Anda di halaman 1dari 20

Amerika Latin bergerak ke Kiri?

Nur Iman Subono


Politik Amerika Latin bergerak ke Kiri. Itulah kira-kira gambaran
umumnya. Betapa tidak! Dengan terpilihnya pemimpin petani sosialis
Evo Morales sebagai presiden Bolivia; Michelle Bachelet, seorang
perempuan dari Partai Sosialis, sebagai presiden Cile; Rafael Correa,
seorang intelektual kiri sebagai presiden Ekuador; dan tokoh
revolusioner lama, Daniel Ortega sebagai presiden Nikaragua, maka
hampir semua negara di Amerika Latin saat ini memiliki pemerintahan
bergaris Kiri. Atau moderatnya, pemerintahan Kiri-Tengah.
Mereka, tampaknya mengikuti gerbong politik yang sudah ditarik lebih
dahulu oleh Hugo Chavez dari Venezuela, Nestor Kirchner dari
Argentina, Tabarez Vazquez dari Uruguay, serta Ignacio Lula da Silva
dari Brazil, dalam membangun blok oposisi terhadap Washington yang
mempromosikan kebijakan pasar bebas, atau tepatnya, neoliberalisme,
dalam dua dekade belakangan ini. Dan sudah pasti, dalam gerbong
tersebut, ada tokoh Kiri Fidel Castro dari Kuba yang sudah lebih dari
30 tahun menghadapi berbagai serangan AS terhadap diri dan
pemerintahannya. Dan sebaliknya, Fidel masih tetap berteriak keras,
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Socialismo o Muerte (Sosialisme atau Mati), sambil menudingkan


telunjuknya ke arah pemerintahan Amerika Serikat sebagai musuh
abadinya.
Memang, langkah ini untuk sementara agak terganggu dengan gagalnya
dua tokoh Kiri, Lpez Obrador (Meksiko) dan Ollanta Humala (Peru)
sebagai presiden dalam pemilu yang lalu. Sementara itu, Kolombia dan
Kosta Rika, atau Amerika Tengah pada umumnya, kelihatannya tetap
menampilkan pemimpin yang pro-Barat.
Tulisan ini sendiri mencoba mengulas, tanpa berpretensi komprehensif
apalagi mendalam, dinamika dan perkembangan politik di Amerika Latin,
dengan merujuk kepada kecenderungan pendulum politik yang bergerak
ke Kiri. Apa faktor-faktor penyebab di balik kelahirannya? Apakah
hanya sekedar produk elite yang kebetulan sedang berkuasa, atau ada
basis kelas sosial yang mendukungnya? Siapa sebetulnya kelas sosial
yang begitu berperan di sini? Ada banyak pertanyaan yang bisa kita
ajukan di sini tapi, semuanya kira-kira mengarah kepada perubahan
besar yang sedang terjadi di Amerika Latin, yang oleh kalangan
pimpinan Amerika Latin, khususnya Hugo Chavez, disebutnya sebagai
jalan ke arah "Sosialisme Abad 21."
Kiri Amerika Latin menimbulkanKebingungan.
Apa yang sedang terjadi di Amerika Latin ini memang menimbulkan
kebingungan tersendiri dalam berbagai diskusi dan opini yang ada.
Kebingungan ini tidak terlalu salah, jika kita melihat apa yang terjadi
dengan ambruknya Uni Soviet dan Eropa Timur, sebagai ikon Kiri
(baca: Komunisme) dunia di masa lalu. Sementara tinggal Korea Utara,
Vietnam, dan RRC Republik Rakyat Cina), yang masih setia dengan
garis Kirinya. Dua yang terakhir ini pun, dalam banyak hal sudah
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

mengadopsi jalan kapitalisme dalam kebijakan pembangunannya.


Apa artinya menjadi Kiri pada Abad 21 ini? Itu kira-kira pertanyaan
yang diajukan oleh ilmuwan yang terkenal dengan teori Sistem Dunia,
Immanuel Wallerstein, berkaitan dengan munculnya kebingungan
mengenai kecenderungan Kiri di wilayah Amerika Latin. Masalahnya
sudah jelas, sebagaimana telah disebutkan, komunisme sudah ambruk
dan kehabisan energi, dan kapitalisme berjaya bersama kembarannya,
demokrasi liberal. Sejarah sudah berakhir, kata Francis Fukuyama,
dalam bukunya, "The End of History and the Last Man" (1992). Jadi apa
lagi yang mau dibicarakan dan diharapkan ketika seseorang bicara soal
Kiri dewasa ini?
Meskipun demikian, kembali mengutip Immanuel Wallerstein, ada
beberapa penjelasan yang bisa diajukan di sini. Pertama, ada banyak
orang yang menganalisa atau mengukur masalah-masalah yang berbeda
dalam kaitannya dengan kriteria bergerak ke Kiri. Kedua, harus selalu
diakui bahwa kecenderungan politik yang berkembang, tidak pernah bisa
bergerak secara linier. Artinya, kecenderungan tersebut selalu
merefleksikan situasi yang naik (ups) dan turun (downs), meski saat
bersamaan kita bisa menangkap adanya kecenderungan yang sifatnya
menyeluruh. Ketiga, memang banyak orang pada umumnya, dan
kalangan politisi pada khususnya, menggunakan bahasa yang berlapislapis untuk pendengar yang berbeda-beda. Demikian juga ketika
masalah Kiri ini yang diangkat dan diperdebatkan. Tapi lagi-lagi, kita
harus katakan, ini tidak berarti kita tidak dapat melihat garis dasarnya
(bottom lines). Beranjak dari sana kita mencoba melihat lebih jauh apa
yang sebenarnya terjadi dengan Kiri Amerika Latin dewasa ini.
Dua Jalur Kiri Amerika Latin

open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Memang selalu ada perubahan dalam segala hal, termasuk Kiri


Amerika Latin. Ada dua hal yang bisa dikatakan di sini: pertama, sudah
pasti kita tidak bisa membayangkan Kiri Amerika Latin saat ini sama
dengan apa yang muncul dan berkembang di masa lalu. Banyak
perubahan dalam hal ideologi, program, dan organisasi. Kedua, Kiri
Amerika Latin saat ini pun tidak bersifat tunggal dan homogen.
Sebaliknya, ia tampil dengan berbagai warna, kinerja dan jangkauannya.
Untuk sekedar memperlihatkan pluralitas Kiri Amerika Latin dewasa ini,
ada baiknya kita mengutip Jorge G. Castaeda, mantan Menteri Luar
Negeri Meksiko, yang saat ini profesor di New York University.
Menurutnya, secara sederhana ada dua Kiri Amerika Latin. Yang
pertama, Kiri yang memiliki karakter modern, reformis, terbuka (openminded), dan internasionalis. Menariknya, Kiri dalam jalur seperti ini
pada dasarnya berasal kelompok garis-keras (hard-core) Kiri di masamasa lalu. Mereka umumnya, dulu menginduk atau menjadi satelit dari
Partai Komunis Uni Soviet. Sementara itu, yang k edua, berasal dari
tradisi besar populisme Amerika Latin. Wataknya yang menonjol dari
Kiri seperti ini adalah nasionalis, retorikanya umumnya sangat vokal
tapi bersifat tertutup (closed-minded). Pada yang pertama, kelihatannya
ada semacam kesadaran bahwa mereka telah melakukan kesalahan di
masa lalu seperti mengadopsi begitu saja model komunis Uni Soviet,
atau hanya sekedar menjadi klien yang patuh pada tutorial Komunis
Internasional di Moskow. Tapi, kesadaran seperti ini rasa-rasanya tidak
terlalu menonjol pada jalur yang belakangan, dan bahkan umumnya
mereka menampilkan dirinya sangat anti-komunis, dan sangat dekat
dengan ide-ide dan model negara fasisme yang dikembangkan di
Spanyol (di bawah Franco) dan Portugal (di bawah Salazar).
Sementara itu, bergeraknya pendulum politik Amerika Latin ke Kiri,
masih menurut Castaeda, yang terkenal dengan bukunya, "Utopia
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Unarmed: The Latin American Left After Cold War," tidak terlalu susah
untuk diramalkan sebelumnya. Dia mengajukan beberapa poin sebagai
berikut. Pertama, ambruknya Uni Soviet dan juga Eropa Timur sebagai
ikon komunisme justru akan membantu Kiri Amerika Latin mengubah
stigma geopolitik yang ada. Amerika Serikat, khususnya presiden dan
jajarannya di Washington, tidak lagi bisa mengatakan atau mencurigai
bahwa setiap pemerintahan yang bergaris Kiri, atau Kiri-tengah
(center-left) di Amerika Latin, merupakan satelit Uni Soviet. Ini artinya,
setiap pemerintahan Kiri saat ini tidak lagi terbebani harus bermain
atau bahkan memilih antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
sebagaimana pada era Perang Dingin.
Kedua, tanpa mempertimbangkan apakah berhasil atau gagalnya
reformasi ekonomi pada tahun 1990an, ketidakmerataan (wilayah ini
secara umum adalah yang terburuk di dunia dalam soal ketidakmerataan
sosial dan ekonomi), bersama dengan kemiskinan, konsentrasi
kekayaan, pendapatan, dan kesempatan di Amerikan Latin menjadikan
wilayah ini memiliki kecenderungan harus dipimpin oleh pemerintahan
Kiri-Tengah. Kombinasi antara ketidakmerataan dan demokrasi,
memiliki kecenderungan untuk melahirkan gerakan yang bergaris Kiri.
Fenomena seperti ini juga terjadi di Eropa Barat, yang bermula dari
berakhirnya abad 19 hingga setelah Perang Dunia II. Kelihatannya,
kecenderungan seperti itu hadir juga di Amerika Latin saat ini. Massa
miskin akan memilih (vote) untuk tipe pemerintahan dan kebijakan yang
diharapkan akan membantu mereka menjadi lebih baik kehidupannya di
masa depan. Ketiga, tersebarnya proses demokratisasi dan konsolidasi
demokrasi sebagai satu-satunya jalan ke arah kekuasaan, cepat atau
lambat, pada akhirnya akan mengarah kepada kemenangan Kiri. Ini
disebabkan karena demografi sosial dan konfigurasi etnis sendiri di
wilayah Amerika Latin. Dengan kata lain, meskipun tanpa sebab-sebab
yang pasti pula, Amerika Latin sudah hampir dipastikan mengarah ke
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Kiri .
Neoliberalisme dan Dampaknya
There is no another world, demikian slogan yang dicanangkan oleh
Margareth Thatcher (Inggris), dan kemudian disusul sekutu utamanya,
Ronald Reagan (AS). Dunia yang ada sekarang, hanyalah dunia yang
dipandu oleh ideologi dan program atau kebijakan neoliberalisme.
Khusus di Amerika Latin, hampir tidak ada negara (kecuali secara
ideologis dan politis tentu saja Kuba di bawah Fidel Castro), yang tidak
terimbas oleh ideologi dan kebijakan noeliberalisme.
Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh dengan membicarakan
dampak dari proyek neoliberalisme di Amerika Latin, ada baiknya lihat
apa yang dimaksud dengan neoliberalisme? Ada banyak definisi atau
pengertian, dan saya mengutip salah satunya dari Elizabeth Martinez
dan Arnoldo Garcia, dalam artikelnya yang berjudul "What is NeoLiberalism? Menurut mereka, ideologi neoliberalisme menampilkan ciriciri utamanya sebagai berikut: (a) Berkuasanya Hukum Pasar. Ada
kebebasan bagi modal, barang, dan jasa, sehingga pasar mampu
mengatur dirinya sendiri; (b) Mengurangi pembelanjaan publik bagi
pelayanan sosial seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan; (c)
Deregulasi dan swastanisasi; dan (d) Mengubah persepsi, baik
mengenai publik dan komunitas, menjadi individualisme dan tanggung
jawab individual. Di seluruh dunia, termasuk wilayah Amerika Latin,
masih menurut Martinez dan Garcia, neoliberalisme telah dipaksakan
oleh lembaga-lembaga finansial yang memiliki kekuasaan yang besar.
Sebut saja, Dana Moneter Internasional (International Monetary FundIMF), Bank Dunia (World Bank-WB), dan Bank Pembangunan AntarAmerika (Inter-American Development Bank). Bahkan, dibandingkan
dengan wilayah dunia lainnya, Amerika Latin sejak 1980an sudah
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

menjadi laboratorium dari eksperimen neoliberalisme. Jenderal Augusto


Pinochet, pada saat berkuasa sudah menjalankan formula yang diajukan
oleh the Chicago School (ingat nama Milto Friedman, penerima hadiah
Nobel, adalah arsitek ekonomi Pembangunan Nasional Cile), yang
sebetulnya adalah proyek neoliberalisme. Hebatnya, ini sudah dilakukan
beberapa tahun sebelum pada akhirnya menjadi bendera yang dibawa
Ronald Reagan (AS) dan Margareth Thatcher (Inggris), untuk
membangun dunia. Demikian juga shock therapy ala Jeffrey Sachs
dijalankan oleh Paz Estensoro di Bolivia, sebelum diimplementasikan di
bekas negara-negara blok Uni Soviet.
Sementara itu, format neoliberalisme ini juga sudah diadopsi oleh
kekuatan-kekuatan nasionalis seperti Peronisme di Argentina di bawah
Carlos Menem, atau PRI di Meksiko di bawah Carlos Salinas. Bahkan,
juga kalangan Kiri-Tengah yang berkuasa di Cile, yang merupakan
aliansi Sosialis-Kristen Demokrat di bawah Ricardo Lagos (saat ini
digantikan Michelle Bachelet), Venezuela di bawah Carlos Andrs Prez
dan Brazil di bawah Fernando Henrique Cardoso, sudah menjalankan
kebijakan neoliberalisme di bawah tutorial AS dan lembaga-lembaga
finansial internasional.
Pada awalnya, masyarakat memang memiliki harapan atas dampak
keuntungan dari proyek transformasi ekonomi (pasar bebas) dan politik
(demokrasi elektoral) ini. Tapi, setelah lebih dari 20 tahun, negara-negara
Amerika Latin, terutama masyarakatnya, kelihatannya mengalami
kekecewaan. Ini semua berkaitan dengan kinerja neoliberalisme yang
tidak sesuai dengan janjinya ketika dicanangkan. Seperti kita ketahui,
kebijakan ekonomi yang diajalankan, atas dasar "Washington
Consensus," adalah pembangunan yang dihela oleh modal asing, ditarik
oleh privatisasi di sektor industri dan sumber alam, liberalisasi impor,
tingkat suku bunga yang tinggi, pengetatan fiskal, dan dalam banyak
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

kasus, mata uang yang dipatok. Setelah masa-masa euforia pada akhir
1980an dan awal 1990an, krisis mulai muncul ke permukaan. Impor
mengalami sentakan pada saat biaya tarif dipotong, nilai mata uang
yang tinggi menyulitkan ekspor, defisit neraca pembayaran dan
peningkatan pembayaran utang luar negeri. Semua ini pada akhirnya
mendorong resesi, pengangguran, dan ketidakmerataan yang semakin
memburuk. Tidak mengherankan apabila masyarakat Amerika Latin saat
ini lebih banyak berkerja di sektor-sektor informal. Pada pertengahan
1990an, tingkat suku bunga AS meningkat, dan ini menyebabkan beban
utang luar negeri yang semakin parah, dan pada gilirannya fundamental
ekonomi negara-negara Amerika Latin ambruk. Sebut saja Meksiko
(1994), Brazil (1999), dan Argentina (2001).
Situasi seperti ini mengungkapkan, ada keterbatasan dan kekurangan
dari tatanan yang baru. Akibat lebih jauh, timbul kekerasan politik,
kemunculan kembali Kiri yang baru, tampilnya bentuk populisme yang
baru, bangkitnya pemimpin-pemimpin personalistik yang baru hasil
plebisit, dan hadirnya gerakan sosial dan ekonomi baru di seluruh
wilayah. Reaksi balik ini sebetulnya bisa dipahami, jika kita menengok
sejenak kepada data-data ekonomi dan sosial dari masyarakat Amerika
Latin, setelah berjalannya proyek neoliberalisme. Rata-rata, sekitar 60
persen dari masyarakat Amerika Latin hidup dalam kemiskinan, dan
lebih dari setengahnya hidup dalam kemiskinan yang akut. Ironisnya,
kemiskinan seperti ini berdampingan dengan semakin kayanya kelas
kapitalis yang minoritas di masing-masing negara. Konsentrasi
pendapatan kekayaan ini sudah berjalan selama dua dekade belakangan
ini. Tahun 1999 misalnya, ada sekitar 40 persen masyarakat termiskin di
wilayah ini, yang hanya mendapatkan sekitar 15 persen dari keseluruhan
pendapatan nasional. Sebaliknya, sekitar 40 persen lebih dari
pendapatan nasional berada ditangan kalangan kaya yang hanya
berjumlah sekitar 10 persen dari masyarakat. Lebih tragis lagi, antara
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

1992 dan 2001, lebih dari $ 1,2 trilyun meninggalkan Amerika Latin
untuk pembayaran utang luar negeri. Ini artinya, setiap dollar di Amerika
Latin yang diterima dari negara-negara kaya untuk keperluan memerangi
kemiskinan (poverty reduction), Amerika Latin harus membayar kembali
sekitar lebih dari enam dollar ke negara-negara kaya. Ini pembayaran
dari Si Miskin ke Si Kaya tanpa ada pajak di dalamnya.
Gelombang Gerakan Sosial
Tidak bisa dipungkiri, apa yang terjadi di Amerika Latin saat ini,
sebagian besar merupakan hasil dari proses panjang gelombang
gerakan sosial yang marak tumbuh dan berkembang di banyak tempat
di wilayah ini. Kehadiran mereka, baik secara kultural maupun struktural,
merupakan reaksi dan sekaligus bagian dari sikap politik mereka
terhadap berbagai bentuk represi, ketidakadilan, dan kemiskinan yang
berasal dari pemerintah, modal asing, dan tekanan eksternal lainnya.
Secara gamblang, jika kita mengutip James Petras, seorang akademisi
dan aktivis yang banyak membantu masyarakat tanpa tanah di Brazil,
ada tiga gelombang gerakan sosial yang saling tumpang tindih dan
berkaitan dalam 25 tahun belakangan ini. Gelombang yang pertama,
secara gampangnya, muncul pada akhir 1970an hingga pertengahan
1980an. Pada umumnya, gerakan ini yang kemudian dikenal sebagai
gerakan sosial baru (the new social movements), terdiri dari aliansi
kekuatan sosial seperti kalangan aktivis hak asasi manusia, lingkungan,
feminis, etnis dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs).
Kepemimpinan mereka umumnya berasal kelas menengah-bawah
profesional, dimana strategi dan kebijakan mereka berkisar pada upaya
perlawanan terhadap kekuasaan otoritarian militer dan sipil, yang telah
banyak memakan korban jiwa. Orang terbunuh, diculik atau dihilangkan
secara paksa, disiksa dan dipenjara dengan alasan Keamanan Nasional,
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

adalah hari-hari yang paling hitam yang dihadapi masyarakat pada


umumnya dalam perjalanan politik Amerika Latin.
Gelombang k edua, yang berkembang menjadi kekuatan politik yang
signifikan, berawal dari pertengahan 1980an hingga saat ini. Sebagian
besar gerakan ini dipimpin dan terdiri dari petani dan buruh tani, di mana
organisasi massanya terlibat dalam aksi-aksi langsung, dalam upayanya
mempromosikan dan melindungi kepentingan-kepentingan ekonomi dari
pendukungnya. Yang paling menonjol dari gerakan ini gerakan Zapatista
(Ejrcite Zapatista de Liberacin Nacional - ZLN) di Meksiko, Gerakan
Pekerja Pedesaan Tak Bertanah (Movimento dos Trabalhadores Rurais
Sem Terra - MST), gerakan petani koka masyarakat Indian (Cocaleros)
di Bolivia, Federasi Petani Nasional (National Peasant Federation) di
Paraguay, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary
Armed Forces of Colombia - FARC) di Kolombia, dan gerakan petani
Indian yang tergabung dalam Konfederasi Kebangsaan Masyarakat Adat
Ekuador (CONAIE) di Ekuador.
Jika kita perhatikan mengenai komposisi, taktik, dan tuntutan yang
diperjuangkan gerakan sosial ini memang bervariasi dan bisa juga
berjalan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, kelihatannya ada
kepentingan bersama yang menyebabkan mereka bersatu sebagai
oposisi terhadap neoliberalisme dan imperialisme. Tepatnya, mereka
melawan ketidakadilan dan penindasan sebagai akibat dari kebijakan
ekonomi rejim neoliberal dan berkembangnya konsentrasi kekayaan
ditangan para elit lokal dan asing. Secara lebih khusus lagi, yang
mereka perjuangkan adalah pembagian tanah dan otonomi nasional bagi
komunitas Indian. Saat yang bersamaan, mereka juga berjuang melawan
berbagai bentuk intervensi Amerika Serikat, terutama dalam program
penghapusan tanaman koka, kolonisasi wilayah untuk pengkalan militer,
keterlibatan institusi militer dan polisi, dan militerisasi konflik sosial
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

seperti Plan Colombia dan the Andean Initiative.


Gerakan k etiga, yang merupakan gelombang gerakan sosial yang lebih
baru, berpusat wilayah-wilayah urban. Di sini, termasuk gerakan massa
pekerja pengangguran berbasis barrio (komunitas) di Argentina,
kalangan pegangguran dan kaum miskin di Republik Dominika, dan
penduduk yang bermukim di rumah-rumah gubuk yang menaruh
harapannya di belakang bendera populis yang diusung oleh Hugo
Chavez, presiden Venezulea. Lain daripada itu, ada gerakan urban yang
tampilannya adalah new multi-sectorial movements (gerakan
multisektoral baru) yang melibatkan perjuangan massa yang
mengintegrasikan buruh tani dan petani bertanah menengah dan kecil
yang berkembang di Kolombia, Meksiko, Brazil, and Paraguay.
Gerakan kelas-kelas tertindas, khususnya untuk gelombang kedua dan
ketiga, memang sering dianggap remeh dibandingkan kelas menengah
dan gerakan kaum muda yang mendapat tempat terhormat dalam tradisi
liberal. Sebaliknya, mereka juga tidak terlalu dipandang sebelah mata
dibandingkan gerakan kelas buruh misalnya, yang menjadi ikon dalam
tradisi marxis. Sejarahwan marxis yang terkenal, Eric Hobsbawm,
misalnya, menggunakan argumen demografi untuk menaifkan sentralitas
gerakan petani dalam perjuangan politik kontemporer. Sebaliknya, ada
kalangan akademisi lainnya yang juga mengatakan bahwa kaum miskin
kota, yang pekerjaannya bersifat marjinal dan terfragmentasi, dan tidak
memiliki alat-alat produksi, tidak akan mampu melawan kekuasaan
politik yang sudah mapan.
Meledaknya gerakan kelas buruh dan petani di banyak negara di wilayah
Amerika Latin sepuluh tahun belakangan ini dalam memperjuangkan
masalah tanah dan kekuasaan politik, telah membatalkan keyakinan
mereka yang berasal dari tradisi marxis ortodoks maupun liberal.
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Kalangan akademisi, khususnya kebanyakan ekonom maupun ilmuwan


politik, yang menyakini bahwa liberalisme ekonomi dan politik pada
akhirnya akan mengakhiri perjuangan ideologi massa, ternyata menguap
dengan kemunculan Zapatistas, FARC, dan CONAIE. Kita mencatat,
gerakan-gerakan ini memiliki majelis masyarakat yang terorganisir
dalam peran dan posisi mereka untuk menentang kekuasaan yang tiran,
korup, dan reaksioner. Mereka sendiri pada saat bersamaan, juga aktif
terus menerus mengartikan dan memperluas suatu bentuk demokrasi
langsung yang lebih subsrtantif. Sentralitas aksi-aksi langsung yang
dilakukan oleh berbagai gerakan ini menampar pusat jantung eksploitasi
kapitalis, yang seringkali aksi-aksi tersebut melumpuhkan produksi dan
sirkulasi produksi yang sangat penting bagi reproduksi rejim neoliberal.
Pada titik ini kita bisa bertanya bagaimana kalangan liberal maupun
marxis ortodoks, menjelaskan kekuatan politik masyarakat asli Indian
yang mengambil alih Parlemen Ekuador di tahun 2000, FARC yang
memiliki peran dan pengaruh yang begitu besar pada hampir setengah
kotapraja atau kotamadya di Kolombia, atau pamer kekuatan MST pada
23 negara bagian dari 24 yang ada di Brazil. MST adalah pendukung
utama partai yang berkuasa saat ini, Partido Trabalhadores (Partai
Buruh) di bawah pimpinan Luiz Inacio Lula da Silva yang menjabat
sebagai presiden Brazil. MST sendiri yang berdiri pada tahun 1984,
terkenal sebagai organisasi Kiri yang paling militan, vokal, dan keras.
Dalam kongresnya yang pertama pada tahun 1985, MST memutuskan
dua tujuan utama yakni, (a) mereka akan terus berjuang untuk
pembaharuan agraria (land reform) dengan membagi-bagikan tanah
kepada mereka yang bersedia untuk menggarapnya; dan (b)
mempromosikan sebuah masyarakat yang memiliki keadilan dan
kesetaraan.
Yang paling fenomenal adalah dilantiknya Juan Evo Morales Ayma (46
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

tahun), pimpinan Gerakan menuju Sosialisme (Movimiento al


Socialismo MAS), sebagai presiden Bolivia pada 22 Januari 2006.
MAS yang berdiri sejak tahun 1995, adalah gerakan petani koka di mana
Morales sendiri berasal dari satu diantara empat kelompok etnolinguistik pribumi yakni, Quechue, Aymara (Morales berasal dari
kelompok etnis ini), Guarani dan Chiquitano, yang merupakan 65 persen
dari total penduduk Bolivia. Dari sudut jumlah (kuantitas) pendukungnya,
dan kesadaran politik, organisasi dan program mereka, ternyata
semakin menguat dan solid dalam tahun-tahun terakhir ini. Masyarakat
pada umumnya, khususnya masyarakat keturunan Indian, sudah banyak
yang tidak buta politik lagi. Go to politics! Begitu kira-kira slogan dan
arahannya. Tidak mengherankan, gerakan ini begitu mengambil peran
besar dalam proses-proses politik di Bolivia, dan bahkan sebagai
catatan sejak tahun 2003, mereka berhasil menurunkan dua presiden
Bolivia, Gonzalo Sanchez de Lozada dan Carlos Mesa, yang dianggap
tidak pro-masyarakat asli.
Jika kita harus mencatat isu-isu dominan yang menjadi bahan bakar
dari setiap intern negara Amerika Latin, terutama yang bergerak ke arah
Kiri, kembali mengutip Wallerstein, sedikitnya ada lima isu utama yang
berkembang: Pertama, masalah hak yang berkaitan dengan keberadaan
masyarakat Indian di Amerika Latin. Sebetulnya isu politik ini sudah
tampil kepermukaan lebih dari 200 tahun yang lalu, tapi baru kali ini ia
benar-benar ada dan ini semacam terobosan dalam mempromosikan
dan memperjuangkan hak tersebut. Ini terjadi, sebagian besar sebagai
hasil dari meningkatnya kesadaran dan mobilisasi politik dari
masyarakatnya sendiri; k edua, masih berkaitan dengan sebelumnya, isu
pembaharuan agraria (land reform) yang menjadi concern kalangan
petani selama ini. Ada perlawanan, khususnya dari kalangan tuan tanah.
Meskipun demikian, pelaksanaannya memang tidak mudah. MST di
Brazil sendiri misalnya, kelihatannya kecewa karena PT dan Lula yang
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

selama ini mendapat dukungan dari MST mulai ragu-ragu, jika tidak mau
dikatakan tidak mampu, dalam pelaksanaan pembaharuan agraria yang
mengarah pada pembagian tanah kepada masyarakat petani pada
umumnya. Selanjutnya, k etiga, berkaitan dengan kontrol terhadap
sumber-sumber alam (natural resources). Di sini tidak hanya
pertambangan dan energi tapi juga air. Kontrol di sini tidak harus
nasionalisasi tapi setidaknya cara atau tingkatan yang penting dari
kontrol negara dan sumber pemasukan negara yang besar dari sumbersumber alam tersebut.
Yang k eempat, isu yang berkaitan dengan alokasi dana yang relatif
besar dari pemerintahan yang baru untuk dunia pendidikan di segala
tingkatan, dan struktur yang berhubungan dengan kesehatan. Akhirnya,
kelima, adalah isu yang mempertanyakan tingkat di mana militer
dibatasi keterlibatannya dalam proses pembuatan kebijakan di tingkat
nasional. Saat ini militer di Amerika Latin pada umumnya memang
sudah jauh berbeda dengan militer pada masa lalu yang diwarnai dengan
kudeta, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang sudah
masuk kategori kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penutup: Tinjauan Kritis
Apa yang terjadi di Amerika Latin saat ini, memang menimbulkan
banyak pro dan kontra, khususnya dari kalangan Kiri sendiri di banyak
negara. Kiri Amerika Latin yang muncul dan berkembang menciptakan
anomalinya sendiri bagi para penganut marxisme, baik yang ortodoks
maupun revisionis. Kembali mengutip Jorge G. Castaeda, misalnya,
yang ternyata telah salah meramalkan watak atau ciri dari Kiri Amerika
Latin yang muncul kemudian. Tadinya, menurutnya, setelah ambruknya
komunisme Uni Soviet dan Eropa Timur yang kemudian berpaling
kepada jalan kapitalisme, Kiri Amerika Latin akan mengadopsi, atau
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

sedikitnya mengikuti partai-partai sosialis yang ada di Perancis dan


Spanyol, atau bahkan Partai Buruh (baru) di Inggris di bawah Tony Blair.
Dalam beberapa kasus memang sempat terjadi seperti di Cile, atau
kurang lebih di Brazil. Tapi pada umumnya Kiri Amerika Latin memang
berbeda. Pertanyaannya, mengapa demikian?
Salah satu alasannya adalah, ambruknya Uni Soviet dan Eropa Timur
sebagai ikon komunisme, tidak serta merta menyebabkan keambrukan
gerakan-gerakan Kiri di Amerika Latin, atau khususnya Kuba sebagai
satu-satunya negara komunis, sebagaimana yang diduga atau
diharapkan banyak pihak. Kebangkrutan Yang belakangan ini misalnya,
sangat disambut gegap gempita oleh masyarakat pengungsi Kuba yang
berada di Miami, Florida, Amerika. Tapi ternyata apa yang diprediksi
tersebut tidak terjadi. Sedikitnya, menurut Castaneda, ada dua hal
berkaitan yang bisa diangkat di sini. Pertama, pemikiran, tindakan, dan
motivasi Kiri pada dasarnya tidak memiliki pengaruh politik, dalam arti
formal, yang menentukkan di Amerika Latin. Sebaliknya, ia kebanyakan
merupakan sasaran terhadap penindasan politik yang menyakitkan,
perpecahan di antara mereka sendiri yang berkepanjangan, marjinalisasi
ekonomi yang memburuk, dan kekerasan militer yang mengerikan. Tidak
mudah untuk melupakan bahwa tahun 1960an dan 1970an, di bawah
rejim-rejim militer, gerakan perlawanan rakyat yang beraliran Kiri
berjuang melawan penguasa militer, kelas tuan tanah dan bisnis, yang
didukung AS. Banyak orang terbunuh, diculik dan disiksa, serta lenyap
tanpa bekas karena tuduhannya sebagai bagian dari gerakan dan
ideologi komunisme.
Kedua, sejauh ini memang Kiri masih tetap relevan di Amerika Latin,
karena berakhirnya Perang Dingin dengan runtuhnya sosialismekomunisme di Uni Soviet dan Eropa (Timur), tidak berarti mengakhiri
sebab-sebab yang menyebabkan kelahirannya. Dewasa ini, sebabopen in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

sebab tersebut tampaknya semakin nyata, dan bahkan semakin


mendesak. Sebut saja misalnya, kemiskinan, ketidakadilan, disparitas
kaya dan miskin, dan tentu saja berbagai bentuk kekerasan yang terjadi
sehari-harinya.
Sejauh ini memang ada euforia Kiri di Amerika Latin, dan bahkan
dampaknya pun sampai jauh di luar wilayah Amerika Latin sendiri. Tapi
suatu tinjauan kritis tetap saja perlu dilakukan untuk melihat
kecenderungan Kiri Amerika Latin. Tersebut nama James Petras,
seorang akademisi marxis yang dalam salah satu artikelnya, Classbased direct action versus populist electoral politics, mengangkat
debat lama mengenai apakah kepemimpinan dalam perjuangan
melawan neoliberalisme dan imperialisme dapat diambil alih oleh borjuis
nasional atau aliansi kelas yang terdiri dari petani, petani koka
(cocaleros), pegawai negeri, pengangguran, buruh tani tanpa tanah, dan
sektor-sektor di dalam kelas buruh.
Menurut Petras, selama lebih dari 20 tahun, kebijakan neoliberal telah
diberlakukan oleh kalangan borjuis nasional yang memegang tampuk
pemerintahan di Amerika Latin, apakah itu pemerintahan sosialis (Cile),
populis (Argentina), Kristen Demokrat (Venezuela) maupun
konservatif (Meksiko). Menurutnya, tidak ada satu negara pun di
Amerika Latin, di mana kelas borjuisnya berani menentang kebijakan
neoliberalisme yang dimotori AS dan negara-negara besar lainnya.
Karenanya, hanya kekuatan sosial yang berani menghadang, melawan,
dan bahkan menjatuhkan pemerintahan neoliberal, dan ini harus dipimpin
oleh gerakan kelas yang terdiri dari petani Indian, pengangguran warga
urban, buruh tani tanpa tanah, kelas buruh, pegawai negeri (seperti guru,
pegawai PLN, pegawai Kesehatan dan lainnya), dan masyarakat miskin.
Hanya mereka, dan bukan kalangan borjuis, baik nasional maupun
internasional, yang memimpin perjuangan menentang neoliberalisme.
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Sebagai contoh, oposisi yang militan menentang privatisasi air di


Cochabamba, Bolivia dan listrik di Arequipa, Peru adalah gerakan yang
berbasis pada gerakan massa. Di Ekuador, gerakan serupa juga terjadi
di mana masyarakat Indian dan pegawai negeri, secara terorganisir
menjatuhkan dua presidennya, Mahuad dan Lucio Guitierrez yang
melaksanakan kebijakan neoliberal dan meninggalkan pendukung
utamanya, petani Indian, dan lebih berpaling pada kelompok borjuis
nasional di Guayaquil. Demikian juga yang terjadi di Bolivia, di mana
pada Oktober 2003, massa petani coca di Yungas, buruh tambang di
Huanin, penduduk pengangguran di El Alto, dan pekerja di manufaktur di
La Paz dan Cochabamba, menjatuhkan presiden Sanchez de Losada,
seorang kapitalis klien yang mengabdi pada AS, dan didukung oleh
kalangan borjuis nasional di Santa Cruz.
Sampai di sini terlihat jelas bagaimana seorang James Petras, tetap
konsisten dengan pendekatan marxis yang meletakkan pertentangan
dan perjuangan kelas sebagai jalan pijaknya. Memang terlihat dogmatis,
dan ia hanya menaruh perhatian terhadap konflik-konflik yang
antagonistik, dan tidak hirau pada konflik non-antagonistik. Karenanya
tidak mengherankan juga, dalam tulisannya yang lain, Is Latin America
really Turning Left? Petras banyak mengritik kalangan pemimpin
Amerika Latin yang mendapat kategori Kiri. Menurutnya, semua
pemimpin tersebut sebagian atau seluruhnya, masih saja tetap
mengakomodasi kebijakan ekonomi neoliberal. Lula, presiden Brazil
saat ini, misalnya, dikritik karena dalam banyak kebijakannya ternyata
lebih hirau pada kalangan pengusaha agrbisnis besar ketimbang para
petani tak bertanah yang merupakan pendukung utamanya selama ini.
Sementara itu, ia juga mengklarifikasi watak nasionalis yang diadopsi
oleh Chavez (Venezuela) dan Morales (Bolivia). Kedua presiden tersebut,
masih menurutnya, tidak menghapuskan banyak elemen yang sangat
open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

penting dari produksi kapitalis seperti keuntungan privat, pemilikan


asing, akses pasar atau penyediaan energi, atau barang-barang utama
lainnya. Pada kenyataannya, mereka berdua hanya memperbarui
hubungan negara dan kalangan industriawan agar sesuai dengan ukuranukuran standar dunia saat ini.
Masih banyak lagi kritik dan kecaman terhadap Kiri Amerika Latin
sejauh ini. Tapi kita pun menyadari bahwa memang perjuangan
mempromosikan another world is possible sangat kompleks dan butuh
energi panjang.
Sejarahlah yang nanti mencatatnya.***
Nur Iman Subono adalah Staf Pengajar Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UI.
Kepustakaan:
CEPAL (United Nations Economic Commission for Latin America and Caribbean)
sebagaimana dikutip oleh Beatriz Stolow icz, The Latin American Left : Between
Governability and Change, Transnational Institute, no. 2004/1.
Emir Sader, Taking Lulas Measure, dalam New Left Review 33, May-June 2005.
George Junus Aditjondro, "Ketika Petani Angkat Bicara dengan Suara dan Massa:
Belajar dari Sejarah Gerakan Petani di Indonesia dan Amerika Selatan," Yayasan
Tanah Merdeka, Palu, 2006.
Immanuel Wallerstein, How Has Latin America Moved Left? Commentary, no. 187,
June 15, 2006.
James Petras, The Unemployed Workers Movement in Argentina, Monthly Review ,

open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Januari 2002.
------------, Class-based direct action versus populist electoral politics, Rebelion,
March 31, 2004.
------------, Is Latin America Really Turning Left? Counterpunch, June 2006.
Jorge G. Castaeda, Latin Americas Left Turn, Foreign Affairs, May/June 2006.
------------, "Utopia Unarmed: The Latin American Left After the Cold War," New York:
Vintage Books, 1994.
Nur Iman Subono, Perlawanan Kiri Amerika Latin terhadap Amerika Serikat dalam
Era Neoliberalisme, Jurnal Politika, Vol. 2, No.1, tahun 2006.
Robert Alexander, "Communism in Latin America," New Brunsw ick: Rutgers
University Press, 1957.
Wendi Wolford, Producing Community: The MST and Land Reform Settlements in
Brazil, Journal of Agrarian Change, Vol. 3, No. 4.

Diberdayakan oleh Blogger.

open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

open in browser PRO version

Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

pdfcrowd.com

Anda mungkin juga menyukai