Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Selanjutnya berat lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya, karena berat lahir yang normal dapat menurunkan risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa janin yang sedang dikandung (Mutalzimah, 2007). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal (Lubis, 2007). Perbaikan keadaan gizi penting untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial anak. Oleh karena itu keadaan gizi merupakan salah satu ukuran penting dari kualitas sumber daya manusia (Kristijono, 2007). Faktor penyebab masalah kurang gizi yang menimpa ibu saat hamil merupakan faktor yang berperan atas tingginya kejadian BBLR di negaranegara berkembang.Menurut WHO tahun 1990 sekitar 25 juta BBLR lahir diseluruh dunia, 90% terjadi di negara berkembang. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir.
Ibu hamil sebaiknya memperhatikan apakah makanan yang dimakan
mengandung nutrisi yang cukup. Cukup artinya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh mencukupi kebutuhan gizi tambahan pada ibu hamil yang dibutuhkan. Dibanding ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan energi, protein, zat besi, asam folat, kobalamin, vitamin D, Yodium, dan kalsium akan meningkat. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5.180 kkal, dan lemak 36.337 kkal. Agar energi ini dapat ditabung, masih dibutuhkan suntikan energi sebanyak 26.244 kkal yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan ialah 74.537 kkal. NAS menggenapkannya menjadi 80.000 kkal. Sementara Durin dkk., membulatkan ke bawah menjadi 70.000 kkal. Dia bahkan menganjurkan kisaran 69.000-70.000 kkal. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trisemester I, dan 350 kkal selama trisemester II dan III. Sama dengan energi, kebutuhan wanita akan protein membumbung sampai 68%. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta bayi. Jika PER dianggap 70% rata-rata pertambahan protein ialah 8,5 gr/hari. Jika koefisien variabilitas sebesar 15%, tambahan ini meningkat menjadi 10 gr sehari. National Academy of Sciences mematok angka sekitar 30 gr. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pola konsumsi protein dan lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Mayangan Desa Jogoroto?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pola konsumsi protein dan lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Mayangan Desa Jogoroto. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan pola konsumsi protein pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). 2. Mengetahui hubungan pola konsumsi lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Untuk menambah wawasan tentang hubungan pola konsumsi protein dan lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Mayangan Desa Jogoroto. 1.4.2 Manfaat Praktis Diketahuinya hubungan pola konsumsi protein dan lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Mayangan Desa Jogoroto, sehingga dapat digunakan untuk menyusun strategi perencanaan pendidikan berupa penyampaian informasi tentang hubungan pola konsumsi protein dan lemak pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR), guna meningkatkan pola perilaku masyarakat dalam pola konsumsi protein dan lemak yang baik pada ibu hamil, sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan khususnya tenaga kesehatan untuk melakukan
intervensi dalam pencapaian peningkatan pola konsumsi protein dan