TENTANG
Halaman 1 dari 19
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Halaman 2 dari 19
digunakan untuk berkomunikasi melalui internet yang berupa kode atau
susunan karakter yang bersifat unik.
9. Aplikasi adalah komponen sistem informasi yang digunakan untuk
menjalankan fungsi, proses, dan mekanisme kerja yang mendukung
pelaksanaan e-government.
10. Aplikasi umum adalah aplikasi e-government yang bersifat umum dan
dapat digunakan oleh seluruh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
11. Aplikasi khusus adalah aplikasi e-government yang khusus digunakan
untuk memenuhi kebutuhan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertentu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
12. Tata Kelola Teknologi Informasi adalah penyusunan spesifikasi kerangka
kerja akuntabilitas untuk mendorong perilaku yang diinginkan dalam
penggunaan Teknologi Informasi, yang melingkupi perencanaan,
manajemen belanja/investasi, realisasi, pengoperasian, dan pemeliharaan
sistem.
13. Rencana Induk adalah dokumen perencanaan yang menjadi acuan
penyelenggaraan e-government.
14. Situs Web adalah kumpulan halaman web yang berisi informasi elektronik
yang dapat diakses.
15. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
16. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
17. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik
yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
18. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang
berdiri sendiri atau dalam jaringan.
19. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan
persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum.
20. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
informatika.
Halaman 3 dari 19
BAB II
Pasal 2
BAB III
KEBIJAKAN
Pasal 3
Halaman 4 dari 19
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Menteri berwenang melakukan evaluasi penyelenggaraan e-government di
setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan melaporkan hasilnya kepada
Presiden.
BAB IV
INFRASTRUKTUR
Pasal 7
Pasal 8
Halaman 5 dari 19
Pasal 9
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan fasilitas
pusat data yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(2) Fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sarana
dan prasarana terpusat untuk pengelolaan data e-government.
(3) Menteri menyediakan fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi
dengan seluruh fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Fasilitas pusat data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan fasilitas
pusat data nasional yang terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wajib berada di wilayah hukum Republik Indonesia.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pusat data diatur dalam peraturan
Menteri.
Pasal 10
Pasal 11
(1) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dapat menyediakan media koneksi
yang khusus digunakan untuk penyelenggaraan e-government.
(2) Menteri menyediakan infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan
nasional.
(3) Menteri mengalokasikan frekuensi radio tertentu yang digunakan untuk
penyelenggaraan e-government.
(4) Penggunaan frekuensi radio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dikenai biaya.
Pasal 12
Halaman 6 dari 19
Pasal 13
(1) Situs Web Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 harus menginduk pada portal nasional
www.indonesia.go.id.
(2) Portal nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh
Sekretariat Negara.
BAB V
APLIKASI
Pasal 14
(1) Aplikasi e-government terdiri atas aplikasi umum dan aplikasi khusus.
(2) Aplikasi umum disediakan oleh Menteri.
(3) Aplikasi khusus dapat dikembangkan oleh setiap Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan persetujuan
Menteri.
(4) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus bersifat
kode-sumber terbuka (open source).
(5) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi:
a. dokumen kebutuhan perangkat lunak;
b. dokumen arsitektur atau desain;
c. dokumen teknis;
d. dokumen manual; dan
e. dokumen lain yang ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.
(6) Aplikasi e-government sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi standar interoperabilitas, standar keamanan sistem informasi,
dan standar lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(7) Hak cipta atas aplikasi dan kode sumber yang dibangun oleh Instansi
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan
pemerintah ini menjadi milik negara.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai aplikasi e-government sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri.
Halaman 7 dari 19
Pasal 15
Pasal 16
(1) Aplikasi e-government beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 wajib diserahkan kepada Menteri untuk disimpan di dalam
repositori.
Pasal 17
Aplikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan e-government harus dapat
diperiksa kesesuaian fungsinya melalui proses audit yang dilakukan oleh
instansi yang ditunjuk Menteri.
BAB VI
DATA DAN INFORMASI
Pasal 18
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan data dan
informasi dalam penyelenggaraan e-government untuk keperluan internal
dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menjaga keamanan,
kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar dan prosedur untuk menjaga
keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan
informasi diatur dalam peraturan Menteri.
Pasal 19
(1) Struktur dan format data yang digunakan harus sesuai dengan standar
interoperabilitas, standar keamanan informasi, dan ketentuan lain yang
diatur dalam peraturan Menteri.
Halaman 8 dari 19
(2) Menteri menetapkan data dan informasi minimal yang wajib disediakan oleh
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan
e-government.
Pasal 20
(1) Data dan Informasi Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah ditempatkan
dalam hosting milik Pemerintah Pusat dan Daerah.
(2) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimiliki oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah, baik secara bersama-sama maupun secara
sendiri-sendiri.
(3) Hosting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditempatkan dalam
wilayah hukum Republik Indonesia.
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 21
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan sumber
daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan.
(2) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung penyelenggaraan
e-government.
(3) Sumber daya manusia yang melaksanakan penyelenggaraan e-government
pada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan pegawai negeri
yang mendapatkan tunjangan fungsional dan insentif.
(4) Tunjangan fungsional, insentif, dan gaji pegawai negeri penyelenggara
e-government diatur dalam peraturan Presiden.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 22
(1) Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus memiliki lembaga yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan e-government.
(2) Lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
e-government bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi
sesuai dengan tingkatannya.
Halaman 9 dari 19
(3) Lembaga penyelenggara e-government Pemerintah Pusat dipimpin oleh
pejabat eselon I, lembaga penyelenggara e-government pemerintah
provinsi dipimpin oleh pejabat eselon IIa, dan lembaga penyelenggara
e-government pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh pejabat eselon IIb.
(4) Struktur organisasi dan tata kelola lembaga penyelenggara e-government
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara atas usul Menteri.
BAB IX
TATA KELOLA
Pasal 23
BAB X
SANKSI
Pasal 24
(1) Pejabat Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertanggung jawab
terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (2), Pasal 7,
Pasal 9 ayat (1) dan (4), Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (1) dan (2), Pasal
19 ayat (2), Pasal 20 ayat (3), dan Pasal 21 ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
(2) Selain sanksi yang dikenakan kepada Pejabat Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah
ini, sanksi administratif juga dikenakan kepada Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa peringatan tertulis oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk oleh
Presiden.
(3) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
ditindaklanjuti oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, instansi tersebut
dikenai sanksi pengurangan anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Halaman 10 dari 19
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ... Juni 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Halaman 11 dari 19
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN 2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH
PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)
I. UMUM
Halaman 12 dari 19
juga dapat dipusatkan di manajemen dokumen elektronik untuk
mempermudah dan mempercepat proses pencarian saat diperlukan.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya
pelaksanaan e-government. Untuk itu, perlu upaya terus-menerus untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia seiring dengan
perubahan yang terjadi.
Upaya pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan dua
strategi yang saling melengkapi, yaitu strategi yang bersifat menguatkan
kekuatan internal dan strategi yang memanfaatkan kekuatan eksternal.
sebagai berikut.
1. Mendorong Kekuatan Sumber Daya Manusia di Pemerintah
Dalam rangka menguatkan kemampuan internal pemerintah untuk
memanfaatkan TIK, perlu disusun standar kompetensi yang terkait dengan
TIK. Kompetensi dasar di bidang TIK perlu dimiliki pada saat penerimaan
staf. Selain itu, pelatihan yang berkesinambungan yang disesuaikan
dengan arahan karier yang bersangkutan juga perlu disediakan.
Pemerintah dapat memberdayakan sumber daya manusia dalam upaya
meningkatkan kemampuan intelektulitas dan kinerja aparatur negara di
bidang TIK melalui proses kerja sama saling menguntungkan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak swasta.
Mengingat TIK merupakan komoditas yang sangat laris di semua sektor,
remunerasi, dan evaluasi perlu disesuaikan agar SDM yang ada tetap dapat
dipertahankan dan dikembangkan.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah aspek manajemen perubahan.
TIK merupakan alat bantu untuk memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat dan dunia usaha dan untuk mengambil keputusan yang tepat
melalui proses yang lebih cepat. Perubahan budaya kerja sebagai hasil
e-government dapat memberikan berbagai reaksi dari pihak yang terlibat,
baik reaksi yang mendukung maupun reaksi yang menolak. Untuk itu,
manajemen perubahan perlu diterapkan untuk menyiapkan aparatur negara
untuk lebih siap menerima perubahan yang terjadi.
2. Memanfaatkan Pakar TIK di Sektor Non- Pemerintah
Strategi selanjutnya ialah memanfaatkan kekuatan eksternal, yaitu bekerja
sama dengan pakar TIK di sektor swasta. Kerja sama yang dibentuk dapat
berupa kegiatan alih daya (outsourcing) ataupun kerja sama antara
Pemerintah dan swasta (PPP = Public-Private Partnership). Kolaborasi
dengan pihak eksternal dapat mempercepat pelaksanaan e-government
mengingat sumber daya manusia Pemerintah yang jumlah dan
kemampuannya terbatas.
Halaman 13 dari 19
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
“Dikoordinasikan dengan Menteri dan pimpinan instansi lain yang terkait”
dilakukan dengan pertimbangan agar Penyelenggaraan e-government
dapat terintegrasi secara lintas sektor yang terkait, misalnya kementerian
dalam negeri untuk sektor kependudukan dan kementerian kesehatan
untuk sektor kesehatan.
Ayat (2)
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus menetapkan rencana teknis
setelah menetapkan rencana induk.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan “kemitraan” ialah kerja sama dalam arti luas baik
antar-Instansi Pemerintah maupun antara Instansi Pemerintah dan Badan
Usaha dan masyarakat, misalnya dalam hal penyediaan infrastruktur,
aplikasi, data dan informasi, dan sumber daya manusia.
Yang dimaksud ”sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, misalnya
sesuai dengan:
a. peraturan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah,
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan aturan
turunannya;
b. peraturan tentang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor [...] Tahun 2007 ;
dan
c. Peraturan tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dan daerah,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.
Halaman 14 dari 19
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Pasal 11
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “infrastruktur tulang punggung (backbone) jaringan
nasional” ialah mekanisme sambungan primer jaringan terdistribusi
terstruktur hirarki, yang dapat dipastikan bahwa semua sistem yang
memiliki sambungan kesebuah sistem lanjutan pada jaringan backbone,
juga memiliki sambungan kejaringan lainnya.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan “menginduk pada portal nasional” ialah
menyediakan tautan (link) dan sarana integrasi serta memanfaatkan portal
nasional.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Halaman 15 dari 19
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “ aplikasi bersifat kode sumber terbuka” ialah
aplikasi yang dibangun dengan kode sumber terbuka (open source), yang
seluruh komponen kode sumber aplikasinya tidak bersifat kompilasi.
Ayat (5)
a. Yang dimaksud dengan “dokumen kebutuhan perangkat lunak” ialah
dokumen yang menyatakan fitur yang harus ada dalam perangkat
lunak.
b. Yang dimaksud dengan “dokumen arsitektur” berisi desain dari
perangkat lunak, termasuk di dalamnya keterkaitan dengan perangkat
lainnya.
c. Yang dimaksud dengan “dokumen teknis” ialah dokumentasi kode,
algoritma, antarmuka, dan API.
d. Yang dimaksud dengan “dokumen manual” ialah panduan bagi
pengguna akhir, sistem administrator, dan staf pendukung.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan “Hak Cipta” ialah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang tentang Hak Cipta.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan “pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi
e-government yang melibatkan lebih dari satu Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah” ialah pembangunan dan/atau pengembangan aplikasi e-
government, baik yang dilakukan antar-instansi Pemerintah Pusat, antar-
instansi Pemerintah Daerah maupun antara Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “repositori” ialah fasilitas untuk menyimpan
informasi elektronik secara terpusat, seperti dokumen elektronik, perangkat
Halaman 16 dari 19
lunak, kode sumber, dan pedoman dengan tujuan untuk memudahkan
penyimpanan, pengaksesan, pemeliharaan, dan pendistribusian.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
“Data dan informasi minimal” yang harus disediakan antara lain :
a. Jenis data dan informasi yang harus disediakan;
b. Klasifikasi data dan informasi, seperti data dan informasi yang
diberikan kepada masyakarat, pelaku usaha dan Instansi Pemerintah.
Dalam hal ini Menteri juga dapat menetapkan ketentuan mengenai
adanya pembatasan akses terhadap data dan Informasi;
c. Jangka waktu perbaruan data dan informasi, baik secara periodik
maupun secara real-time;
Pasal 20
Ayat (1)
“Hosting” ialah jasa layanan internet yang menyediakan sumber daya
server yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menempatkan
informasi di internet.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Halaman 17 dari 19
Pasal 21
Ayat (1)
Bahwa standar kompetensi dalam penyelenggaraan e-government
ditetapkan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai dengan
kebutuhan dan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Peningkatan kompetensi dapat dilakukan oleh:
a. Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah;
b. Kerja sama antar-instansi Pemerintah Pusat dan daerah;
c. Kerja sama antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dan pihak
lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pemberian tunjangan fungsional, insentif, dan gaji bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pegawai negeri sebagai apresiasi terhadap
penyelenggaraan e-government yang memerlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus serta tanggung jawab yang besar.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya,
antara lain, bupati pada tingkat kabupaten, walikota pada tingkat kota,
gubernur pada tingkat provinsi, menteri pada tingkat
departemen/kementerian, jaksa agung, panglima Tentara Nasional
Indonesia, kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) :
Cukup jelas.
Halaman 18 dari 19
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Halaman 19 dari 19