PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi masalah
kesehatan utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab
baru atau lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat anti-mikroba telah banyak
ditingkatkan. Selain itu, masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan
pendekatan diagnostik dan penanganannya.(1,2)
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di
masyarakat atau di dalam rumah sakit atau pusat perawatan.(2)
Mikroorganisme cenderung menyerang saluran pernafasan bagian bawah
melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri,
inhalasi dari aerosol yan terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan
perkembangan mikroorganisme tergantung pada ukuran, virulensi dan kerentanan
hospes.(2)
Bronkopneumonia
adalah
peradangan
pada
paru
dimana
proses
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
Identitas pasien
Nama
: Ainul Mardhiah
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Ladong
No CM
: 0-11-59-43
Tanggal Pemeriksaan
: 3 Juni 2015
2.2
Anamnesa
Keluhan Utama
: (-)
: Disangkal
: Pasien mengonsumsi obat yang dibeli dari
warung
Riwayat Sosial
2.3
Pemeriksaan Fisik
2.3.1
Status Present
Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
: Sedang
: 110/80 mmHg
: 82 x/ menit
: 22 x/ menit
: 36,3 C
: Hitam
: Konjungtiva pucat (+ /+), sklera ikterik (-/-), mata cekung
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
Leher
Inspeksi
Palpasi
: Simetris
: Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi
Paru Paru
Tabel 2.1 Pemeriksaan fisik paru
Depan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kanan
Fremitus
Sonor
Vesikuler (+)
Rhonchi (+)
Wheezing (-)
Kanan
Fremitus
Sonor
Vesikuler (+)
Rhonchi (+)
3
Kiri
Fremitus
Sonor
Vesikuler (+)
Rhonchi (+)
Wheezing (-)
Kiri
Fremitus
Sonor
Vesikuler (+)
Rhonchi (+)
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
:
Tabel 2.2 Pemeriksaan ekstremitas
Superior
Kanan
Kiri
Inferior
Kanan
Kiri
Pucat
(-)
(-)
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
(-)
(-)
Akral Dingin
(+)
(+)
(+)
(+)
2.4
Pemeriksaan Penunjang
2.4.1
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium (tanggal 1 Juni 2015)
Hb
Ht
: 12,7 gr/dl
: 32 %
4
2.4.2
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
KGDs
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
: 9,7 l
: 324000/l
: 3530000/mm3
: 109 mg/dl
: 69 mg/dl
: 1,04 mg /dl
: 17U/L
: 10U/L
Imaging
Ekpertise:
Foto toraks
Cor/Aorta
Lung
2.5
Differential Diagnosa
2.6
Pneumonia
Tuberkulosis
Gastritis
Terapi
Infus RL 30 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 g
Ambroxol
2x1
Omeprazole 2x1
Zistic 250mg 1x2
2.7 Prognosis
Qou ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Brokopneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru yang terbatas pada
Insiden
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di
masyarakat atau di dalam rumah sakit atau pusat perawatan.(2)
Infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran nafas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di
Amerika adalah 10%. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia
hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan
waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
meyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal
pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.(4)
3.3
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2)
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, baik anatomi
maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi, fungsi
pernafasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.(5,6)
Secara fungsional saluran pernafasan dibagi atas bagian yang berfungsi
sebagai konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi
(pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara seakan-akan bolak-balik diantara
atmosfir jalan nafas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak berfungsi, dan
disebut dengan dead space. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti
proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini.
Adapun yang termasuk dalam konduksi ialah rongga hidung, rongga mulut,
faring, laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius.(5,6)
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang sering
disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, atrium dan sokus alveolaris.(5,6)
Bila ditinjau dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai
konduksi adalah trakea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental,
bronkus
subsegmental,
bronkus
terminalis,
bronkiolus,
dan
bronkiolus
Etiologi
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur. Bakteri seperti Diplococus
pneumonia,
Pneumococcus
sp,
Streptococcus
sp,
Hemoliticus
aureus,
Criptococcus
nepromas,
Blastomices
dermatides,
Cocedirides
immitis,
Patogenesis
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui inhalasi,
aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung. Sehingga terjadi
infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubanglubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari
darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara
progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh
perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. Kadang-kadang seluruh lobus
bahkan seluruh paru menjadi padat (consolidated) yang berarti bahwa paru terisi
cairan dan sisa-sisa sel.(11)
Bakteri Streptococcus pneumoniae umumnya berada di nasopharing dan
bersifat asimptomatik pada kurang lebih 50% orang sehat. Adanya infeksi virus
akan memudahkan Streptococcus pneumoniae berikatan dengan reseptor sel epitel
pernafasan. Jika Streptococcus pneumoniae sampai di alveolus akan menginfeksi
sel pneumatosit tipe II. Selanjutnya Streptococcus pneumoniae akan mengadakan
multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap sel epitel alveolus. Streptococcus
pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus melalui pori dari Kohn.
Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang berupa edema
dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN.(11)
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
10
11
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.(11)
Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau
penyebaran langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil
merupakan akibat sekunder dari bakterimia atau viremia atau penyebaran dari
infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal mulai dari sublaring hingga unit
terminal adalah steril. Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme
dan
lingkungan,
maka
mikroorganisme
dapat
masuk,
Klasifikasi
Menurut
buku
Pneumonia
Komuniti,
Pedoman
Diagnosis
dan
2.
3.
Pneumonia aspirasi.
12
4.
2.
pada
penderita
dengan
daya
tahan
lemah
(immunocompromised).
3.
2.
3.
3.7
Pneumonia interstisial.
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia dapat mengalami onset
demam akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak nafas.
Gejala lain yang sering dijumpai adalah kekakuan, berkeringat, menggigil, rasa
tidak enak di dada, pleuritis, kelelahan, mialgia, anoreksia, sakit kepala dan nyeri
perut. Hasil pemeriksaan fisik yang sering dijumpai meliputi demam atau
hipotermia,takipneu, takikardi. Pemeriksaan dada sering terdapat suara nafas yang
berubah dan terdapat ronkhi.(14)
13
3.8
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :(15)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian
terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat
penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Penegakan diagnosis
dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik. Anamnesis ditujukan
untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan
factor infeksi yang telah dijelaskan diatas.(16)
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk membantu penegakan diagnosis, yaitu:
a. Pemeriksaan radiologis
Radiografi dada dapat menegaskan diagnosis, membantu dalam diagnosis
banding kuman pathogen dan deteksi penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan paru. Pemeriksaan tersebut juga dapat mambantu mengetahui keparahan
dan respon terhadap terapi dari waktu ke waktu.(16)
Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan gambaran
klinis. Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen
14
toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik
distres pernapasan seperti takipnea, batuk dan ronki, dengan atau tanpa suara
napas yang melemah.(16)
Infiltrat
interstitial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
15
16
17
18
Terapi suportif
3.12 Komplikasi
19
ketal,
dapat
disertai
BAB IV
20
MODALITAS RADIOLOGI
4.1
Pemeriksaan Radiologi
American Thoracic Society merekomendasikan posisi PA (posteroanterior)
dan lateral (jika dibutuhkan) sebagai modalitas utama yang digunakan untuk
melihat adanya bronkopneumonia. Gambaran bronkopneumonia pada foto thorax
sebenarnya sama seperti gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara
dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan
tampak lebih opaq pada foto Roentgen. Pada bronkopneumonia terdapat bercak
yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar.(18,19)
Gambaran radiologi bronkopneumonia bercak berawan, batas tidak tegas,
konsolidasi dapat berupa lobular, subsegmental, atau segmental. Khas biasanya
menyerang beberapa lobus, hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris.
Lokasi predileksi bronkopneumonia biasanya hanya terjadi di lapangan paru
tengah dan bawah.(19,20,21)
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme
awalnya menyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan nodul
sentrilobuler dan gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq (tree-in-bud
pattern). Lalu proses konsolidasi yang terjadi akan mengenai daerah peribronkhial
dan akan berkembang menjadi lobular, subsegmental, atau segmental (B).
Selanjutnya proses konsolidasi tersebut bisa terjadi multifocal, tepi tidak rata,
corakan bronkovaskular kasar akibat dinding cabang bronkus menjadi lebih tebal,
namun perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi batas segmen (C).(19)
Bentuk ilustrasi progresifitas konsolidasi pada bronkopneumonia(19)
21
b.
22
23
24
Pada fase akut tampak gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan
edema dinding bronkiolus. Corakan bronkovaskular meningkat, hiperaerasi,
bercak-bercak inifiltrat dan efusi pleura juga dapat ditemukan. (25)
4. Pneumonia Cystis Carinii
Di negara berkembang, pola penyakit pneumonia ini sering dipersulit
dengan adanya imunosupresi akibat infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
Pola ini sulit dikenali, namun petunjuknya adalah pembuluh darah paru tampak
tidak berbatas tegas atau kabur dan paru tampak sedikit opaq. Tidak ditemukan
adanya air brochogram sign. Pola ini sering ditemukan pada infeksi pneumonia
Pneumocystis carinii yang diderita oleh pasien dengan imunosupresi terutama
akibat AIDS, infeksi mikoplasma dan infeksi virus.(20)
25
26
Efusi
pleura(24)
Pneumonia(14)
Perbedaan :
-
Pada pneumonia khas dapat ditemukan air bronchogram sign, jika proses
perselubungannya telah mengisi sampai 1 lobus parenkim paru
7. Ateletaksis
Ateletaksis adalah keadaan dimana alveoli mengempis (kolaps). Hal ini
dapat terjadi pada satu tempat yang terlokaslisir di paru, pada seluruh lobus, atau
pada seluruh paru. Penyebab yang paling sering adalah obstruksi saluran napas
27
dan berkurangnya surfaktan pada cairan yang melapisi alveoli. Karena mengalami
hambatan/obstruksi, sehingga aerasi paru dapat berkurang. Pada gambaran
radiologisnya akan memberikan bayangan densitas yang lebih tinggi. (18)
Ateletaksis(29)
Pneumonia(14)
Gambar 4.11 Perbandingan foto thorax PA atelektasis dan pneumonia
Persamaan :
-
Perbedaan :
-
8. TBC paru
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil tuberkel ini menyebabkan
reaksi jaringan yang aneh dalam paru, antara lain (1) daerah yang terinfeksi
diserang oleh makrofag dan (2) daerah lesi dikelilingi oleh jaringan fibrotik untuk
membentuk yang disebut tuberkel. Proses pembentukan dinding ini membantu
28
membatasi penyebaran basil tuberkel dalam paru dan oleh karena itu ia
merupakan bagian dari proses protektif melawan infeksi. Tetapi hampir 3% dari
seluruh penderita tuberculosis,
Jika tidak diobati, maka tidak akan terbentuk proses pembatasan ini
sehingga akan menyebar ke seluruh lapangan paru, menyebabkan kerusakan
jaringan dan pembentukan kavitas abses yang besar. Sehingga gambaran radiologi
yang khas yang sering ditemukan di masyarakat dapat berupa TBC paru aktif,
TBC paru lama aktif, dan TBC paru lama tenang. Gambaran bercak berawan serta
cavitas pada TBC paru biasanya menempati lapangan atas paru.(14,18,20,30)
Tbc paru(29)
Pneumonia(14)
Perbedaan :
-
Pada TBC paru khas tampak bercak berawan pada lapangan paru atas, dan
adanya garis-garis fibrotik dan kasifikasi jika sudah masuk dalam masa
penyembuhan
9. Tumor Paru
Tumor paru menyerupai banyak jenis penyakit paru lain dan tidak
mempunyai awitan yang khas. Tumor paru seringkali menyerupai pneumonitis
yang tidak dapat ditanggulangi. Namun secara radiologik, gambaran tumor paru
29
ini sangat khas menyerupai nodul yang berbentuk koin (coin lesion). Pemeriksaan
Tomografi Komputer dapat memberikan informasi lebih banyak. Penilaian pada
massa primer paru berupa besarnya densitas massa yang dapat memberi gambaran
perselubungan yang inhomogen pada massa sifat ganas atau homogen pada massa
jinak, tepi massa tidak teratur/spikul pada massa ganas, dan batas rata pada massa
jinak.(18,30,31)
Tumor paru(29)
Pneumonia(14)
Perbedaan :
-
Batas dari bayangan dari massa tumor tampak tegas, sedangkan bayangan
pada pneumonia tampat tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 lobus yang
disebut dengan pneumonia lobaris
Tanda air brochogram sign tidak akan ditemukan pada gambaran radiologi
tumor paru.
Untuk memastikan lebih jauh lagi maka pada klinis tumor paru tidak harus
ada riwayat demam, sedangkan pada pneumonia harus ditemukan riwayat
demam.(14,18)
30
BAB V
KESIMPULAN
Bronkopneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru yang terbatas
pada alveoli kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis.
Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia dapat mengalami onset demam
akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak nafas.
Gambaran radiologi foto thorax pada bronkopneumonia, ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
Penanganan bronkopneumonia terdiri dari terapi medikamentosa berupa
pemberian antibiotik dan terapi supportif. Hasil pengobatan biasanya bagus,
namun tingkat mortalitas lebih tinggi pada penderita manula
Telah
dilaporkan
Ny. AM
berumur
65
tahun
dengan
diagnosa
bronkopneumonia. Hal ini terlihat pada gambaran radiologi foto thorax PA dengan
adanya corakan bronkovasculer paru ramai dan kasar, hillus ramai dan kasar
dengan infiltrat perihiller, infiltrat interstitiel terutama lung dextra et sinistra.
31
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Jakarta: EGC
Soeparman Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1999. Jakarta: Balai
3.
4.
5.
6.
Jakarta
Rab, Tabrani. Ilmu Penyakit Paru, 2000. Jakarta: Hipokrates.
Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. 2004. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. 2006. Jakarta: Salemba
7.
Medika
Putri, Enda Silvia. Karakteristik Balita Penderita Bronkopneumonia Rawat
Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009. 2010.
8.
9.
10.
Community
Acquired
Pneumonia
Pediatric.2001.
11.
http:/www.albertadoctor.org.
Alsagaff, Hood dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. 2001. Surabaya: Bagian
12.
13.
14.
15.
Penerbit FKUI
Patel, Pradip R. Radiologi Lecture Notes. 2009. Jakarta: EMS; hal 36-7
Reynolds J H, McDonald, Alton H, Pneumonia in the Immunocompetent
patient : Review Article ; The British Journal of Radiology, 83 (2010) 998-
16.
1009
Betty JT. Viral Pneumonia & Bacterial Pneumonia. Chest Radiography.
2002. USA: Department of General Surgery College of Medicine University
17.
of Kentucky
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial: Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-5
32
18.
19.
101
Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of
Pulmonary Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part
20.
21.
(terjemahan
dari
Patterm
Recognation
in
Diagnostic
22.
106-9, 110-1
Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of
Pulmonary Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part
23.
24.
25.
2003: Part Chest Imaging, air space (air bronchogram and sillhoutte sign)
Sutarto, Ade Satriyani., Budyatmoko, Bambang., Darmiati, Sawitri.
Radiologi Anak. In: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua
26.
27.
28.
29.
30.
31.
33
34