Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan rapid
acting non barbiturat agent anesthetic yang popular disebut sebagai Ketalar sebagai
nama dagang. 1
2.2. Sejarah
Ketamin pertama kali disintesis oleh Parke-Davis di tahun 1962 sebagai usaha
untuk mencari anestesia alternative pengganti phencyclidine (PCP), yang biasanya
menyebabkan halusinasi, neurotoksik, dan kejang. Pertama kali obat ini diberikan
kepada tentara Amerika dalam perang Vietnam.

Stevens melakukan penelitian

tentang ketamin lebih lanjut di laboratorium Parke, pada tahun 1962 ketamin
diciptakan sebagai CL369 dan disebut sebagai CI-581 yang berubah nama menjadi
ketamin dan ini adalah obat yang umum digunakan sebagai anestesi dalam
manajemen mengurangi rasa sakit . Pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan
Carsen, tahun 1965, yang digunakan sebagai obat anestesia umum.4

2.3. Hubungan Aktivitas Struktur


[2-(2-chlorophenyl) -2-(methylamino)-cyclohexanone] adalah derivat phencyclidine5

RUMUS BANGUN KETAMIN6

Structural formula of two isomers of ketamine. (From Kohrs R, Durieux ME.


Ketamine : Teaching an old drug new tricks. Anesh Analg 1998;87;1186-1193; with
permission)7

Ketamin adalah suatu molekul dapat larut dalam air yang dari sudut
bangunannya menyerupai phencyclidine. adanya

suatu atom karbon yang tidak

simetris mengakibatkan keberadaan dua isomer optis ketamin,yaitu isomer S (+) dan
R(-) . 6
Hanya campuran yang racemic berisi sejumlah sama dua ketamin isometri
yang tersedia untuk penggunaan secara klinis. Ketika dipelajari secara terpisah.
S(+)-ketamine menghasilkan7 :

Analgesia yang lebih baik


Lebih cepat di metabolism dan kesadaran lebih cepat
Salivasi lebih kurang
Kejadian emergence reaction lebih rendah dari R (-) ketamin.
Adanya Asimetric karbon atom menghasilkan kehadiran 2 optical isomer dari

ketamin. Kedua isomer ini menghalangi uptake atau pengambilan kembali

dari

katekolamine ke saraf simpatis post ganglioner (seperti efek kokain).7


Pada percobaan secara in vivo ditunjukan bahwa isomer S(+)ketamin 2-3 kali
lebih poten dari pada isomer R(-)ketamin dalam analgesia. Pada Faktanya bahwa
isomer optis ketamin oleh para ahli pharmacologi dinyatakan bahwa obat ini saling
berhubungan dengan rangsangan yang spesifik. 1,8.
2.4. Sifat Fisik
larutan tidak berwarna,
bersifat agak asam (pH 3,5 5,5) ,
stabil pada suhu kamar,
sensitive terhadap cahaya dan udara. Karena sangat sensitive terhadap cahaya,
obat ini disimpan dalam botol (vial) berwarna coklat.9
2.5. Kemasan

Dikemas dalam vial (botol) berwarna coklat agar terhindar dari pengaruh
langsung sinar matahari. Terdapat tiga kemasan vial dengan konsentrasi 100mg/ml,
50 mg/ml, 25 mg/ml yang masing masing kemasan vial berisi 10 ml. sebelum
digunakan dibuat larutan yang mengandung 10 mg/ml dengan akuades sebagai bahan
pengencernya.Nama dagang ketamine meliputi Ketalar, Ketaset, Ketmex, Ketotal,
Ketamine-500(astrapin) dan Imalgen.8

2.6. Mekanisme Kerja

Ketamin adalah suatu obat penghilang sakit kuat pada konsentrasi plasma
subanesthesi, dan efek anesthesi dan analgesia mungkin ditengahi oleh mekanisme
yang berbeda. Yang secara rinci, analgesia mungkin dalam kaitan dengan suatu
interaksi antara ketamin dan reseptor opioid di dalam sistem saraf pusat. ketamin dan
campuran seperti phencyclidin telah memperlihatkan blok nonkompetitif eksitasi
neural induksi dengan asam Amino N-methyl-D-aspartate( NMDA ) 6
.
Teori reseptor opioid
Ketamin dilaporkan berinteraksi dengan mu(), delta()dan kappa(k )
reseptor dari opioid. Interaksi dengan reseptor opioid ini pada berbagai studi
menduga bahwa ketamin sebagai antagonist pada reseptor dan agonist pada k
reseptor8.
N-Methyl-D-Aspartate adalah suatu asam amino yang bekerja sebagai
reseptor dan merupakan subgrup dari reseptor opioid. Ketamin bekerja sebagai
suatu antagonist reseptor untuk memblok spinal nociceptive refleks 5.
Toleransi silang antara ketamin dan opioids suatu reseptor umum untuk
induksi analgesia ketamin. Suatu reseptor opioid teori akan lebih lanjut didukung
oleh pembalikan efek ketamin dengan naloxone. Sampai saat ini, pembahasan
efek naloxone atau respon ketamin belum selesai 4.
Bermacam-Macam Teori Reseptor
Dalam klinik dilaporkan ketamin tidak hanya digunakan dalam general
anestesi tetapi juga regional anestesi. Neuronal system mungkin melibatkan kerja

antinociceptive dari ketamin, blokade reseptor norepinephrine dan serotonin


merupakan kerja ketamin sebagai analgesia. Dari berbagai data menduga bahwa
aksi antinociceptive dari ketamin mungkin menghambat jalur monoaminergic
pain. Ketamin juga saling berhubungan dengan reseptor cholinergic muscarinic
dalam sistem saraf pusat, yang berpusat pada kerja anticholinesterase agen
seperti physostigmine mungkin menjelaskan anesthesia dari ketamin1,8.

2.7. Farmakokinetik
Farmakokinetik ketamin menyerupai tiopental dalam onset yang cepat, durasi
yang singkat, dan daya larut tinggi dalam lemak. Ketamin mempunyai suatu pKa 7,5
pada pH fisiologis. Konsentrasi plasma puncak ketamin terjadi dalam 1 menit pada
pemberian IV dan dalam 5 menit pada suntikan IM. Ketamin tidaklah harus
signifikan menempel ke protein plasma dan meninggalkan darah dengan cepat dan
didistribusikan ke dalam jaringan.4
Pada awalnya, ketamin didistribusikan ke jaringan yang perfusinya tinggi
seperti otak, di mana puncak konsentrasi mungkin empat sampai lima kali di dalam
plasma.
Daya larut ketamin dalam lemak (5 10 kali dari tiopental) memastikan perpindahan
yang cepat dalam sawar darah otak. Lagipula, induksi ketamin dapat meningkatkan
tekanan darah cerebral bisa memudahkan penyerapan obat dan dengan demikian
meningkatkan kecepatan tercapainya konsentrasi yang tinggi dalam otak. Sesudah itu,
ketamin didistribusikan lagi dari otak dan jaringan lain yang perfusinya tinggi ke
lebih sedikit jaringan yang perfusinya baik. Waktu paruh ketamin adalah 1 2 jam.4
9

Kegagalan fungsi ginjal atau enzim tidak mengubah durasi dari dosis tunggal
ketamin yang mempengaruhi distribusi kembali obat dari otak ke lokasi jaringan non
aktif. Metabolisme hepar, seperti halnya dengan tiopental, adalah penting untuk
bersihan ketamin dari tubuh. Ketamin tersimpan dalam jaringan dimana dapat
berperan pada efek kumulatif obat dengan pengulangan atau pemakaian yang
kontinyu. Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan hidrolisis dalam hati,
kemudian dieksresi terutama dalam bentuk metabolik dan sedikit dalam bentuk utuh.
10

Perbandingan Karakteristik induksi obat Nonbarbiturat


Tekanan
Ketamin
Etomidate
Propofol

darah
Meningkat
Tetap
menurun

Heart rate

Waktu paruh Volume

Clearance

Meningkat
Tetap
Menurun

(jam )
1-2
2-5
0.5-1.5

(ml/kg/min)
16-18
10-20
30-60

(L./kg)
2.5-3.5
2.2-4.5
3.5-4.5

Penggunaan dan dosis ketamin, etomidate,propofol, dan droperidol


Agent
Ketamine
Etomidate
Propofol

Droperidol

Use
Induction

Route
IV

Dose
1-2 mg/kg

Induction
Induction

IM
IV
IV

3-5 mg/kg
0,2-0,5 mg/kg
1-2,5 mg/kg

Maintenance infusion

IV

50-200 ug/kg/min

Sedation infusion
Premedication

IV
IM

25-100 ug/kg/min
0,04-0,07 mg/kg

Sedation

IV

0,02-0,07 mg/kg

Antiemetic

IV

0,05 mg/kg2

10

2.8. Metabolisme
Metabolisme ketamin secara ekstensif oleh microsomal enzim hepatic. Suatu
jalur metabolisme yang penting adalah demethylation ketamin oleh sitokrom P-450.
Enzim dapat membentuk norketamin . Pada binatang percobaan, norketamin adalah
seperlima sampai sepertiga sama kuat seperti ketamin. Metabolit yang aktif ini dapat
berperan untuk ketamin yang diperpanjang. Norketamin adalah hydroxylated dan
kemudian menghubungkan ke glucuronide metabolit yang non-aktif dan dapat larut
dalam air. Pada pemberian secara intra vena (IV), kurang dari 4% dosis ketamin dapat
ditemukan dalam air seni tanpa perubahan. Fecal kotoran badan meliputi kurang dari
5% dari dosis ketamin injeksi. Halotan atau diazepam memperlambat metabolisme
dari ketamin dan memperpanjang efek obat tersebut.9

Penggunaan ketamin secara

kronis merangsang aktivitas enzim yang

bertanggung jawab untuk metabolisme nya. Metabolisme ketamin yang dipercepat


sebagai hasil enzim induksi bisa menjelaskan, pada sebagian, pengamatan atas

11

toleransi efek obat analgesian ketamin terjadi pada pasien yang menerima dosis
pengulangan obat ini. Tentu saja, toleransi ini terjadi pada pasien yang menerima
lebih dari dua kali interval pemberian ketamin. Pengembangan toleransi adalah juga
konsisten dengan laporan ketergantungan ketamin 1,4.
2.9. Efek Farmakologi
I.

Terhadap Susunan Saraf Pusat


Mempunyai efek analgesia sangat kuat, akan tetapi efek hipnotiknya

kurang dan disertai dengan efek disosiasi, artinya pasien mengalami


perubahan persepsi terhadap rangsang dan lingkungannya. yang ditandai oleh
bukti

pada

electroencephalogram

(EEG)

tentang

dissosiasi

antara

thalamocortical dan sistem limbic. Dissociative anesthesia menyerupai suatu


keadaan kataleptik di mana mata membuka dengan suatu tatapan nystagmus
lambat, pasien tidak komunikatif, walaupun nampak seperti sadar, terjadi
berbagai derajat gerakan otot skelet hipertonus yang sering terjadi tanpa
tergantung dari stimulasi bedah dan pasien tersebut mengalami amnesia serta
analgesi yang kuat walaupun pada dosis subanestetik.4
Mekanismenya meliputi blokade terhadap jalur nyeri spinoretikuler,
depresi talamus, dan depresi pada komponen afektif emosional pada persepsi
nyeri. Sistem limbik bersama-sama dengan hipotalamus, berperan dalam
pengendalian emosi.7
Amigdala sebagai tempat asosiasi input sensorik eksteroseptif yang
diterima korteks cingulatus dari sistem limbik yang berhubungan dengan
hipokampus akhirnya berupa output yang merupakan ungkapan emosi melalui
12

jalur Hipotalamus-Pituitary Axis (HPA) dan sistem saraf otonom. Sistem


limbik juga berperan sebagai penghubung antara fungsi kognitif yang lebih
tinggi seperti pertimbangan (reasoning) dan respon emosi yang lebih primitif.
Fungsi-fungsi sistem limbik dan hipotalamus dalam pembentukan dan
ekspresi emosional pasien, dalam hal ini ketika pasien menghadapi prosedur
dilatasi

dan

kuretase,

tercermin

dalam

reaksi-reaksi

yang

dapat

dikelompokkan dalam dua aspek emosi yaitu aspek mental atau afektif (takut)
dan aspek fisik yang dapat berupa: a) reaksi somatik: peningkatan energi dan
pengerahan aktivitas muskuler, b) reaksi otonomik: pupil melebar, berdebardebar, berkeringat, tekanan darah menurun, urinasi, dan defekasi, dan c)
reaksi endokrin/neuroendokrin: penurunan ACTH dan epinefrin.7
Rasa nyeri yang terutama dihambat adalah nyeri somatik, untuk
analgesik nyeri viseral hampir tidak ada sehingga tidak efektif untuk operasi
organ-organ viseral. Pada anak analgesi viseral cukup baik sehingga dapat
dipakai untuk operasi seperti hernia atau batu ginjal, walaupun terjadi
rangsangan pada peritoneum. 2Baik untuk analgesi pada bayi/anak tanpa
menyebabkan efek hipnotiksedasi (menggunakan subdose 2,5 mg/kgBB,
IM). Pada dosis lebih besar, efek hipnotiknya lebih sempurna.4,7
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan
mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata
berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadangkadang

dijumpai

gerakan

yang

13

tidak

disadari,seperti

gerakan

mengunyah,menelan,tremor,

dan

kejang.

Apabila

diberikan

secara

intramuscular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit.8


Ini sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode
pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak
meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan intra cranial. Efek-efek
tersebut diatas dapat dikurangi dengan pemberian diazepam atau obat lain
yang mempunyai khasiat amnesia sebelum diberikan ketamin.8
II.

Terhadap mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus, dan kelopak mata terbuka secara

spontan. Terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran


darah pada pleksus koroidalis.6
III.
Terhadap sistem kardiovaskuler
Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simatomimetik, sehingga
bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Peningkatan tekanan
darah disebabkan oleh karena efek inotropik positif dan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Ketamin akan meningkatkan cardiac output dan
systemic vascular resistance lewat stimulasi pada system saraf simpatis akibat
pelapasan dari katekolamin. Tekanan darah akan naik baik sistole maupun
diastole. Kenaikan rata-rata antara 20-25 % dari tekanan darah semula,
mencapai maksimal beberapa menit setelah suntikan dan akan turun kembali
dalam 15 menit kemudian. Denyut nadi juga meningkat. ( 1, 3, 4 )

14

IV.

Terhadap sistem respirasi


Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi.

Ketamin menyebabkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, dan


bersifat antagonis terhadap efek kontraksi bronkus oleh histamin. Baik untuk
penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anestesi umum
yang ringan. ( 1, 6, 5 ) Ketamin merupakan obat pilihan pada pasien asma.6
V.

Terhadap pada otot


Tonus otot bergaris meningkat, bahkan bisa terjadi rigiditas sampai

kejang-kejang. Keadaan ini bisa dikurangi dengan pemberian diazepam


terlebih dahulu, karena diazepam menurunkan tonus otot, sehingga ketamin
tidak begitu baik bila digunakan sebagai obat tunggal, seperti pada operasi
intra abdominal dan operasi lain yang membutuhkan penderita diam.6
Kontraksi spontan otot kelompok mata menyebabkan mata terbuka
spontan dan kontraksi ritmis otot bola mata menyebabkan timbulnya
nistagmus. Juga terjadi peningkatan tonus otot uterus, yang sesuai dengan
dosis yang diberikan6.
VI.
Terhadap reflek-reflek proteksi
Reflek proteksi jalan nafas masih utuh, oleh karena itu hendaknya hatihati melakukan isapan-isapan pada daerah jalan nafas atas, karena tindakan ini
bisa menimbulkan spasme laring.6
VII. Terhadap metabolism
Ketamin merangsang sekresi hormon-hormon katabolik seperti:
katekolamin, kortisol, glucagon, tiroksin, dan lain-lainnya, sehingga laju
katabolisme tubuh meningkat.6
VIII. Terhadap Sirkulasi

15

Ketamin akan merangsang pelepasan katekolamin andogen dengan


akibat terjadi peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan curah jantung.
Karena itu efeknya menguntungkan untuk anestesi pada pasien syok/renjatan.
4

IX.

Efek lainnya
Ketamin dapat meningkatkan gula darah 15 % dari keadaan normal,

walaupun demikian bukan merupakan kontraindikasi mutlak untuk penderita


dengan DM. Ketamin juga dapat menyebabkan hipersalivasi, tapi efek ini
dapat dikurangi dengan pemberian premedikasi antikolinergik.
Aliran darah ke otak, tekanan intrakaranial dan tekanan intra okuler
meningkat pada pemberian ketamin. Karena itu sebaiknya jangan digunakan
pada pembedahan pasien dengan tekanan intrakranial yang meningkat (edema
serebri, tumor intracranial) dan pasien pada pembedahan mata. ( 1 )
2.10. Penggunaan Klinik
Ketamin sangat popular digunakan dalam praktek anestesia, terutama untuk
pelayanan anestesia di Rumah Sakit dengan sarana terbatas. Dalam penggunaanya
sering dikombinasikan dengan diazepam, oleh karena diazepam berkhasiat menekan
efek buruk ketamin.
Pada umunya ketamin digunakan untuk :
1. Induksi anestesia pada :
Analgesia dapat dilakukan selama kehamilan tanpa berhubungan
dengan depresi Neonatal. Neonatal neurobehavioral score bayi yang
dilahirkan lewat pervaginal dengan ketamin analgesia adalah lebih

16

rendah dari pada bayi mereka yang lahir dengan epidural atau spinal
anesthesia, tetapi lebih tinggi dibanding skor bayi dengan tiopentalnitrous oksida. Bisa dilakukan pada bedah Sesar karena efek

depresinya minimal.
Anak-anak balita yang tidak kooperatif, diberikan secara intramuscular
Pasien penderita asma merupakan obat pilihan untuk induksinya
Pasien penderita hipotensi,
Penderita dengan resiko tinggi gangguan respirasi dan hemodinamik
merupakan indikasi penggunaan ketamin. Hal ini oleh karena beberapa
sifat ketamin seperti indeks terapeutik yang tinggi, mempertahankan
fungsi kardiovaskuler, kecukupan ventilasi spontan dan tetap utuhnya
reflek-reflek laryngeal dan faringeal, sehingga ketamin dapat dipakai

untuk induksi pada shock.


2. Postoperasi
Dosis subanestesi ketamin menunjukan lebih poten untuk analgesia dan
efektif untuk periode postoperasi. Arendt neilsen dan kawan kawan
melaporkan bolus dengan ketamin 0,5 mg kg 1 iv dikuti dengan infus 9 g
kg 1 min 1 cukup efektif untuk analgesia8
3. Pada Septik shock
ketamin mereduksi kebutuhan untuk inotropic support, dimana efek ini
mungkin dari penghambatan uptake catecholamin.Pada percobaan Schimdt
dan kawan kawan menunjukan ketamin mereduksi endotoxin-mediasi dari
adhesi leucosit pada badan vessel
4. Obat anestesia pokok :
Digunakan untuk operasi-operasi didaerah superficial, berlangsung singkat
dan tidak memerlukan relaksasi otot , misalnya pada bidang bedah mulut,
untuk :
Beberapa jenis ekstirpasi tumor kecil pada bibir
17

Beberapa prosedur diagnostik untuk anak-anak


5. Analgetik pasca trauma atau pascabedah
Untuk menanggulangi nyeri akut pasca trauma atau bedah, dikombinasikan
dengan obat sedative.
6. Penggunaan intrathecal
Ketamin dapat digunakan secara intrathecal ( 5 50 mg dalam 3 ml,
larutan 0,2 2 % )dengan atau tanpa adrenalin. Ketamin 50 mg dengan
adrenalin dapat menghambat blok sensory dan motorik tanpa depresi respirasi
dan hipotensi sampai 45 90 menit 1,8,11.
Ketamin bekerja sebagai antagonis nonkompetitif pada reseptor
NMDA dimedula spinalis. Pemberian ketamin intratekal dapat ditoleransi
dengan baik bila diberikan dalam dosis kecil tanpa pengawet. Akan tetapi
preparat ketamin yang beredar dipasaran, biasanya mengandung pengawet
benzethonium chloride, yang tidak dianjurkan digunakan secara rutin
intratekal pada manusia
Pertama kali penyuntikan intratekal ketamin dilakukan oleh Bion ,
tahun 1984 dengan menggunakan 50 mg ketamin dalam 3 ml dextrosa 5 %
untuk operasi extremitas bawah dan perineum. Blok motoris terjadi dalam 2
menit dan berakhir dalam 60 menit( 45 90 menit ). Efek samping yang
terjadi , dizziness (82%), drowsiness (82%),nystagmus (82%) dan anesthesi
disosiatif (9%). Bion menyimpulkan bahwa keterbatasan pemakaian ketamin
intratekal adalah karena kekerapan efek samping sentralnya yang tinggi dan
lama anestesi yang singkat12.

18

2.11. Dosis Dan Cara Pemberian


1.

Untuk induksi

Diberikan intravena dalam bentuk larutan 1% dengan dosis lazim 12/kgBB pelan-pelan dengan lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan
0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Suntikan ketamin melalui intra vena

tidak menimbulkan nyeri atau iritasi pembuluh darah


Pada sexiosesaria, dosis dikurangi, yaitu o,5-1,0 mg/kgBB. Pada anakanak balita, untuk induksi diberikan secara intra muscular (tanpa
pengenceran) dengan dosis 5-10 mg/kg BB , dosis rata-rata 10
mg/kgBB dengan lama kerja 10-25 menit, terutama untuk anak
dengan ulangan 0,5 dosis permulaan. Kesadaran hilang 2 sampai 4
menit setelah suntikan intramuscular. Amnesia dapat menetap untuk
sekitar 1 jam setelah kembalinya kesadaran, tetapi ketamin tidak

2.

menyebabkan amnesia retrograd.19 ( 1, 3, 4, 5, 6 )


Untuk pemeliharaan
Diberikan intravena intermitten atau tetes kontinyu. Pemberian secara
intermitten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal
sampai operasi selesai. Sedangkan pemberian secara infus tetes kontinyu
hanya dilakukan pada pembedahan tertentu saja. Pemberian intramuscular :
dosis 6-12 mg/kgBB pulih sadar pemberian ketamin kira-kira tercapai antara
10 15 menit, tetapi sulit untuk menentukan saatnya yang tepat, seperti

2.12.
1.

halnya sulit menentukan permulaan kerjanya. ( 6 )


Efek Samping
Susunan saraf pusat

19

Ketamin

dapat

meningkatkan

aliran

darah

cerebral.

Ketamin

juga

menyebabkan efek disosisainya menimbulkan halusinasi, mimpi buruk dan


kadang-kadang terjadi gaduh gelisah
2.

3.
4.
5.
6.
7.

2.13.

yang disebut Emergence Delirium

(Psychelic Effects).
Pada respirasi, sering timbul spasme laring akibat rangsangan pada jalan nafas
atas.
Pada kardiovaskuler, terjadi hipertensi dan takikardi.
Ada endokrin, terjadi peningkatan kadar gula darah.
Pada otot rangka terjadi rigiditas
Meningkatkan konsumsi oksigen jaringan.
Meningkatkan jumlah perdarahan pada luka operasi karena ketamin
menghambat agregasi dari tombosit. 7
Emergensi Delirium
Anestesia dengan ketamin diawali dengan terjadinya dissosiasi mental pada
15 detik pertama, kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai
anesthesia dissosiatif. Disosiasi ini sering disertai keadaan kataleptik berupa
dilatasi pupil, salvias,lakrimasi,gerakan-gerakan tungkai spontan,peningkatan
tonus otot. Kesadaran segera pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan
sampai 40 menit, sedangkan amnesia berlangsung sampai 1-2 jam. Pada masa
pemulihan, dapat terjadi emergence phenomenon yang merupakan kelainan
psikis berupa disorientasi,ilusi sensoris, ilusi perseptif, dan mimpi buruk.
Kejadian ini dapat dikurangi dengan pemberian diazepam 0,2-0,3 mg /kg BB

5 menit sebelum pemberian ketamin.7


Emergence ini terjadi di periode postoperative yang terkait dengan visual,
auditory, proprioceptive dan confusional illusions, yang berlanjut menjadi
delirium. Mimpi dan halusinasi dapat terjadi dalam waktu sampai 24 jam
setelah masuknya ketamin. Cortical blindness juga dapat terjadi hilang timbul.

20

Mekanismenya kemungkinan sekunder dari ketamine-induced depression di


bagian inferior colliculus dan medial geniculate nucleus, yang lalu terjasi

misinterpretasi dari rangsang auditory dan visual


Insidensi : sekitar 5% -30 % . Emergence delirium dapat terjadi lebih sering
bila ketamin digunakan berulang. 7
Tabel Faktor- Faktor yang meningkatkan insidensi Emergence delirium 7
FACTORS

ASSOCIATED

WITH

INCREASED

INCIDENCE

OF

EMERGENCE DELIRIUM FOLLOWING ADMINISTRATION OF


KETAMINE
Age greater than 15 years
Female gender
Dose greater than 2mg /kg IV
History of frequent dreaming
Pencegahan Emergence Delirium
Berbagai obat digunakan pada pengobatan preoperative atau sebagai
adjuvants selama pemeliharaan anesthesia telah dievaluasi mencoba untuk mencegah
kemunculan kegawatan delirium mengikuti administrasi ketamin. Benzodiazepines
sudah terbukti yang paling efektif mencegah peristiwa ini, dengan midazolam lebih
efektif dibanding diazepam. Pada umumnya untuk penggunaan benzodiazepine
melalui intra vena sekitar 5 menit sebelum induksi anesthesia dengan ketamin.
Pemakaian thiopental atau inhalasi anesthesi menurunkan timbulnya
kegawatan delirium dihubungkan dengan ketamin. sebaliknya, pemakaian atropine
atau droperidol dalam pengobatan

preoperative dapat meningkatkan timbulnya

kegawatan.Diskusi dengan pasien membahas efek samping ketamin secara umum

21

( bermimpi, sensasi melayang, penglihatan kabur) mungkin untuk mengurangi


timbulnya kegawatan delirium, seperti pendekatan lainnya 1.
Tabel Pencegahan dari Emergence Delirium7
PREVENTION OF KETAMINE-INDUCED EMERGENCE DELIRIUM6
Midazolam (administer IV about 5 minutes before induction of anesthesia

2.14.

with ketamine
Inclusion of thiopental or inhaled anesthetics
Prospective discussion with patient about side effects of ketamine
Awakening in quiet environment (no proof this is helpful)

Kontra Indikasi 2-8

Mengingat efek farmakodinamikanya yang relative kompleks seperti yang telah


disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada
pasien yang menderita penyakit sistemik, penggunannya harus dipertimbangkan
untung rugi.
Kontra indikasi penggunaan ketamin adalah :
1. Tekanan intracranial meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan
operasi-operasi intracranial.
2. Tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada
operasi intra okuler.
3. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitive terhadap obat-obat
simpatomimetik, seperti :
a. hipertensi dengan sistolik 160 mmHg pada istirahat dan diastolik 100
b.
c.
d.
e.

mmHg.,
tirotoksikosis
diabetes mellitus,
paeokromositoma,
penyakit jantung koroner
22

Anda mungkin juga menyukai