PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek klinis yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian. Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang
artinya memutar merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa
keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem
keseimbangan1.
Pada penderita vertigo harus dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral
terjadi pada bagian batang otak atau serebelum, atau tipe perifer (BPPV/Benign
positional paroxysmal vertigo) yang terjadi di labirin atau saraf vestibuler.
Prevalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika Serikat adalah 64
dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV
diperkirakan sering terjadi pada usia rata-rata 51-57,2 tahun dan jarang pada usia
dibawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala2.
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka
dalam menentukan penyebabnya, penting untuk membuat sebuah pendekatan
menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan
radiologis akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberi
terapi yang tepat untuk pasien3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi sistem keseimbangan
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir seperti bentuk
labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa,
sedangkan endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan
endolimfa lebih tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada
dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin
tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss
horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3
kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus4,5.
bergerak
terhadap
lingkungannya
(Vertigo
subjektif),
atau
tinnitus
dan
hilangnya
pendengaran
antara
lain
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres
yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan
kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang
sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
2.6 Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi7:
A. Vertigo sentral yang diakibatkan oleh kelainan batang otak atau cerebellum
B. Vertigo perifer yang disebabkan oleh kelaianan pada telinga dalam atau
nervus cranialis vestibulocochlear (N.VIII)
2.6.1 Vertigo Sentral
Vertigo sentral adalah vertigo yang berasal dari sistem saraf pusat. Pada
praktek klinis, vertigo tipe ini disertai oleh lesi pada nervus kranialis VIII, dimana
seseorang dengan vertigo ini akan mengalami pusing seperti berputar pada
sekitarnya. Vertigo sentral juga disebabkan oleh pendarahan atau iskemia pada
serebelum, vestibular nuclei dan batang otak. Penyebab yang lainnya adalah tumor
pada SSP, infeksi, trauma dan multiple sclerosis8,9. Untuk menentukan gangguan
di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang
otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik,
serta rasa lemah10. Vertigo yang disebabkan oleh neuroma akustik juga
dikategorikan sebagai vertigo sentral. Neuroma akustik berkembang di saraf
kranial kedelapan, biasanya di dalam internal auditory canal, namun sering
berekspansi ke fossa posterior dengan efek sekunder pada saraf kranial lain dan
batang otak1.
2.6.2 Vertigo Perifer
8
Vertigo vestibular
Vertigo vestibular
Lebih mendadak
Lebih lambat
Berat
Ringan
++
+/-
Gejala
(mual,
++
pendengaran
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
otonom
Gangguan
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis3
A. Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya:
Pemeriksaan Fisik7,8.
Rombergs sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih
dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang
parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Rombergs sign konsisten
dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam
mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan
vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness
(tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure,
arrhythmia, atau cerebrovascular event.7 Penderita berdiri dengan kedua kaki
dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada
10
posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
3. Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
a. Fungsi Vestibuler
Dix-Hallpike maneuver
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari
1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
12
Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya
normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi
terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka
didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah
hiperventilasi menandakan adanya tumor pada nervus VIII.
Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita
diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar
bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat
dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung
suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran
no 15 diisi dengan air bersuhu 30C (kira-kira 7 di bawah suhu badan) air
13
Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai
peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini
dilakukan dengan 6 tahap :
-
Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun
dalam keadaan biasa (normal)
14
menggoyang
maka
informasi
sensorik
menjadi
rancu
Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif dan
tuli perseptif
15
16
Nama Generik
Dosis sekali
Interval
Antikolinergik
Skopolamin
0,2-0,4 mg
3-6 jam
Antihistamin
Difenihidramin
50-100 mg
6 jam
Dimenhidrinat
Simpatomimetik d-Amfetamin
Efedrin
Penenang
50-100 mg
10 mg
25-50 mg
6 jamk
12 jam
4-6 jam
Minor
Fenobarbital
15-60 mg
6-8 jam
Diazepam
5-10 mg
4-6 jam
Prometazin
25-50 mg
4-6 jam
Klorpromazin
10-25 mg
4.6 jam
Mayor
pemberian
C. Terapi rehabilitative10
Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi
sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular. (print artikel) Timbulnya
mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi maupun dari system saraf pusat, dalam
usaha memperoleh keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan (alarm reaction) yang
merupakan sebab terjadinya vertigo akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan
rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibule), rangsangan
terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga
timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang. Beberapa cara latihan untuk
penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :
1.
2.
3.
4.
BAB III
KESIMPULAN
17
Vertigo merupakan keluhan yang dapat dijumpai dalam praktek klinis. Vertigo dapat
dibagi menjadi dua yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien vertigo berupa pemeriksaan neurologis, pemeriksaan untuk membedakan lesi
perifer atau sentral serta pemeriksaan kepala dan leher. Pengobatan vertigo ditujukan pada
dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,
muntah).
18