Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIT

Penguji

: dr. Suci Widhiati, Sp. KK, M.Sc

Nama Mahasiswa

: Nur Hidayah

NIM

:G99142111

1. Apa etiologi dan patogenesis dari Herpes Zoster


Herpes Zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus, virus yang juga dapat
menyebabkan varisela (chickenpox). Yang merupakan kelompok virus herpes. Setelah
infeksi chickenpox, virus ini dapat menetap dalam

badan sel saraf tanpa

menimbulkan gejala apapun. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Virus
dalam keadaan dorman di cabang ganglion dorsal sampai reaktivasi fokal sepanjang
distribusi ganglion menyebabkan herpes zoster (shingles). Badan sel saraf pada
cabang dorsal, saraf kranialis atau ganglion otonom dapat mengandung virus VZV
laten (Wolff et al.,2012).
Terjadinya reaktivasi biasanya tidak diketahui, namun kemungkinan dapat
dihubungkan dengan penuaan, stres, dan sistem imun yang rusak. Bila terjadi
penurunan imunokompeten, bertahun-tahun kemudian, virus dapat keluar dari badan
sel saraf kemudian berjalan sepanjang akson saraf sehingga dapat menyebabkan
infeksi viral pada kulit sepanjang saraf yang terkena. Virus ini dapat menyebar dari
satu atau lebih ganglion sepanjang saraf yang terkena dan menginfeksi dermatom
yang berhubungan dengan saraf tersebut kemudian menyebabkan kelainan pada kulit.
Walaupun biasanya kelainan kulit ini dapat sembuh dalam 2 sampai 4 minggu,
beberapa pasien mengalami nyeri saraf dalam waktu berbulan-bulan sampai bertahuntahun, kondisi seperti ini disebut neuralgia posherpetika (Wolff et al.,2012).
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah
persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion
anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan
motorik (Wolff et al.,2012).

Gambar 1. Perbedaan infeksi virus pada infeksi primer, periode laten dan reaktivasi
2. Dermatitis Atopik
Bagaimana gambaran klinis pada Dermatitis Atopik ?
Gejala utama dari Dermatitis Atopik adalah pruritus, dapat hilang
timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari, sehingga
pasien akan menggaruk dan muncul bermacam-macam kelainan di kulit
berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.
Dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu : Dermatitis atopik
infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun), dermatitis atopik anak (2 sampai 10
tahun), dan dermatitis atopik pada remaja dan dewasa (Sularsito dan Djuanda.,
2011)
- Lokalisasi
:
Bentuk bayi : kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat lutut.
Bentuk anak : tengkuk, lipat siku, lipat lutut
Bentuk dewasa : tengkuk, lipat lutut, lipat siku, punggung kaki
- Efloresensi :
Bentuk bayi : eritema berbatas tegas, papula/vesikel miliar
disertai erosi dan eksudasi serta krusta
Bentuk anak : papula-papula miliar, likenifikasi, tak eksudatif
Bentuk dewasa: biasanya hiperpigmentasi, kering, likenifikasi

(Siregar., 2005)
Bagaimana menegakkan diagnosis Dermatitis Atopik ?
Diagnosis Dermatitis Atopik didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin

dan Rajka yang terbagi menjadi Kriteria Mayor dan Kriteria Minor:
Kriteria Mayor :
- Pruritus
- Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak.
- Dermatitis di fleksura pada dewasa
- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria Minor :
-

Xerosis
Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)
Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
Pitiriasis alba
Dermatitis di papila mammae
White Dermographism dan delayed blanch response
Keilitis
Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
Katarak subkapsular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat atau eritem
Gatal bila berkeringat
Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
Aksentuasi perifolikular
Hipersensitif terhadap makanan
Perjalananan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau

emosi
Tes kulit alergi tipe dadakan positif
Kadar IgE di dalam serum meningkat
Awitan pada usia dini

Diagnosis Dermatitis Atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria
minor. Sedangkan untuk bayi kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu :
-

Riwayat atopi pada keluarga


Dermatitis di muka atau ekstensor
Pruritus

Ditambah kriteria minor :


-

Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
Aksentuasi perifolikular
Fisura belakang telinga
Skuama di skalp kronis (Sularsito dan Djuanda.,2011)

3. Bentuk-bentuk tinea kapitis ?


Bentuk non inflamasi (Grey patch ringworm). Umumnya karena jamur
ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika dan Eropa namun sekarang
jarang atau M. ferrugineum di Asia. Lesi mula-mula berupa papula kecil yang
eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang meluas sentrifugal

mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi


peradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah
menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah
beberapa milimeter diatas kepala. Seringkali lesinya tampak satu atau
beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang.
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi
sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan
asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar .
Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M.

audouinii.
Bentuk inflamasi (Kerion). Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M.
canis) atau geofilik (M. gypseum). Peradangannya mulai dari folikulitis
pustula sampai kerion yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambutrambut yang patah-patah dan lubang-lubang folikular yang mengandung pus .
Inflamasi seperti ini sering menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi
Peradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas

badan dan lesi tambahan pada kulit halus.


Tinea Kapitis black dot ringworm. Bentuk ini disebabkan karena jamur
endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau T. violaceum. Rontok rambut
dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut maka rambut-rambut patah
pada permukaan kepala hingga membentuk gambaran kelompok black dot.
Biasanya disertai skuama yang difus, tetapi peradangannya bervariasi dari
minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion.
Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak
bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut rambut normal biasanya
masih ada dalam alopesianya (Suyoso, 2008)

4. Apa yang dimaksud Budding Cell ?


Budding Cell adalah sel tunas dari jamur Candida albicans yang nantinya akan
memanjang membentuk hifa semu (pseudohifa) (Hazan.,2002).

DAFTAR PUSTAKA
Hazan I, Becerra MS, Liu H. (2002). Hyphal elongation is regulated independently of
cell cycle in candida albicans. California:Molecular Biology of the Cell. Vol
13, pp:134-145
Siregar RS (2005). Atlas berwarna saripati penyakit kulit

Edisi 2. Jakarta

:EGC,pp:115-17
Sularsito SA dan Djuanda S (2011). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp:138-48
Suyoso S (2008). Tinea kapitis pada bayi dan anak. Surabaya: Departemen Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Unair, pp:1-12
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ (2012).
Fitzpatrick's: Dermatology in General Medicine. ed.8th New York: McGrawHill Company

Anda mungkin juga menyukai