Anda di halaman 1dari 10

A M A N A H "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang

berhak" (An-Nisa: 58) Menunaikan amanah adalah salah satu PERINTAH Allah, yang
WAJIB untuk dilaksanakan dan dalam surat Al Mu'minuun dijanjikan Allah dengan surga
sebagai balasan bagi mereka yang berlaku amanah. Amanah adalah nilai fitri, yang setiap
hati merah manusia, baik Muslim ataupun kafir mengakuinya. Inilah ciri akhlaq islami,
ciri yang tak dipunyai kaum munafiq. Rasulullah bersabda; Ciri munafiq itu ada 3, jika
bicara dia berdusta, jika berjanji dia ingkar, jika dipercaya dia berkhianat (H.R. Bukhari,
Muslim). Di awal masa tegaknya risalah Allah ini, Rasulullah Muhammad telah
mencontohkan keharusan menegakkan amanah. Meski dalam keadaan sulit, sehubungan
dengan persiapan hijrah ke Madinah, Rasulullah tetap menjaga amanah dan
mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada beliau melalui Ali. R.A. Di tengah
kondisi yang terjepit dan mendapat incaran para pembunuh bayaran, menjaga dan
mengembalikan barang yang di- amanahkan orang lain tetap merupakan hal yang utama.
Inilah diinul Islam. Dia tegak di atas sendi-sendi aturan "langit", di atas nilai-nilai luhur,
dan berkembang dalam basis fitri kemanusiaan. Apalah artinya hijrah kalau amanah
dilanggar; apalah artinya persiapan teliti untuk suatu perjuangan islam kalau amanah
diabaikan ? Sesungguhnya Islam tegak dan ditegakkan untuk dan melalui nilai-nilai luhur
yang datang dari Allah, bukan menegakkan kekuasaan untuk kekuasaan. Dan bukan pula
meraih ke- kuasaan dahulu baru menegakkan nilai-nilai samawi. Sejak panji risalah ini
dikibarkan, maka nilai-nilai "langit" ditegakkan di bumi dengan kekuasaan ataupun tidak.
Karenanya dalam titik ini, menegakkan amanah, menegakkan satu nilai islami dalam diri
seorang Muslim berarti menegakkan Islam dan memancarkan keharumannya. Inilah
agama yang lurus. Islam adalah agama yang mulia. Hanya dengan kemuliaan dia
ditegakkan dan untuk kemuliaan dia tegak. Hanya orang-orang yang berhati mulia ikut
dalam barisannya dan tidak untuk mereka yang munafiq. Maka dalam pemahaman aqidah
ini kekuasaan hanyalah alat bukan tujuan, perangkat kekuasaan dan politik adalah sarana
bukan ghoyyah. Qiadah (kepemimpinan) muncul dari tegaknya nilai-nilai islami dalam
dada setiap Muslim, dan nilai-nilai itu yang ingin ditegak- kan dengan ataupun tanpa
kekuasaan dan perangkatnya. Sesungguh- nya qiadah itu akan muncul dengan sendirinya,
manakala kondisi islami telah tercipta. Ibarat buah, manakala tepung sari sudah
menempel pada putik, secara alamiah sunatullah, buah akan mun- cul perlahan tapi pasti.
Inilah diinul islam dengan misi tunggal rahmattan lil alamiin. Hasbunallah wa ni'mal
wakiil. Wassalam, abu zahra
A M A N A H "Sesungguhnya Allah telah menawarkan amanah itu kepada langit, bumi
dan bebukitan, namun semuanya menolak untuk menanggungnya karena khawatir mengkhianatinya, lalu dipikulah amanah itu oleh manu- sia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan bodoh" ( al-Ahzab: 72) Seperti juga kewajiban memelihara amanah dari
manusia, maka memelihara amanah dari Allah, Tuhan manusia, adalah juga kewajiban
yang mesti dijalankan manusia yang beriman. Adalah tidak logis kalau seorang manusia
menjaga amanah dari sesamanya namun mengingkari amanah Allah. Bahkan da- lam
sudut pandang aqidah ini, menjalankan amanah yang da- tang dari Allah adalah
kemuliaan, karena Allah telah mem- percayai kita, Allah mengakui kelebihan kita
dibanding makhluk yang lain. Suatu karunia yang amat besar. Tugas itu, amanah itu
adalah untuk menegakkan diinullah di alam ini. Tugas yang teramat berat, langit, bumi,

dan bebukitan menolak tugas ini. "sesungguhnya Kami akan menu- runkan perkataan
yang berat" (al-Muzzammil: 5). Perkataan yang berat, berat dalam arti konsekuensi yang
harus diteri- ma dalam meniti jalan itu. Itulah jalan kemuliaan, jalan yang lurus, jalan
orang- orang yang diberi ni'mat, jalan para Nabi, shiddiqiin, syuhada dan para shalihiin,
jalan yang sukar lagi mendaki, jalan ke- taqwaan. Amanah itu mesti dipenuhi agar tidak
ada lagi fitnah, agar tidak ada lagi penyembahan manusia pada manusia, penyem- bahan
manusia pada materi dan kekuasaan, pada pangkat dan nafsu syahwat. Semua
penyembahan hanya untuk Allah Rabbal 'alamiin. Dalam skala individual amanah ini
menjadi tanggung jawab pribadi Muslim. Dalam skala global adalah menjadi tugas
qiyadah islamiyah (kepemimpinan islam) untuk mewujudkannya. Tugas dalam skala
global itu kini praktis terbengkalai. Bukan hanya fitnah menghegemoni jagad, namun
kondisi ummat sangat memperihatinkan. Umat Islam terhina dan dihinakan, baik di
Bosnia maupun Palestina. Tiada qiadah islamiyah yang mempersatukan, membela, dan
menegakkan izzah (harga diri) Islam dan ummatnya. Inilah azab atas kelalaian menjaga
amanah Allah. " Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh " zalim terhadap
dirinya sendiri dan bodoh terhadap diin yang telah dituntunkan Allah untuknya. Kini, tak
ada waktu lagi untuk berfalsafah, kenapa mesti menerima amanah Allah itu dsb-dsb.?
Yang perlu adalah menyambut amanah ini mewujudkan qiadah Allah di Bumi dalam
semangat dan kesiapan sami'na wa atho'ana (kami dengar dan kami taat). Hasbunallah wa
ni'mal wakiil. Wassalam, abu zahra
ISLAM: SATU-SATUNYA ALTERNATIF Kemerosotan peranan politik dan peradaban
Islam tidaklah menyebabkan hilangnya system ajaran Islam sebagai suatu system nilai
(value system) yang telah merasuk pada kalbu Muslimin, dan bahkan memberikan
rembesan tumbuhnya embrio peradaban Barat modern. (Betapa banyak warisan
kebudayaan Islam yang diambil alih dan di'claim' sebagai milik Barat). Sebagai system
ajaran, Islam tetap memiliki alternatif satu-satunya bagi manusia yang ingin selamat
dunia maupun akhirat. Islam juga akan tetap menjadi satu-satunya alternatif peradaban
modern ummat manusia, pada hari ini dan hari depan. Secara konsepsional, Islamlah
yang paling layak untuk menggantikan seluruh konsepsi spiritual yang telah ada. Hujjah
tekstual tak usah dipertanyakan lagi. Semuanya bisa dilihat dan dikaji kebenarannya dari
sumber-sumber pokok ajaran Islam, yaitu al_Qur'an dan as_Sunnah. Adapun hujjah
intelektual ditangan pada peninjau yang dianggap 'netral', dengan mengikuti disiplin
ilmiah tertentu, menyatakan tentang keunggulan Islam dan memperoleh pensubstitusian
sehingga bebas dari kesan apologetik apapun. Contok tinjauan netral ini dilakukan oleh
Ernest Gellner, seorang sosiolog agama. Gellner menunjukkan bahwa tradisi agung
dalam Islam tetap bisa dimodernkan (modernizable) tanpa perlu memberi konsesi kepada
pihak luar. Dan ini merupakan kelanjutan dialog ummat Islam sendiri sepanjang
sejarahnya. "Diantara berbagai agama yang ada", kata Gellner, "Islam adalah satusatunya yang mampu mempertahankan sistem keimanannya dalam abad modern ini,
tanpa banyak gangguan doktrinal. Dalam Islam, dan hanya dalam Islam", lanjut Gellner,
"pemurnian dan modernisasi di satu pihak, dan peneguhan kembali identitias ummat di
pihak lain, dapat dilakukan dalam satu bahasa dan perangkat yang sama. Dunia Islam
memang tidak begitu gemilang menerobos dan mempelopori ummat manusia memasuki
abad modern. Tetapi karena watak dasar Islam sendiri, kaum Muslimin mungkin justru
menjadi kelompok manusia yang memperoleh manfaat terbesar dari kemoderenan dunia.

Tentunya kemoderenan disini bermakna kamajuan teknikalisme. Dengan kata lain, kunci
keberhasilan Islam memasuki abad kegemilangannya terletak pada peneguhan kembali
Warisan Syariah yang tak pernah lapuk. Kekokohan struktural harus dibangun di bawah,
serta kemampuan mengambil alih dan merebut teknikalisme yang dimonopoli Barat".
Sementara itu, optimisme di kalangan ummat tentang kebangkitan Islam, bukanlah
optimisme yang tanpa alasan, terutama berkaitan dengan potensi besar yang dimiliki
kaum Muslimin, yaitu: Pertama, potensi Syariah Islam itu sendiri sebagai warisan
kemanusiaan yang diberikan oleh Allah SWT. Warisan yang tak pernah lapuk. Tidak ada
satu agamapun di dunia ini yang masih terpelihara originalitasnya (asholah), kecuali
Islam. Lebih dari itu, Islamlah satu-satunya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu
sendiri. Kedua, potensi penduduk Muslim yang berjumlah kurang lebih satu per empat
milyar jiwa. Ini berarti seperlima penduduk dunia adalah Muslim. Islam adalah agama
yang paling muda, yang jumlah pengikutnya sebanding, bahkan melebihi agama-agama
lain yang lebih tua, seperti Nasrani dan Yahudi. Meski gelombang politik Islam naik
turun, tetapi jumlah penduduknya - secara global - tidak pernah berkurang. Islam ibarat
air, senantiasa mencari tempat yang rendah untuk mengalir. Ketiga, potensi sumbersumber kekayaan alam yang melimpah di negeri- negeri Muslim, khususnya minyak
bumi dan sumber-sumber mineral lainnya. Potensi minyak bumi yang berada di negaranegara Teluk, di Aljazair, Brunei Darussalam, Indonesia, dan seterusnya. Bahkan di
wilayah Sovyet (pen. former) dan RRC pun ditemukan sumber-sumber minyak yang
ditempati kaum Muslimin Sovyet (pen. former) atau kaum Muslimin RRC. Memang
Allah SWT. telah menyediakan energi material dan immaterial untuk membantu kaum
Muslimin, membangun dan memanfaatkan untuk menegakkan agama-Nya, sekaligus
memadamkan berbagai pemberontakan terhadap Allah SWT. di berbagai penjuru dunia
ini. Keempat, potensi warisan sejarah. Islam pada masa lampau telah berjaya memegang
kendali peradaban lebih dari tujuh abad lebih. Belum pernah ada satu agama maupun
ideologi yang mampu mengembangkan peradaban- nya melebihi dari Islam. Peradaban
Barat pun hari ini baru berumur kurang lebih 450 tahun. Jika Muslimin pada masa
lampau menguasai peradaban, tentu bisa juga untuk masa depan. Kelima, janji Allah
SWT. yang tidak pernah diingkari. Bahwa Allah akan mengembalikan kekhalifahannya di
muka bumi kepada orang-orang yang beriman. (Al Qur'an surat 24:55)
KEBANGKITAN ISLAM (1) Pencanangan kebangkitan Islam di abad ke-15 Hijriah atau
abad ke-21 telah disepakati banyak pemimpin Islam. Bahkan dalam beberapa konferensi
Islam ditutup dengan tekad membang- kitkan Islam dalam abad ini--termasuk juga
organisasi besar Islam seperti OKI memproklamirkan abad ke-21 ini sebagai masa
bangkitnya gaung kebudayaan Islam di Bumi. Hari ini, kurang lebih 13 tahun berlalu,
kini kita telah memasuki tahun 1413 H, gaung kebangkitan Islam tetap nampak dan
iramanya menembus daerah Asia Tenggara, melalui Malaysia merambat ke Indonesia.
Dalam khutbah-khutbah Jum'at, dalam diskusi-diskusi, tema kebangkitan Islam sering
ditampilkan. Gemuruhnya nampak terasakan. Namun pertanyaannya, apakah kebangkitan Islam hanya seperti itu saja ? Hanya dalam bentuk khutbah Jum'at atau diskusi
panel atau tableq akbar ? Sebenarnya apa dan bagaimana kebangkitan Islam ini bisa diwujudkan dalam bentuk kenyataan yang merealitas ? Insha Allah tulisan ini menjadi
bahan masukan. BUKAN UTOPI Kebangkitan Islam, bagi ummat Islam tak lain

dipandang sebagai bangkit dan membuminya nilai-nilai Islam. Islam seba- gai ideologi,
Islam sebagai sumber moral, Islam sebagai ilmu yang haq, dan Islam sebagai aturan
hidup, secara terpadu di- bangkitkan dan bangkit di Bumi. Islam tidak lagi dipandang
melulu sebagai bahan kajian, objek ilmu yang tak terpaut dengan realitas, tetapi dianggap
sebagai konteks dimana ke- hidupan berlangsung. Dengan demikian, bersama
kebangkitan Islam, dalam realitas muncul kebudayaan dan peradaban Islam dengan
cahaya anggunya menyinari bumi dan manusia, mengarah- kan dan mengayomi
kehidupan manusiawi. Hukum-hukum Allah men- dapat tempat yang utuh dan tepat,
diterapkan dalam kenyataan. Keadilan ditegakkan, al haq dibesarkan. Maka kendali kepemimpinan dunia beralih pada ummat, melalui penumbangan hegemoni Barat. Dalam
garis ini, maka kebangkitan Islam tidak lain dari kebangkitan ummat. Dimana ummat
berkuasa menentukan jalan hidupnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan intern sendiri,
serta berkuasa akan penetapan hubungan-hubungannya sesuai dengan kehendaknya,
sesuai dengan apa yang digariskan pencipta Yang Agung. Ummat berhak akan jalan
hidupnya, se- bagaimana yang diyakininya. Ummat tidak lagi diserang dan dirongrong
dengan konsep-konsep yang berbeda dengan jati dirinya. Ummat tidak lagi ditekan dan
dipaksa untuk meme- nuhi kepentingan politik dan budaya orang lain. Ummat ti- dak lagi
dijajah, bukan hanya secara fisik tapi secara budaya dan ideologis oleh orang lain.
Dengan demikian, maka kebangkitan Islam adalah kebangkitan ummat, kebebasan dari
dunia Barat, kebangkitan harga diri. Harga diri ummat, kebanggaan (izzah), tak lain
muncul dari pemahaman akan jati diri, dan jati diri yang cemerlang saja yang akan
membawa kebanggaan. Sebagaimana para sahabat terdahulu demikian berbahagia dan
bangga dengan Islam, meski mereka kurang baik dari segi materi maupun peradaban.
Ummat di hari ini belum seberapa memiliki harga diri, masih dibelenggu rasa rendah diri
(inferior complex), karena kekalahan dalam setiap lapangan. Bukan saja kekalahan
dilapangan fisik, namun juga intelektual. Bukan saja kekalah- an di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan, tapi juga kekalahan dalam hal pemahaman
terhadap jati diri. kekalahan ini demikian parah, bahkan telah lebih parah dari
penghinaan. Saudara kita di Palestina, dengan sisa-sisa kekuatan, anak- anak dan ibu-ibu
berjuang dengan lemparan batu dan jepretan ketapel. Bayangkan, hanya dengan alat-alat
yang sederhana, dengan alat-alat seperti itu intifhadah bertahan dan mencoba mencari
simpati dunia. Bosnia dengan pembantaian membabi-buta, sungguh memilukan, mengiris
dan menyayat-nyayat kalbu kita. Tidakkah mereka itu dipandang sebagai manusia lagi
oleh Barat dan musuh-musuh Islam ? Kehormatan dan harga diri telah ter- campakkan
pada tempat yang terbawah, terhinakan. Belum sele- sai ini semua menyusul Somalia.
Kekalahan di bidang informatika melengkapi semua kekalahan- kekalahan ini. Maka
bukan saja informasi bermanfaat tak sam- pai ke telinga kaum muslimin, bahkan
informasi menjadi hilang maknanya. Yang ada hanyalah informasi hasil rekayasa yang diabdikan untuk kepentingan kelompok tertentu. Maka ketika kata " Islam " diucapkan,
citra yang ada hanya sekelompok orang/ masyarakat terbelakang , fanatikdan bodoh,
kasar, teroris, masyarakat yang senang berperang, ajaran yang ditegakkan de- ngan
pedang, yang menganjurkan beristri 4, yang menyuruh ber- puasa 1 bulan penuh, yang
tidak boleh minum alkohol. Islam ditampilkan dengan wajah kotor dan keras. Pemutarbalikan in- formasi pun tak luput menimpa para pemimpin Islam. Tokoh Zia ul Haq
(semoga Allah ridla kepadanya) dikesankan sebagai tokoh yang kasar lagi jahat, padahal
dia lah yang melaksanakan perbaikan dan berusaha menegakkan Islam di Pakistan.

Gammal Abdul Nasser dipopulerkan, ditokohkan, padahal dia lah yang menghukum
gantung tokoh Islam seperti Hassan al Bana dan Sayid Qutb (semoga Allah ridla kepada
jundullah ini). Citra buruk inilah yang memerosotkan harga diri. Dan sebagian kita yang
tak tahan, segera mengcounter dengan argumen- tasi apologis, yang justru malah semakin
mencerminkan sikap rendah diri, bKEBANGKITAN ISLAM (2) Dalam penggal pertama
tulisan ini telah ditulis, bahwa ke- bangkitan Islam adalah project ummat, sasaran dan
pelakunya adalah ummat. Dengan demikian, maka kebangkitan Islam bukan saja akan
dibumikan di Timur Tengah atau Indonesia, tapi juga di Bosnia atau Somalia.
Kebangkitan Islam menembus dimensi bangsa dan ruang--global. Ciri lain kebangkitan
Islam adaah sifat progresif, maju ke- depan. Kalau kebangkitan Islam diidealkan sebagai
bangkitnya masyarakat Madinah, maka tidak berarti bahwa peradaban manusia yang ada
sekarang sama sekali dinihilkan, ditinggalkan, lalu kita kembali pada tingkat material
masa-masa awal tahun Hijriah. Bukan demikian. Kemampuan material yang ada
sekarang, yang dimiliki peradaban masa kini, tetap merupakan modal, namun tu- juantujuan dibalik penguasaan dan pengembangan kemampuan material/sarana ini mesti
diresapi dengan nilai-nilai Islami. Dengan kata lain, penguasaan material mendapat
porsinya yang tepat dalam kerangka dan visi Islam. Lalu dengan modal utama jati diri
yang utuh, gerak progresif di segala lapangan dija- lankan. Kebangkitan Islam pekat
dengan sifat harokah (gerakan) dan bukan melulu konsep di atas kertas yang tak berkait
dengan tindakan-tindakan real. Dia merupakan suatu harokah yang tera- rah dan ummat
berkuasa untuk mengarahkannya, dilandasi konsep yang benar dan dicontohkan
rasulullah. Bersifat aktiv dan kon- tinu. Suatu gerakan total masyarakat Islam dunia.
Konsep kebangkitan Islam yang dirumuskan para pemimpin Is- lam, pemimpin yang
bukan saja mempunyai kemampuan ilmiah yang tinggi namun juga bahu membahu dalam
gerakan Islam, melingkupi beberapa aspek yang menyangkut start awal, pendekatan dan
visi ke muka. Pertama adalah menyangkut pembangkitan semangat. KEBANGKITAN
SEMANGAT Adalah dapat difahami, bahwa langkah pertama yang mesti di- laksanakan
sehubungan dengan kondisi ummat sekarang ini adalah pembangkitan semangat.
Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, bahwa ummat di hari ini telah kalah hampir pada
setiap lapang- an. Ummat di hari ini memiliki rasa minder terhadap kemajuan Material
dan hegemoni Barat. Belum lagi ditambah penghinaan, pengrusakan, serta pembantaian,
maka lengkaplah pemburaman wa- jah ummat. Dalam level dunia, ummat masuk dalam
warga kelas dua, bahkan mungkin lebih rendah lagi. Ummat yang digariskan Allah
sebagai khalifah fil ardh, sebagai pemimpin dunia, telah jatuh dan terhinakan. Dengan
bangga Thatcher, Bush dll merumus- kan Tatanan Dunia Baru (The New World Order),
dunia baru yang nyaman untuk mereka dan menyesakkan dada ummat. Tatanan Dunia
yang berdasarkan kehendak mereka, demokrasi ala mereka, dan hukum-hukum buatan
mereka. Dalam level dunia ummat Islam telah demikian tersudut. Saking tersudutya
hampir-hampir ummat frus- trasi. Ketika The Satanic Verse karya Salman Rusdhie
(semoga Allah melaknatnya) muncul, memang ingin melawan 'book by book', 'article by
article', namun kondisi ketidakadilan yang ada di dunia penerbitan Barat membuat ummat
tak dapat memilih cara selain demonstrasi dan kekerasan. Kalau saja media informasi dan
penerbitan Barat bisa netral, fair dan berlaku adil diyaki- ni jalan keluar kekerasan tak
akan terjadi. Ummat punya banyak penulis, ummat memiliki banyak sastrawan, journalis
dlsb. Rekan-rekan di Jepang mungkin dapat merasakan betapa ummat Islam dan pelajarpelajar dari negara Islam mendapat perlakuan yang berbeda dengan rekannya dari

Amerika atau Eropa. Belum lagi budaya minum sake di Jepang yang membuat
mahasiswa-mahasiswa Islam menjadi kurang disenangi. Sebagaimana diketahui, bahwa
untuk membina keakraban dan kekompakkan dalam lab, prof bersama- sama mahasiswa
kerap mengadakan acara minum bersama. Maka tak pelak mahasiswa muslim tersisihkan,
menempati kelas dua. Ringkasnya, adalah dapat difahami bahwa langkah pertama yang
mesti dilaksanakan sehubungan dengan kebangkitan Islam adalah pembangkitan
semangat ummat. Pembangkitan dari rasa minder, pembangkitan sehingga ummat
memiliki lagi harga diri, izzah, kebanggaan akan Islam. Sebagaimana yang dimiliki
Rubaya di hada- pan Panglima Rustum dari Parsia. Untuk pembangkitan semangat ini,
paling tidak jalur yang ditempuh melalui 4 jalan, alaqotul; 1. iztimaiyah 2. ta'lifah 3.
ilamiah 4. tarbawiyah Pembangkitan semangat melalui jalur iztimaiyah muncul dalam
bentuk komunikasi sosial. Dalam bentuk khutbah-khutbah jum'at, dalam bentuk diskusidiskusi panel, dalam bentuk tableq akbar, seminar dlsb. Gemuruh kebangkitan semangat
dalam cara ini sam- pai dan ramai di Indonesia. Thema kebangkitan Islam mengisi pembicaraan-pembicaarn baik di masjid-masjid kampung, ruang kelas, maupun parkir timur
Senayan. Gegap gempitanya, beberapa waktu lalu terasakan. Alaqotul ta'lifiah, berupa
pembangkitan semangat melalui jalur percetakan, buku-buku, majalh. Buku-buku Islam,
baik Merjemahan maupun karangan muslimin Indonesia, meramaikan pasar- an buku
Indonesia. Majalah-majalah Islam pun bermunculan meski dengan variasi penampilan
dan kedalaman isi seperti Estafet, Media Da'wah, Umi, Sabili, Amanah, Ulumul Qur'an
dlsb. Pembangkitan semangat melalui jalur ilamiah, media iklan, elektronik adalah salah
satu cara. Di Indonesia sendiri media ini cukup menggembirakan mesti kedalamannya
bervariasi. Jakarta misalnya melalui radio Assafiiah, Attahiriah, atau radio Cendra- wasih
mengisi siaran-siarannya dengan mimbar Islam. TVRI pun mu- lai menampilkan
pelajaran Bahasa Arab disamping mimbar jum'at. Berita harian seperti Pelita atau Terbit
pada hari Jum'at mengi- si kolom-kolomnya dengan mimbar Jum'at. Pembangkitan
semangat melalui jalur tarbawiyah, pendidikan dan pembinaan integral merupakan salah
cara. Di banyak negara, konsep tarbawiyah ini kadang terlupakan. Padahal konsep ini dan
pelaksanaannya dicontohkan oleh rasulullah. Dimulai terhadap istri Beliau, rasulullah
menempa para sahabat, mentarbiah mereka dalam rumah Arqom bin Abil Arqom.
bersambung ...
ahkan mengingkari Al Qur'an. Lalu, dapatkah dengan kondisi separah ini Islam bangkit ?
Tidakkah ini hanya sebuah utopi ? Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, suatu
kaum atau suatu bangsa kalau orang itu, kaum itu, atau bangsa itu tak berkehendak untuk
mengubahnya. Kalau ummat mau, dengan bantuan Allah kebangkitan Islam insyaallah
akan dapat diraih. Dengan demikian kata "mau" ini mesti diartikan dalam bentuk ikhtiar
yang tak kenal lelah. Kebangkitan Islam bukanlah khayalan be- laka, bukan sebuah utopi.
Dia bisa mewujud, kalau konsep yang jelas serta dicontohkan oleh tauhidul uswah,
rasulullah, dimi- liki dan dijalankan dengan istiqomah. Barat mungkin akan menilai lain.
Bagi mereka issue kebang- kita Islam ditanggapi dengan studi gejala untuk ini dan
hasilnya didiskusikan diantara mereka untuk kepentingan mereka. Manakala
dipersepsikan ummat bahwa kebangkitan Islam adalah mewujudkan lagi masyarakat
Madinah, maka kata utopis diberikan para orientalis untuk persepsi ini. Dengan demikian
dapat difahami, bahwa kebangkitan Islam adalah project ummat, dalam skala ummat,
kerja ummat dan hanya ummat saja yang bertanggungjawab atasnya. Terpengaruh dengan
ejekan Barat hanya akan menyurutkan langkah. Dan sekali lagi mesti dikatakan bahwa

jati diri mesti terus digali sehingga cahayanya terpancar menepis keraguan, memberi
semangat, dan kmembangkitkan harga diri.

Tawaazun (1) (Keseimbangan) Manusia (An-Naas) dan Dienul Islam (agama Islam)
kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah
menciptakan Dienul Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah itu. Didalam
Al-Quran surah Ar-Ruum ayat 30, Allah berfirman yang terjemahannya sbb: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien yang hanif (Agama Allah); tetaplah atas
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah
yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki
manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid itu
hanyalah karena pengaruh lingkungan. Sesuai dengan fitrah Allah itu, manusia memiliki
3 dimensi, yaitu Al-jasad, Al-'Aqal, dan Ar-Ruh. Islam menghendaki ke tiga dimensi
tersebut berada dalam keadaan tawaazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca
keseimbangan ini dapat dilihat pada Al-Quran Surat Ar-Rahman ayat 7 sampai 9. Ke tiga
dimensi ini membutuhkan makanan (santapan). Al-jasad memerlukan Al-ghiza Al-jasadi.
Al-'Aqal memerlukan Al-ghiza Al-'Aqli dan Ar-Ruh membutuhkan Al-ghiza Ar-Ruhi.
Rasa lapar dari Al-Jasad lebih mudah terdeteksi daripada rasa lapar Al- 'Aqal. Dan rasa
lapar Al-'Aqal lebih mudah terdeteksi dibandingkan dengan rasa lapar Ar-Ruh. Jadi rasa
lapar Al- Jasad itu paling mudah terdeteksi, sedangkan rasa lapar Ar-Ruh itu paling sulit
untuk diketahui. 1.Al-GHIZA AL-JASAADI (SANTAPAN FISIK/JASAD). Adapun Alghiza Al-Jasadi (santapan fisik) itu terdiri dari Al-Tha'am (makanan padat), As-Syiraab
(makanan cair), An-Naum (tidur), Ar-Riyadhah (olah raga), Az-Zawaj (sexual need) dan
Al-Libas (pakaian). Islam mengajarkan agar manusia memakan makanan yang halalan
thayyiba. Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik.....(QS Al-Baqarah ayat 168). Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan
kepadamu......(QS Al-Baqarah ayat 172). Persyaratan halal saja belumlah cukup. Selain
halal kita dianjurkan memakan makanan yang baik (yang memiliki nutrisi yang baik yang
tidak akan menimbulkan mudharat terhadap kesehatan kita). Sedangkan tentang AnNaum Allah menjelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Qashas mulai dari ayat 71 sampai 73.
Dan Karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada
siang hari).....QS Al-Qashas ayat 73. Sehubungan dengan Ar-Riyadhah Allah berfirman
dalam surat Al- Anfaal ayat 60: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah
......Kekuatan fisik dalam bentuk kebugaran jasmani serta endurance yang tinggi sangat

diperlukan untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Tentang Az-Zawaj (sexual need)


Allah berfirman dalam Surat An- Nuur ayat 24: Dan kawinlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan........Adapun
hukum perkawinan ini dapat dilihat pada QS An-Nisaa' ayat 22 sampai 25. Kebutuhan
akan pakaian (Al-Libas) Allah berfirman: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.....
(QS Al A'raaf ayat 31). Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa
itulah yang paling baik......(QS Al-A'raaf ayat 26). Kebutuhan fisik ini secara internal
harus dipenuhi secara seimbang. Jangan sampai banyak makan kurang olah raga (gerak
fisik). Atau kurang makan banyak tidur. Atau terlalu banyak olah raga sehingga
kehilangan sexual desire sehingga hubungan suami isteri menjadi tidak harmonis. Atau
mengurangi makan demi pakaian yang mahal/mewah dst. Pada dasarnya kebutuhan fisik
ini harus dipenuhi dengan seimbang dan kita dilarang untuk berlebih-lebihan. Wassalam,
Tawaazun (2) (Keseimbangan) 2. AL-GHIZA AL-'AQLI (SANTAPAN AKAL). Al-'Aqal
(akal) memerlukan santapan berupa Al-'Ilm (ilmu). Al- Ghazali membedakan 'ilmu ini
kedalam 2 kelompok yaitu: Fardhu 'Ain (wajib untuk semua orang) dan Fardhu Kifayah
(wajib sampai ada orang yang menguasai ilmu tersebut). Jadi wajib kifayah ini artinya
tidak semua orang wajib hukumnya untuk menguasai ilmu kedokteran, atau ilmu teknik,
ilmu ekonomi dsb. Yang termasuk kedalam kelompok fardhu 'ain adalah Al-maabaadi AlIslamiyah (Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Islam). Prinsip- prinsip dasar ajaran Islam itu
adalah: Syahadatain, Ma'rifatullah (merupakan tujuan), Ma'rifatur-rasul (merupakan
ikutan/teladan), Ma'rifatul Islam (merupakan jalan/path), Ma'rifatul Insan berupa risalatul
insan (missi penciptaan manusia) dan wazifatul insan (fungsi penciptaan manusia). Allah
berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 138: Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih
baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.
Shibghah Allah artinya celupan Allah (beriman kepada Allah yang tidak disertai
kemusyrikan). Syhadatain ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil
bahwa Ibrahim a.s dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan
bahwa Allah akan mengutus Muhammad s.a.w. Ma'rifatullah, berupa tujuan hidup kita
hanyalah untuk Allah. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam... (QS Al An'aam ayat 162). Kita wajib
memiliki pengetahuan bahwa seluruh perbuatan kita, hidup dan mati kita hanyalah untuk
Allah semata. Ma'rifatur-rasul, merupakan ikutan/suri tauladan yang baik. Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah....
(QS Al-Ahzaab ayat 21). Setiap muslim/muslimah harus memiliki pengetahuan
bagaimana Muhammad s.a.w, melakukan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya serta
seluruh perilaku beliau untuk diteladani. Ma'rifatul Islam, berupa jalan (path) untuk
mencapai tujuan (ma'rifatullah). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab, kecuali sudah
datang pengetahuan pada mereka, karena kedengkian yang ada diantara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisabnya. (QS Ali 'Imran ayat 19). Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas

segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya (QS At-Taubah ayat
33). Wajib bagi setiap muslim/muslimah untuk mempelajari Al-Islam, karena hanya
Islam-lah agama yang diridhai Allah. Ma'rifatul Insaan, dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
risalatul insan dan wazifatul insan. Risalatul insan artinya missi penciptaan manusia yaitu
hanya untuk menyembah Allah. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku/mangabdi kepada Allah....(QS Adz Dzaariyaat ayat 56).
Sedangkan wazifatul insan (fungsi penciptaan manusia) adalah untuk dijadikan khalifah
dimuka bumi.......Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi......(QS Al-Baqarah ayat 30). Sama halnya dengan santapan jasad, maka santapan
akalpun secara internal harus seimbang. Jangan sampai ma'rifatullah saja tanpa
ma'rifatur-rasul sehingga sembahyang, puasa, zakat, hidup dan mati dengan cara
semaunya sendiri. Atau ma'rifatul Islam saja tanpa ma'rifatur-rasul, sehingga menjadi
inkarus- sunnah. Atau wazifatul insan saja sehingga kerjanya setiap hari hanya shalat saja
di masjid sampai keluarga terlantar dst.
Tawaazun (3) (Keseimbangan) 3.AL-GHIZA AR-RUUHI (SANTAPAN ROHANI)
Karena laparnya Ar-ruuh ini susah terdeteksi, maka sering terjadi kelaparan ruh ini sudah
sangat parah yaitu disaat terjadinya keguncangan spritual. Adapun santapan ruh ini adalah
zikir. Allah berfirman dalam Surat Thaha ayat 14: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. Pada ayat ini dijelaskan bahwa shalat merupakan salah satu cara untuk zikrullah
(mengingat Allah). Selanjutnya pada Surat Al-Anfaal ayat 2, Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal. Ayat ini
menjelaskan tingginya sensitifitas ruh orang yang beriman; hatinya akan gemetar bila
mendengar sifat-sifat yang mengagungkan Allah dan imannya bertambah bila mendengar
ayat- ayat Allah. Dalam Surat Ar Ra'd ayat 28 Allah berfirman: Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Dalam berzikir kita kenal istilah
zikrul-lisaani dan zikrul- qalbi, yaitu zikir secara lisan yang diikuti oleh hati (kalbu). Dari
ketiga ayat diatas, terlihat dengan jelas bahwa mengingat Allah (zikrullah) itu bisa
dilakukan dengan shalat yang khusyu', dengan mengingat sifat-sifat keagungan Allah,
dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, secara lisan dan diikuti oleh qalbu (hati). Hasil
yang diperoleh dari mengingat Allah ini adalah (tathmainul qulubu) hati yang tenteram,
yaitu hati yang bersyukur disaat menerima rahmat Allah dan hati yang bersabar disaat
menghadapi musibah. Ke tiga dimensi (Al-Jasad, Al-Aqal, Ar-Ruhi) harus seimbang
dalam pengertian harus diberi santapan secara seimbang. Jika kita hanya memberikan
santapan fisik saja, tanpa santapan akal dan ruh, maka kita hanya memuaskan kehendak
fisik/jasad, tapi serta spritualitas yang sangat kering, sehingga hatipun tidak tenteram.
Begitu juga halnya jika terlalu berat pada pemberian santapan akal saja, tanpa
memperhatikan fisik dan ruh, maka manusia itu ibarat orang yang memiliki pengetahuan,
tapi jasadnya sakit-sakitan dan hatipun tidak tenteram. Apalagi kalau ilmu yang diperoleh
tanpa Al-maabaadi Al-Islamiyah, manusia yang demikian tidak tahu tujuan hidup, tidak
tahu siapa yang harus diteladani, tidak tahu apa yang harus dipedomani, serta tidak tahu
apa missi dan fungsi manusia ini diciptakan. Sebaliknya jika hanya dimensi Ruh saja
yang diperhatikan, tanpa memberikan makanan fisik, dan akal berupa ilmu, terutama Al-

maabaadi Al-Islamiyah, maka cara berzikirpun kehilangan pedoman sehingga lahirlah


aliran Sufi (tanda petik). Rasullullah S.A.W bukan lagi menjadi teladan dalam bersufi,
ma'rifatul Islam bukan lagi menjadi petunjuk/jalan dalam bersufi, ma'rifatullah bukan lagi
menjadi tujuan dalam bersufi, dan ma'rifatul insanpun tidak diketahui sebagai missi dan
fungsi manusia dimuka bumi dalam bersufi. Ini mungkin yang disebut sufi yang
nyeleneh. Wallahu 'alam bissawaab. Wabillahi taufiq-walhidayah, Wassalam, Chairil A.
Said.

Anda mungkin juga menyukai