BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undangundang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang
disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap
saat sesuai dengan kehendaki pemiliknya. Terkait dengan produk tabungan wadiah,
perbankan syariah termasuk diantaranya KJKS menggunakan akad wadiah yad adhdhamanah.
2. Profil Perusahaan
Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian untukmempertegas
jati diri, kedudukan, permodalan, dan pembinaan Koperasi sehingga lebih menjamin
kehidupan Koperasi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan pinjam oleh serta Kepmen Koperasi dan UKM No.
91/Kep/M.KUKM/iX/2004
tentang
Keuangan Syariah maka semakin jelas bahwa kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah
perlu ditumbuh kembangkan. Persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (UJKS) sebagai
lembaga keuangan ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota pada
khususnya dan atau masyarakat luas pada umumnya. Namun demikian untuk
melaksanakan perannya sebagai lembaga keuangan, KJKS Kowanu Nugraha masih
dihadapkan pula kendala yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Pertama, belum
adanya kesarnaan sistern dan prosedur dalam operasional manajemen kelembagaan,
manajemen usaha dan manajernen keuangan. Kedua, belum adanya standar sistem dan
prosedur dalam operasional manajemen kelembagaan, manajemen usaha dan manajemen
keuangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka KJKS Kowanu Nugraha perlu
memiliki Pedoman Standar Operasional Prosedur Usaha Keuangan Syariah. Diharapkan
Pedoman Standar Operasional Proscdur terscbut dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam pengelolruin usaha jasa keuangan syariah, sehingga usaha jasa keuangan
syariah pada KJKS Kowanu Nugraha dapat ditangani secara profesional. Standar
Operasional Manajemen KJKS Kowanu Nugraha bertujuan untuk memberikan dalam
mengelola kelembagaan, usaha dan keuangannya.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penerapan akad Wadiah Yadh-dhamanah pada KJKS Kowanu
Nugraha?
b. Bagaimana penyaluran dana yang di simpan oleh nasabah yang di lakukan
oleh KJKS Kowanu Nugraha?
c. Hubungan antara akad Wadiah Yadh-dhamanah dengan akad Mudharabah
pada KJKS Kowanu Nugraha?
4. Tujuan
a. Mengetahui penerapan akad Wadiah Yad-dhamanah pada KJKS Kowanu
Nugraha?
b. Mengetahui bagaimana penyaluran dana yang di simpan oleh nasabah yang di
lakukan oleh KJKS Kowanu Nugraha?
c. Mengetahui hubungan antara akad Wadiah Yad-dhamanah dengan akad
Mudharabah pada KJKS Kowanu Nugraha?
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Wadiah
Wadiah secara etimologis adalah wadaa yang berarti meninggalkan atau meletakkan,
yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan secara
istilah yaitu memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau
barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu.
Ulama mendefinisikan wadiah sebagai berikut:
1. Menurut Ulama Madzhab Hanafi wadioah yaitu mengikutsertakan orang lain dalam
memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas maupun dengan menggunakan
isyarat.
2. Menurut Madzhab Hambali, syafiI dan Maliki wadiah adalah mewakilkan orang
lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.
3. Menurut Hasbi As-Shidiqie wadiah adalah akad yang intinya meminta pertolongan
pada seseorang dalam memelihara harta penitip.
4. Menurut Syaikh Al-Din Al-Qalyubi Wa Syaikh Umairah wadiah adalah benda yang
diletakkan pada orang lain untuk dipelihara. Menurut Ibrahim Al-Bajuri wadiah
adalah akad yang dilakuakn untuk penjagaan.
5. Menurut Bank Indonesia (1999) adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang
mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk
menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang.
Menurut Bank Indonesia (1999) adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang
mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang.
Dalam bidang ekonomi syariah wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab
atas pengembalian titipan tersebut.
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya untuk tujua keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang
mempunyai uang/barang titipan tesebut, dan yang dititipi menjadi penjamin pengemalian
barang titipan.
Dalam akad hendakya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan lamanya waktu
penitipan biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lain yang di anggap
penting.
1.1.
semua orang bebas memilih apa yang akan ia lakukan untuk menjaga yang ia miliki untuk
dirinya sendiri. Namun terkadang, hukum menitipkan harta miliknya menjadi wajib, bila
pemilik barang tersebut takut tidak bisa menjaganya, atau menghilangkan, atau khawatir
menjadi rusak, sehingga ia menjumpai (mencari) orang (pihak) yang dapat menjaganya. Dan
bagi seseorang yang merasa mampu menjaga barang yang dititipkan, maka disunnahkan
untuk menerima titipan itu. Pahala yang besar telah menanti bagi si pelaku penerima titipan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat
1.2.
Rukun Wadiah
Rukun Wadiah ada 4 yaitu :
a. Pelaku yang terdiri atas pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi)
b. pihak yan menyimpan (wadii/muswada)
c. objek wadiah berupa barang yang dititipi (wadiah)
d. ijab qabul/serah terima
ketentuan syariah, yaitu :
1. pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara barang
titipan.
2. objek wadiah, benda yan dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya
3.
pihak
4. pihak pelaku akad yang dilakukan secara erbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
1.3.
1.4.
Dalam perbankan Syariah terdapat beberapa prinsip yang diadobsi dalam pengelolaanya,
yang ditujukan untuk menggalang dana untuk membiayai operasinya. Sumber dana dalam
perbankan secara umum ada 3, yaitu dari bank sendiri, yang berupa modal setoran dari
pemegang saham, dari masyarakat, yang berupa simpanan dalam bank tersebut.Dalam rangka
menghimpun modal, bank syariah melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan
produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Wadiah merupakan salah satu produk
penghimpun dana/modal bank Syariah dari nasabah/masyarakat.
1.5. Akad Wadiah Yadh-dhamanah
Wadiah yadh-dhamanah adalah wadiah dimana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat pemiliknya menghendaki. Sebagai
imbalan kepada pemilik barang/dana dapat di berikan semacan intensif bonue yang tidak
disyaratkan sebelumnya atau sebelumnya ada akad.
Nasabah
a. titip dana
BANK
(Penyimpan)
(penitip)
d) Beri bonus
c) bagi hasil
b) Pemanfaatan dana
akad ini untuk membuat studi observasi karena informasi yang akan saya akan cukup
memadahi.
Menurut Beliau, Akad wadiah itu penerapannya lebih simpel karena akad ini lebih
mudah di terapkan di lembaga keuangan syariah khususnya KJKS, Karena akad ini
merupakan langkah awal mengembangkan bisnis perbankan berbasis syariah. KJKS bisa
menghimpun dana dari nasabah ke dalam dunia usaha dan mendapatkan keuntungan, dan
keuntungan itu kami bagihasilkan ke nasabah sesuai dengan besarnya simpanan yang di
titipkan kepada KJKS. Tidak hanya besarnya simpanan, lama penyimpanan juga
berpengaruh terhadap besar keuntungan yang kami bagi hasilkan kepada nasabah.
Akad Wadiah bisa di aplikasikan menjadi produk produk unggulan dari KJKS
adapun produk produknya adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Tabungan Syariah
Tabungan Haji
Tabungan Qurban/Aqiqah
Deposito Syariah
Tabungan Wisata
Semua produk tersebut bermuara pada satu akad saja yaitu akad Wadiah Yaddhamanah, kemudian dana yang di peroleh akan di manfaatkan ataupun di salurkan ke pada
nasabah yang menginginkan pembiayaan. Semakin lama jangka waktu penyimpanan yang di
lakukan nasabah maka semakin besar pula prosentase keuntungan bagi hasil yang akan KJKS
berikan kepada nasabah. Biasanya KJKS akan memanfaatkan dana dari nasabah tersebut
untuk membiayai UMKM di seluruh kawasan kudus.
2.1.
Perlakuan Akuntansi Akad Al Wadiah Yad Dhamanah pada KJKS Kowanu Nugraha
Pencatatan akuntansi wadiah agi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan
xxx
kr. kas
xxx
xxx
kr. Utang
xxx
xxx
Kr.kas
xxx
xxx
Kr. Pendapatan wadiah
xxx
xxx
Kr. Pendapatan wadiah
xxx
xxx
Kr. Piutang
xxx
Pertanyaannya adalah apakah ada hubungannya antara Akad Wadiah Yad Dhamanah
dengan Akad Mudharabah?
Bapak Salamun sebagai marketing dari KJK Kowanu Nugraha menjelaskan bahwa
ada persamaan antar akad wadiah yad dhamanah dengan akad mudharabah diantaranya
adalah:
1. Merupakan Produk funding bank syariah dalam bentuk tabungan dengan wadiah dan
mudharabah.
2. Kedua produk sama-sama mendapatkan tambahan, pada Simpanan Wadiah
tambahannya berupa bonus, sedangkan pada Mudharabah adalah bagi hasil.
3. Dana tabungan kedua Produk dapat digunakan atau dikelolah oleh bank.
Jadi dengan adanya persamaan diatas kedua akad ini dapat saling berhubungan , saya
akan mejelaskan melalui skema di bawah ini :
Nasabah
(penitip)
MUDHARABAH
BANK
(Penyimpan)
DUNIA USAHA
(profit Sharing)
Keterangan : Pertama Adalah Nasabah yang menitipkan dana kepada bank kemudian bank
memanfaatkan ke dalam dunia usaha, namun bank bisa saja tidak hanya memanfaatkan pada
dunia usaha saja, namun bank juga dapat memanfaatkan dana kepada nasabah yang
membutuhkan dana tersebut dengan menggunakan Akad Mudharabah. Jadi disisi lain bank
menjadi penyimpan dan di sisi lainya lagi bank menjadi Pemilik dana (Shohibul Maal).
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Wadiah yad dhamanah adalah akad antara dua pihak, satu pihak sebagai pihak
yang menitipkan(nasabah) dan pihak lain sebagai pihak yang menerima titipan. Pihak
penerima titipan dapat memanfaatkan barang yang dititipkan.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan
kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
2. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena
penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf dan lupa.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Nuhayati Sri, Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba
Empat. Jakarta.
http://aldynobifaga.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://swidax.blogspot.com/2011/06/wadiah.html
http://karyagen-jar.blogspot.com/2012/06/makalah-wadiah.html