Anda di halaman 1dari 10

IDENTITAS PASIEN

No rekam medik : 061100288


Nama anak : An. B.T
Umur
: 7 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : perempuan
Nama ayah/ibu : Alamat
:Pekerjaan
:Agama
:Anamnesis alloanamnesis
Keluhan Utama : demam sejak 2 hari yang lalu
Keluhan tambahan : RPS :
- Demam sejak 2 hari yang lalu, muntah 2 kali, batuk pilek ada
Seharusnya ditanyakan lagi :
- demam panas tinggi, terus menerus, berkeringat, ada kejang ?
- batuk pilek sejak kapan ? batuknya berdahak atau tidak ?
- nyere menelan ada/tidak
- sesak nafas ada/tidak ?
- nafsu makan berkurang /tidak ?
- penurunan brat badan ada/tidak ?
RPD
-

perna sakit ini sebelumnya ?

RPK
-

dalam keluarga ada yang sedang sakit seperti ini ?

RPO
-

apakah sudah ada pemberian obat sebelumnya ?

Riwayat imunisasi
- BCG
:
- DPT
:
- Polio
:
- Hepatitis B :
- Campak
:
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis

Vital sign
:
- Tekanan darah : ...
- Nadi : 92 x/menit
- Respirasi : 26 x/menit
- Suhu : 40 oC
- Berat badan :40 kg
Status generalisata
Kulit

: kulit gatal (-)

Kepala

:Simetris, Benjolan atau Luka (-)

Mata

: skelera normal, pupil normal, konjungntiva normal

Hidung:
Tersumbat (-)
Mimisan (-)
Telinga:
Bentuk : Normal
Gangguan Pendengaran (-)
Keluar cairan (-)
Mulut :
Mulut: Bersih
Mulut kering (-)
Tenggorokan :
Sakit menelan (+)
Serak (-)
Leher : Thorax / dada :
Paru-paru (Pernafasan) :
Ispeksi : simetris, retraksi (-), gerakan nafas simetris.
Palpasi : fremitus fokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (+), suara tambahan (-)
Kardiovaskuler :
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : apeks tidak teraba
Perkusi : Auskultasi : -

Abdomen/perut
Inspeksi : datar tidak membesar
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani (+), nyeri tekan (-), asites (-)
Palpasi : hepar, lien, ginjal tidak teraba
Ekstremitas :
Atas kanan, kiri :
kaku sendi (-)
nyeri sendi (-),
nyeri kaki (-)
nyeri otot (-)
bengkak (-)
sakit (-)
luka (-)
Bawah kanan, :
kaku sendi (-)
nyeri sendi (-)
nyeri kaki (-)
nyeri otot (-)
bengkak (-)
sakit (-)
luka (-).
Status Lokalis :
Mulut
Tenggorok : tonsil T3-T2 hiperemis, faring hiperemis
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis kerja : tonsilofaringitis akut
Diagnosis banding

: tonsilofaringitis kronik

TERAPI
- Dumin supp 1
- Kompres intensif
- Cefadroxil 2x 1 cth
- Epexal 3x1 cth
- Cetrizine 10 mg

Dexamethason 0,5 pulv X 3x1


Vitamin C
Sanmol 500 g 3x

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

TONSILOFARINGITIS AKUT
DEFINISI
Tonsilofaringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi faring dan
tonsil yang berlangsung hingga 14 hari.
Tonsilofaringitis akut adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih
bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga
disebut sebagai tonsilofaringitis.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dll.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar linmfa yang terdapat
didalam rongga ,mulut yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, tonsil
lingual, tonsil tuba Eustachius.
ETIOLOGI TONSILOFARINGITIS AKUT
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh
virus common cold (adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory
syncytial virus), tapi kadang-kadang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes
simplex, cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar 30% kasus disebabkan oleh bakteri.
Group A -hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang paling sering, namun
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.
PROSES PATOLOGI TONSILOFARINGITIS AKUT
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ketonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan

kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnyasakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia
MANIFESTASI KLINIS
Gejala tonsilofaringitis khas akibat bakteri Streptokokus berupa nyeri
tenggorokan dengan awitan mendadak, disfagia dan demam. Urutan gejala yang
biasa dikeluhkan oleh anak berusia di bawah 2 tahun adalah nyeri kepala, nyeri
perut, dan muntah. Selain itu juga dilaporkan demam yang dapat mencapai suhu
40 oC, beberapa jam kemudian terdapat nyeritenggorok. Gejala seperti rinorea,
suara serak, batuk, konjungtivitis, dan diare biasanya disebabkan oleh virus.
Kontak dengan pasien rinitis juga dapat ditemukan dalam anamnesis. Pada
pemeriksaan fisik, tidak semua pasien tonsilofaringitis akut Streptokokus
menunjukkan tanda infeksi streptokokus, yaitu eritema pada tonsil dan faring
yang disertai dengan pembesaran tonsil. Pada tonsilofaringitis streptokokus akan
dijumpai gejala dan tanda berikut:
-

Awitan akut, disertai mual dan muntah


Faring hiperemis
Demam
Nyeri tenggorokan
Tonsil bengak dengan eksudasi
Kelenjar getah bening anterior bangkak dan nyeri
Uvula bengkak dan merah
Paetekie palatum mole
Pada tonsilofaringitis akut akibat virus dapat juga ditemukan ulcus di

paltum mole dan dinding faring serta eksudat di palatum dan tonsil, tetapi sulit
dibedakan dengan eksudat faringitis streptokokus. Gejala yang timbul dapat
hilang dalam 24 jam, berlangsung selama 4-10 hari (self limiting disease), jarang
mernimbulkan komplikasi.

Gambar: Tonsilofaringitis akut


DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan laboratorium. Sulit untuk membedakan antara tonsilofaringitis
streptokokus dan tonsilofaringitis virus berdasar anamnesa dan pemeriksaan fisik.
penegakan diagnosis tonsilofaringitis bakteri atau virus adalah melalui
pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Apusan tenggorok yang adekuat pada
area tonsil diperlukan untuk menegakkan adanya S.Piogenes.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak
rata, kriptus melebar dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Rasa ada yang
mengganjal ditenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan napas berbau.
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:

T0 : tonsil di dalm fosa tonsil atau telah diangkat


T1 : bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 : bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula
T4 : bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih

Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin pada diagnosis tonsilofaringitis akut biasanya di temukan
peningkatan jumlah leukosit dan hemoglobin mengalami penurunan.
Diagnosis banding
1. Rhinofaringitis (Common Cold)
adalah suatu reaksi inflamasi saluran pernapasan yang disebabkan oleh
infeksi virus. Berbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya
-

common cold:
Rhinovirus
Virus influenza A, B, C

Virus Parainfluenza
Virus sinsisial pernafasan.
Semuanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau

dibersinkan oleh penderita. Common cold biasanya tidak berbahaya dan


kebanyakan dapat sembuh dengan sendirinya. Belum diketahui apa yang
menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek pada suatu saat
dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau
meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita secara umum dan
kebiasaan makan seseorang juga tampaknya tidak berpengaruh.
Gejala dan tanda :
Sesak nafas dengan/ tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal,
hidung meler, batuk, suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya
ringan). Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun
batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
2. Difteria
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular,
disebabkan

oleh

karena

toxindari

bakteri

dengan

ditandai

pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukos a


dan pen yebarann ya melalui udara. Pen yebab pen yakit ini adalah
Corynebacterium Diphteriae, dimana manusia merupakan salah satu
reservoir dari bakteri ini. Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung
dan kadang pada kulit, konjugtiva, genitaliadan telinga. Infeksi ini
menyebabkan gejala -gejala lokal dan sistemik, efek sistemik
terutama karena eksotoksin yang dikeluarkan oleh mikrorganisme
pada tempat infeksi. Masa inkubasi kuman ini antara 2-5 hari,
penularan terjadi melalui kontak dengan penderita maupun carrier.
Pada difteri tonsil dan faring , nyeri tenggorok merupakan gejala yang
umum, tetapi hanya setengah penderita yang menderita demam,
disfagia, serak, malaise, dan nyeri kepala.
gambar tonsilitis difteri

3. Hipertiroid adenoid
Adenoid ialah massa

yang terdiri dari

jaringan linfoid yang

terletak

dinding

posterior

nasofaring,

secara

fisiologik

adenoid

pada
ini

membesar pada anak

usia 3 tahun dan

kemudian

akan

mengecil

menghilang

sama

sekali pada usia

dan

14 tahun. Bila sering terjadi infeksi saluran nafas bagian atas maka dapat
terjadi hipertrofi adenoid. Akibat dari hipertropfi ini akan timbul sumbatan
koana dan sumbatan tuba Eustachius.
4. Angina Vincent
Adalah ngingivitis ulseratif nekrotikan, fulminan akut yang ditandai
dengan pembentukan pseudomembran, penghancuran jaringan, nyeri dan
bau busuk.
PENATALAKSANAAN TONSILOFARINGITIS
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medikamentosa.
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin,eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Analgesik
2. Penatalaksanaan non medikamentosa
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil
palatina. Ada beberapa indikasi tonsilektomi:
Indikasi Absolut
a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran
napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmoner

b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis


dan drainase
c. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
Indikasi Relatif
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan
terapi antibiotik adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase
resisten
PROGNOSIS
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fungtionam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

Anda mungkin juga menyukai