Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpindahan Kalor (Heat Transfer)


Perpindahan kalor (heat transfer) adalah ilmu untuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur diantara
benda dan material. Pada gambar dibawah ini, pemanasan air didalam panci
terdapat beberapa perpindahan panas seperti, perpindahan panas konveksi,
konduksi, dan radiasi.

Gambar 2.1 Proses Perpindahan Kalor (https://www.google.com/search?


q=proses+perpindahan+kalor)
2.1.1 Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir
dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur lebih rendah dalam
satu medium atau diantara medium-medim lainnya, yang bersinggungan secara
langsung. Laju perpindahan panas konduksi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut ini.
q konduksi=kA

T
(2.1)
x

Dimana :

= Konduktivitas termal (J/s.m.C)

= Luas Penampang (m2)

= Suhu (C)

T
x

= Gradient temperatur kearah perpindahan kalor

Gambar 2.2 Volume unsur untuk Analisis Konduksi Kalor Satu Dimensi
(Yunus A Cengel, 2008)
Konduksi perpindahan panas didalam suatu unsur, molekul dengan
molekul. Sebatang besi apabila diberi api pada ujung A, maka ujung B akan
menyerap energi dari nyala api. Ini adalah contoh sederhana perpindahan panas
secara konduksi.

Gambar 2.3 Perpindahan Kalor Konduksi


(https://www.google.com/search?q=proses+perpindahan+kalor)
2.1.2 Konveksi
Konveksi adalah pergerakan molekul-molekul pada fluida (yaitu cairan
atau gas) dan rheid. Konveksi tak dapat terjadi pada benda padat, karena tidak ada
difusi yang dapat terjadi pada benda padat. Konveksi merupakan salah satu cara
perpindahan panas dan massa utama. Perpindahan panas dan massa terjadi melalui
difusi dan adveksi. Untuk menghitung kalor yang berpindah secara konveksi
dapat dilihat pada persamaan 2.2 berikut ini.
q konveksi=h ( T w T f ) ( 2.2)
Dimana :
q

= Laju perpindahan panas konveksi (W/m2)

h = Koefesien perpindahan kalor (W/m2)

T w = Dinding benda yang bersuhu panas (C)


Tf

= Aliran suatu fluida yang dingin (C)

Perpindahan panas konveksi paksa terjadi karena pertambahan temperatur


pada suatu benda yang disebabkan oleh energi luar, seperti pada gambar 2.4
sepanci air yang dipanaskan dengan sebuah lilin.

Gambar 2.4 Sepanci Air Dipanaskan


(https://www.google.com/search?q=sepanci+air+dipanaskan)
Perpindahan panas konveksi bebas terjadi bila mana sebah benda
ditempatkan pada suatu fluida yang suhunya lebih tinggi atau lebih rendah
daripada benda tersebut, seperti pada gambar dibawah ini konveksi alami terjadi
dari penguapan air laut karena perbahan cuaca.

Gambar 2.5 Aliaran Udara Panas/Dingin dipantai


(https://www.google.com/search?q=penguapan+air+laut)

2.1.3 Radiasi
Berlainan dengan konduksi dan konveksi, dimana perpindahan energi
terjadi melalui bahan perantara, panas juga berpindah melaui daerah-daerah
hampa (Gambar 2.6). Mekanismenya adalah dengan melalui sinaran atau radiasi
elektromagnetik. Energi yang diradiasikan dari suat permukaan ditentukan dalam
bentuk pancaran, yang secara termodinamika dapat dibuktikan bahwa daya pancar
tersebut sebanding dengan pangkat empat temperatur absolutnya dan sebanding
langsung dengan luas permukaan atau dapat ditulis dengan persamaan 2.3 berikut
ini :
4

q radiasi= A T ( 2.3)
Dimana :
4

= Luas permukaan (m2)

= Suhu (C)

Kecepatan sebuah benda meradiasikan energi dapat dihitung dengan persamaan


Stefan-Boltzman.
8

=5,67 10 W /m K (2.4 )

Gambar 2.6 Perpindahan Kalor Radiasi (https://www.google.com/search?


q=perpindahan+kalor+radiasi)
2.2 Panas dan Tekanan
Panas dan tekanan memiliki hubungan erat, setiap terjadi peningkatan
panas pasti terjadi peningkatan tekanan. Berikut ini akan dijelaskan tentang
pengertian panas dan tekanan.
2.2.1 Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi. Panas memiliki kaitan erat dengan
getaran atau gerakan molekul. Molekl itu sendiri adalah bagian atau partikel dari
suatu benda. Apabila benda dipanaskan, maka molekul akan bergerak cepat
sedangkan apabila didinginkan molekul akan bergerak lemah. Jika panas diambil
dari suatu benda maka temperature benda itu akan turun. Makin banyak panas
yang diambil maka temperatur benda menjadi makin rendah, tetapi setelah

mencapai - 273C panas itu tidak dapat lagi dikeluarkan dengan perkataan lain
temperatur tersebut adalah yang terendah yang tidak dapat dicapai dengan cara
apapun. Karena itu maka temperatur - 273C dikatakan sebagai nol absolute dan
didalam dunia ilmiah dikenal sebagai 0 Kelvin.

2.2.2 Panas Jenis


Panas jenis ialah panas yang diberikan kepada suatu benda seberat 1 kg
sehingga meneyebapkan temperatur benda itu naik 1C. Untuk menaikkan
temperatur dari 30C menjadi 31C, 1 kg air memerlukan 1 Kkal panas, dengan
demikian maka air mempunyai panas jenis 1 Kkal/kg.
2.2.3 Panas Sensibel (Sensible Heat)
Panas sensibel adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan atau
menurunkan temperatur suatu benda. Jika panas ditambahkan pada suatu benda
(dipanasi), temperatur benda akan naik, hal ini karena molekul-molekul pada
benda tersebut menerima panas dan bergerak lebih cepat. Jika panas sensibel
diambil dari suatu benda temperaturnya akan turun, karena gerakan moleklnya
menjadi lemah. Perubahan ini dapat dilihat dan diukur dari perubahan temperatur
pada thermometer. Jumlah panas sensibel dapat dihitung dengan persamaan 2.4
berikut ini.
Qs=m c T (2.5)
Dimana :
Qs = Jumlah panas sensible dalam joule, Kkal atau Btu

= Massa zat dalam kg atau pound

= Panas jenis dalam J/kg.K, Kkal/kgC atau Btu/lbF

T = Perubahan suhu dalam Kelvin (K), C atau F

2.2.4 Panas Laten (Latent Heat)


Laten artinya tidak nampak atau tersembunyi (hidden). Panas laten adalah
panas yang diperlukan untk mengubah wujud zat dari padat menjadi cair, dari cair
menjadi gas atau sebaliknya, tanpa mengubah temperaturnya. Tiap zat mempunyai
dua panas laten yaitu padat menjadi cair atau sebaliknya (peleburan dan
pembekuan) dan cair menjadi gas atau sebaliknya (penguapan dan pengembunan).
Perubahan panas laten tidak dapat dilihat pada thermometer. Panas laten
diperlukan untuk mengubah energi potensial dari molekul agar tingkat wujud zat
berubah. Jumlah panas laten dapat dihitung dengan persamaan 2.5 berikut ini.
Ql=m l(2.6)
Dimana :
Ql = Jumlah panas laten dalam joule, Kkal, atau Btu

m = Massa zat dalam kg atau pound


l

= Panas laten dalam J/kg.K, Kkal/kgC atau Btu/lb.F

2.3 Berbagai Sistem Konversi Energi Langsung


Berbagai peralatan konvensional untuk membangkitkan tenaga listrik yang
sejauh ini telah diuraikan jenisnya oleh proses tenaga uap Rankine dan proses
tenaga gas brayton. Semua peralatannya melibatkan hubungan dari tingkat
keadaan suatu fluida kerja yang secara tak langsung mengambil energi dari bahan
bakar dan membantu manusia untuk mengkonversikan sebagian dari energi itu
menjadi tenaga listrik. Pembangkitan jenis tenaga ini memerlukan berbagai
komponen peralatan yang berat dan besar serta mempunyai banyak bagian yang
bergerak. Efesiensi peralatan yang lazim dicapai hanya 30 hingga 35 persen.
Suatu sistem konversi energi yang menjadi penting perannya, disebut
sebagai peralatan konversi energi langsung (KEL). Dalam sistem ini energi listrik
diperoleh secara langsung dari energi bahan bakar, tanpa proses dan manipulasi
suatu fluida kerja.

Berbagai metode KEL tergantung pada berbagai gejala fisik yang


memungkinkan konversi energi langsung menjadi listrik. Beberapa metode ini
menggnakan masukan energi panas, sedangkan yang lain menggunakan energi
radiasi surya atau energi kimia. Dengan sendirinya sebagai peralatan konversi
langsung tentulah harus memenuhi hukum thermodinamika yang pertama dan
kedua. Analisa sebagai sistem yang lebih mutakhir ini memerlukan kemampuan
dalam berbagai bidang, termasuk thermodinamika, elektromagnetika, mekanika
fluida dan fisika tingkat keadaan padat.
Suatu jenis sistem KEL telah dipakai dalam berbagai penerapan antariksa.
Pada tahun 1822, Seeback menemukan bahwa gaya gerak listrik (ggl) dapat
menembus diantara dua sambungan logam yang berbeda yang berada pada
temperatur yang berlainan. Efek ini merupakan dasar, suatu peranti untuk
mengukur temperatur.

Gambar 2.7 Sistem Konversi Energi Langsung (www.deltron.com)


Untuk berbagai logam ggl yang dicapai adalah rendah, pada urutan
kebesaran beberapa V per derajat beda temperatur, tetapi berbagai bahan semi
konduktor menghasilkan berbagai keluaran voltase yang jauh lebih besar, karena
bahan jenis P dan jenis N dapat dihubungkan untuk memanfaatkan perbedaanperbedaan dua jenis bahan (didalam bahan jenis N pemanasan zat menyebapkan
elektron-elektron berdifusi ke ujung zat yang lebih dingin, dengan demikian ujung
zat yang lebih panas menjadi bermuatan positif. Didalam jenis P ujung yang
dingin akan menjadi bermuatan positif oleh difusi dari lubang-lubang).

Gambar 2.8 Bebagai Logam GGL (www.deltron.com)


Karena termokopel dapat diartikan sebagai suatu mesin termal,
efesiensinya tergantung kepada Th (temperatur sisi panas peltier) dan Tc
(temperatur sisi dingin peltier) dan juga berbagai parameter zat dan berbagai semi
konduktor. Sistem-sistem yang menghasilkan daya besar beberapa W pada
berbagai efesiensi diantara 5 sampai 12 persen.
Pada tahun 1834, Peltier menemukan bahwa arus yang mengalir dalam
ikatan tertutup yang dibentuk dari dua buah logam yang berbeda akan
memanaskan suatu ujung dan mendinginkan ujung lainnya. Gejala ini dapat
ditingkatkan dengan menggunakan berbagai bahan semi konduktor, dan dalam
kasus ini suatu refrigerator termolistrik.
2.4 Sirip-Sirip (Fins)
Sirip-sirip sering kali digunakan dalam alat-alat penukar kalor untuk
memperbesar luas perpindahan kalor konveksi, dengan demikian akan menambah
fungsi dari perpindahan kalor tersebut. Pada Gambar 2.9 memperlihatkan
beberapa contoh dari permukaan bersirip (finned surfaces). Radiator-radiator
mobil, pengembun (condenser), lemari es rumah tangga, penyedot kalor transistor
adalah contoh-contoh yang dikenal.

Gambar 2.9 Jenis-Jenis Sirip


(https://www.google.com/search?q=jenis-jenis+sirip+pendingin)
Teori perpindahan kalor dari sirip didasarkan pada sebuah kombinasi
energi bahan dan persamaan-persamaan laju. Sebuah teori dengan persamaan
diferensial untuk distribusi temperatur didalam sirip. Pada Gambar 2.9
memperlihatkan sebuah sirip sederhana yang mempunyai penampang siku-siku
yang sama. Dalam menentukan persamaan pengatur maka harus memasukkan
efek-efek perpindahan kalor konvektif diantara sirip fluida sekitarnya dan
perpindahan kalor hantaran diantara sirip tersebut.
2.5 Pendingin Termo-Elektris
Pendingin Termo-Elektris adalah pemompaan panas yang digunakan
didalam aplikasi penstabilan temperatur, perputaran temperatur, atau pendingin
lingkungan yang diperlukan. Ada banyak produk yang menggunakan pendingin
termo-elektris mencakup CCD kamera (alat gandengan muatan), diode laser (DL)
mikroprosesor, penganalisa darah, dan pendingin tamasya yang dapat dibawabawa.

10

Gambar 2.10 Potongan Termo Elektrik Cooler


(https://www.google.com/search?q=potongan+termoelektrik+cooler)
2.5.1 Cara Kerja Termoelektrik
Termoelektrik didasarkan pada pengaruh Peltier, yang ditemukan pada
tahun 1834, dimana arus DC diterapkan pada dua material yang berlainan dan
menyebapkan perbedaan temperatur. Efek Peltier adalah salah satu dari tiga efek
termoelektrik, dua yang dikenal sebagai efek Seebeck dan Efek Thomson. Dua
efek terakhir mematuhi conduktor, ketiga efek dihubungkan satu sama lain oleh
suatu hubungan sederhana.
Jenis modul termoelektrik dihasilkan dengan menggunakan dua keramik
tipis dengan satu rangkaian P dan N bismuth telrida (BiTe) semi penghantar
material dapat disisipkan diantara keramik itu. Bahan keramik didua sisi
termoelektrik menambahkan kekerasan dan memerlukan sekatan elektris. Jenis
bahan N memiliki kelebihan elektron, Satu P dan satu N berpasangan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.10 Pasangan termoelektrik dihubungkan secara
elektris dan panas pada rangkaian seri dan parallel. Sebuah modul termoelektrik
dapat berisi satu atau beberapa ratus pasang.
Perpindahan elektron dari jenis bahan P ke bahan jenis N melalui
penghubung elektrik, elektron pindah ke energi yang lebih tinggi yang berkenaan
dengan panas (sisi dingin). Dilanjutkan melalui kisi-kisi material, elektron

11

mengalir dari bahan jenis N ke bahan jenis P melalui penghubung elektrik,


penurunan ke energi yang lebih rendah dan membebaskan energi pada sisi panas.

Gambar 2.11 Cara Kerja Elemen Peltier (www.tellurex.com)


Termoelektrik dapat digunakan untk memanaskan dan mendinginkan,
tergantung pada arah arus. Dalam sebuah aplikasi yang memerlukan keduaduanya memanaskan dan mendinginkan, didisain untuk pendinginan. Penggunaan
termoelektrik dalam pemanasan adalah sangat efesien sebab semua pemanasan
internal dan beban dari sisi yang dingin dipompakan ke sisi panas itu. Ini
mengurangi daya yang diperlukan untuk mencapai panas yang diinginkan.

12

Gambar 2.12 Penggunaan Peltier untuk Mendinginkan dan Memanaskan


Makanan (Luh Putu Ike Midiani dan Ida Bagus Gd Widiantara, 2013)
2.5.2 Parameter yang Berkenaan dengan Panas yang Diperlukan
Termoelektrik yang sesuai untuk aplikasi tergantung pada sedikitnya tiga
parameter. Parameter ini adalah temperature permukaan yang panas (Th),
temperatur permukaan yang dingin (Tc), dan panas yang diserap dari permukaan
yang dingin (Qc).
Sisi panas dari termoelektrik adalah sisi dimana panas dilepaskan ketika
kekuatan DC diterapkan. Sisi ini diikat oleh heat sink. Ketika menggunakan udara
heat sink (konveksi alami atau konveksi paksa), temperatur sisi yang panas dapat
diuraikan dengan menggunakan persamaan 2.7 berikut ini.
T h=T amb + ( ) ( Qh ) (2.7)
Dimana :
Th
T amb

= Temperatur sisi panas (C)


= Ambient temperatur (C)
= Perlawanan heat sink (C/Watt)

Qh=Qc + P ( 2.8)
Dimana :
Qh = Perlawanan panas untuk sisi panas dari thermoelektrik (Watt)
Qc = Panas yang diserap dari sisi dingin (Watt)
P = Daya elektrik untuk thermoelektrik (Watt)
Perlawanan panas dari heat sink menyebapkan temperatur naik berkenaan
dengan lingkungan. Jika perlawanan yang berkenaan dengan panas dari heat sink
yang tidak diketahui, kemudian perkiraan temperatur yang diterima naik yang
berkenaan dengan lingkungannya yaitu :
13

Konveksi alami

: 20C sampai 40C

Konveksi paksa : 10C sampai 15C


Cairan pendingin : 2C sampai 5C
Heat sink adalah sebuah komponen penting dalam perakitan. Sebuah heat
sink yang kecil tidak akan bisa memperoleh temperatur sisi dingin yang
diinginkan. Sisi dingin dari thermoelektrik diperoleh dingin ketika power DC
diterapkan. Sisi ini mungkin diperlukan untuk mendinginkan lebih dari temperatur
yang diinginkan dari objek pendingin itu. Ini terjadi ketika sisi dingin tidak
berhubungan langsung dengan objek. Perbedaan temperatur antara termoelektrik (
T ) hubungan antara Th dan Tc menurut persamaan 2.9 berikut ini.
T =T hT c (2.9)
Perkiraan Qc (beban panas) yang diserap dari sisi dingin sangat rumit, sebab
semua beban yang berhubungan dengan panas dalam

perancangan harus

dipertimbangkan. Diantara beban yang berhubungan dengan panas adalah sebagai


berikut :
1. Beban panas aktif : 12.R beban panas dari alat.
2. Beban panas pasif : Radiasi (hilangnya panas antara dua objek dengan
temperatur yang berbeda).
Perpindahan panas (hilangnya panas melalui udara, dimana udara
memiliki temperatur berbeda dibanding objek). Kerugian konduksi (hilangnya
panas melalui hantaran sekrup dan lain-lainnya). Beban sementara (waktu yang
diperlukan untuk mengubah temperatur dari suatu objek).
2.5.3 Mengoprasikan Termoelektrik
Semua termoelektrik dinilai untuk Imax, Vmax, Qmax, dan Tmax, pada nilai
Th spesifik. Pengoprasian pada daya secara maksimum relative tidak efesien
dalam kaitan dengan pemanasan internal pada daya yang tinggi. Oleh karena itu,
termoelektrik biasanya beroperasi dari 25% sampai 80% dari arus maksimum.
Masukkan daya termoelektrik ditentukan oleh temperatur sisi panas dan

14

kemampuan mendinginkan beban yang ditentukan. Termoelektrik beroprasi, arus


yang mengalir itu mempunyai dua efek yaitu :
1. Efek Peltier (mendinginkan)
2. Efek Joulian (memanaskan)
Efek Joulian adalah sebanding dengan putaran daya. Oleh karena itu, daya
meningkat, pemanasan Joule mendominasi pendingin Peltier dan menyebabkan
kerugian dalam jaringan pendingin.
Untuk masing-masing alat, Qmax adalah pemindahan panas maksimum yang dapat
diserap oleh sisi dingin dari termoelektrik. Panas maksimum ini terjadi pada I max,
Vmax, dan dengan

= 0C. Nilai

T adalah perbedaan nilai temperatur


max

maksimum antara termoelektrik itu. Nilai maksimum ini terjadi pada I max, Vmax,
dan dengan tidak ada beban (Qc = 0 Watt).
2.6 Cara Pemasangan Elemen Pendingin
Cara yang digunakan dalam pemasangan sistem termoelektrik (TE) sangat
perlu disesuaikan dengan pemilihan alat. Pemasangan atau perakitan yang
bertujuan untuk menjaga perpindahan panas. Pada umumnya suatu alat dalam
mendinginkan atau memanaskan suat objek sangat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan. Semua alat penghubung antara objek yang diinginkan dengan
lingkungan dan juga alat penghubung dengan panas. Dengan cara yang sama
semua alat penghubung yang berkenaan dengan panas selalu untuk menghalangi
perpindahan panas atau menambahkan perlawanan yang berkenaan dengan panas.
Toleransi untuk menukar permukaan panas seharusnya tidak lebih dari
0,001 inch dan maksimum 0,003 inch. Total pembacaan diindikasikan
menggunakan lebih dari satu modul antar pelat yang tingginya bervariasi tidak
lebih dari 0,001 inch (tergantung dari toleransi modul yang digunakan).
Kebanyakan pemasangan TE menggunakan satu atau lebih thermal grease alat
penghubung, dimana toleransi kebersihan sangat dibutuhkan saat thermal grease
dan heat sink dipasang, usahakan terhindar dari kotoran dan debu, ini sangat
penting agar tidak terjadi kerusakan terhadap elemen Peltier. Ketika tombol TE

15

telah dipasang pada penukar panas (heat sink), harus diberi isolasi antara heat sink
dengan modul Peltier.

Gambar 2.13 Prosedur Perakitan Elemen Pendingin


2.7 Pemilihan Heat Sink
Pemilihan heat sink sangat penting untuk keseluruhan pengoprasian sistem
termoelektrik dan lebih untuk proses pendingin. Semua termoelektrik untuk
menghasilkan temperatur yang lebih dingin memerlukan suatu heat sink baik, dan
akan terjadi kerusakan jika diaoprasikan tanpa heat sink.

Gambar 2.14 Pemilihan Heat Sink (Dogar Situmeang, 2013)


Perbedaan temperatur yang terjadi sangat berbeda dari temperatur yang
didinginkan. Suatu parameter didisain dapat digunakan untuk membatasi

16

temperatur heat sink naik diatas temperatur lingkungan yang dibolehkan 10C
sampai 20C. Temperatur heat sink secara langsung akan mempengaruhi
temperatur sisi dingin. Diamana pada gilirannya mempengaruhi sisi yang dingin
temperatur yang dapat dicapai dengan TEC. Perlawanan heat sink adalah ukuran
dari kemampuan untuk membuang panas, untuk persamaannya dapat dilihat pada
persamaan 2.10 dibawah ini
HSR=

T 1T 2
( 2.10 )
Q

Dimana :
HSR = Tahanan panas heat sink (C/W)
T1

= Temperatur heat sink (C)

T2

= Temperatur lingkungan (C)

= Panas yang masuk ke heat sink (W)

Tujuan dari perencanaan heat sink akan memperkecil tahanan termal. Ini
dapat dicapai melalui arah dari luas permukaan dan boleh mengguakan aliran
cairan atau udara paksa. Dalam Gambar 2.14 berikut dapat dilihat bagaimana
perlawanan heat sink dapat ditentukan. Suhu lingkungan adalah 27C, kenaikan
yang diinginkan kesisi heat sink adalah 10C, atau temperatur heat sink 37C.
Beban yang harus dibuang adalah 10 W, ini memberi suatu perlawanan 10C/10W
atau 1C/W.

Gambar 2.15 Termal Teknik

17

Tiga jenis dasar cara mendinginkan heat sink adalah konveksi alami,
konveksi paksa, dan dengan cairan yang didinginkan merupakan cara yang paling
efektif. Nilai khusus HSR untuk konveksi alami yang membentang dari 0,5C/W
sampai 5C/W.
Konveksi paksa dari 0,02C/W sampai 0,5C/W dan cairan pendingin dari
0,005C/W sampai 0,15C/W. Secara umum, kebanyakan aplikasi yang
menggunakan pendingin termoelektrik memerlukan konveksi paksa atau
pendingin cairan.
2.8 Beban Panas
Sebelum pendingin atau heat sink dipilih, kebutuhan heat sink harus
disesuaikan dengan beban panas Peltier. Ini menentukan masukan jumlah panas
dari sistem Peltier. Memperkecil beban panas yang diizinkan untuk mencapai
temperatur lebih rendah atau mengurangi daya yang diperlukan untuk
pendinginan. Berikut cara untuk memperkirakan beban panas pasif dan aktif, dan
hanya untuk beban panas steady state.
Beban panas terdiri dari dua jenis yaitu pasif dan aktif, atau kombinasi
keduannya. Beban panas aktif adalah panas yang diusir oleh alat yang sedang
didinginkan. Umumnya digunakan persamaan dengan masukan penggerak kepada
alat itu. Beban panas pasif secara alami terdiri dari radiasi, konveksi, dan
konduksi.
2.8.1 Beban Panas Aktif
Beban panas aktif merupakan beban panas yang dibuang oleh kinerja alat
itu sendiri. Persamaan umum untuk beban panas aktif dapat dilihat pada
persamaan 2.11dibawah ini.
2

Qaktive=

V
=V I =I 2 R(2.11)
R

Dimana :
Qaktive = Beban panas aktif (W).

18

= Voltase berlaku untuk alat yang sedang didinginkan (Volt).

R = Perlawanan alat (Ohm).

= Arus melalui alat (Amp).

2.8.2 Beban Panas Pasif


Beban panas pasif terdiri dari beban panas yang terjadi yaitu beban panas
radiasi, beban panas konveksi, beban panas konduksi, dan kombinasi beban panas
konveksi dan konduksi. Berikut ini akan dibahas mengenai beban panas yang
terdapat pada beban panas pasif.
1. Radiasi
Pada dua objek dengan temperatur berbeda disekitarnya dari tiap
bagian (perpindahan panas diantara dua objek tersebut) ini terjadi melalui
penyinaran elektromagnetik yang dipancarkan dari satu objek dan diserap
oleh objek lainnya. Benda yang panas akan mengalami beban panas yang
hilang dan yang dingin akan mengalami panas dari perbedaan temperatur
ini disebut penyinaran termal.
Beban panas radiasi pada umumnya tidak penting dipertimbangkan
karena beban panas pasif lainnya secara umum jauh lebih besar. Beban
panas radiasi pada umumnya penting dalam sistem beban yang aktif kecil
dan perbedaan temperatur besar, terutama yang beroprasi dalam suatu
ruang hampa. Persamaan dasar yang digunakan untuk beban panas radiasi
dapat dilihat pada persamaan 2.12 dibawah ini.
Qrad =F e s A ( T 4amb T 4c ) (2.12)
Dimana :

Qrad = Beban panas radiasi (Watt).


F

= Shape factor (worst case value = 0,91).

= Emisivitas (worst case value = 1).

= Ketetapan Stefan Boltzman (5,667 x 10-8 W/M2K4).

T amb = Suhu lingkungan (K).

19

Tc

= Sisi dingin (K).

2. Beban Panas Konveksi


Dimana temperatur dari suatu cairan (dalam hal ini panas)
mengalir diatas suatu objek yang berbeda ke objek lainnya dengan adanya
perpindahan kalor terjadi. Jumlah perpindahan kalor bervariasi tergantung
besarnya aliran fluida. Panas konveksi yang berada pada TEC biasanya
terjadi secara alami (konveksi bebas). Ini adalah terjadi ketika aliran uap
panas dihisap oleh fan.
Konveksi yang terjadi pada suatu sistem adalah suatu fungsi yang
dipengaruhi oleh permukaan yang diarahkan, dan perbedaan didalam
temperatur antara permukaan ini melingkupi uap panas. Perpindahan
panas konveksi pada umumnya penting didalam sistem yang beroprasi
dalam suatu lingkungan berupa uap panas dengan beban aktif kecil atau
perbedaan temperatur besar. Persamaan dasar yang digunakan untuk
perpindahan panas konveksi dapat dilihat pada persamaan 2.13 dibawah
ini.
Qconv =h A ( T air T c ) (2.13)
Dimana :

Qconv = Beban panas convective (Watt).


h

= Koefesien perpindahan panas konveksi (W/m2.C),


nilai h adalah dari tabel Typical Values Convection Heat

A
T air

Transfer Coefecient.
= Luas permukaan yang diarahkan (m2).
= Temperatur lingkungan (C).

3. Beban Panas Konduksi


Perpindahan kalor dapat terjadi dimana pertukaran energi terjadi
dengan mengarahkan dampak molekul dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah. Persamaan dasar yang digunakan untuk perpindahan
panas konduksi dapat dilihat pada persamaan 2.14 dibawah ini.

20

Qcond =

kA
(2.14)
L T

Dimana :

Qcond

= Beban panas konduksi (Watt).

= Konduktivitas termal material (W/m2.C).

= Luas permukaan (m2).

= Panjang garis edar panas (m).

= Perbedaan temperatur kesisi garis edar panas (C),


temperatur lingkungan dikurangi temperatur sisi dingin).

4. Kombinasi Beban Panas Konveksi dan Konduksi


Kombinasi beban panas konveksi dan konduksi terjadi karena pada
suatu alat penukar kalor terjadi perpindahan panas secara bersamaan antara
perpindahan beban panas konveksi dengan beban panas konduksi.
Persamaan 2.15 berikut dapat digunakan untuk mencari beban panas yang
hilang dalam kaitannya dengan konveksi dan konduksi.
AT
Q passive =
( 2.15 )
x 1
+
k h
Dimana :

= Beban panas (Watt).

= Luas permukaan luar (m2).

= Ketebalan isolasi (m).

= Konduktivitas termal (W/m2.C).

= Koefesien perpindahan panas convective (W/m2.C).

= Perbedaan temperatur kesisi garis edar panas (C),


temperatur lingkungan dikurangi temperatur sisi dingin.

2.9 Termoelektrik yang Dingin dengan Peltier Sel


Efek Seebeck adalah konversi langsung dari energi panas kekedalam
energi listrik. Bila dua sambungan listrik dihubungkan dengan dua batang-batang
yang berbeda (A dan B), ada sambungan (1 dan 2). S A dan SB adalah koefesien

21

Seebeck dari material (persamaan dibawah disederhanakan seperti koefesien


Seebeck tergantung pada temperatur). Efek Peltier adalah panas yang memompa
(memindahkan energi panas dari satu tempat yang dingin ketempat yang lebih
panas) dengan menggunakan tenaga listrik. Jika diasumsikan suatu voltase dan
arus kedalam dua metal, maka akan didapat hubungan yang satu dingin sedang
dan yang lainnya panas. Dengan menggunakan persamaan yang sama dan tenaga
mendinginkan (Q) adalah sebanding dengan perbedaan dari koefesien Peltier dari
metal (A dan B) dan arus I.

Gambar 2.12 Persamaan Efek Seeback dan Efek Peltier


Elemen peltier mempunyai hubungan yang banyak, dingin dihubungkan
secara seri dan panas secara parallel. Pada umumnya berbentuk persegi dengan
sisi keramik, ukurannya berkisar 5 mm sampai 60 mm atau lebih dengan tebal 3
mm sampai 5 mm, sesuai dengan daya yang digunakan. Tidak ada ketentuan yang
pasti untuk elemen yang besar sebagai jumlah yang dapat diparalelkan untuk
memperoleh daya pendinginan yang maksimal.

22

Gambar 2.13 Penampang Peltier (https://www.google.com/search?


q=penampang+peltier)
Ketika elemen Peltier beroprasi, sejumlah panas diserap disisi yang dingin
(Pc) dan jumlah panas yang lain (Ph) dilepaskan disisi yang panas. Sebab elemen
menyerap daya listrik yang diubah menjadi panas, Ph akan lebih besar dari pada
Pc.

Gambar 2.14 Keseimbangan Energi dari Elemen Peltier


Panas adalah energi termal yang mengisi dalam zat. Temperatur cendrung
mengukur dari benda yang menerima panas atau dari pelepasan panas ke benda
yang lain. Panas akan selalu mengalir dari tempat yang bertemperatur tinggi ke
tempat yang bertemperatur rendah. Panas yang terdapat pada benda tergantung
pada temperaturnya, massa jenis panas (es). Panas jenis adalah suatu ketetapan
untuk unsur masing-masing. Panas jenis air adalah 4186 J/kg.K. Untuk
memperoleh kebutuhan energi panas rata-rata suatu benda dari T1 ke T2 ,
digunakan persamaan 2.16 dibawah ini.
Q=m c s ( T 1T 2 ) ( 2.16)
Persamaan ini menyatakan diperlukan 10 kali lebih banyak energi yang
dignakan untuk memanaskan 10 kg air dibanding 1 kg air dan juga diperlukan
lebih banyak energi untuk memanaskan 1 kg air dibanding 1 kg dari unsur lain
(sebab air mempunyai panas jenis yang paling besar dari semua unsur yang ada).
Temperatur sebenarnya bukanlah suatu penunjukan ukuran dari energi. Elemen
Peltier digunakan untuk memberikan data suatu voltase kerja, arus maksimum dan

23

hasil dingin maksimum yang diperoleh dari arus tersebut. Sebenarnya, hasil
dingin (power cooling) juga tergantung pada perbedaan temperatur antara sisi
panas dengan sisi dingin. Gambar 2.15 dibawah menggambarkan bagaimana
memperoleh energi dingin (power cooling) yang maksimal dengan perbedaan
temperatur dan menggunakan pengukur arus.

Gambar 2.15 Diagram Power Cooling


Pemindahan panas antara dua sisi yang padat tergantung pada perbedaan
temperatur dan hubungan luas daerah. Jika salah satu dari sisi adalah suatu fluida
(cairan atau gas) itu juga tergantung pada kecepatan fluida bergerak terhadap
bidang kontak (karena itu akan lebih dingin ketika angin bertiup kencang
walaupun ditemperatur yang sama). Pemindahan panas secara fisika dan
metematika adalah sama dengan aliran arus listrik. Daya penggerak adalah
perbedaan temperatur, sama dengan voltase dan aliran panas adalah sama dengan
arus.

Gambar 2.16 Keseimbangan Listrik dan Keseimbangan Panas

24

Titik diatas (Q) berarti aliran yang besarnya persatuan waktu, sehingga (Q)
diberi titik menunjukkan aliran panas per detik, dalam J/s atau W. Temperatur
dalam SI diukur dalam Kelvin, dan temperatur dalam Celcius ditambahkan 273.
Perbedaan temperatur, derajat Celcius dan Kelvin adalah sama, untuk satuan daya
tahan panas adalah K/W.
Daya tahan panas ketika rendah akan memberikan aliran panas yang besar
dengan perubahan temperatur ( T) yang kecil. Benda padat yang datar,
permukaan yang halus akan memberikan hasil yang lebih baik. Benda dari fluida
padat, logam sirip (heat sink) dan fan yang dipasang. Karena kumpulan fluida
padat dapat memperoleh suatu daya tahan (keseimbangan) yang sangat rendah
dengan sangat besar dan besarnya ventilasi heat sink tidak menjadi permasalahan.

Gambar 2.17 Aliran Panas


Ketika suhu dingin menurun dengan elemen Peltier dapat dicapai
temperatur yang dingin, untuk mengganti energi panas dan membuang suhu
panas dengan cara dilepaskan ke udara luar. Perbedaan temperatur pada musim
panas atau dingin pada malam hari. Penurunan dibawah mennjukkan semua data
(temperature, bahan tuntas, dan daya tahan) dan mempunyai persamaan proses
yang bersifat berulang-ulang.

25

Gambar 2.18 Proses Peltier

26

Anda mungkin juga menyukai