Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka dan
damai. Indonesia yang terletak di garis kathulistiwa
menjadi penyebab semua mata tertuju pada Mutiara dari
Timur ini. Selain itu, kekayaan Indonesia akan rempahrempah juga menarik semua orang di seluruh penjuru
untuk datang ke Indonesia.
Seperti halnya pada abad ke-16 lalu, banyak bangsa
barat yang datang ke Indonesia. Ada berbagai macam
faktor yang menyebabkan bangsa barat datang ke
Indonesia, salah satunya adalah untuk mencari rempahrempah. Namun setelah sekian lama berada di Indonesia,
bangsa barat semakin menjadi-jadi. Mereka licik dan
seenaknya sendiri berada di Indonesia layaknya Tuan
Rumah. Bahkan, salah satu bangsa barat, yaitu Belanda
mendirikan kongsi dagang di Indonesia yang disebut VOC.
Pada saat itulah rakyat Indonesia mulai menyadari
bahwa mereka hanya dijadikan boneka bagi bangsa asing.
Terutama keserakahan VOC yang menjadikan rakyat
Indonesia penuh dengan penderitaan. Namun, usaha yang
dilakukan rakyat Indonesia dalam melawan VOC belum
bisa bersatu padu, mereka melawan VOC hanya untuk
wilayah mereka masing-masing.

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

a Apa yang dimaksud dengan VOC ?


b Bagaimana perlawanan rakyat Indonesia untuk
melawan keserakahan VOC ?

Pembatasan Masalah
Perlawanan di Indonesia dengan penjajah banyak dan
terjadi di setiap daerah, agar pembahasan lebih terarah
maka penulis hanya membahas Aceh Melawan Portugis
dan VOC, Perlawanan Rakyat Maluku, Perlawanan Sultan
Agung Terhadap VOC, Perlawanan Banten Terhadap VOC,
Perlawanan Goa, Perlawanan Rakyat Riau Terhadap VOC,
Etnis Cina di Indonesia Melawan VOC, dan Perlawanan
Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
a Untuk mengetahui secara jelas apa itu VOC dan
segala

bentuk

perlawanan

rakyat

Indonesia

terhadap keserakahan kongsi dagang VOC.


b Untuk memenuhi tugas Sejarah di SMA Negeri 1
Kudus

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan Karya Tulis ini adalah :
1 Bagi Penulis :
a Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang

segala

bentuk

perlawanan

rakyat

Indonesia terhadap keserakahan kongsi dagang


VOC.
2 Bagi Pembaca :

a Memberikan

pengetahuan

tentang

segala

bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap


keserakahan kongsi dagang VOC.

Metode Pengumpulan Data


Di

dalam

penulisan

karya

tulis

ini

penulis

menggunakan metode pengumpulan data berupa kajian


pustaka yaitu buku-buku, serta internet.

Sistematika Penulisan
Agar penulisan di Karya Tulis ini menjadi runtut, maka
penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
Bab II Pembahasan, menjelaskan pokok bahasan masalah,
yaitu: Sejarah Singkat VOC di Indonesia, Aceh Melawan
Portugis dan VOC, Perlawanan Rakyat Maluku, Perlawanan
Sultan Agung Terhadap VOC, Perlawanan Banten Terhadap
VOC, Perlawanan Goa, Perlawanan Rakyat Riau Terhadap
VOC,

Etnis

Cina

di

Indonesia

Melawan

VOC,

Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.


Bab III Penutup, menjelaskan simpulan dan saran.

dan

BAB II
PEMBAHASAN
1 Sejarah Singkat VOC di Indonesia
Akhir

abad

ke-16

bangsa

Belanda

berhasil

memperoleh peta-peta informasi ke Timur dari bangsa


Italia (Venesia) yang banyak berjasa membuat peta ke
Timur yang kemudian digunakan oleh bangsa Portugis.
Semenjak itu bangsa Belanda mulai melakukan perjalanan
laut ke arah Timur (Asia).
Tahun

1595

kapal-kapal

niaga

Belanda

mulai

berdagang di daerah Banten dan Sunda Kelapa di bawah


pimpinan Cornelis de Houtman. Karena ketidaksopanan
Cornelis de Houtman dalam menjalin hubungan dengan
penduduk Banten, maka penduduk Banten mengusirnya
dari Banten. Tahun 1598 pedagang Belanda datang
kembali ke Indonesia di bawah pimimpinan Jacob Van
Neck mendarat di Banten. Banyaknya kapal-kapal yang
berdagang di wilayah itu pada awalnya menghasilkan

keuntungan-keuntungan

besar

bagi

bangsa

Belanda,

namun pada perkembangan selanjutnya banyak terjadi


persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan
pelayaran

hingga

menyebabkan

kemerosotan

keuntungan. Meskipun terjadi kemerosotan keuntungan


dalam

perdagangannya,

Belanda

akhirnya

dapat

menanamkan kekuasaan perdagangan di Indonesia.


Akhirnya Pangeran Maurits sebagai raja Belanda
memberikan izin kepada Johan van Olden Barnevelt
menganjurkan

untuk

penggabungan

semua

kongsi

dagang itu menjadi sebuah perusahaan dagang besar


yang dinamakan Verenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC).
VOC didirikan pada 20 Maret 1602 yang merupakan
gabungan beberapa perusahaan Belanda yang dulunya
saling bersaing satu sama lain di empat wilayah di negeri
Belanda yaitu Amsterdam, Zeeland, de Maas, dan Noord
Holland. Pendirian VOC dilengkapi dengan akta Oktroi dari
Staaten Generaal (Parlemen Belanda). Akta Oktroi ini
yang mendasari VOC mempunyai hak dagang terbentang
dari Tanjung Harapan sampai Selat Magellan, termasuk
pulau-pulau di selatan Pasifik, kepulauan Jepang, Sri Lanka
dan Cina Selatan.

2 Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap


Keserakahan VOC
2.2.1.
Aceh Melawan Portugis dan VOC
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada
tahun 1511, justru membawa hikmah bagi Aceh.

Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari


Malaka

menuju

ke

Aceh.

Dengan

demikian

perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah


mendorong Aceh berkembang menjadi bandar dan
pusat perdagangan. Perkembangan Aceh yang begitu
pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman,
oleh

karena

itu,

Portugis

berkehendak

untuk

menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis


melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan
Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin
oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini
mengalami kegagalan.
Portugis terus mencari cara untuk melemahkan
posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal
Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang
Aceh di manapun berada. Misalnya, pada saat kapalkapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah
pada

tahun

1524/1525

diburu

oleh

kapal-kapal

Portugis untuk ditangkap. Tindakan Portugis telah


merampas kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan
berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan
hubungan dengan bangsa

manapun

atas

dasar

persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal


Potugis telah mendorong munculnya perlawanan
rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan
langkah-langkah antara lain:
1 Melengkapi
kapal-kapal

dagang

Aceh

dengan persenjataan, meriam dan prajurit


2 Mendatangkan
bantuan
persenjataan,
sejumlah tentara dan beberapa ahli dari
Turki pada tahun 1567.

3 Mendatangkan bantuan persenjataan dari


Kalikut dan Jepara.
Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh
segera melancarkan serangan terhadap Portugis di
Malaka. Portugis harus bertahan mati-matian di
Formosa/Benteng.

Portugis

harus

mengerahkan

semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini


dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada
tahun 1569, Portugis balik menyerang Aceh, tetapi
serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan
oleh pasukan Aceh.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu
ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir
Portugis dari Malaka tidak pernah padam. Pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639),
semangat juang mempertahankan tanah air dan
mengusir

penjajahan

asing

semakin

meningkat.

Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan


bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing,
termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar
Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan
pasukannya. Angkatan lautnya diperkuat dengan
kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800
prajurit. Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kudakuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu
untuk mengamankan wilayahnya yang semakin luas
meliputi

Sumatera

Timur

dan

Sumatera

Barat,

ditempatkan

para

pengawas

di

jalur-jalur

perdagangan.
Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhanpelabuhan

penting

pengawas

itu

seperti

umumnya

di

Pariaman.

terdiri

para

Para

panglima

perang. Setelah mempersiapkan pasukannya, pada


tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke
Malaka.

Menghadapi

serangan

kali

ini

Portugis

sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan


semua kekuatan tentara dan persenjataan untuk
menghadapi

pasukan

Iskandar

Muda.

Namun,

serangan Aceh kali ini juga tidak berhasil mengusir


Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis
semakin
kedua

memburuk.

belah pihak

Bentrokan-bentrokan

antara

masih sering terjadi, tetapi

Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan


begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis
dari Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari
Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
2.2.2.

Perlawanan Rakyat Maluku (Maluku

Angkat Senjata)
Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku
pada tahun 1521. Mereka memusatkan aktivitasnya
di

Ternate.

Tidak

lama

berselang

orang-orang

Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku dengan


memusatkan

kedudukannya

di

Tidore.

Terjadilah

persaingan diantara kedua belah pihak.


Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore
melawan Portugis. Penyebab perang ini karena kapal-

kapal Portugis menembaki jung-jung dari Belanda


yang akan membeli cengkeh ke Tidore.
Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis
dan Spanyol, dilaksanakan perjanjian damai, yakni
Perjanjian

Saragosa

pada

tahun

1534.

Dengan

adanya perjanjian Saragosa, kedudukan Portugis di


Maluku semakin kuat. Portugis semakin berkuasa
untuk

memaksakan

kehendaknya

melakukan

monopoli perdaganagan rempah-rempah di Maluku.


Pada tahun 1565 muncul perlawanan rakyat Ternate
di bawah pimpinan Sultan Khaerun/Hairun. Portugis
mulai

kewalahan

dan

Sultan

Khaerun.

kepada

kemanusiaan,

Sultan

menawarkan
Dengan

Khaerun

perundingan
pertimbangan

menerima

ajakan

Portugis. Perundingan dilaksanakan pada tahun 1570


bertempat di Benteng Sao Palo.
Perjanjian Saragosa yang ditanda tangani pada
22 April 1529, adalah perjanjian antara Spanyol dan
Portugis yang menentukan bahwa belahan bumi
bagian

timur

dibagi

di

antara

kedua

kerajaan

tersebut dengan batas garis bujur yang melalui


297,5 marine

leagues atau

17

sebelah

timur

Kepulauan Maluku. Perjanjian ini adalah kelanjutan


dari Perjanjian

Tordesillas yang

membagi

belahan

bumi barat di antara Spanyol dan Portugal dan


diprakarsai oleh Paus, yang melihat persaingan
perebutan koloni yang dilakukan oleh Portugis dan
Spanyol.

10

Isi Perjanjian Saragosa :


1 Bumi

dibagi

atas

dua

pengaruh,

yaitu

pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis.


2 Wilayah kekuasaan Spanyol membentang
dari

Meksiko

ke

arah

barat

sampai

kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan


Portugis membentang dari Brazillia ke arah
timur sampai kepulauan Maluku. Daerah di
sebelah

utara

garis

saragosa

penguasaan

adalah
Portugis.

Daerah di sebelah selatan garis saragosa


adalah penguasaan Spanyol.
Setelah Sultan Khaerun dibunuh, perlawanan
dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah
(putera Sultan Khaerun). Akhirnya Portugis dapat
didesak dan pada tahun 1575 berhasil diusir dari
Ternate. Orang-orang Portugis kemudian melarikan
diri dan menetap di Ambon sampai tahun 1605.
Tahun itu Portugis dapat diusir oleh VOC dari Ambon
dan kemudian menetap di Timor-Timur.
Pada tahun 1680, VOC memaksakan sebuah
perjanjian baru dengan penguasa Tidore. Kerajaan
Tidore yang semula sebagai sekutu turun statusnya
menjadi vassal VOC, dan sebagai penguasa yang
baru diangkatlah Putra Alam sebagai Sultan Tidore
(menurut

tradisi

kerajaan

Tidore

yang

berhak

sebagai sultan semestinya adalah Pangeran Nuku).


Penempatan Tidore sebagai vassal atau daerah

11

kekuasaan VOC telah menimbulkan protes keras


dari

Pangeran

Nuku.

Sultan

Nuku

mendapat

dukungan rakyat Papua di bawah pimpinan Raja


Ampat

dan

juga

orang-orang

Gamrange

dari

Halmahera. Oleh para pengikutnya, Pangeran Nuku


diangkat sebagai sultan dengan gelar Tuan Sultan
Amir Muhammad Syafiudin Syah. Sultan Nuku juga
berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan Pangeran
Ibrahim dari Ternate untuk bersama-sama melawan
VOC.

Sultan

Nuku

berhasil

mengembangkan

pemerintahan yang berdaulat melepaskan diri dari


dominasi Belanda di Tidore sampai akhir hayatnya
(tahun 1805).
2.2.3.

Perlawanan Sultan Agung Terhadap

VOC
Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal
dari Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan.
Cita-cita Sultan Agung antara lain:
1. Mempersatukan seluruh tanah Jawa
2.

Mengusir

kekuasaan

asing

dari

bumi

Nusantara
Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan
Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC
di

Jawa.

Apalagi

tindakan

VOC

yang

terus

memaksakan kehendak untuk melakukan monopoli


perdagangan

membuat

para

pedagang

pribumi

mengalami kemunduran. Kebijakan monopoli itu juga

12

dapat membawa penderitaan rakyat. Oleh karena itu,


Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia.
Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung
merencanakan serangan ke Batavia, yakni:

Tindakan monopoli yang dilakukan VOC,


VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal
dagang Mataram yang akan berdagang ke

Malaka,
VOC menolak untuk mengakui kedaulatan

Mataram, dan
Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan
ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.

Pada tahun 1628 telah dipersiapkan pasukan


dengan segenap persenjataan dan perbekalan. Pada
waktu itu yang menjadi gubernur jenderal VOC
adalah J.P. Coen. Sebagai pimpinan pasukan Mataram
adalah Tumenggung Baureksa. Tepat pada tanggal 22
Agustus 1628, pasukan Mataram di bawah pimpinan
Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Pasukan
Mataram berusaha membangun pos pertahanan,
tetapi kompeni VOC berusaha menghalang-halangi,
sehingga pertempuran antara kedua pihak tidak
dapat dihindarkan. Di tengah-tengah berkecamuknya
peperangan

itu

pasukan

Mataram

yang

lain

berdatangan seperti pasukan di bawah Sura AgulAgul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandurareja dan
Upa Santa. Datang pula laskar orang-orang Sunda di
bawah pimpinan Dipati Ukur. Pasukan Mataram
berusaha mengepung Batavia dari berbagai tempat.
Terjadilah

pertempuran

sengit

antara

pasukan

13

Mataram melawan tentara VOC di berbagai tempat.


Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh
lebih unggul, sehingga dapat memukul mundur
semua lini kekuatan pasukan Mataram. Tumenggung
Baureksa sendiri gugur dalam pertempuran itu.
Dengan demikian serangan tentara Sultan Agung
pada tahun 1628 itu belum berhasil. Sultan Agung
tidak lantas berhenti dengan kekalahan yang baru
saja dialami pasukannya. Ia segera mempersiapkan
serangan

yang

kedua.

Belajar

dari

kekalahan

terdahulu Sultan Agung meningkatkan jumlah kapal


dan senjata, Ia juga membangun lumbung-lumbung
beras untuk persediaan bahan makanan seperti di
Tegal dan Cirebon. Tahun 1629 pasukan Mataram
diberangkatkan menuju Batavia. Sebagai pimpinan
pasukan Mataram dipercayakan kepada Tumenggung
Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya.
Ternyata

informasi

persiapan

pasukan

Mataram

diketahui oleh VOC. Dengan segera VOC mengirim


kapal-kapal perang untuk menghancurkan lumbunglumbung yang dipersiapkan pasukan Mataram. Di
Tegal tentara VOC berhasil menghancurkan 200 kapal
Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah lumbung
beras.
Pasukan Mataram pantang
kekuatan

pasukan

mengepung

Batavia.

yang

ada

Pasukan

mundur,
terus
Mataram

dengan
berusaha
berhasil

mengepung dan menghancurkan Benteng Hollandia.


Berikutnya pasukan Mataram mengepung Benteng
Bommel,

tetapi

gagal

menghancurkan

benteng

14

tersebut. Pada saat pengepungan Benteng Bommel,


terpetik berita bahwa J.P. Coen meninggal. Peristiwa
ini terjadi pada tanggal 21 September 1629. Dengan
semangat juang yang tinggi pasukan Mataram terus
melakukan penyerangan. Dalam situasi yang kritis ini
pasukan Belanda semakin marah dan meningkatkan
kekuatannya

untuk

mengusir

pasukan

Mataram.

Dengan mengandalkan persenjataan yang lebih baik


dan

lengkap,

akhirnya

serangan-serangan

dapat

pasukan

menghentikan

Mataram.

Pasukan

Mataram semakin melemah dan akhirnya ditarik


mundur kembali ke Mataram. Dengan demikian
serangan

Sultan

Agung

yang

kedua

ini

juga

mengalami kegagalan. Dengan kegagalan pasukan


Mataram menyerang Batavia, membuat VOC semakin
berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan
memperluas pengaruhnya di daerah-daerah lain.
Namun dibalik itu VOC selalu khawatir dengan
kekuatan

tentara

Mataram.

Tentara

VOC

selalu

berjaga-jaga untuk mengawasi gerak-gerik pasukan


Mataram. Sebagai contoh pada waktu pasukan Sultan
Agung dikirim ke Palembang untuk membantu Raja
Palembang dalam melawan VOC, langsung diserang
oleh tentara VOC di tengah perjalanan. Perlawanan
pasukan

Sultan

Agung

terhadap

VOC

memang

mengalami kegagalan. Tetapi semangat dan cita-cita


untuk melawan dominasi asing di Nusantara terus
tertanam

pada

jiwa

Sultan

Agung

dan

para

pengikutnya. Sayangnya semangat ini tidak diwarisi


oleh raja-raja pengganti Sultan Agung. Setelah Sultan

15

Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi


semakin

lemah

sehingga

akhirnya

berhasil

dikendalikan oleh VOC.


Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan
Amangkurat I. Ia memerintah pada tahun 1646-1677.
Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang
lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC. Raja ini
juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenangwenang kepada rakyat dan kejam terhadap para
ulama. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan
Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat.
2.2.4.
Perlawanan Banten Terhadap VOC
Banten memiliki posisi yang strategis sebagai
bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu
sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi
tidak pernah berhasil. Akhirnya VOC membangun
Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi
persaingan
antara
Banten
dan
Batavia
memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan
internasional. Oleh karena itu, rakyat Banten sering
melakukan serangan-serangan terhadap VOC.
Tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di
Kesultanan Banten. Ia adalah cucu Sultan Abdul
Mufakhir Mahmud Abdul Karim, anak dari Sultan Abu
al-Maali Ahmad yang wafat pada 1650. Pangeran
Surya bergelar Sultan Abu al-Fath Abulfatah. Sultan
Abu al-Fath Abdulfatah ini lebih dikenal dengan nama
Sultan Ageng Tirtayasa. la berusaha memulihkan
posisi
Banten
sebagai
Bandar
perdagangan
internasional
dan
sekaligus
menandingi
perkembangan di Batavia. Beberapa yang dilakukan
misalnya mengundang para pedagang Eropa lain
seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis.
Sultan Ageng juga mengembangkan hubungan
dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia,

16

Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. Perkembangan di


Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC.
Oleh karena itu, untuk melemahkan peran Banten
sebagai Bandar perdagangan, VOC sering melakukan
blokade. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari
Maluku dilarang meneruskan perjalanan menuju
Banten. Sebagai balasan Sultan Ageng juga mengirim
beberapa pasukannya untuk mengganggu kapalkapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di
Batavia. Dalam rangka memberi tekanan dan
memperlemah kedudukan VOC, rakyat Banten juga
melakukan perusakan terhadap beberapa kebun
tanaman tebu milik VOC. Akibatnya hubungan antara
Banten dan Batavia semakin memburuk.
Menghadapi serangan pasukan Banten, VOC
terus memperkuat kota Batavia dengan mendirikan
benteng-benteng
pertahanan
seperti
Benteng
Noordwijk. Dengan tersedianya beberapa benteng di
Batavia diharapkan VOC mampu bertahan dari
berbagai serangan dari luar dan mengusir para
penyerang
tersebut.
Sementara
itu
untuk
kepentingan
pertahanan,
Sultan
Ageng
memerintahkan untuk membangun saluran irigasi
yang membentang dari Sungai Untung Jawa sampai
Pontang. Selain berfungsi untuk meningkatkan
produksi pertanian, saluran irigasi dimaksudkan juga
untuk memudahkan transportasi perang. Pada masa
pemerintahan Sultan Ageng ini memang banyak
dibangun saluran air/irigasi. Oleh karena jasa-jasanya
ini maka sultan digelari Sultan Ageng Tirtayasa (Tirta
artinya air).
Serangan dan gangguan terhadap VOC terus
dilakukan. Di tengah-tengah mengobarkan semangat
anti VOC itu, pada tahun 1671 Sultan Ageng
Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar
Abdulkahar sebagai raja pembantu yang lebih dikenal
dengan nama Sultan Haji. Sebagai raja pembantu
Sultan Haji bertanggung jawab urusan dalam negeri,
dan Sultan Ageng Tirtayasa bertanggung jawab
urusan luar negeri dibantu puteranya yang lain, yakni

17

Pangeran
Arya
Purbaya.
Pemisahan
urusan
pemerintahan di Banten ini tercium oleh perwakilan
VOC di Banten, W. Caeff. Ia kemudian mendekati dan
menghasut Sultan Haji agar urusan pemerintahan di
Banten tidak dipisah-pisah dan jangan sampai
kekuasaan jatuh ke tangan Arya Purbaya. Karena
hasutan VOC ini Sultan Haji mencurigai ayah dan
saudaranya. Sultan Haji juga sangat khawatir, apabila
dirinya tidak segera dinobatkan sebagai sultan,
sangat mungkin jabatan sultan itu akan diberikan
kepada Pangeran Arya Purbaya. Tanpa berpikir
panjang Sultan Haji segera membuat persekongkolan
dengan VOC untuk merebut tahta kesultanan Banten.
Timbullah pertentangan yang begitu tajam
antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam persekongkolan tersebut VOC sanggup
membantu Sultan Haji untuk merebut Kesultanan
Banten tetapi dengan 4 syarat, yaitu :
a Banten harus menyerahkan Cirebon kepada
VOC.
b Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC
dan harus menyingkirkan para pedagang
Persia, India, dan Cina.
c Banten harus membayar 600.000 ringgit
apabila ingkar janji.
d Pasukan Banten yang menguasai daerah
pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik
kembali
Isi perjanjian ini disetujui oleh Sultan Haji.
Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji
berhasil
merebut
Kesultanan
Banten.
Istana
Surosowan berhasil dikuasai. Sultan Haji menjadi
Sultan Banten yang berkedudukan di istana
Surosowan. Sultan Ageng kemudian membangun
istana yang baru berpusat di Tirtayasa. Sultan Ageng
berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari
Sultan Haji yang didukung VOC.
Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil mengepung Istana Surosowan.

18

Sultan Haji terdesak dan segera meminta bantuan


tentara VOC. Datanglah bantuan tentara VOC di
bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng
Tirtayasa dapat dipukul mundur dan terdesak hingga
ke Benteng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya meloloskan diri bersama puteranya,
Pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Mereka masih
melancarkan serangan sekalipun dengan bergerilya.
Tentara VOC terus memburu. Sultan Ageng Tirtayasa
beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke
arah Bogor. Baru setelah melalui tipu muslihat pada
tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil
ditangkap
dan
ditawan
di
Batavia
sampai
meninggalnya pada tahun 1692.
Namun harus diingat bahwa semangat juang
Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya tidak
pernah padam. Ia telah mengajarkan untuk selalu
menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan
tanah air dari dominasi asing. Hal ini terbukti setelah
Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, perlawanan
rakyat Banten terhadap VOC terus berlangsung.
Misalnya pada tahun 1750 timbul perlawanan yang
dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini
ternyata sangat kuat sehingga VOC kewalahan
menghadapi serangan itu. Dengan susah payah
akhirnya perlawanan yang dipimpin Ki Tapa dan Ratu
Bagus ini dapat dipadamkan.
2.2.5.
Perlawanan Goa
Kesultanan Goa atau kadang ditulis Goa, adalah
salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah
kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten
Goa

dan

beberapa

bagian

daerah

sekitarnya.

Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal


bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan

19

peperangan

yang

dikenal

dengan Perang

Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu


oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa
Suku

Bugis dengan

rajanya Aru

Palaka.

Perang

Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak


Goa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian
pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang
Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar
VOC yang pernah dilakukannya pada abad ke-17.
Latar Belakang
Pada awalnya

orang-orang

Belanda

ketika

datang ke kepulauan Indonesia tidak begitu tertarik


dengan kerajaan Goa yang letaknya di kaki barat
daerah Sulawesi Selatan. Belanda pada mulanya
dalam perjalanan ke Timur sesudah berangkat dari
pelabuhan-pelabuhan

jawa

mereka

meneruskan

perjalanannya ke Maluku. Belanda baru mengetahui


pentingnya pelabuhan Goa setelah kejadian di dekat
perairan Malaka. Dimana pihak Belanda merampas
kapal milik Portugis yang ternyata memiliki seorang
awak kapal Makassar. Dari orang Makassar ini lah
Belanda

mengetahui

bahwa

pelabuhan

Goa

merupakan Pelabuhan Transit bagi kapal-kapal yang


berlayar dari atau ke Maluku. Selain itu setelah
bertemu dengan kapal-kapal Goa yang memuat
orang-orang Portugis tidak diserang oleh Belanda.
Hal ini dilakukan guna mencari kesan yang baik
dengan

Raja

berkesimpulan

Goa.
bahwa

Pada

saat

pelabuhan

itu
Goa

Belanda
sangat

strategis karena terletak antara Malaka dan Maluku

20

Kemudian

Belanda

mencoba

menjajagi

hubungan terlebih dahulu dengan mengirim sepucuk


surat yang dikirim dari Banda kepada Sultan Goa. Isi
dari surat itu adalah semata-mata tujuan Belanda
hanya

ingin

berdagang

saja.

Ahirnya

raja

Goa

mengundang Belanda berkunjung ke Pelabuhan Goa,


tetapi dengan tekanan bahwa Belanda hanya boleh
berdagang

saja

di

Goa.

Raja

Goa

tidak

ingin

kerajaanya menjadi tempat adu senjata antara orang


asing yang datang berdagang disana. Atas undangan
Raja

Goa,

Pedagang

Belanda

mulai

datang

ke

Pelabuhan Goa untuk berdagang. Belanda pernah


mengajak kerajaan Goa untuk menyerang Banda
yang merupakan pusat rempah-rempah, tetapi Raja
Goa menolak hal tersebut. Anggota kompeni Belanda
sering melakukan kunjungan ke Goa. Mereka selalu
membujuk Raja Goa agar tidak menjual berasnya
pada Portugis. Akan tetapi Raja Goa tidak ingin
memutuskan hubungan dagang dengan Portugis
karena dianggap menguntungkan. Bahkan Raja Goa
mengeluh
melakukan

karena

kapal-kapal

penyerangan ke

kompeni
Maluku.

mulai
Akhinya

keadaan Goa dan Belanda pun makin memburuk


karena kedua-duanya mempunyai kepentingan yang
sama dalam perdagangan. Karena itu suatu saat
bentrokan antara keduanya tidak dapat terelakkan
(Nugroho Notosutanto, 79 : 1992).
Beberapa penyebab timbulnya

perselisihan

Belanda dengan Kerajaan Goa dikarenakan kelicikan


orang Belanda yang hendak menagih hutang dari
pembesar-pembesar Goa. Pembesar ini diundang ke

21

kapal Belanda untuk dijamu, akan tetapi mereka


dilucuti oleh Belanda. Hal inilah yang membuat
kebencian masyarakat Makassar terhadap Belanda.
Sebagai

balas

dendam,

orang-orang

Makassar

membunuh awak kapal Belanda. Hal ini membuat Jon


Pieteers

Coen

menaruh

dendam

pada

orang

Makassar.
Jalannya Perang
Kompeni menginginkan bagian terbesar dalam
perdagangan rempah-rempah di Maluku, padahal
pada waktu itu perdagangan ini berada di tangan
orang-orang

Makassar,

maka

menimbulkan

permusuhan.

melumpuhkan

kerajaan

diadakan

pemblokiran

dengan

sendirinya

Belanda

Goa.

Pada

terhadap

berencana
tahun

1634

kerajaan

Goa.

Dengan bantuan dari kapal yang datang dari Batavia,


Belanda memblokir Somba Opu (Pelabuhan di Goa).
Kapal ini ditugaskan agar tidak membuang waktu.
tetapi

langsung

merusak,

merongrong,

merebut

kapal Portugis dan India yang berdagang di Somba


Opu, tidak terkecuali juga kapal-kapal Makassar.
Selain itu desa-desa kerajaan Goa juga dimusnahkan.
Akan tetapi hal ini tidak tepat sasaran karena Goa
telah mengetahui berita tentang VOC dari Jepara.
Dan tiga minggu sebelumnya kapal Portugis telah
berangkat menuju Kakao. Pada tahun 1635 Belanda
melakukan

lagi

pemblokiran.

Tetapi

orang-orang

Makassar menyeberang melalui jalur darat, sehingga


dapat terus melakukan perdagangan. Bahkan dari
Buton, banyak terjadi penyerbuan dan pembunuhan

22

terhadap orang Belanda (Nugroho Notosutanto, 80 :


1992).
Dua kali perang diistirahatkan (1635-1655 dan
1660).

Tetapi

dalam

masa

ini

sering

timbul

permasalan yang membawa ke jurang permusuhan.


Maetsuycker bahwa perang melawan Makassar akan
menelan belanja (biaya) yang sangat besar karena
melengkapi persiapan perang yang banyak. Dunia
juga sadar bahwa pengarah-pengarah di Amsterdam
(Belanda)

benci

membelanjakan

menawan.

Tambahan

pula

dalam

uang
tahun

untuk
1651

kompeni Belanda sedang berperang dengan orangorang Pportugis yang menghabiskan banyak biaya.
(Bernard H.M. Vlekke, 167: 1967)
Pada tahun awal tahun 1654 terjadi perang, Goa
telah menyiapakan suatu armada perang dengan
kekuatan 5.000 orang bersenjata untuk berlayar ke
Maluku. Pertempuran ini bermula karena Belanda
merampas suatu angkutan kayu cendana yang telah
dijual rakyat Makassar kepada orang Portugis. Dan
akhrinya Belanda dipaksa membayar ganti rugi, dan
hal ini membuat pecahnya perang. Pertempuran
terjadi di Buton dan Maluku, terutama di Ambon.
Orang-orang Makassar mendapat bantuan dari Goa
maupun dari Majira, seorang pemimpin Maluku. Bagi
Belanda sendiri sangat kewalahan dengan perang ini
karena dijalankan di beberapa tempat yang saling
berjauhan

sehingga

merepotkan.

Ahirnya

pada

tanggal 27 Februari 1656 membuat perjanjian yang


menguntungkan Makassar. Akan tetapi tahun 1660
VOC menyiapakan diri untuk berperang, armada yang

23

terdiri dari 31 buah kapal dan 2.600 awak dikirim ke


Sulawesi. Perang dimulai ketika armada ini sampai di
depan Somba Opu dan menyebar ke Kerajaan Goa.
Belanda berhasil merebut Benteng Penanukang.
Kekalahan Kerajaan Goa
Atas kekalahan ini Sultan Goa menanda tangani
suatu perjanjian yang sangat merugikan karena
harus

melepas

Buton,

Manado,

dan

Kepulauan

Maluku. Dan Portugis harus meninggalkan Kerajaan


Goa. Tetapi pada tanggal 19 juni 1667, Belanda di
bawah pimpinan Speelmen melakukan penyerangan
ke benteng Goa di Somba Opu. Dan tembakan
dilepaskan dari Somba Opu ke kapal Speelmen.
Tembakan sengit terdengar sepanjang hari. Speelmen
mengambil taktik yaitu berlayar ke Selatan dan
merampok

kampung

sepanjang

pantai

untuk

menyibukkan kerajaan Goa terus-menerus. Di bantu


oleh Aru Palaka yang membawa 6.000 prajurit,
Belanda

ahirnya

dapat

mengalahkan

pos-pos

kerajaan Goa dan berhasil merebut Kerajaan Goa.


2.2.6.

Perlawanan Rakyat Riau Terhadap

VOC
Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan
dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus
dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai Malaka,
VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau. Dengan
politik

memecah

menanamkan

belah

pengaruhnya

VOC
di

mulai
Riau.

berhasil
Kerajaan-

kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan


Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli

24

dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh


karena itu, beberapa kerajaaan mulai melancarkan
perlawanan.
Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah
perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
(1723 1744) memimpin rakyatnya untuk melawan
VOC. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia
membuat benteng pertahanan di Pulau Bintan. Dari
pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul
Jalil mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela
Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya dalam
pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikut
sertakan

puteranya

yang

bernama

Raja

Indra

Pahlawan. Itulah sebabnya sejak remaja Raja Indra


Pahlawan sudah memiliki kepandaian berperang.
Sifat bela negara/tanah air sudah mulai tertanam
pada diri Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu,
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya

diangkatlah

puteranya

yang

bernama

Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -1760).


Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya
yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan
sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra
Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang melawan
VOC.
Sebagai strategi menghadapi serangan Raja
Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan
menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di
sepanjang

jalur

yang

menghubungkan

Sungai

25

Indragiri,

Kampar,

sampai

Pulau

Guntung

yang

berada di muara Sungai Siak. Kapal-kapal dagang


yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini
merupakan pukulan bagi Siak. Oleh karena itu segera
dipersiapkan

kekuatan

yang

lebih

besar

untuk

menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan


dipercayakan
Panglima

kembali

Besar

serangan

ini

kepada

Tengku

diperkuat

Raja

Muhammad
dengan

Indra
Ali.

kapal

dan

Dalam
perang

Harimau Buas yang dilengkapi dengan lancang


serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 1753).
Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapislapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.
Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus
benteng pertahanan itu. Namun banyak pula jatuh
korban dari VOC, sehingga VOC harus mendatangkan
bantuan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina.
Pertempuran
Sementara

hampir
VOC

terus

berlangsung

satu

mendatangkan

bulan.
bantuan.

Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima


perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur
kembali ke Siak. Sultan Siak bersama para panglima
dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati
bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan
diminta

berpura-pura

berdamai

dengan

cara

memberikan hadiah kepada Belanda.


Oleh karena itu, siasat ini dikenal dengan siasat
hadiah sultan. VOC setuju dengan ajakan damai ini.
Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung.
Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak

26

dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC.


Sultan segera memberi kode pada anak buah dan
segera

menyergap

dan

membunuh

orang-orang

Belanda di loji itu.


Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak
kembali ke Siak dengan membawa kemenangan,
sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari
Malaka. siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja
Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja
Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar
Kesultanan Siak dengan gelar: Panglima Perang Raja
Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh.

2.2.7.
Sejak

Etnis Cina di Indonesia Melawan VOC


abad ke-5 orang-orang Cina sudah

mengadakan
jumlahnya

hubungan
pun

dagang

semakin

ke

banyak.

Jawa
Pada

dan
masa

perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan


Islam, banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah
pesisir, bahkan tidak sedikit yang menikah dengan
penduduk

Jawa.

Begitu

juga

pada

masa

pemerintahan VOC di Batavia, banyak orang Cina


yang

datang

ke

Jawa.

VOC

memang

sengaja

mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok dalam


rangka mendukung kemajuan perekonomian di Jawa.
Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak
semua yang memiliki modal. Banyak diantara mereka
termasuk

golongan

miskin.

Mereka

kemudian

menjadi pengemis bahkan ada yang menjadi pencuri.


Sudah barang tentu hal ini sangat mengganggu
kenyamanan dan keamanan Kota Batavia.

27

Untuk membatasi kedatangan orangorang Cina


ke Batavia, VOC mengeluarkan ketentuan bahwa
setiap orang Cina yang tinggal di Batavia harus
memiliki

surat

izin

bermukim

yang

disebut

permissiebriefjes atau masyarakat sering menyebut


dengan surat pas. Apabila tidak memiliki surat izin,
maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (Sri
Langka) untuk dipekerjakan di kebun-kebun pala milik
VOC atau akan dikembalikan ke Cina. Mereka diberi
waktu enam bulan untuk mendapatkan surat izin
tersebut.
Biaya untuk mendapatkan surat izin itu yang
resmi dua ringgit (Rds.2,-) per orang. Tetapi dalam
pelaksanaannya untuk mendapatkan surat izin terjadi
penyelewengan dengan membayar lebih mahal, tidak
hanya dua ringgit. Akibatnya banyak yang tidak
mampu memiliki surat izin tersebut. VOC bertindak
tegas, orang-orang Cina yang tidak memiliki surat
izin bermukim ditangkapi. Tetapi mereka banyak
yang dapat melarikan diri keluar kota. Mereka
kemudian

membentuk

gerombolan

yang

mengacaukan keberadaan VOC di Batavia.


Pada suatu ketika tahun 1740 terjadi kebakaran
di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai
gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan
pemberontakan. Oleh karena itu, para serdadu VOC
mulai

beraksi

dengan

melakukan

sweeping

memasuki rumah-rumah orang Cina dan kemudian


melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina
yang ditemukan di setiap rumah. Sementara yang
berhasil meloloskan diri dan melakukan perlawanan

28

di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah


satu tokohnya yang terkenal adalah Oey Panko atau
kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang,
kemudian di Jawa menjadi Ki Sapanjang. Nama ini
dikaitkan

dengan

perannya

dalam

memimpin

perlawanan di sepanjang pesisir Jawa. Perlawanan


dan kekacauan yang dilakukan orang-orang Cina itu
kemudian meluas di berbagai tempat terutama di
daerah pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina ini
mendapat bantuan dan dukungan dari para bupati di
pesisir. Bahkan yang menarik atas desakan para
pangeran, Raja Pakubuwana II juga ikut mendukung
pemberontakan orang-orang Cina tersebut. Pada
tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang
sehingga

jatuh

meningkatkan

banyak

korban.

kekuatan

VOC

tentara

segera
maupun

persenjataan sehingga pemberontakan orang-orang


Cina satu demi satu dapat dipadamkan. Pada kondisi
yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan
akhirnya melakukan perundingan damai dengan VOC.
2.2.8.

Perlawanan Pangeran Mangkubumi

dan Mas Said


Perlawanan terhadap VOC kembali terjadi di
Jawa, kali ini dipimpin oleh bangsawan kerajaan yakni
Pangeran

Mangkubumi

dan

Raden

Mas

Said.

Perlawanan berlangsung sekitar 20 tahun. Pada


uraian terdahulu sudah disinggung bahwa beberapa
raja Mataram setelah Sultan Agung merupakan raja
yang

lemah

penjajah.

bahkan

Begitu

juga

bersahabat
pada

saat

dengan

kaum

pemerintahan

29

Pakubuwana II terjadi persahabatan dengan VOC.


Bahkan VOC semakin berani untuk menekan dan
melakukan

intervensi

pemerintahan

Pakubuwana

Kerajaan

Mataram

terhadap
II.

juga

jalannya

Wilayah

semakin

pengaruh
berkurang.

Persahabatan antara Pakubuwana II dengan VOC ini


telah menimbulkan kekecewaan para bangsawan
kerajaan, apalagi VOC melakukan intervensi dalam
urusan pemerintahan kerajaan. Hal ini mendorong
munculnya

berbagai

perlawanan

misalnya

perlawanan Raden Mas Said.


Raden Mas Said adalah putera dari Raden Mas
Riya

yang

bergelar

Adipati

Arya

Mangkunegara

dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati Blitar.


Pada usia 14 tahun Raden Mas Said sudah diangkat
sebagai gandek kraton (pegawai rendahan di istana)
dan

diberi

gelar

R.M.Ng.

Suryokusumo.

Karena

merasa sudah berpengalaman, Raden Mas Said


kemudian

mengajukan

permohonan

untuk

mendapatkan kenaikan pangkat. Akibat permohonan


ini Mas Said justru mendapat cercaan dan hinaan dari
keluarga kepatihan, bahkan dikait-kaitkan dengan
tuduhan ikut membantu pemberontakan orang-orang
Cina yang sedang berlangsung. Mas Said merasa
sakit

hati

Muncullah

dengan
niat

sikap

untuk

keluarga

melakukan

kepatihan.
perlawanan

terhadap VOC yang telah membuat kerajaan kacau


karena banyak kaum bangsawan yang bersekutu
dengan

VOC.

Ia

diikuti

R.

Sutawijaya

dan

Suradiwangsa (yang kemudian dikenal dengan Kiai

30

Kudanawarsa) pergi keluar kota untuk menyusun


kekuatan. Kemudian Mas Said pergi menuju Nglaroh
untuk memulai perlawanan. Oleh para pengikutnya
Mas Said diangkat sebagai raja baru dengan gelar
Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Senopati
Sudibyaning Prang. Hingga kini sebutan Mas Said
yang sangat dikenal masyarakat yakni Pangeran
Sambernyawa. Perlawanan Mas Said ternyata cukup
kuat karena mendapat dukungan dari masyarakat
dan

ini

merupakan

ancaman

yang

serius

bagi

eksistensi Pakubuwana II sebagai raja di Mataram.


Oleh karena itu, pada tahun 1745 Pakubuwana II
mengumumkan

barang

siapa

yang

dapat

memadamkan perlawanan Mas Said akan diberi


hadiah sebidang tanah di Sukowati (di wilayah
Sragen sekarang). Mas Said tidak menghiraukan apa
yang dilakukan Pakubuwana II di istana, ia terus
melancarkan perlawanan kepada kerajaan maupun
VOC. Mendengar adanya sayembara berhadiah itu,
Pangeran

Mangkubumi

ingin

mencoba

sekaligus

menakar seberapa jauh komitmen dan kejujuran


Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi adalah adik
dari Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi dan para
pengikutnya berhasil memadamkan perlawanan Mas
Said.

Ternyata

Pakubuwana

II

ingkar

janji.

Pakubuwana II kehilangan nilai dan komitmennya


sebagai raja yang berpegang pada tradisi, sabda
pandhita ratu datan kena wola-wali (perkataan raja
tidak

boleh

ingkar).

Karena

bujukan

Patih

Pringgalaya, Pakubuwana II tidak memberikan tanah

31

Sukowati kepada Pangeran Mangkubumi. Terjadilah


pertentangan

antara

Raja

Pakubuwana

II

yang

didukung Patih Pringgalaya di satu pihak dengan


Pangeran Mangkubumi di pihak lain. Dalam suasana
konflik ini tiba-tiba dalam pertemuan terbuka di
istana

itu

mengeluarkan
menuduh
mencari

Gubernur

Jenderal

kata-kata

Pangeran

yang

Van
menghina

Mangkubumi

kekuasaan.

Hal

Imhoff

inilah

dan

terlalu

ambisi

yang

sangat

mengecewakan Pangeran Mangkubumi, pejabat VOC


secara

langsung

pemerintahan

telah

kerajaan.

mencampuri
Pangeran

urusan

Mangkubumi

segera meninggalkan istana. Tidak ada pilihan lain


kecuali angkat senjata untuk melawan VOC yang
telah

semena-mena

pemerintahan

kerajaan.

ikut
Hal

campur
ini

sekaligus

tangan
untuk

memperingatkan saudara tuanya Pakubuwana II agar


tidak mau didikte oleh VOC. Pangeran Mangkubumi
dan pengikutnya pertama kali pergi ke Sukowati
untuk menemui Mas Said. Kedua pihak bersepakat
untuk bersatu melawan VOC. Untuk memperkokoh
persekutuan ini, Raden Mas Said dijadikan menantu
oleh Pangeran Mangkubumi. Mangkubumi dan Mas
Said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan.
Raden Mas Said bergerak di bagian timur, daerah
Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo
dengan pusatnya Sukowati. Sedangkan Mangkubumi
konsentrasi di bagian barat Surakarta terus ke barat
dengan pusat di Hutan Beringin dan Desa Pacetokan,
dekat Pleret (termasuk daerah Yogyakarta sekarang).

32

Diberitakan pada saat itu Pangeran Mangkubumi


membawahi

sejumlah

13.000

prajurit,

termasuk

2.500 prajurit kavaleri.


Karena perjanjian itu berisi pasal-pasal antara
lain :
a Susuhunan
Kerajaan

Pakubuwana

Mataram

baik

II

menyerahkan

secara

de

facto

maupun de jure kepada VOC


b Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak
naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC
menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram
sebagai pinjaman dari VOC.
c Putera mahkota akan segera
Sembilan

hari

setelah

dinobatkan.

penandatanganan

perjanjian itu Pakubuwana II wafat. Tanggal 15


Desember

1749

mengumumkan

Baron

van

pengangkatan

Hohendorff
putera

mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III.


Perjanjian tersebut merupakan sebuah tragedi
karena Kerajaan Mataram yang pernah berjaya di
masa Sultan Agung harus menyerahkan kedaulatan
atas seluruh wilayah kerajaan kepada pihak asing.
Hal ini semakin membuat kekecewaan Pangeran
Mangkubumi dan Mas Said, sehingga keduanya harus
meningkatkan perlawanannya terhadap kezaliman
VOC. Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir
setelah tercapai Perjanjian Giyanti pada tanggal 13
Februari 1755. Isi pokok perjanjian itu adalah bahwa
Mataram dibagi dua. Wilayah bagian barat (daerah
Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mangkubumi

33

dan berkuasa sebagai sultan dengan sebutan Sri


Sultan Hamengkubuwana I, sedang bagian timur
(daerah Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana
III. Sementara perlawanan Mas Said berakhir setelah
tercapai Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret
1757

yang

isinya

Mas

Said

diangkat

sebagai

penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan


gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.

BAB III
PENUTUP

1 Simpulan

Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :


Perlawanan yang terjadi pada abad ke-16 rata-rata
ditujukan pada Portugis, Spanyol, dan Belanda. Dan baru

34

pada abad ke-17 dan 18 perlawanan ditujukan kepada

kongsi dagang VOC.


Perlawanan yang ada di daerah-daerah umumnya di latar
belakangi monopoli yang dilakukan VOC dan intervensi
politik dengan menggunakan semboyan devide et impera

pada kerajaan-kerajaan nusantara oleh VOC.


Perlawanan oleh rakyat di daerah tak pernah padam,
sekalipun berkali-kali ditumpas oleh VOC karena VOC
menggunakan cara licik dan mempunyai persenjataan
lebih lengkap, karena sudah tertanamnya jiwa bela negara
pada hati rakyat.
2 Saran
Berdasarkan data di atas, dapat disarankan :
a Tidak mudah terhasut oleh isu-isu yang belum
jelas

kebenarannya,

karena

nanti

mudah

terpancing permusuhan.
b Persatuan dan kesatuan dalam suatu negara
merupakan hal yang penting, agar negara kita
maju

dalam

berbagai

bidang

dan

tidak

ketinggalan dari negara lain.


c Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan jiwa bela
negara sedini mungkin agar kelak dapat berguna
bagi negara di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/03/sejarah-voc-diindonesia.html
http://www.pustakasekolah.com/aceh-melawan-portugis-danvoc.html

35

http://www.pustakasekolah.com/perlawanan-rakyat-maluku.html
diunduh pada 09/02/2015 pukul 09:33
http://imandesn.blogspot.com/2014/11/makalah-rakyat-riauangkat-senjata.html
AM, Sardiman dan Lestariningsih, Amurwani Dwi. 2014. Sejarah Indonesia.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai