Case Radio
Case Radio
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama
: Sdr. R
Usia
: 16 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Karanganyar
No. Rekam Medik : 2816xx
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2015
B. Anamnesis
Keluhan utama : bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, siku,
kaki dan paha sejak dua pekan yang lalu
Keluhan tambahan: gatal pada daerah yang timbul bintil
Riwayat perjalanan penyakit:
Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil-bintil merah
di sela-sela kedua jari tangan. Bintil-bintil tersebut beberapa berisi cairan dan
terasa gatal terutama di malam hari. Bintil-bintil tersebut sering digaruk pasien
sehingga bintil pecah dan mengeluarkan cairan berwarna bening. Pasien belum
berobat untuk keluhan ini.
Kisaran satu pekan yang lalu, pasien mengeluh bintil-bintil di sela-sela
kedua jari tangan bertambah banyak dan beberapa bintil ukurannya membesar
serta terasa semakin gatal. Pasien lebih sering menggaruknya sehingga menjadi
luka dan ada beberapa bintil yang bernanah. Selain itu, bintil serupa juga
muncul di siku kanan, di paha kiri dan dikedua kaki pasien, Bintil-bintil tidak
bertambah banyak meskipun pasien berkeringat. Karena sering digaruk, bintil
tersebut menjadi koreng. Kemudian pasien memutuskan untuk berobat ke
poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Karanganyar.
: Baik
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
: 78 x/menit
: 36,3 C
: 20 x/menit
: 168 cm
: 56 kg
: 19,84
: Normoweight
: Cukup
Keadaan Spesifik
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada
Jantung
Paru-paru
Perut
ada.
: HR=78x/menit, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
: vesikuler normal, ronki dan wheezing tidak ada.
: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tak teraba,
D. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.
E. Resume
Tn R, laki-laki, 16 tahun, pelajar, beralamat dalam kota, datang dengan
keluhan utama timbul bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, siku,
kaki dan paha sejak dua pekan yang lalu yang disertai rasa gatal.
Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul papul eritem di
region interdigiti manus dextra et sinistra. Beberapa ada yang berupa papulovesikel dan terasa gatal terutama di malam hari.
Kisaran satu pekan yang lalu, papulo-vesikel di region interdigiti manus
dextra et sinistra bertambah banyak serta terasa semakin gatal. Karena digaruk,
menjadi luka dan bernanah. Papul juga muncul di regio cubiti dextra, femoris
sinistra dan dorsum pedis dextra et sinistra. Pasien tinggal di asrama dan teman
sekamar pasien memiliki penyakit dengan keluhan yang sama.
Pemeriksaan fisik status generalikus dan keadaan spesifik dalam batas
normal. Pada status dermatologikus, pada regio cubiti dextra tampak papul
eritem multiple sebagian pustula dengan ukuran milier sampai lentikuler, batas
tegas. Tampak daerah erosi, ekskoriasi sebagian ditutupi krusta hemoragik.
Pada regio manus dextra et sinistra tampak Papulo-vesikel multiple sebagian
pustula di interdigiti manus dextra et sinistra ukuran milier sampai lentikuler,
batas tegas diskret. Di regio femoris sinistra berupa papul eritem multiple
ukuran milier batas tegas diskret. Pada regio dorsum pedis dextra et sinistra
berupa Papul eritem multiple sebagian pustula ukuran milier sampai lentikuler,
batas tegas diskret. Tampak erosi, ekskoriasi sebagian ditutupi krusta
hemoragik.
F. Diagnosis banding
Skabies dengan infeksi sekunder
Pedikulosis korporis dengan infeksi sekunder
Prurigo
Folikulitis
Miliaria
G. Diagnosis kerja
Skabies dengan infeksi sekunder
H. Penalaksanaan
Penatalaksanaan umum:
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan menjelaskan kepada
pasien
-
untuk
menghindari
kontak
dengan
teman-teman
maupun
keluarganya.
Memberikan pengarahan kepada pasien untuk lebih menjaga dan
meningkatkan kebersihan badan dan alat-alat yang dimiliki seperti handuk,
tidur.
Menyarankan kepada pasien untuk menghindari pemakaian handuk dan
Penatalaksanaan khusus:
- Krim permetrin 5%. Cara pemakaian: oleskan pada daerah yang terdapat
lesi kemudian diamkan selama 8-14 jam (catatan: penggunaannya hanya
-
I. Pemeriksaan anjuran
Biakan dan tes resistensi mikroorganisme
J. Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: bonam
: bonam
: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1)
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi
daerah, semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah
utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk,
dan negara dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan
melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian,
tempat tidur, yang dipakai bersama).(2,3)
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau
kondisi dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan,
papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel.(4,5)
lonjong, bagian chepal depan kecil dan bagian belakang torakoabdominal dengan
penonjolan seperti rambut yang keluar dari dasar kaki. (6)
Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3 mm.
Sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat
terbang atau melompat dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan
epidermis.(3)
Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm , dan
jantan dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya
berwarna putih susu dan ditandai dengan garis melintang yang bergelombang dan
pada permukaan punggung terdapat bulu dan dentikel.(9)
Terdapat empat pasang kaki pendek, di bagian depan terdapat dua pasang
kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan pengisap kecil di
bagian ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki yang berakhir
dengan rambut (Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut terdapat pada
pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap pada pasangan kaki
keempat.(9)
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan oleh setiap tungau betina
selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak
meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan muncul dari
telur setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya.
Gambar 2. Siklus
Hidup
Skabies *
Tungau
skabies
lebih
suka
memilih
area
tertentu
untuk
membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di
tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih
dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien
dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk
menderita Norwegian scabies.(3,9)
IV. PATOGENESIS
Reaksi alergi yang sensitif
terhadap
tungau
dan
produknya
(9,11)
menunjukkan
keterlibatan
reaksi
(11)
papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan
jumlah sel limfosit T banyak pada infiltrat kutaneus.
(9)
10
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi
gelisah.(13)
2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam
sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir
ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu
yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak
menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi
individu lain.(13)
3. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum,
oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
korneum yang relative lebih longgar dan tipis. (13)
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang
sering ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan
dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola
wanita.(3) Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain).(13)
11
dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm,
berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan
dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi
karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.(3)
Gambar 4. Tempat-
tempat
predileksi skabies *
Menemukan
Sarcoptes
Apabila
kita
dapat
menemukan
terowongan
yang
scabiei
masih utuh
12
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak
khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan
diagnostik yang dapat berakibat gagalnya pengobatan
Bentuk-bentuk skabies antara lain : (15)
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah
yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
(13)
Namun bentuk ini seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan
sulit mendapatkan terowongan tungau. (15)
b. Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan
berukuran 2-20 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup
terutama pada genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau
sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.(14,15)
c. Skabies incognito
13
(11)
Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan
dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat
kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.(13)
Gambar 7. Skabies incognito dengan lesi krusta terlokalisasi pada penderita dengan
pengobatan regimen imunosupresan ***
14
(15)
(7)
(3)
Lesi tersebut
menyebar secara generalisata (13) seperti daerah leher dan kulit kepala. (7) telinga,
bokong, siku, dan lutut.(13) Kulit yang lain biasanya terlihat xerotik. Pruritus
dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada bentuk penyakit ini.(13)
15
3. Pemeriksaan penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign. (13) Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
tungau dan produknya yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang
bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan
diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa
dibawah mikroskop.(13)
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung
lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum
sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan
tetapi memerlukan keahlian tinggi.(13)
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama
16
Gambar 11. Sarcoptes scabiei dalam epidermis (panah) dengan pewarnaan H.E *
a) Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet
dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi
kuning keemasan pada kanalikuli.(13)
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar
pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni (13) :
1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
17
2. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan
tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
4. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena
sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan
pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang menetap.
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis bandingnya adalah:
1.
Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik. (16)
Gigitan
sesudah
serangga,
ada
gigitan,
biasanya
jelas
efloresensinya
timbul
urtikaria
papuler. (16)
18
VII. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.(3)
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah selasela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang
telinga. Pada pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala
juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa
walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di
kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan,
pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan
kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan. Steroid
topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan
untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.(3)
a. Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies : (17)
1.
Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
19
2.
3.
4.
5.
6.
(11,18)
(11,19)
(11,13)
(13)
(11)
(11)
ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, (13) namun mungkin hal
20
(11,17)
Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan
(17)
yang
21
(17,20)
(11,13)
musnah
pengobatan
sebelumnya.
Beberapa
penelitian
fisiologis
kelainan
darah
seperti
anemia
aplastik,
22
(11,13)
dari leher ke
23
(11)
sehari. (11,21)
e. Pengobatan terhadap komplikasi
Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral.(13)
f. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal
yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi
dengan anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada
lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang
kurang aktif mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat
digunakan triamsinolon 0,1% .(13)
Tabel 1. Pengobatan Skabies (3)
Jenis Obat
Permethrin
Dosis
Keterangan
cream
Lindane 1% lotion
Dioleskan
setelah
selama
itu
kehamilan kategori B
jam Tidak dapat diberikan pada anak
24
minggu kemudian.
Crotamiton
cream
lainnya.
Precipitatum Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak kurang dari 2 bulan
5-10%
dibersihkan.
pemakaiannya
dan
data
tunggal
25
aplikasi obat yang salah menyebabkan tungau skabies tetap ditemukan pada
pasien . Kebanyakan kambuh karena reinfeksi dan tidak diobati.(17)
VIII. PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(3)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih
dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga
3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan
(vacuum cleaner).(3)
IX. KOMPLIKASI
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi
bakteri atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada.
Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi
sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain
itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem
sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul
pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla. (5)
Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus
dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic
oral, tergantung tingkat pyodermanya. (10) Selain itu, limfangitis dan septiksemia
dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, post-streptococcal
glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogens.(3)
X. PROGNOSIS
26
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.(3)
Infestasi scabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies,
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
ekzema akan sembuh.(8)
BAB III
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya dengan 2 cara,
yaitu kontak langsung dan kontak tak langsung. Pada penyakit skabies ditemukan 4
tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia secara berkelompok,
adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul,
vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam
berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang
ditandai dengan munculnya pustul maupun timbulnya gejala infeksi sistemik
Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5% topikal yang
dioleskan di kulit 8-12 jam serta edukasi pasien.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4.
Jakarta: FKUI; 2005. 119-22.
2. Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Scabies
Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med Sci;
25: 2010. 88-91.
3. Scabies and Pediculosis, Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine, 7th. USA: McGrawHill; 2008. 2029-31.
4. Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3.
Jakarta: EGC; 1996. 191-5.
5. Habif TP, Hodgson S. Clinical Dermatology. Ed.4. London: Mosby; 2004.
497-506.
6. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. July : 354/ 1718-27.
7. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global Disease in
Human and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007. April. 268-79.
8. Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Med J.
2005. September :17;331(7517)/619-22.
9. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology.
Vol.2. USA: Blackwell publishing; 2004. 37-47.
10. Itzhak Brook. Microbiology of Secondary Bacterial Infection in Scabies
Lesions. J Clin Microbiol. 1995. August: 33/2139-2140.
11. Hicks MI, Elston DM. Scabies. Dermatologic Therapy. 2009. November :
22/279-292.
12. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates; 2000. 109-13.
13. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10.
14. Hengge, R. Ulrich, Bart. J. Currie, Gerold Jager, Omar Lupi, Robert A.
Schwartz. Scabies: a Ubiquitous Neglected Skin Disease. PubMed Med. J.
2006. December. 6: 769-777
28
29