Anda di halaman 1dari 26

BAB I

Pendahuluan
1

Latar belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal
ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya
asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit
jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat
menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk
Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau
lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan.

Baik

dari

segi

case-finding

maupun

penatalaksanaan

pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi
tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%
tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah
Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak
1

pada masyarakat. Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan
dikaji lebih lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1 Apakah yang dimaksud dengan penyakit hipertensi?
2 Apakah jenis-jenis penyakit hipertensi?
3 Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor resiko) timbulnya penyakit
hipertensi?
Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit hipertensi?
Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi?

4
5
3

TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui defenisi dari penyakit hipertensi.


Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit hipertensi.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab (faktor resiko) terjadinya penyakit

hipertensi.
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya penyakit hipertensi.
Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi.

BAB II
Pembahasan
1

Defenisi hipertensi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment
of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,

detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan
darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1

Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension.
Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott. Krauses Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi

adalah suatu keadaan di mana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam
3

aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil.
Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat
diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan
dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi
yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi
ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.
Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan
jantung.

Jenis-jenis hipertensi
Pengelompokan Hipertensi terdiri atas :
1

Penyakit Hipertensi Menurut Kausanya terbagi atas :


1 Hipertensi Primary
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.
2

Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah
kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi
Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya,

Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia
dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami
hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu
makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak
hipertensi maka disebut Eclamsia.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain lain. Klinis sulit untuk membedakan dua keadaan
tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun.
a

Hipertensi pada penyakit ginjal


Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya
hipertensi dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal.
Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut
maupun penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun
pada kelainan vaskular. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat
dikelompokkan dalam :
1 Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan
hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan
reabsorbsi natrium di duktus koligentes.
2 Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem
renin angiotensin aldosteron.
3 Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan
sistem Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena
kerusakan regional, aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat
kerusakan

ginjal,

hiperparatiroidis

sekunder,

dan

pemberian

eritropoetin.

4 Penyakit glumerolus kronik


SistemRenin- Angiotensinogen- Aldoteron (RAA) merupakan satu
sistem hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan
dalm naiknya tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit.
b

Hipertensi pada penyakit renovaskular


Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi
sekunder. Diagnosa hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini
potensial untuk disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu
stenosis arteri renalis. Stenosis arteri renalis adalah suatu keadaan
terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis. Sedangkan
hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis
adanya stenosis arteri renalis.

Hipertensi pada kelainan endokrin


Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah
aldosteronisme primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer
adalah sindrom yang disebabkan oleh hipersekresi aldesteron yang tidak
terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar korteks adrenal.
Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari
hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan
oleh hiperplasi kelenjar korteks adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.

Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang
disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin
Hormone (ACTH ).

Hipertensi adrenal kongenital


Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi
pada anak (jarang terjadi).

Hipertensi pada kehamilan


Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan
morbiditas dan mortalitas maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan
hipertensi dapat menjadi komplikasi dari preeklampsia sebagaimana yang
terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan hamil dengan hipertensi
mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat
6

seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi


intravaskular. Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan
didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 1025%, abruptio 0,71,5%,
kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 1234%, dan hambatan
pertumbuhan janin 816%. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang
berat pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai
50%. Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan
intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko
hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati, perdarahan
serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai sekarang yang belum
jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara agresif dapat
menurunkan terjadinya eklampsia.
g

Hipertensi akibat dari penggunaan obat obatan.


Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah
pil kontrasepsi oral (OCP) dimana 5% perempuan mengalami hipertensi
sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (>35tahun) lebih
mudah terkena, begitupula dengan perempuan yang pernah mengalami
hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan kembali
normal dalam 36 sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen
pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak meningkatkan tekanan
darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin,
eritopoietin, dan kokain.

2.2.2 Menurut Gangguan Tekanan Darah


a

Hipertensi Diastolik (diastolic hypertension)


Yaitu peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.

Biasanya bentuk hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi Sistolik (isolated systolic hypertension)
Yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikutu peningkatan tekanan diastolik.

Umumnya bentuk hipertensi ini ditemukan pada usi lanjut.


Hipertensi Campuran (sistol dan diastole yang meninggi)
Yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan distol.

Menurut berat atau tingginya peningkatan tekanan darah

Hipertensi ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada

diantara 90-99mmHg.
Hipertesi sedang yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan darah diastolic berada

diantara 100-109mmHg.
Hipertensi berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik >180mmHg dan tekanan darah diastolic 110mmHg.

3 Gejala Hipertensi
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal, yaitu:
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah

Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging
4

Faktor risiko hipertensi


Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan


1 Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran
2

didalam terjadinya Hipertensi.


Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang
berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya.


Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih

banyak terjadi pada perempuan.


Etnis
9

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit
hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
5

vasopresin lebih besar.


Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan

mengembalikan tekanan darah ke normal.


Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke

normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang

selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.


Obat-obataan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang
mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan

terjadinya tekanan darah tinggi.


Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari
gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan
darah yang membawa nutrisi ke janin.

Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan


1 Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal. Mekanisme hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
10

beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten

(tidak

menentu).

Apabila

stress

berkepanjangan,

dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
2

Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada
populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai
peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada

tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang
tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang
secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang
dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam

takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.


Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang
potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi

khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.


Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

Mekanisme hipertensi

11

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis),

sehingga

menjadi

pekat

dan

tinggi

osmolalitasnya.

Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik


cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
6

Pencegahan hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik seperti konsumsi
makanan kaya serat, kurangi konsumsi garam dan pola diet rendah lemak jenuh, total
lemak dan kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti
merokok dan mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan
resiko hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan
untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan
sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi
berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam.
12

Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas
yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap
masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia jasa
katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu bebasnya,
sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya
menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.

Beberapa bentuk pencegahan penyakit hipertensi antara lain :


a

Pencegahan primordial

Promosi kesehatan

Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko

Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up

Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal


keluhan

Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati

13

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Definisi Hipertensi :
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya
140 mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.

Faktor Resiko Hipertensi


a Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :
1 Genetik
2 Umur
3 Jenis Kelamin
4 Etnis
5 Penyakit Ginjal
6 Obat-obataan
7 Preeklampsi pada kehamilan
8 Keracunan timbal akut
b Faktor yang dapoat dimodisikasi atau dikendalikan
1 Stress
2 Obesitas
3 Nutrisi
4 Merokok
5 Kurang Olahraga
Jenis-jenis Hipertensi
1 Menurut Kausanya
a Hipertensi Primer
b Hipertensi Sekunder
a Hipertensi pada ginjal
b Hipertensi pada penyakit renovaskular
c Hipertensi pada kelainan endokrin
d Sindrom cushing
e Hipertensi adrenal konginetal
f Koarktasi aorta
g Feokromositoma
h Hipertensi pada kehamilan
i Hipertensi penggunaan obat-obatan
2 Menurut gangguan tekanan darah
a Hipertensi Diastolik
b Hipertensi Sistolik
c Hipertensi Campuran
Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi
14

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi

utama.
Cara Pencegahan Penyakit Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas
fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari
kebiasaan

buruk

seperti

merokok

dan

konsumsi

alkohol,

serta

konsumsi

natrium/sodium yang berlebih seperti garam dapur yang berlebihan, penyedap rasa
(MSG). Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.
2

Saran
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan pola
hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan yang
berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan
nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak
terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi
alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai
sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol pola konsumsi
anaknya masing-masing

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Tanpa tahun. Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi). www.w3.org


2. Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko dalam Kajian Epidemiologi.
Makassar : FKM Unhas.
3. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta
4. Dedy. 2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.com
5. Sitorus, Sampe. 2009. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.com
15

6. Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com


7. Tohaga, Edwin. Tanpa tahun. Hipertensi, Gejala dan Komplikasi. Wordpress.com
http://id.wikipedia.org/

Laporan Kunjungan Rumah


Puskesmas Batujaya
Kunjungan pada tanggal 25 Juni 2015
Data Riwayat Keluarga
I.

Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan

: Ny. A
: 58 tahun
: Perempuan
: SMP
16

e. Alamat
II.

III.

Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang


Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang
: Kurang
b. Kebersihan perorangan
: Kurang
c. Penyakit yang sekarang diderita
: Hipertensi
d. Penyakit keturunan
: Hipertensi
e. Penyakit kronis/ menular
: Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga
: Tidak ada
g. Pola makan
: Kurang Baik
h. Pola istirahat
: Kurang Baik
i. Jumlah anggota keluarga
: 2 orang
Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
b.
c.
d.
e.

IV.

VI.

: Buang sampah sembarangan,


kebersihan lingkungan rumah tidak
dijaga.
Pengambilan keputusan
: Diri sendiri
Ketergantungan obat
: Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan: Bidan desa
Pola rekreasi
: Kurang

Keadaan Rumah/ Lingkungan


a. Jenis bangunan
b. Lantai rumah
c. Luas rumah
d. Penerangan
e. Kebersihan
f. Ventilasi
g. Dapur
h. Jamban keluarga
i. Sumber air minum
j. Sumber pencemaran air
k.
l.
m.
n.

V.

:Dusun Bakung Utara, Desa Karyabakti RT 05/RW 03,

terdapat sungai yang cukup besar.


Pemanfaatan perkarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan

: Permanen
: Keramik
: 5,5 m x3,5m
: Kurang
: Kurang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Air PAM
: Ada sekitar 40 meter dari rumah
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Buruk

Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan terhadap kesehatan

: Baik
: Kurang Baik

Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan
b. Hubungan antar anggota keluarga
c. Hubungan dengan orang lain
d. Kegiatan organisasi sosial

: Rendah
: Baik
: Baik
: Kurang
17

e. Keadaan ekonomi
VII.

VIII.

Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh
b. Lain- lain

: Kurang
: Sunda
: Tidak ada

Anggota keluarga

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
IX.
X.
XI.

Suami Os (62 tahun )


Os ( 58 tahun)
Nn.A (35 tahun)
Tn. E (30 tahun)
Ny.G (29 tahun)

Keluhan Utama
Pusing sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan
Leher terasa kaku dan penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 minggu yang lalu Os mengeluh kepala terasa pusing terus menerus dan leher
yang terasa kaku. Os mengaku bahwa dalam 1 bulan terakhir ini Os merasa leher
terasa kaku hilang timbul dan Os juga mengeluh penglihatan kabur. Semua Keluhan
ini sebenarnya sudah dirasakan hilang timbul sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu
tetapi semakin memberat dalam 2 minggu terakhir ini. Os sebelumya sudah pernah
berobat ke Puskesmas Batujaya, namun ketika obatnya habis, Os tidak pernah kontrol
lagi. Os hanya meminum obat warung saja jika kepalanya terasa sakit. Karena
dirasakan tidak ada perbaikan, Os berobat ke Puskesmas Batujaya. Riwayat nyeri ulu
hati tidak ada, sakit kencing manis disangkal, mual dan muntah disangkal, demam
disangkal, BAK dan BAB lancar.

XII.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu
18

XIII.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisasi
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 180/90 mmHg
Frekuensi nadi: 86 x/menit
Frekuensi napas: 22 x/menit
Suhu: 36,9C
Pemeriksaan umum
Kepala

: Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam


distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata
: Palpebra superior et inferior tidak edema, Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil bulat diameter 3mm dan isokor,
Telinga: Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), serumen (-/-)
Hidung
: Bentuk normal, sekret (-/-), tidak ada deviasi septum nasi
Mulut
: Sianosis perioral (-), caries (-), bibir kering, tonsil T1-T1
Leher
: Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kaku
kuduk tidak ada.
Toraks :
Paru-paru
Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Tidak teraba massa
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi: Suara napas vesikuler, ronki basah kasar -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi
Palpasi

Perkusi
Auskultasi

: Tidak tampak pulsasi iktus kordis


: iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclvicula
sinistra, tidak kuat angkat
: Tidak dilakukan
: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: tampak cembung, gambaran vena dan usus tidak


tampak

Palpasi

Perkusi
Auskultasi

: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar & lien tidak


teraba membesar, turgor kulit baik
: timpani
: bising usus (+), normal

Anus dan rektum


: Tidak dilakukan.
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-)
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
19

Refleks

XIV.
XV.

: Reflek fisiologis dan patologis tidak tampak kelainan.

Diagnosis penyakit
Hipertensi grade 2
Diagnosis Keluarga
Tida riwayat hipertensi dalam keluarga pasien. Selain pasien, tidak ada anggota
keluarga lain yang menderita hipertensi. Namun, keluarga perlu memperhatikan
asupan makanan yang sesuai agar tekanan darah pasien tetap terkontrol

XVI.

Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


a. Promotif :
- Menjelaskan pengertian tentang penyakit hipertensi pada keluarga pasien,
terutama mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara
-

mengobati dan pencegahannya.


Edukasi kepada keluarga pasien mengenai masalah-masalah yang dapat

memunculkan atau memperberat penyakit tersebut dan cara mengatasinya.


Melakukan penyuluhan kepada keluarga di lingkungan sekitarnya mengenai

pola hidup yang sehat dan bagaimana cara mengontrol hipertensi.


b. Preventif :
- Mengurangi konsumsi garam dalam makanan (diet rendah garam).
- Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium.
-

Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.


Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol.
Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Pilihlah
olahraga yang ringan seperti berjalan kaki dikarenakan usia pasien yang
semakin menua. Lakukan selama kurang lebih 30 sehari sebanyak 3 kali

seminggu.
Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang,

tomat,wortel, melon, dan jeruk.


Jalankan terapi anti stres agar mengurangi stres dan mampu mengendalikan

emosi.
Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah

tinggi atau hipertensi.


Kendalikan kadar kolesterol dan diabetes jika sudah terkena.
Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah

c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
- Captopril 2 x 25mg tab/hari
- Paracetamol 3 x 500mg tab/hari
Terapi nonmedikamentosa :
20

Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi.


Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien

penderita hipertensi.
Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien
penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti berjalan kaki
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu
menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman
beralkohol sebaiknya juga dilakukan khususnya juga pada keluarga

pasien.
Adopsi pola makan DASH (Dietary approach to stop hypertension)
yang kaya akan kalsium dan kalium dan rendah natrium. Diet yang
kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak

d. Rehabilitatif : untuk mencegah komplikasi dari penyakit hipertensi, tindakan


yang dapat diberikan adalah
Kontrol Penyakit ke dokter minimal sebulan sekali
Monitoring :
- Tekanan darah
- Kerusakan target organ : jantung, ginjal, mata, otak dll
- Interaksi obat dan efek samping
- Kepatuhan (adherence)

I.

Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Prognosis penyakit hipertensi merupakan dubia ad bonam, karena bila penyakit
tersebut dikontrol dan mendapat perawatan yang tepat, maka keluhan penyakit
akan berkurang bahkan komplikasinya dapat dicegah.
Keluarga : dubia ad bonam
Prognosis keluarga yaitu dubia ad bonam, karena saat ini hanya pasien yang
terdiagnosa hipertensi. Bila dilakukan edukasi yang tepat (promotif), diharapkan
tidak hanya pasien yang terhindar dari hipertensi, tetapi anggota keluarga bisa
dicegah dari penyakit hipertensi.
Masyarakat : dubia ad bonam
Prognosis penyakit hipertensi di masyarakat yaitu dubia ad bonam, karena dengan
tindakan promotif dan preventif secara merata pada seluruh masyarakat, dapat
menurunkan morbiditas dan komplikasi lebih lanjut.
21

II.

Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berinisial Ny.A berusia 58 tahun
dengan keluhan utama kepala terasa sakit sejak 2 minggu sebelum datang ke
Puskesmas. Selain itu pasien mempunyai keluhan lain seperti terasa kaku pada leher
bagian belakang dan penglihatan kabur. Pasien mengaku mempunyai riwayat darah
tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan tidak berobat secara teratur.
Riwayat penyakit dahulu
: Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu
Tekanan darah
: 180/90 mmHg
Diagnosis
: Hipertensi grade II
Analisa Kasus

Berikut adalah pembahasan Hipertensi dengan Dokter Keluarga


Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 25 Juni 2015 , didapatkan
bahwa pasien adalah penderita Hipertensi grade 2 tidak terkontrol. Pasien wanita berusia
58 tahun. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan
pola hidup yang salah, dan kurang olahraga. Pasien memiliki 1 suami, 2 orang anak
perempuan dan 1 anak laki-laki. Saat ini pasien tinggal bersama dengan suami.
Rumah pasien tergolong rumah yang kurang sehat. Di dalam rumah pasien, terdapat
ventilasi akan tetapi kebersihan rumah terlihat kurang bersih. Hanya sebagian kecil jendela
di rumah passien tidak dapat dibuka. Lingkungan wilayah rumah pasien tidak begitu padat.
Penerangan yang kurang disebabkan listrik yang kurang dan penerangan pada siang hari
dengan bantuan sinar matahari. Keadaan rumah pasien tidak terlalu bersih dan rapi, tidak
terawat dan terdapat banyak nyamuk yang menandakan kebersihan rumah pasien tidak
terlalu baik. Di dalam rumah terdapat dapur dan 1 kamar mandi dengan jamban di dalamnya.
Pasien dan keluarganya menggunakan air ledeng sebagai sumber air minum dan keperluan
lainnya. Tidak ditemukan sumber pencemaran air. Terdapat tempat penampungan air,
pembuangan sistem pembuangan air limbah dan sampah di belakang rumah pasien. Rumah
pasien tidak terdapat pekarangan yang dapat dimanfaatkan.
Pola makan pasien dan keluarga cukup bervariasi. Namun cukup sering
mengkonsumsi makanan yang terlalu asin seperti ikan asin. Pasien juga kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya, seperti kegiatan keagamaan, PKK, kebersihan
lingkungan, dan acara-acara yang diselenggarakan di lingkungannya.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang cukup taat
beribadah beragama Islam. Pasien rutin mengikuti kegiatan keagamaan di wilayahnya.

22

Saat ini kondisi pasien cukup baik. Pasien merasakan pusing berputar, kaku pada
leher bagian belakang dan penglihatan kabur. Selain pengobatan secara medis, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi
rumah yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta
mengontrol pola makan dan berolah raga secara teratur. Faktor yang tidak bisa dihindarkan
adalah usia dimana dengan bertambahnya usia juga terjadi penurunan elastisitas arteri
sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan perifer. Pasien terlihat kurang memahami
dan memperhatikan kesehataannya. Jika keluhannya dirasakan memberat, pasien baru pergi
untuk berobat ke Puskesmas dan pasien sering tidak meminum obat secara teratur meskipun
sudah tidak ada keluhan. Apabila pasien mendapat obat antihipertensi dari puskesmas,
pasien tidak pernah menjalani kontrol tekanan darah sekalipun obat yang dikonsumsi sudah
habis.
Pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah
komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya
secara rutin minimal 1 bulan sekali, olahraga ringan secara teratur, memperbaiki pola
makan, dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan
keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat
sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan
yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh
kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi
ruangan.

23

Bab III
Pembahasan

Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang
saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,
perilaku dan keturunan.
Dari hasil kunjungan rumah pada penderita hipertensi grade 2, didapat bahwa pasien
memiliki pola hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya,
antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat kurang, tidak mengontrol
makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga, serta tidak teratur kontrol tekanan darah dan
minum obat anti hipertensinya. Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa
tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori kurang sehat, sebab kurangnya ventilasi
dalam rumah, kurangnya pencahayaan di dalam rumah serta kurangnya kebersihan didalam
rumah tersebut (dapat dilihat di lampiran). Hal ini membuktikan bahwa kesehatan manusia
dapat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter
keluarga yang bekerja di Puskesmas sebaiknya dapat memberikan penyuluhan perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.

24

Lampiran

25

26

Anda mungkin juga menyukai