Anda di halaman 1dari 10

Peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan merupakan usaha

yang sangat luas dan komprehensif, usaha tersebut meliputi peningkatan


kesehatan masyarakat baik fisik maupun non-fisik. Indonesia telah menerbitkan
Sistem Kesehatan Nasional yang terkandung dalam Undang-undang No 36 tahun
2009 Tentang Kesehatan yang menjelaskan bahwa kesehatan merupakan keadaan
yang sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Salah satu
komponen kesehatan yang sangat penting adalah ketersediaan obat yang memadai
dan berkualitas serta dapat terjangkau secara ekonomi maupun sosial, hal ini
dikarenakan obat sangat mempengaruhi kondisi kesehatan seorang manusia. Obat
merupakan sedian atau paduan bahan - bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005). Sedangkan menurut
Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Peran
obat secara umum berfungsi sebagai 1) Penetapan diagnose; 2) Untuk pencegahan
penyakit; 3) Menyembuhkan penyakit; 4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan; 5)
Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu; 6) Peningkatan kesehatan;
7) Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009).
Obat sebagai unsur penentu kesehatan harus terindentifikasi dan tercatat
secara legal di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagi obat yang
aman dan baik jika di konsumsi oleh tubuh manusia, kualitas obat harus terjaga
dan telah teruji oleh laboratorium maupun BPOM bahwa terbukti menyembuhkan
penyakit tertentu maupun fungsi lainnya. Dewasa ini marak sekali peredaran obat
palsu di Indonesia dengan harga yang sangat murah serta mudah didapatkan
dimanapun, hasil survei yang dilakukan oleh Masyarakat Indonesia Anti
Pemalsuan (MIAP) memperkirakan kerugian perekonomian akibat obat dan
kosmetik palsu dalam produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 42 miliar 1,
http://bisnis.liputan6.com/read/2078877/ri-rugi-rp-424-miliar-gara-garaperedaran-produk-palsu
1

kerugian ini hanya tercatat secara parsial dalam survey sedangkan yang tidak
tercatat seperti obat obatan tradisional, obat herbal, maupun obat obatan yang
dibuat mirip dengan aslinya tanpa kandungan apapun dan lainnya tentu akan
menambah angka kerugian negara terhadap peredaran obat palsu. Namun yang
paling penting bukan pada sisi ekonomis nya tetapi pada kerugian masyarakat
yang tidak sengaja mengkonsumsi obar palsu tersebut dan dampaknya bagi
kesehatan masyarakat secara luas.
Obat palsu berdasarkan Permenkes NO.1010/MENKES/PER/XI/ 2008
didefinisikan sebagai obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan
penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki izin edar.
Setidaknya terdapat 5 macam jenis obat palsu jika di indentifikasi lebih lanjut:
1.Produk mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang memenuhi

syarat, diproduksi, dikemas, dan dilabeli seperti produk aslinya, tetapi


bukan dari produk aslinya.
2.Obat yang mengandung bahan berkhasiat namun tidak memenuhi syarat.
3.Produk dibuat dengan dibentuk dan kemasan seperti produk asli, tetapi

tidak mengandung bahan berkhasiat.


4.Produk yang menyerupai produk asli, tetapi mengandung bahan khasiat

yang berbeda.
5.Produk yang diproduksi secara tidak berijin.

Masyarakat memandang obat sebagai produk sosial yang harus berharga


murah dan industry farmasi tidak boleh mengambil keuntungan banyak dari
produk obat. Pandangan masyarakat ini merupakan keresahan masyarakat
terhadap mahalnya harga obat obatan yang beredar di pasar, sehingga pada
akhirnya masyarakat sangat tertarik dengan obat palsu yang harga nya sangat
murah dan semakin menyuburkan praktek peredaran obat palsu. Pelaku
pemalsuan obat seakan-akan tidak menghiraukan akibat yang ditimbulkan dari
tindakan pemalsuan yang mereka lakukan. Terdapat banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya pemalsuan obat antara lain :

1. Perkembangan Teknologi, beberapa obat yang asli dilengkapi


dengan penanda khusus seperti tanda air, hologram, hires
scanner

maupun barcode, namun

dengan kecanggihan

teknologi saat ini penanda khusus tersebut tidak sulit untuk di


tiru dan di duplikat sehingga membuat produk palsu sulit
untuk di bedakan. Tidak hanya pada penanda namun dalam
peracikan obat pun teknologi berperan penting dalam proses
duplikasi maupun peniruan ekstraksi obat.
2. Keinginan mendapatkan keuntungan, praktik pemalsuan obat

sepenuhnya

dipengaruhi

oleh

motif

bisnis

keinginan

mendapatkan keuntungan semata. Obat palsu merupakan


bisnis yang sangat besar dan memiliki potensi keuntungan
yang tinggi dengan resiko yang relatif rendah. Banyak merk
obat obatan internasional yang dipalsukan dengan rate nilai
keuntungan sangat tinggi, karena merk tersebut telah dikenal
masyarakat,

memiliki

pasar

yang

spesifik,

memiliki

keunggulan kompetitif dan termasuk obat obatan yang


berharga mahal serta cepat laku. Pembuatan obat palsu jauh
lebih

murah

originiter

atau

ketimbang

mengembangkan

memproduksi

obat

sendiri

paralelnya.

obat

Sebagai

gambaran, untuk mengembangkan satu jenis obat saja,


diperlukan dana investasi untuk riset sekitar 800 juta dollar AS
hingga 1,2 miliar dollar AS.
3. Sanksi yang diberikan pada pemalsu obat masih ringan, lemahnya

kontrol dari pemerintah terhadap peredaran obat palsu di


pasaran membuat praktek ini terus meluas. Pemerintah
sebenarnya telah memiliki regulasi yang cukup jelas namun
tidak

diiringi

pemberantasan

dengan

tindakan

peredaran

obat

pencegahan
palsu

secara

maupun
massive,

Penegakan hukum dalam soal obat palsu ini, juga sangat


lemah., sanksi yang dijatuhkan pengadilan untuk pelaku

pemalsuan obat, sangat ringan. Misalnya, hukuman percobaan


selama dua bulan atau denda beberapa ratus ribu rupiah.
Padahal, omzet penjualan obat palsu itu sangat besar. Sanksi
yang ringan tidak menimbulkan efek jera, sanksi hukum yang
ringan ini cukup mengherankan. Sebab, sanksi pemalsu obat
menurut Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen
Tahun 1999 sebenarnya lumayan berat. Pelaku diancam pidana
maksimal lima tahun dan denda Rp 2 milyar. Sedangkan versi
UU Kesehatan Tahun 1992, pemalsu bisa dikenai kurungan
penjara 15 tahun dan denda Rp 300 juta.
Pintar dan cerdas memilih obat berkualitas
Peredaran obat palsu di dukung oleh faktor distribusi yang belum
terencana dan tergulasi dengan baik, obat - obatan yang berasal dari industri
farmasi secara langsung, distributor, sub-distributor, dan PBF (Pedagang Besar
Farmasi), seharusnya tidak boleh langsung sampai ke tangan klinik, dokter,
mantri, apotik, toko dan pribadi. Hal ini memicu praktik pemutihan yang
dilakukan untuk menambahkan izin edar pada obat obatan palsu melalui industri
farmasi, distributor, sub-distributor, dan PBF, obat-obatan palsu tersebut dibuatkan
izin edar sehingga seolah-olah memang sejak awal memiliki izin edar, kemudian
obat-obat ini diedarkan ke apotek dan rumah sakit, obat inilah yang disebut obat
palsu.
Tips Menghindari Obat Palsu
Langkah awal untuk mencapai hasil yang optimal dari suatu pengobatan adalah
membeli atau memperoleh obat di tempat yang benar. Beberapa tips membeli obat
yang baik untuk menghindari obat palsu adalah :
1.

Perhatikan nomor registrasi sebagai tanda sudah mendapat izin untuk

dijual di Indonesia.
2.

Periksalah kualitas keamanan dan kualitas fisik produk obat tersebut.

3.

Periksalah nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas.

4.

Teliti dan lihatlah tanggal kadaluwarsa.

5.

Untuk obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter (ethical/obat

keras), belilah hanya di apotek berdasarkan resep dokter.


6.

Baca indikasi, aturan pakai, peringatan, kontra indikasi, efek samping, cara

penyimpanan, dan semua informasi yang tercantum pada kemasan.


7.

Tanyakan informasi obat lebih lanjut pada apoteker di apotek.

Setelah membeli obat di tempat yang benar, penggunaan obat yang tepat
merupakan faktor penting untuk memperoleh khasiat yang optimal dari suatu
obat. Untuk itu, hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat, yaitu :
Baca aturan pakai pada label/etiket setiap Anda akan menggunakan obat.
Untuk menghindari kesalahan, jangan menggunakan obat di tempat gelap
(Anonim g, 2008).
Kerugian Penggunaan Obat Palsu
Kerugian yang ditimbulkan akibat pemakain obat palsu yaitu :
1. Bagi pasien yang memerlukan pengobatan jangka panjang, obat palsu bisa
berakibat sasaran pengobatan tidak tercapai. Misalnya saja, suatu obat dalam data
statistik disebutkan bisa mengurangi serangan jantung sampai 25 persen atau
mengurangi kemungkinan stroke hingga 30 persen. Namun, karena adanya
penggunaan obat palsu, rentang persen tersebut tidak tercapai.
2. Pada kasus penggunaan antibiotika palsu menyebabkan terjadinya resistensi.
3. Obat palsu juga bisa menimbulkan penyakit lain pada pasien, misalnya alergi.
4. Dan yang paling fatal, obat palsu juga bisa merenggut nyawa.
5. Menyebabkan kerugian materi pada konsumen (Anonim h, 2008).
Upaya Pencegahan

Untuk menghindari obat palsu maka diperlukan upaya pencegahan sebagai berikut
:
1. Adanya kerja sama antara pemerintah (Depkes, Badan POM, kepolisian,
pengadilan, dan kejaksaan) dengan industri, importir, distributor, rumah sakit,
organisasi profesi, tenaga medis, apotek, toko obat, konsumen, dan juga
masyarakat.
2. Pemerintah harus memberikan jaminan kepada setiap warganya untuk dapat
hidup sehat serta fasilitas yang memudahkan dalam mengakses kesehatan,
termasuk jaminan terhadap mutu dan kualitasnya.
3. Pengontrolan harga obat di pasaran oleh pemerintah.
4. Memberikan informasi yang benar kepada masyarakat sehingga memeperluas
pengetahuan tentang pemilihan obat (Anonim i, 2008).

Industri farmasi merupakan industri yang bertanggung jawab untuk memproduksi


obat yang aman dan berkualitas, jaminan mutu obat yang berkualitas dilakukan
dengan menerapkan seluruh aspek rangkaian kegiatan produksi Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB). CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan
dalam seluruh rangkaian proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi,
sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia No H.K.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang penerapan pedoman
cara pembuatan obat yang baik. Pedoman CPOB bertujuan untuk menghasilkan
produk obat yang senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu dengan mengadakan pengawasan baik sebelum, selama, dan sesudah
proses produksi berlangsung untuk memastikan mutu produk obat agar memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Jadi CPOB adalah suatu konsep yang ditetapkan
dalam industri farmasi mengenai langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang diproduksi dengan
menerapkan Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian

kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi


persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (BPOM, 2006). Aspekaspek dalam CPOB edisi 2006 meliputi: Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan
dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan Mutu,
Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk; Penarikan
Kembali Produk; dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi
Sejalan dengan semangat bersama-sama memerangi produk ilegal, Badan POM
telah mencanangkan Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal atau
yang disingkat GNWOMI pada Februari 2013. GNWOMI merupakan suatu
gerakan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya obat
dan makanan ilegal dan memerangi peredaran produk tersebut melalui berbagai
kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Dengan dicanangkannya
GNWOMI ini diharapkan masyarakat mampu meningkatkan kewaspadaan akan
peredaran obat dan makanan ilegal yang dapat berdampak pada menurunnya
permintaan terhadap produk obat dan makanan ilegal. Perdagangan bebas dan
pesatnya perkembangan teknologi informasi memungkinkan masyarakat semakin
mudah mendapatkan produk obat dan makanan ilegal baik itu di pasar, toko
maupun melalui situs-situs online. Hal tersebut dapat memunculkan risiko
meningkatnya permintaan obat ilegal karena harga yang ditawarkan relatif lebih
murah. Untuk itu konsumen sebagai penentu akhir dalam pemilihan produk harus
dapat memilih produk yang aman untuk digunakan. Salah satu upaya untuk
menjadikan masyarakat waspada terhadap produk ilegal adalah dengan melakukan
kampanye yang intens, masif secara terus menerus dan berkesinambungan dalam
bentuk gerakan yang pada akhirnya dapat merubah perilaku masyarakat dalam
memilih produk yang aman. Kampanye GNWOMI dalam bentuk program KIE
telah dilakukan ke berbagai daerah di Indonesia dengan peserta yang terdiri dari
berbagai profesi dan kalangan masyarakat dengan materi KIE yang diberikan
berkaitan dengan pengawasan produk obat dan makanan ilegal. Edukasi yang
diberikan antara lain mengenai strategi pengawasan peredaran obat dan makanan
ilegal, tips mengenali produk yang berbahaya dan memilih produk yang aman

bagi kesehatan, serta contoh produk-produk yang telah dilakukan Public Warning
agar diwaspadai oleh masyarakat. Selain itu, Badan POM juga memberikan
brosur-brosur dan tayangan yang berkaitan dengan pengawasan obat dan makanan
ilegal kepada masyarakat. Produk obat ilegal sendiri memiliki ciri-ciri antara lain:
tidak memiliki izin edar, tampilan kemasan berbeda dari produk asli, nama
produsen berbeda dari yang terdaftar atau tidak adanya logo obat pada kemasan.
Produk ilegal ini dapat membahayakan bagi kesehatan karena dapat
terkontaminasi, memiliki jenis atau jumlah bahan aktif yang berbeda dari yang
ditulis pada kemasan atau bahkan tidak memiliki bahan aktif sama sekali.2 Semua
ini dapat dihindari jika masyarakat mau dengan seksama memperhatikan produk
obat yang akan mereka konsumsi.

Badan POM juga menghadirkan maskot ODIE (Obat Dengan Ijin Edar) untuk
membantu melaksanakan KIE kepada masyarakat. Hal ini penting mengingat
kompleksitas atas tantangan dan permasalahan di bidang pengawasan obat dan
makanan. Selama ini, dalam usahanya menurunkan jumlah peredaran produk obat
ilegal, pemerintah lebih berfokus pada penurunan suplai seperti razia dan
pemusnahan produk ilegal, tetapi suplai produk obat ilegal di masyarakat makin
meningkat karena permintaan masyarakat juga meningkat. Nama maskot ini
diangkat dari perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
obat yang memenuhi syarat mutu, khasiat dan keamanannya. Kegiatan GNWOMI
selama satu tahun lebih telah digulirkan, namun demikian pengawasan produk
obat dan makanan ilegal melalui GNWOMI ini hanya akan berjalan efektif
apabila seluruh pihak yang terlibat bekerja sama dalam pelaksanaannya. Baik
pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha harus bekerjasama dan
berkontribusi, dengan pemahaman yang tepat akan bahaya yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan produk ilegal, diharapkan masing-masing pihak
dapat berperan untuk menekan peredaran dan permintaan-suplai dari produk
ilegal.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong maraknya kasus


pemalsuan obat di Indonesia. Tindak pemalsuan obat yang semakin merajalela
disebabkan karena penanggulangan tindak pemalsuan obat belum dikoordinasikan
secara sistematis, sehingga belum berdampak nyata terhadap kasus pemalsuan dan
peredaran obat palsu. Hukuman maupun denda yang dijatuhkan pada tersangka
pemalsu obat masih tergolong ringan, terkadang hanya berupa masa percobaan,
sehingga hal ini tidak membuat mereka jera karena keuntungan yang diperoleh
dari memalsukan obat begitu menggiurkan
Alur Peredaran Obat Palsu
PUSTAKA
Anief, Mohamad. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Gadjah
MadaUniversity Press. Yogyakarta.
Anonim a. 2008. Apa Itu Obat Palsu. Available at : http://www.gatra.com/artikel.php?
pil=23&id=28804 Opened : 23/11/2008, 09.18 am

Anonim b. 2008. Peran Apoteker dalam Penanganan Obat


Palsu. Available at :http://64.203.71.11/kompascetak/0112/27/JATIM/index.htm Opened : 28/11/2008, 06.18 pm
Anonim c. 2008. Undang-Undang yang Mengatur tentang Obat Palsu Available at :

http://125.160.76.194/data/peraturan/himp.%20cetak%2006/cetak
%20himp.%20jilid%20v/rkm%20konas.doc
Opened : 23/11/2008, 11.22 am
Anonim d. 2008. Perkembangan Obat Palsu di Indonesia. Available
at : http://www.koranindonesia.com/2008/04/25/obat-palsu-mengancammasyarakat/Opened : 23/11/2008, 10.09 am
Anonim e. 2008. Faktor-Faktor Pemalsuan Obat. Available
at :http://www.mediaindo.co.id/ Opened : 23/11/2008, 10.18am
Anonim f. 2008. Peredaran Obat Palsu. Available at :
http://www.rmexpose.com/detail.php?id=3839&judul=10%20Persen
%20Obat%20Palsu%20Beredar%20di%20Pasar
Opened : 23/11/2008, 10.20 am
Anonim g. 2008. Tips Menghindari Obat Palsu Available at :
http://www.cafepojok.com/forum/sendmessage.php?
s=dbe244dc1fc0fe33a7f6b 84c5f245104 Opened : 22/11/2008, 02.24 pm
Anonim h. 2008. Kerugian Penggunaan Obat Palsu Available at :

http://www.indomedia.com/intisari/2001/Apr/obatpalsu.htm Opened :
28/11/2008, 06.01 pm
Anonim i. 2008. Pencegahan Obat Palsu Available
at : http://www.masjidkotabogor.com/index.php/artikel/view/4 Opened :
23/11/2008, 10.10 am
Anonim j. 2008. Kasus Obat Palsu. Available at : http://www.tempo.co.id/
Opened : 23/11/2008, 10.00 am
Anonim k. 2008. Kasus Obat Palsu. Available
at
:http://118.97.48.164:8796/public/berita_aktual/data/taxegram.pdf Opened
: 28/11/2008, 06.16 pm
Anonim l. 2008. Kasus Obat Palsu. Available
at : http://www.kompas.co.id/ Opened : 23/11/2008, 10.00 am
Anonim m. 2008. Kasus Obat Palsu., Available
at : http://www.mediaindo.co.id/, Opened : 24/11/2008, 12.24 am
Anonim n. 2000. Cara Cepat Deteksi Obat Palsu. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim o. 2000. Metode Pemeriksaan Cepat untuk Mendeteksi Obat
Palsu dan Obat Substandar Edisi ke-2. Japan International Corporation of
Welfare Services. Japan.
Widjajanti, Nuraini. 1988. Obat-obatan. Kanisius. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai