Anda di halaman 1dari 4

Penemuan Kasus Gizi Buruk

Sebagaimana yang tercantum dalam buku petunjuk teknis kegiatan


ini dilaksanakan sebagai berikut :
1. Balita hasil penimbangan di Posyandu yang berat badannyan
berada Bawah Garis Merah (BGM) di KMS dikumpulkan datanya
dari tiap desa. By Name.
2. Dengan menggunakan Ambulance Desa, secara bergiliran
dalam 4-6 hari kami melakukan rujukan ke Puskesmas Induk
untuk dilakukan antropometri ulang. Seringkali pengukuran
yang dilakukan kader juga ada yang keliru. Tahun 2008 data
BGM di desa ada 307 tapi setelah di antropometri ulang
ternyata hanya 237.
3. Pada kegiatan ini sudah bisa ditentukan status gizi balita yang
masuk program penanggulangan gizi buruk.
1. Bila z-score BB/TB <-2 maka balita langsung masuk pada
CTC (Community Based Therapeutical Center).
Penanggulangan terapi gizi buruk dengan berbasis
masyarakat. Nanti di bagian bawah akan saya jelaskan
apa itu CTC.
2. Bila z-score BB/TB <-3 maka balita akan masuk dalam
rawat inap, TFC (Therapeutical Feeding Center).
3. Bila ia menunjukkan gejala marasmik kwashiorkor,
kwashiorkor, biasanya karena sudah ada oedema maka
biasanya berat badan tidak bisa lagi dijadikan patokan,
yang digunakan adalah tanda-tanda klinis. Pasien yang
demikian atau pasien A atau B dengan penyakit
komplikasi yang berat dilakukan rujukan ke RS.
4. Setelah dilakukan penimbangan kami memberikan, obat
cacing, zinc syrup dan PMT ala kadarnya.

Anak yang termasuk dalam kriteria z-Score <-2 diberikan Pirantel


Pamoat dan Zinc Syrup. Agar tidak mengundang kecemburuan ada
yang mendapatkan susu maka kali ini dibatasi hanya obat cacing
saja yang dibagikan. Itupun hanya yang memasuki kriteria.

Dasar nasib lagi mujur, sebelumnya pemberian PMT di penemuan ini


kami drop karena tidak ada dana. Hari pertama pemeriksaan eh kok
kebetulan ada timnya Promina lewat depan puskesmas dan melihat
ada keramaian, karena tahun lalu memang pernah ada kerjasama,
seorang dari mereka menawarkan untuk memberikan sample
tentu saja ini sangat menyenangkan ibu-ibu yang datang
berombongan dan masih menunggu temannya .. sample yang
dibagikan adalah biskuit dan MP-ASI dalam sachet2 kecil. Semoga
saja ini tidak menyalahi aturan WHO tentang larangan produk yg
berbau2 formula ..
Pemberian obat cacing disini didasarkan dengan melihat perilaku
anak yang kami curigai kemungkinan besar kekurangan berat badan
atau anemia-nya menderita kecacingan. Pemeriksaan tinja untuk
kecacingan tampaknya baru bisa dilaksanakan tahun depan, tahun
ini belum ada sumber daya belum mencukupi. Jadi otomatis pukul
rata saja dulu.
Untuk pengukuran digunakan standar WHO (standar yang dianut
Depkes). Untuk yang ingin memanfaatkan pencatatan balita dengan
menggunakan software WHO anda bisa download disini :

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP


SP3 & Vista

Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP


~ SP2

Penatalaksanaan Kasus Gizi Buruk


TFC [Therapeutical Feeding Center]
TFC adalah perawatan balita penderita Gizi Buruk. Tapi yang
dilakukan di Puskesmas Perawatan kami dibatasi hanya yang tidak
disertai komplikasi berat. Berapa kali ada yang disertai dengan
infeksi saluran pernapasan dan atau dehidrasi karena diare. Yang

dilakukan disini adalah 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk


sampai dengan balita pulang.
CTC [Community-based Therapeutical Center]
PPG (Pos Pelayanan Gizi) diadakan terkait dengan kegiatan
Poskesdes di desa, hanya saja spesifik untuk gizi buruk. Kegiatannya
antara lain pemantauan status gizi anak. CTC lebih pada
melanjutkan ke fase rehabilitasi dan tindak lanjut dari 10 langkah
penanganan gizi buruk.
Pelaksanaannya agak merepotkan dengan sulitnya sumberdaya
yang diperlukan untuk melatih kader, memilih kader PPG dan
keterampilan standar melakukan pengukuran antropometri. Untuk
desa yang dekat dengan puskesmas kita mengadakan CTC di
Puskesmas. Karena lebih memudahkan dalam hal sumber daya dan
ketepatan pengukuran yang masih menjadi faktor utama
keberhasilan penanggulangan. Kebanyakan kasus yang ditangani
puskesmas berhasil karena pencegahan untuk kembali menjadi
kasus gizi buruk bisa lebih terlaksana dalam bentuk konseling.
Sedang di desa jauh, sangat tergantung dari kader yang memantau.
Untuk Poin 9 Pemberian Stimulasi adalah erat kaitannya dengan
pelaksanaan program DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang) dengan
bertitik berat pemberian stimulasi yang diadakan oleh orangtua.
Pada saat TFC, stimulasi dilakukan oleh Poli KIA sedangkan pada
saat CTC, stimulasi dilakukan oleh PHN (Public Health
Nursing/Perkesmas).

Pencegahan Kasus Gizi Buruk


Pemasyarakatan Menu Makanan Lokal dan MP ASI Lokal
Ini adalah perkembangan dari berkembangnya program pencegahan
kasus gizi buruk. Mula-mula tahun lalu diterapkan dengan
menggunakan PD (positive deviance) tapi belakangan nampaknya
dibuat aktif dengan memberikan pengetahuan akan makanan lokal
yang bermanfaat untuk MP ASI dan sebagai menu harian pada usia
diatas baduta. Kegiatannya tahun ini baru pilot project di 2 desa
dengan bentuk PMT Penyuluhan dan hasilnya bagus sekali.
Peningkatan berat badan balita signifikan. Sayangnya dana yang
dibutuhkan besar sekali. Meskipun polanya pemberdayaan.

Penatalaksanaan Kasus Gangguan Gizi Awal


Di KMS dapat ditentukan pola pertumbuhan dengan melihat garis
pertambahan berat dibandingkan dengan pita warnanya. Terdapat 5
pola pertumbuhan, T1-3 dan N1-2. T1 (garis pertumbuhan
menyebrang ke pita yang lebih muda meskipun ada kenaikan), T2
(tetap) dan T3 (turun) adalah kemungkinan adanya gangguan dalam
pertumbuhan : misalnya infeksi yang tidak diobati atau salahnya
asupan gizi bagi balita. Inilah sasaran kegiatan ini. Bila bisa dicegah
terjadinya gangguan gizi pada masa ini maka diharapkan akan
terhindarkan kasus gizi buruk. Metodenya rujukan dengan ambulan
desa kasus Pola T yg berulang tiap 3 bulan sekali.

Edited:
Dr agus CNo available at http://www.facebook.com/note.php?
note_id=131461970078

Anda mungkin juga menyukai