Pendahuluan
1
Latar belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal
ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya
asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit
jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat
menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk
Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau
lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan
kesehatan.
Baik
dari
segi
case-finding
maupun
penatalaksanaan
pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi
tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%
tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah
Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi.
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak
1
pada masyarakat. Oleh karena cukup besarnya angka kejadian hipertensi maka, akan
dikaji lebih lanjut mengenai penyakit hipertensi tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1 Apakah yang dimaksud dengan penyakit hipertensi?
2 Apakah jenis-jenis penyakit hipertensi?
3 Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab (faktor resiko) timbulnya penyakit
hipertensi?
Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit hipertensi?
Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi?
4
5
3
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
hipertensi.
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya penyakit hipertensi.
Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit hipertensi.
BAB II
Pembahasan
1
Defenisi hipertensi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment
of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,
detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan
darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1
Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension.
Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott. Krauses Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan,
tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam
3
aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil.
Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat
diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan
dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi
yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi
ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.
Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan
jantung.
Jenis-jenis hipertensi
Pengelompokan Hipertensi terdiri atas :
1
Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah
kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi
Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya,
Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia
dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami
hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu
makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak
hipertensi maka disebut Eclamsia.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain lain. Klinis sulit untuk membedakan dua keadaan
tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun.
a
ginjal,
hiperparatiroidis
sekunder,
dan
pemberian
eritropoetin.
Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang
disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin
Hormone (ACTH ).
Biasanya bentuk hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi Sistolik (isolated systolic hypertension)
Yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikutu peningkatan tekanan diastolik.
Hipertensi ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada
diantara 90-99mmHg.
Hipertesi sedang yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan darah diastolic berada
diantara 100-109mmHg.
Hipertensi berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah
sistolik >180mmHg dan tekanan darah diastolic 110mmHg.
3 Gejala Hipertensi
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal, yaitu:
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging
4
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit
hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
5
normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten
(tidak
menentu).
Apabila
stress
berkepanjangan,
dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
2
Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada
populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai
peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada
tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang
tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang
secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang
dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam
Mekanisme hipertensi
11
sehingga
menjadi
pekat
dan
tinggi
osmolalitasnya.
Untuk
Pencegahan hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik seperti konsumsi
makanan kaya serat, kurangi konsumsi garam dan pola diet rendah lemak jenuh, total
lemak dan kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti
merokok dan mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan
resiko hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan
untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah
natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan
sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi
berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros
menggunakan garam.
12
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas
yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap
masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia jasa
katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu bebasnya,
sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya
menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.
Pencegahan primordial
Promosi kesehatan
Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati
13
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Definisi Hipertensi :
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya
140 mmhg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
utama.
Cara Pencegahan Penyakit Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas
fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur. Selain itu dengan menghindari
kebiasaan
buruk
seperti
merokok
dan
konsumsi
alkohol,
serta
konsumsi
natrium/sodium yang berlebih seperti garam dapur yang berlebihan, penyedap rasa
(MSG). Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan.
2
Saran
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang menerapkan pola
hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup menghindari makanan yang
berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu stress (stressor), serta asupan
nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak
terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi
alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan dimulai
sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol pola konsumsi
anaknya masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan
: Ny. A
: 58 tahun
: Perempuan
: SMP
16
e. Alamat
II.
III.
IV.
VI.
V.
: Permanen
: Keramik
: 5,5 m x3,5m
: Kurang
: Kurang
: Kurang
: Ada
: Ada
: Air PAM
: Ada sekitar 40 meter dari rumah
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Buruk
Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan terhadap kesehatan
: Baik
: Kurang Baik
: Rendah
: Baik
: Baik
: Kurang
17
e. Keadaan ekonomi
VII.
VIII.
Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh
b. Lain- lain
: Kurang
: Sunda
: Tidak ada
Anggota keluarga
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
IX.
X.
XI.
Keluhan Utama
Pusing sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan
Leher terasa kaku dan penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 2 minggu yang lalu Os mengeluh kepala terasa pusing terus menerus dan leher
yang terasa kaku. Os mengaku bahwa dalam 1 bulan terakhir ini Os merasa leher
terasa kaku hilang timbul dan Os juga mengeluh penglihatan kabur. Semua Keluhan
ini sebenarnya sudah dirasakan hilang timbul sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu
tetapi semakin memberat dalam 2 minggu terakhir ini. Os sebelumya sudah pernah
berobat ke Puskesmas Batujaya, namun ketika obatnya habis, Os tidak pernah kontrol
lagi. Os hanya meminum obat warung saja jika kepalanya terasa sakit. Karena
dirasakan tidak ada perbaikan, Os berobat ke Puskesmas Batujaya. Riwayat nyeri ulu
hati tidak ada, sakit kencing manis disangkal, mual dan muntah disangkal, demam
disangkal, BAK dan BAB lancar.
XII.
XIII.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisasi
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 180/90 mmHg
Frekuensi nadi: 86 x/menit
Frekuensi napas: 22 x/menit
Suhu: 36,9C
Pemeriksaan umum
Kepala
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Refleks
XIV.
XV.
Diagnosis penyakit
Hipertensi grade 2
Diagnosis Keluarga
Tida riwayat hipertensi dalam keluarga pasien. Selain pasien, tidak ada anggota
keluarga lain yang menderita hipertensi. Namun, keluarga perlu memperhatikan
asupan makanan yang sesuai agar tekanan darah pasien tetap terkontrol
XVI.
seminggu.
Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang,
emosi.
Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah
c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
- Captopril 2 x 25mg tab/hari
- Paracetamol 3 x 500mg tab/hari
Terapi nonmedikamentosa :
20
penderita hipertensi.
Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien
penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti berjalan kaki
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu
menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman
beralkohol sebaiknya juga dilakukan khususnya juga pada keluarga
pasien.
Adopsi pola makan DASH (Dietary approach to stop hypertension)
yang kaya akan kalsium dan kalium dan rendah natrium. Diet yang
kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak
I.
Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Prognosis penyakit hipertensi merupakan dubia ad bonam, karena bila penyakit
tersebut dikontrol dan mendapat perawatan yang tepat, maka keluhan penyakit
akan berkurang bahkan komplikasinya dapat dicegah.
Keluarga : dubia ad bonam
Prognosis keluarga yaitu dubia ad bonam, karena saat ini hanya pasien yang
terdiagnosa hipertensi. Bila dilakukan edukasi yang tepat (promotif), diharapkan
tidak hanya pasien yang terhindar dari hipertensi, tetapi anggota keluarga bisa
dicegah dari penyakit hipertensi.
Masyarakat : dubia ad bonam
Prognosis penyakit hipertensi di masyarakat yaitu dubia ad bonam, karena dengan
tindakan promotif dan preventif secara merata pada seluruh masyarakat, dapat
menurunkan morbiditas dan komplikasi lebih lanjut.
21
II.
Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berinisial Ny.A berusia 58 tahun
dengan keluhan utama kepala terasa sakit sejak 2 minggu sebelum datang ke
Puskesmas. Selain itu pasien mempunyai keluhan lain seperti terasa kaku pada leher
bagian belakang dan penglihatan kabur. Pasien mengaku mempunyai riwayat darah
tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan tidak berobat secara teratur.
Riwayat penyakit dahulu
: Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu
Tekanan darah
: 180/90 mmHg
Diagnosis
: Hipertensi grade II
Analisa Kasus
22
Saat ini kondisi pasien cukup baik. Pasien merasakan pusing berputar, kaku pada
leher bagian belakang dan penglihatan kabur. Selain pengobatan secara medis, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi
rumah yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta
mengontrol pola makan dan berolah raga secara teratur. Faktor yang tidak bisa dihindarkan
adalah usia dimana dengan bertambahnya usia juga terjadi penurunan elastisitas arteri
sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan perifer. Pasien terlihat kurang memahami
dan memperhatikan kesehataannya. Jika keluhannya dirasakan memberat, pasien baru pergi
untuk berobat ke Puskesmas dan pasien sering tidak meminum obat secara teratur meskipun
sudah tidak ada keluhan. Apabila pasien mendapat obat antihipertensi dari puskesmas,
pasien tidak pernah menjalani kontrol tekanan darah sekalipun obat yang dikonsumsi sudah
habis.
Pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah
komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya
secara rutin minimal 1 bulan sekali, olahraga ringan secara teratur, memperbaiki pola
makan, dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan
keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat
sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan
yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh
kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi
ruangan.
23
Bab III
Pembahasan
Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang
saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,
perilaku dan keturunan.
Dari hasil kunjungan rumah pada penderita hipertensi grade 2, didapat bahwa pasien
memiliki pola hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya,
antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat kurang, tidak mengontrol
makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga, serta tidak teratur kontrol tekanan darah dan
minum obat anti hipertensinya. Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa
tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori kurang sehat, sebab kurangnya ventilasi
dalam rumah, kurangnya pencahayaan di dalam rumah serta kurangnya kebersihan didalam
rumah tersebut (dapat dilihat di lampiran). Hal ini membuktikan bahwa kesehatan manusia
dapat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter
keluarga yang bekerja di Puskesmas sebaiknya dapat memberikan penyuluhan perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.
24
Lampiran
25
26