ALL
ALL
ALL
PENDAHULUAN
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih disumsum tulang ,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan
jenis sel lain. Leukemia tampak merupakan penyakit klonal yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mengahsilkan sekelompok sel anak
yang abnormal1.
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa angka kematian
di Amerka Serikat disebabkan oleh leukemia meningkat dua kali lipat sejak tahun
1971. Pada tahun 2007 American Cancer Society melaporkan, penyakit kanker
menempati urutan kedua penyebab kematan setelah penyakit jantung 2. Internasional
Cancer Parent Organizaton (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap satu juta anak
terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60% diantaranya disebabkan oleh
leukemia. Leukemia akut pada anak mencapai 97%, dari semua leukemia pada anak
yang terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 85% dan
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) 18%3.
Insidensi puncak terjadinya LLA adalah pada usia 3-5 tahun. LLA lebih banyak
ditemukan pada pria daripada perempuan. Saudara kandung dari pasien LLA
mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi LLA, sedangkan
kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai risiko 20% untuk berkembang
menjadi LLA4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Darah
2.1.1 Pengertian
Darah adalah suatu suspense partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang
terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap
organisme dan khususnya terhadap darah sendiri5.
Sel darah dibentuk melalui proses yang disebut hemopoiesis. Pada proses ini
semua sel darah berasal dari sel induk hemopoietik pluripotensial. Sel-sel induk ini
berpoliferasi, berkembang, dan menjadi berbagai bentuk sel darah matang khusus
didalam sumsum tulang dan organ limfoid. Jika sebuah sel induk membelah, yang
pertama kali terbentuk adalah sel-sel yang belum matang (imatur). Kemudian sel
imatur membelah, menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) yang terdiri dari leukosit granular (eosinophil,
neutrophil, basophil) dan leukosit agranular (monosit dan limfosit), dan platelets
(trombosit)6.
2.1.2 Bagian-bagian Darah
a. Eritrosit
Eritrosit berfungsi sebagai transport atau pertukaran oksigen (O 2) dan
karbondioksida (CO2)5. Eritrosit merupakan sel darah berbentuk piringan yang
mencekung dibagian tengah dikedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah
menggepeng bukan lubang (yaitu, eritrosit adalah piringan 8m, ketebalan 2m di
tepi luar, dan 1m di bagian tengah). Bentuk unik berperan melalui dua cara, dalam
melakukan efesiensi sel darah merah melakukan fungsi utamanya mengangkut O2
dalam darah: (1) Bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar
untuk difus O2, menembus membran dibandingkan dengan bentuk sel bulat dengan
volume yang sama. (2) Tipisnya sel memungkinka O2 cepat berdifusi antara bagian
dalam sel dan eksteriot sel7.
b. Leukosit
Leukosit berfungsi untuk mengatasi infeksi5. Fungsi utama leukosit (sel darah
putih atau SDP) adalah sebagai agen pertahanan di luar darah. Untuk melaksanakan
fungsinya , leukosit umumnya menggunakan strategi cari dan hancurkan, yaitu selsel ini pergi ketempat invasi atau kerusakan jaringan. Penyebab utama SDP berada di
luar darah adalah agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpanannya ke
tempat manapun yang membutuhkan. Leukosit terbagi dalam 2 kategori, yaitu
leukosit granular (sel yang mengandung granula) bersifat polimorfonukleus (bentuk
inti beragam) diantaranya adalah neutrophil, eosinophil, dan basophil; dan leukosit
agranular (sel yang tidak memiliki granular) bersifat mononukleus (satu inti)
diantaranya adalah monosit dan limfosit7
c. Trombosit
Fungsi utama trombosit adalah membantu pembekuan darah. Trombosit adalah
unsur berbentuk paling kecil di dalam darah. Trombosit merupakan keeping-keping
sitoplasma megakariosit tidak berinti yang merupakan sel multilobular paling besar di
dalam sumsum tulang. Trombosit terbentuk dengan pelepasan sebagian sitoplasma
atau fragmen dari tepi megakariosit6.
2.2 Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
2.2.1 Pengertian
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih disumsum tulang ,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan
jenis sel lain. Leukemia tampak merupakan penyakit klonal yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, mengahsilkan sekelompok sel anak
yang abnormal1. LLA salah satu jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ8.
2.2.2
Epidemiologi
Insiden LLA adalah 1/60.000 orang pertahun, dengan 75% pasien berusia kurang
dari 15 tahun. Insidensi puncak terjadinya LLA adalah pada usia 3-5 tahun. LLA lebih
banyak ditemukan pada pria daripada perempuan. Saudara kandung dari pasien LLA
3
mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi LLA, sedangkan
kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai risiko 20% untuk berkembang
menjadi LLA4.
2.2.3
Etiologi
Etiologinya sampai saat ini belum jelas, diduda kemungkinan besar karena virus
(virus onkogenik). Factor lain yang turut berperanan adalah9:
a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormone, bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri)
b. Faktor endogen seperti ras (orang Yahudi mudah menderita LLK), factor konstitusi
seperti kelainan kromososm (angka kejadian LMK lebih tinggi pada sindrom
Down), herediter ( kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-beradik
atau kembar satu telur), angka kejadian pada anak lebih tinggi sesuai dengan usia
maternal
2.2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Pada leukemia blastosit abnormal gagal berdiferensiasi
menjadi bentuk dewasa, sementara proses pembelahan berlangsung terus, sehingga
meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
biasanya. Sel-sel ini mendesak komponen hemopoitik normal sehingga terjadi
kegagalan sumsum tulang. Sel leukemi juga merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi, merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah
merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Disamping itu, sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke
organ-organ tubuh10.
2.2.5 Klasifikasi
Berdasarkan sistem French-American-British (FAB), LLA dibagi menjadi 3
tipe5:
1.
2.
3.
L3, Leukemia jenis limfoma Burkitt: sel besar, populasi sel homogen
2.2.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia karena produksi sel
darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah
merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit,
jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas, trombositopenia, neutropenia10.
Suhu tubuh tinggi (demam neutropeni) dan mudah infeksi disebabkan karena
adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh
karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat
bekerja secara optimal. Kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme10.
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur 11.
2.2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda LLA menggambarkan infiltrasi sel leukemia ke sumsum tulang
dan jaringan ekstramedular.
Biasanya dapat ditemukan lain, seperti berat badan turun, anoreksia, dan
kelemahan umum11.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang9.
leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel
yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast > 25 % dari sel berinti
dalam sumsum tulang 10.
2.2.8
Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua
fase yang digunakan untuk semua orang 9,10
a.Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar selsel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan
banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini
dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison
dan asparaginase.
b.Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: Alkhali Faturrahman
Tanggal lahir
: 2 Maret 2009
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Belum bekerja
Pendidikan
:-
Alamat
No CM
: 1-00-38-93
No Register
: 1259438
Tanggal Masuk
: 25 April 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 19 Juni 2014
: Muzakkir
Umur
: 44 tahun
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
Alamat
B. Nama ibu
Umur
: Kurniawati
: 37 tahun
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
Alamat
3.3 Anamnesa
Alloanamnesa
Keluhan Utama
Demam tinggi
Keluhan Tambahan
Pucat, penonjolan kelenjar getah bening pada leher, dan kaki terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas, pucat, dan demam tinggi yang dirasakan 3
minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya os mengeluhkan demam tinggi, lalu
ibu pasien memberikan obat Sanmol dan suhu stabil kembali, beberapa saat kemudian
suhu tubuh os kembali meningkat. Setelah beberapa hari demam pasien naik turun,
orang tua pasien membawa pasien ke praktik dokter untuk berobat dan pasien
mendapatkan beberapa obat salah satunya adalah vitamin. Setelah mendapatkan obat,
demam kembali turun namun hanya beberapa saat dan setelah itu suhu kembali
meningkat.
Pasien juga mengalami pucat pada keempat ekstremitas dan konjungtiva palpebral
inferior, pucat dialami selama pasien demam. Pasien juga mengeluhkan adanya
benjolan pada leher kanan, berjumlah single dengan konsistensi mobile. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua tumit kaki. Nyeri dirasakan beberapa hari
setelah demam. Udem pada ekstremitas tidak dijumpai.
Orang tua pasien membawa pasien kembali ke dokter. Dokter menganjurkan untuk
dilakukan pemeriksaan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium,
didapatkan atypical blast > 25% dan dokter mencurigai pasien susp ALL. Pasien
dirujuk oleh dokter ke RSUZA dan dilakukan pemeriksaan darah ulang, didapatkan
10
Riwayat Pemberian
Makanan
Riwayat Tumbuh
Kembang
ASI Eksklusif
Sesuai Umur
Sesuai Umur
Makanan Keluarga
Sesuai Umur
Riwayat Imunisasi
Orang tua pasien menyatakan bahwa imunisasi dasar pasien lengkap.
3.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
11
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Heart rate
: 104x / menit
Respiratory rate
: 20x / menit
Temperatur
: 36.7C
Berat Badan
: 11 kg
Tinggi Badan
: 41 cm
Keadaan Gizi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kulit
Warna
: sawo matang
Turgor
: kembali cepat
Parut/skar
: tidak dijumpai
Sianosis
: tidak dijumpai
Ikterus
: tidak dijumpai
Pucat
: dijumpai
Kepala
Rambut
Wajah
Mata
bulat isokor 3 mm / 3 mm
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
: beslaq (-)
12
Tonsil
: T1-T1
Faring
Leher
Inspeksi
Palpasi
Thorax
Inspeksi
: Simetris
Statis
Dinamis
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Genitalia
Dalam batas normal
Anus
13
Ekstremitas
Akral dingin, nyeri tumit (+), pucat ekstremitas superior dan inferior (+), udem (-/-),
sianosis (-)
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah di RSUDZA tgl 25/5/2014
Hemoglobin
: 6,5 g/dl
Hematokrit
: 20 %
Eritrosit
: 2,2 x 103ul
Leukosit
: 41 x 103 ul
Trombosit
: 24 x 103 ul
Na
: 48
: 3,5
Cl
: 104
GDS
: 76
Ur
:6
Cr
: 0,29
Kesimpulan
: penurunan eritrosit
Leukositosis dijumpai
Atypical Blast blast >25%
Trombosit jumlah kurang bentuk normal
Foto Thorax PA
- Cor : Bentuk dan ukuran tampak normal
-Pulmo : Tak tampak infiltrat, Sinus Phrenicocostalis kanan kiri tajam
Kesimpulan : Cor dan Pulmo tak tampak kelainan
14
3.6 Resume
Pasien datang dengan keluhan lemas, pucat, dan demam tinggi yang dirasakan 3
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan kedua tumitnya terasa
nyeri dan terdapat penonjolan pada bagian belakang leher pasien. Awalnya os
mengeluhkan demam tinggi, lalu ibu pasien memberikan obat Sanmol dan suhu stabil
kembali, beberapa saat kemudian suhu tubuh os kembali meningkat. Setelah beberapa
hari demam pasien naik turun, orang tua pasien membawa pasien ke praktik dokter
untuk berobat dan pasien mendapatkan beberapa obat salah satunya adalah vitamin.
Setelah mendapatkan obat, demam kembali turun namun hanya beberapa saat dan
setelah itu suhu kembali meningkat. Orang tua pasien membawa pasien kembali ke
dokter. Dokter menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah. Setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium, didapatkan sel blast >25% dan dokter mencurigai pasien
susp ALL. Pasien dirujuk oleh dokter ke RSUZA dan dilakukan pemeriksaan darah
ulang, didapatkan penurunan hemoglobin, hematocrit, dan eritrosit; dan peningkatan
leukosit pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kepala dalam keadaan normocephali dan
rambut tidak mudah dicabut, konjungtiva palpebral inferior pasien pucat, telinga
normotia, tidak terdapat NCH, mulut dalam keadaan pucat. Terdapat pembesar
kelenjar getah bening pada cervical dekstra, thorak dan jantung dalam keadaan
normal. Pada abdomen didapatkan kesan hepatomegali dan splenomegaly (+), dan
pada ekstremitas superior dan inferior pucat (+)
3.7 Diagnosis Banding
Pansitopenia ec dd/ 1. ALL
2. AML
3.8 Diagnosis Sementara
Acute Limfoblastik Leukemia
3.9 Terapi
Farmakologis
3.10 Planning
Pemeriksaan BMP
MDTX
Protokol kemoterapi
3.11 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
Catatan
Instruksi
Rawatan
25/5/2014
H1
16
IVFD RL
Transfusi darah
golongan
O
dengan jumlah
150 cc
P/ - Protokol
hiperleukosiosis
-Hidrasi
- Balance cairan
-Cek urin
-Cek elektrolit
-Kultur Darah
kiri
Perkusi
: Sonor (paru
dextra), sonor (paru
Ausk
Cor
sinistra)
:Ves (+/), Rh (-/-),
Wh (-/-)
: BJ I > BJ II, reguler
(+) Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris,
Distensi (+)
Palpasi
: Soepel, nyeri
17
IVFD D5% 10
gtt/ menit
Asam Folat 1 x 1
tablet
P/
- Transfusi PRC 150 cc
- Morfologi darah tepi
- Protokol
hiperleukosiosis
-Hidrasi
- Balance cairan
hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB
dextra(+),TVJ R-2
cmH2O
Thorak :
Inspeksi : simetris
Palpasi : SF kanan (N) SF
kiri
Perkusi
: Sonor (paru
dextra), sonor (paru
Ausk
Cor
sinistra)
:Ves (+/), Rh (-/-),
Wh (-/-)
: BJ I > BJ II, reguler
(+) Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris (+),
Distensi (+)
Palpasi
: Soepel, nyeri
28/5/2014
H4
Sianosis (-/-)
Ass/ Susp ALL
S/ sedikit lemas (+)
O/ TD : 110/70 mmHg
HR : 100 x/i
RR : 30 x/i
T : 36,8 C
18
Th/
Asam folat 1x1
tab
IVFD D5% 10
PF/
Kepala : Normocephali (+)
Mata :Pucat (+/+)
Ikterik (-/-)
Telinga : Normotia,serumen(-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)
tanda peradangan (-)
Mulut : Bibir edema (-),
sianosis (-), faring
hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB
dextra (+), TVJ R-2
cmH2O
Thorak :
Inspeksi : simetris
Palpasi : SF kanan (N) SF
kiri
Perkusi
: Sonor (parudextra),
Ausk
Cor
Wh (-/-)
: BJ I > BJ II, reguler
(+) Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris,
Distensi (-)
Palpasi
: Soepel, nyeri
19
gtt/ menit
Multivitamin
sirup 3 x 1
P/- BMP
- Rencana kemoterapi
- foto thorax
- Echocardiografi
- Konsul THT
- Konsul gigi mulut
30/5/2014
H6
: Sonor (paru
dextra), sonor (paru
Ausk
Cor
sinistra)
:Ves (+/), Rh (-/-),
Wh (-/-)
: BJ I > BJ II, reguler
(+) Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris,
Distensi (-)
Palpasi
: Soepel, nyeri
20
Perkusi
:Timpani (+)
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Extremitas :
Sup: Edema (-/-), Pucat (+/+),
Sianosis (-/-)
Inf : Edema (-/-), Pucat (+/+),
Sianosis (-/-)
Ass/ ALL
2/6/2014
H9
: Sonor (paru
dextra), sonor (paru
Ausk
Cor
sinistra)
:Ves (+/), Rh (-/-),
Wh (-/-)
: BJ I > BJ II, reguler
(+) Bising(-)
21
Abdomen :
Inspeksi
: Simetris,
Distensi (-)
Palpasi
: Soepel, nyeri
4/6- 2014
H 11
Sianosis (-/-)
Ass/ ALL
S/ Lemas (-), nafsu makan
membaik (+), BAB (+), BAK
(+), keluhan tidur (-)
O/ N : 120 x/i
P/
RR : 24 x/i
T : 36,3 C
PF/
-Mulai kemoterapi
Kepala : Normocephali
-MTX intratekal
-Prednisolon
22
Inspeksi: simetris
Palpasi : SF kanan (N) SF kiri
Perkusi: Sonor (paru dextra),
sonor (paru sinistra)
Ausk:Ves (+/), Rh (-/-), Wh
(-/-)
Cor: BJ I > BJ II, reguler (+)
Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, Distensi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan
(+), hepar dan splen mulai
tidak terba
Perkusi :Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Extremitas :
Sup: Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Inf : Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Ass/ ALL
8/6-2014
S/
Th/
H15
O/ N : 120 x/i
RR : 22 x/i
-Inj. Ceftriaxone
400mg/12 jam
T : 36,3 C
PF/
Kepala : Normocephali
Mata :Pucat (+/+),Ikterik(-/-)
23
S/
Th/
24
H 19
O/ HR : 105 x/i
RR : 25 x/i
T : 36,6 C
PF/
Kepala : Normocephali
-Prednisolon 3x3 mg
(pulv)
-Vincristine 0,6 mg
25
Extremitas :
Sup: Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Inf : Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Ass/ ALL
19/6-2014
H1
O/ N : 140 x/i
P/ melanjutkan
kemoterapi
RR : 35 x/i
T : 37 C
PF/
Kepala : Normocephali
Mata :Pucat (+/+), Ikterik
(-/-)
Telinga :Normotia,serumen (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)
tanda peradangan (-)
Mulut : Bibir edema (-), ,
sianosis (-), faring hiperemis
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-),
TVJ R-2 cmH2O
Thorak :
Inspeksi: simetris
Palpasi : SF kanan (N) SF kiri
Perkusi: Sonor (paru dextra),
sonor (paru sinistra)
Ausk:Ves (+/), Rh (-/-), Wh
(-/-)
26
S/ prokemoterapi
H2
O/ HR : 120 x/i
Th/ Kemoterapi
RR : 30 x/i
T : 36,5 C
PF/
Kepala : Normocephali
Mata :Pucat (-/-), Ikterik (-)
Telinga :Normotia,serumen (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-)
tanda peradangan (-)
Mulut : Bibir edema (-), ,
sianosis (-), faring hiperemis
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-),
TVJ R-2 cmH2O
27
Thorak :
Inspeksi: simetris
Palpasi : SF kanan (N) SF kiri
Perkusi: Sonor (paru dextra),
sonor (paru sinistra)
Ausk:Ves (+/), Rh (-/-), Wh
(-/-)
Cor: BJ I > BJ II, reguler (+)
Bising(-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, Distensi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan
(-), hepar dan splen mulai
tidak terba
Perkusi :Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Extremitas :
Sup: Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Inf : Edema (-/-), Pucat (-/-),
Sianosis (-/-)
Ass/ALL
28
25/5/14
26/5/14
27/5/14
4/6/14
19/6/14
20/6/1
4
Hemoglobin
6,5
6,8
8,5
9,6
6,6
9,0
Hematokrit
20
19
26
28
19,2
27
Eritrosit
2,2
2,3
3,0
3,3
Leukosit
41,0
50,2
42,5
55,6
2,19
3,0
17,7
8,7
15
Trombosit
24
31
25
27
16
24
0,29
0,7
35
Ureum
Kreatinin
Retikulosit
0,8
83
MCV
88
29
29
MCH
30,2
35
34,3
MCHC
0/ 0/ 2/
3/ 42/ 53
H.Jenis:
0/ 0/ 0/
3/ 42/ 55
0/ 0/ 2/
35/ 61/ 2
Eos/ Bas/
M.Btg/ M.Seg/
Lim/ Mo
4,2
Albumin
3,5
Globulin
Natrium
148
Kalium
3,5
Klorida
104
GDS
76
19
SGOT
6
SGPT
30
0/ 1/ 1/
34/ 61/ 3
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosa Akut Limfoblastik Leukemia pada kasus ini ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis keluhan pucat sejak 3
minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Pucat dialami awalnya secara perlahan lahan
dan memberat. Pucat disertai dengan adanya demam. Demam turun dengan obat
penurun panas. Namun setelah itu pasien kembali demam. Pasien mengeluh nyeri
sendi pada kedua tumit pasien. BAB pasien konsistensi padat, perut membesar,
disertai adanya pembesaran organ, BAK tidak ada keluhan, penurunan nafsu makan
(+).
Pada kasus ini, adanya keterkaitan dengan tanda dan gejala utama ALL yaitu
adanya rasa lelah, pucat, nyeri sendi, demam dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang 6.
Pada umumnya anak yang dicurigai dengan akut limfoblastik leukemia
menunjukkan gejala-gejala yang khas seperti demam, perdarahan spontan. Penegakan
diagnosis leukemia dilakukan secara terperinci melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat diperoleh data-data yang maksimal untuk
mendukung diagnosis. Terkadang diagnosis leukemia ditemukan secara tidak sengaja
saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan riwayat penyakit
yang lebih teliti dilakukan dan pasien dapat melaporkan riwayat leukemia atau gejala
dan faktor resiko yang ada8.
Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien ditemukan adanya peningkatan jumlah
leukosit yang berada pada angka 50,2. Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus
ALL, sedang15% pasien mempunyai angka leukosit yang normal dan sekitar 35%
pasien mengalami netropenia. Meskipun demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang
signifikan di darah tepi akan ditemukan pada 85% kasus ALL. Oleh karena itu sangat
penting untuk memeriksa rincian jenis sel-sel leukosit di darah tepi sebagai
pemeriksaan awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis pada anak yang diduga
menderita ALL9,11.
31
KASUS
Dari anamnesis
PEMBAHASAN
Gejala dan tanda LLA
jaringan ekstramedular.
Penekanan terhadap sistem
haemopatik normal
dan perdarahan
Infiltrasi jaringan
setelah
itu
pasien
ekstramedular menyebabkan
kembali demam.
32
Fisik
umum11
Anemis dan tanda perdarahan:
Pada
ulsera
Pembesaran kelenjar limfe
Splenomegali, kadang
hepatomegali
Infeksi pada kulit, paru, tulang
Pada jantung terjadi gejala
Getah Bening
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penunjang
Bone
akibat anemia10.
Hasil pemeriksaan sumsum
Marrow
BAB V
KESIMPULAN
Leukemia limfoblast akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor
limfoid, sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit
33
B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada
orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel
T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan
didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5
tahun. Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat
dalam waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis. Patogenesis utama
LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel
seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast
di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan
gangguanhematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom
kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan
adanya sitopenia (anemia, leukopenia dan trombositopenia).
DAFTAR PUSTAKA
1. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC; Jakarta
34
35