
c. Tekstur
2
x 100 = 5%
Sangat lembut =
40
Enak =
24
29
x 100 = 72,5%
40
9
x 100 = 22,5%
Cukup lembut =
40
0
x 100 = 0%
Kurang lembut =
40
0
x 100 = 0%
Tidak lembut =
40
d. Warna
2
x 100 = 5%
Sangat menarik =
40
30
x 100 = 75%
Menarik =
40
8
x 100 = 20%
Cukup menarik =
40
0
x 100 = 0%
Kurang menarik =
40
0
x 100 = 0%
Tidak menarik =
40
Lembut =
Rasa
Enak
80 %
Aroma
Harum
75 %
Tekstur
Lembut
72,5%
Warna
Menarik
Hasil
Layak
75%
dikonsumsi
76%
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa kue lumpur yang telah
dibuat pada percobaan ketiga layak untuk dikonsumsi karena
persentasenya mencapai 76%.
25
BAB V
PENUTUP
Kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kue lumpur
dengan cara dijadikan tepung terlebih dahulu. Kulit pisang dapat dijadikan tepung
karena mengandung karbohidrat seperti tepung terigu. Penggunaan tepung kulit
pisang dengan takaran yang sesuai akan menghasilkan kue lumpur yang layak
dikonsumsi.
Berdasarkan hasil uji organoleptik, kue lumpur dari tepung kulit pisang
layak untuk dikonsumsi karena persentase mencapai 76%. Data tersebut diperoleh
dari persentase rasa 80% (enak), persentase aroma 75% (harum), persentase
tekstur 72,5% (lembut), dan persentase warna 75% (menarik) kemudian diambil
rata-ratanya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Yohana dan Yovita Andriani.2011.Khasiat Berbagai Tanaman untuk
Pengobatan.Jakarta : Eska Media.
Dalimartha, Setiawan.2007.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3.Jakarta :
Puspa Swara.
Hartatik, Sri.2011.Pengobatan dengan Herbal dan Pijat Refleksi Cara Mudah
hidup Sehat Alami.Surabaya : Bintang Usaha Jaya.
Chapter II.pdf dari universitas Sumatera Utara pada tanggal 25 September 2013
http://zulyun.wordpress.com/kiplik/, diunduh pada tanggal 23 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang, diunduh pada tanggal 23 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung, pada tanggal 7 November 2013
http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/03/mengenal-13-jenis-tepung.html, pada
tanggal 8 November 2013
http://eprints.undip.ac.id/3671/1/MAKALAH Yusuf Ahda.pdf, diunduh tanggal 10
November 2013
http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/358/kajian-sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulitpisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur, diunduh tanggal 10 November 2013
http://repository.upnyk.ac.id/352/1/Pembuatan_Bioetanol_dari_Kulit_Pisang.pdf,
diunduh tanggal 10 November 2013
http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-potensi-kulit-pisangmusa.html, diunduh tanggal 10 November 2013
http://wowgi.blogspot.com/2013/07/resep-cara-membuat-kue-lumpurspecial.html, diunduh tanggal 12 November 2013
http://www.eswete.com/resep-kue-lumpur.html, diunduh tanggal 12 November
2013
27
30
LAMPIRAN