Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Menurut Hendrik L. Bloom, ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa lingkungan
sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Masalah penyehatan lingkungan
pemukiman khususnya pada pembuangan tinja perlu mendapatkan prioritas. Pembuangan tinja
perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak
mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare,
tifoid, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Hal ini mendorong pemerintah untuk
mencanangkan program upaya kesehatan lingkungan sebagai program kesehatan wajib yang
salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar.1-2
Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint Monitoring Programme (JMP), perkembangan
cakupan sanitasi di Indonesia sejak tahun 1990 hingga 2004 sangat lambat, yakni di perdesaan
peningkatan cakupannya hanya sekitar 3% dari 37% hingga ke 40%, sedangkan di perkotaan
mencapai 8%, yakni dari 65% hingga 73%. Menurut kriteria JMP 2006 yang dikatakan memiliki
akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga yang memiliki akses
terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air
besar (BAB) milik sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat
pembuangan akhir tinja jenis tangki septik. Sedangkan yang dikatakan fasilitas sanitasi
unimproved adalah fasilitas milik bersama, umum dan atau BAB sembarangan, sarana jamban
cemplung, pembuangan akhir tinja tidak di tangki septik.3-4
Dari hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006,
menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS). Hal ini
menyebabkan tingginya angka kejadian diare di Indonesia dan dapat terlihat dari angka kejadian
diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare ataupun
1
penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di
Indonesia dan 42% dari penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan. Hal seperti ini dapat
dikendalikan melalui intervensi terpadu dengan pendekatan sanitasi total. Ini dibuktikan melalui
hasil studi WHO 2007 yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar. Maka, Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008
menetapkan undang-undang tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di mana salah
satu pilarnya adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sanitasi dasar
untuk mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau Open Defecation Free (ODF). 3-6
Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Susenas 2011 proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak,
perkotaan dan perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs)
2015 yaitu 62,41%.7
Dari data Riskesdas 2013, sebanyak 59,8% rumah tangga yang memiliki akses terhadap
fasilitas sanitasi improved sedangkan 40,2% rumah tangga dengan fasilitas sanitasi unimproved.
Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik
sendiri lebih tinggi di perkotaan (84,9%); sedangkan proporsi BAB sembarangan lebih tinggi di
perdesaan (20,8%). Pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar
menggunakan tangki septik (66,0%). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja
menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).8,9
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018
didapatkan 38,77% masyarakat masih melakukan BAB sembarangan. Kepemilikan jamban di
Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60%
jamban pribadi, 2% MCK/WC umum dan 38% BABS.10
Dari laporan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Loji Periode Januari 2015 sampai
dengan Mei 2015, didapatkan cakupan pengawasan jamban sebesar 76,25% dari target yang
perbulan sebesar 100%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko
lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.
2
10. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian
memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC umum dan 38% BABS.
3
11. Dari laporan triwulan I-II Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Batujaya 2014
didapatkan cakupan pengawasan jamban sebesar 34,15% dari target yang ditetapkan
propinsi Jawa Barat yaitu 75%.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengawasan jamban di UPTD
Puskesmas Loji periode Januari 2014 sampai Agustus 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkanantara
lain
perencanaan,
Bab II
Materi dan Metode
6
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Januari 2014
sampai dengan Agustus 2014 di UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji.
6.
7.
8.
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program pengawasan jamban di Puskesmas Loji periode Januari 2014 sampai dengan
Agustus 2014 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang
telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan
sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
5. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2 Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban.
Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan
jamban di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang periode Januari
sampai dengan Agustus 2014.
Bab IV
Penyajian Data
Geografi
a. Lokasi
UPTD Puskesmas Batu Jaya terletak di desa Batu Jaya Kecamatan Batu Jaya
Kabupaten Karawang, dengan berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu Jaya
dan 40 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu tempuh
100 menit menggunakan roda empat.
b. Wilayah Kerja
Luas wilayah 8.138,139 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi
oleh sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Terdiri dari 10 desa, 45
Dusun, 45 RW dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas
Batujaya dengan waktu tempuh 20 menit dengan roda dua dan 30 menit
dengan roda empat.
Batas Wilayah Kerja
Puskesmas Batujaya memiliki batas-batas fisik sebagai berikut :
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Tirta Jaya
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
10
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kecamatan Pakis Jaya
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kecamatan Jayakerta
Wilayah administrasi UPTD Puskesmas Batujaya terdiri dari 10 desa:
Desa Kuta Ampel
Desa Karya Makmur
Desa Karya Mulya
Desa Teluk Bango
Desa Teluk Ambulu
Desa Karya Bhakti
Desa Batu Raden
Desa Batujaya
Desa Segaran
Desa Segarjaya
4.2.2
Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya UPTD Puskesmas Batujaya Kabupaten
Karawang merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27C dengan
tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi
80%. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 3.200 mm/tahun. Pada bulan
Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin
Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5
7 jam.
4.2.3
Hidrografi
UPTD Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang
melandai ke utara arah sungai Citarum dan merupakan pemisah antara Kabupaten
Karawang dengan Kabupaten Bekasi.
4.2.4
Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya pada tahun 2013
berdasarkan sumber data kependudukan kecamatan Batujaya sebanyak 86.970 jiwa
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 28.379 rumah tangga. Jumlah penduduk
11
Sarana Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batujaya
Kabupaten
Karawang
antara
lain:
Puskesmas
perawatan,
Puskesmas
Masukan
a. Tenaga(Man)
Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian): 1 orang sebagai koordinator program
dan pelaksana program.
b. Dana (Money)
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
APBD
:-
APBN
: (BOK)
12
c. Sarana
Sarana medis:
Sanitarian kit
: Tidak ada
Infocus
: Ada, 1 buah
Layar
: Ada, 1 buah
Leaflet
: Tidak ada
Lembar balik
: Tidak ada
: Ada
: Ada
: Ada, 1 buah
Alat tulis
: Cukup
Sarana transportasi
: Ada
d. Metode (Method)
Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah
jamban yang ada, jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jumlah
akses fasilitas yang layak (jamban yang memenuhi syarat) dan jenis jamban
yang digunakan. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pengawasan/inspeksi.
13
yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis
lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
sekurang-kurangnya
air.
4.3.2
Proses
a. Perencanaan
14
Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana jamban dan jumlah pengguna.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada
di kantor kepala desa.
b. Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer),
kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan
tugasnya:
Kepala Puskesmas
H. Ujang Suryana, SKM
Staff Promkes
Melakukan
evaluasi
data
hasil
pelaksanaan
kegiatan
Kesehatan
c. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
-
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali), namun tidak
dilakukan.
d. Pengawasan
16
1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan
sekali.
2. Adanya rapat bulanan di puskesmas Batujaya tentang hasil pencapaian
program pengawasan jamban.
4.3.3
Keluaran
a. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban
Cakupan
Pengawasan
Jamban
Cakupan
Presentase jumlah
rumah dengan
kepemilikan jamban
Puskesmas Loji
Jumlah rumah yang ada di wilayah kerja
x 100%
Puskesmas Loji
17
5716
Presentase :
Ket :
diambil dari laporan bulanan pemeriksaan penyehatan lingkungan bulan
Januari Mei 2015
c. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap)
Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi
4.3.4
Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lokasi :
Iklim :
Kondisi Geografis :
18
Umpan Balik
a. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
b. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang
ditentukanakan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan jamban selanjutnya.
c. Adanya respon dari DinKes terhadap masalah yang dialami Puskesmas
Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-Variabel dari Masalah Periode Januari Mei 2015
No
Variabel
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
19
Keluaran
1
Presentase
Puskesmas Loji
jumlah rumah
Puskesmas Loji
59,56 %
76,25 %
100 %
dengan
kepemilikan
jamban
-
Kinerja cakupan
pengawasan
jamban
100 %
Masukan
-
Tenaga
Tersedianya
petugas
Kurangnya tenaga
(Man)
di bidang
koordinator pelaksana
kesehatan
bidangnya.
program pengawasan
lingkungan
jamban yang
terampil/kompeten di
bidangnya dan sebagai
bendahara Puskesmas
Dana
dari BOK
Dana
yang
disediakan kurang
(Money)
Sanitarian kit
Tidak Ada
Infocus
Ada, 1 buah
Layar
Ada
(+)
Leaflet
-
Sarana
Lembar balik
Tidak Ada
(Material)
20
Tidak Ada
Poster
Ada,
tetapi
untuk
Formulir wawancara/formulir
pengawasan jamban
Ada
Ada
(+)
Cukup
1. Pendataan dilakukan
1.Pendataan
Metode
(Method)
3.Pengawasan/inspeksi
sarana
jamban.
4.Pemetaan
sarana
jamban
memenuhi syarat
5. Pencatatan dan pelaporan
yang
(+)
saja
4. Tidak dilakukan
pemetaan sarana jamban
yang memadai
5. Pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan
21
yang tertera
.
3
Proses
-Pengorganisasian
kepada
Koordinator
dengan
lintas sektoral
pelaksana
program.
-Pelaksanaan
Pengawasan
kesehatan
lingkungan
digunakan.
(+)
Dilakukan perencanaan.
Pengawasan sarana
sektor.
pelaporan
secara
tentang
jamban
kegiatan
ke
tingkat
-Pengawasan
kegiatan
pengawasan jamban ke
tingkat
Kabupaten
(+)
data
disajikan
berbeda-beda
dengan
hasil
bulanan,
yang
laporan
laporan
pembangunan kesehatan.
Umpan Balik
Dilakukan
kerja bulanan
Dilakukanpencata
rapat (-)
yang
lengkap
sesuai
dengan
waktu
yang
23
ditentukan.
Berdasarkan
keterangan
Lokasi
Iklim
1. Desa
Ciptamarga
5.
Lingkungan
-
bagian
pendalaman
desa
sebab
Fisik
harus
menyebrangi saluran
irigasi.
2. Pada saat
musim
(+)
Keadaan
masyarakat
sosial
banjir.
ekonomi
dapat
mempengaruhi keberhasilan
program.
tempat
Sebagian besar
penduduk bermata
pencaharian 54,06%
petani dan 40,02%
buruh tani dari total
jumlah penduduk
merupakan 5136
KKmasyarakat
miskin, hal tersebut
dapat mempengaruhi
akses untuk
mendapatkan sarana
jamban yang
Non-Fisik
(+)
memadai.
Tingkat pendidikan
masih rendah yaitu
24
35,54% SD dan
35,37% tidak
bersekolah.
Perilaku masyarakat
yang
masih
BAB
sembrangan seperti di
saluran
irigasi,
selokan,
sawah,
kebunmempengaruhi
keberhasilan
program.
mempengaruhi
keberhasilan program.
(+)
(+)
25
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 76,25 % dari target 100%, besar
masalah 12,6%.
26
Presentase kepemilikan jamban dengan jumlah rumah yaitu 59,56 %dari target 100%,
besar masalah 62,86%.
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)
Masukan
Dana (Money )
Tidak laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya di bagian
kesehatan lingkungan.
Sarana (Material)
Tidak ada poster, leafet dan lembar timbal balik yang mengenai sarana jamban atau
perilaku stop BABS.
Metode (Method)
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memadai.
Proses
Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas
program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
Pelaksanaan
Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya
sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan tentang penting sarana jamban
yang memenuhi syarat kepada masyarakat.Tidak ada pendataan jenis sarana jamban
tersebut
Lingkungan
Fisik
27
Desa Ciptamarga agak sulit dijangkau terutama bagian pendalaman desa sebab harus
menyebrangi saluran irigasi.Pada saat musim hujan yang agak sulit sebab jalan becek
dan beberapa tempat banjir. Sebab masih banyak jalan yang belum diaspal.
Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian 54,06% petani dan 40,02% buruh tani
dari total jumlah penduduk merupakan 5136 KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat
mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat
pendidikan masih rendah yaitu 35,54% SD dan 35,37% tidak bersekolah sehingga
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sanitasi dasar yang berkualitas (sarana
jamban yang memadai) terhadap kesehatan.Perilaku masyarakat yang masih BABS
seperti di saluran irigasi, selokan, sawah, kebunmempengaruhi keberhasilan program.
28
Bab VII
Penyelesaian Masalah
7.1 Masalah 1
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 76,25 % dari target 100%.
Penyebab antara lain :
Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas
program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
7.2 Masalah II
Presentase rumah penduduk yang memiliki jamban keluarga yaitu 59,56%
Penyebab antara lain :
Pengorganisasian
Belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana
program pengawasan jamban.
Metode
29
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat padahal sudah ada data
pencatatan setiap bulan tentang jumlah jamban yang memenuhi syarat.
Pelaksanaan
-
Lingkungan
Fisik
Bagian pendalaman dari Desa Ciptamarga agak sulit dijangkau sebab harus
menyebrangi saluran irigasi.Pada saat musim hujan agak sulit sebab sebagian besar
jalan tidak diaspal (berupa tanah) dan berupa tanah sehingga jalan menjadi becek dan
beberapa tempat banjir.
Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian adalah petani dan buruh tani, 5136
KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan
sarana jamban yang memadai.
Tingkat pendidikan masih rendah sehingga kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
sanitasi dasar yang berkualitas (sarana jamban yang memadai) terhadap kesehatan.
Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi suatu tradisi atau kebiasaan hidup.
yang ada.
Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak
hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya
sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat sehingga mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS. Mulai
mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya
adalah ODF atau stop BABS.
30
Bab VIII
Penutup
8.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program
Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Loji periode Agustus 2013 hingga Juli 2014
dikatakan belum berhasil sebabtidak sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.Dari
hasil kegiatan program, didapatkan :
a.
Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 2.372, jumlah jamban yang memenuhi
b.
c.
d.
e.
f.
8.2 Saran
Meningkatkan koordinasi lintas program dengan promosi kesehatan, bidan desa dan
sebagainya.Mengoptimalkan kerjasama lintas sektoralseperti mengikuti rapat mingguan
31
gedung misalnya dalam bentuk Trade walk. Mengusulkan pengadaan sarana yang
menunjang penyuluhan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan setiap selesai
dilakukan kegiatan tersebut. Melakukan pendataan meliputi jenis dan membuat pemetaan
sarana jamban berguna untuk melihat wilayah kerja yang belum memiliki akses fasilitas
sanitasi yang layak/jamban sehat, terutama di daerah desa binaan yang dapat dipantau
setiap tahun.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat
keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
32