Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS

RUMAH MAKAN IBU

BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan bisnis usaha makanan merupakan salah satu bisnis yang sangat
diminati oleh masyarakat, karena makanan sebagai kebutuhan untuk kelangsungan
hidup yang akan terus dicari. Apalagi makanan yang akan kita sajikan adalah
makanan yang sehat dan diminati banyak orang.
Makan adalah suatu kebutuhan wajib bagi setiap orang yang harus terpenuhi
hukumnya. Termasuk para kalangan mahasiswa yang mengandalkan rumah
makan untuk mengisi perut mereka. Di lingkungan kampus pun terdapat berbagai
macam penjual makanan ataupun rumah makan dari yang sederhana hingga yang
mumpuni atau mewah
Tujuan di bangunnya rumah makan ini pada awalnya adalah untuk mebentuk
sutau bisnis keluarga yang dapat meningkatkan kesejahteraan dari keluarga
pemilik perusahaan dan memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan siap saji.
Terutama karena rumah makan ini terletak di kawasan padat penduduk dan
perkantoran, sehingga peluang bisnis menjadi semakin terbuka lebar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restoran/Rumah Makan
Menurut SK Menteri Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi No. KM
73/PW 105/MPPT-85 menjelaskan bahwa restoran adalah setiap tempat bisnis
komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman
untuk umum. Masing-masing jenis bisnis ini memiliki kategori dan karakteristik
yang berbeda, baik dilihat dari segi investasi maupun cara pengelolaannya. Ketiga
jenis bisnis tersebut, yaitu bisnis restoran kelas ekonomi/kecil, kelas menengah,
dan kelas satu/besar. Adapun karakteristik dari ketiga jenis tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Pebisnis restoran kecil pada dasarnya harus lebih mendekatkan diri kepada
pelanggan/konsumen dibanding dengan kela yang ada diatasnya. Persaingan yang
lebih ketat dan jumlah yang lebih melimpah sangat mempengaruhi dalam bisnis
restoran kecil, sehingga lokasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap
kerbehasilan usaha ini.

2.1 Studi Kelayakan Proyek


Yang dimaksud proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang
menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau
suatu aktiivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan
hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai
dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992),
proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam
satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
benefit. Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berupa
barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah,
tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek
yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang
mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat
menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Studi
kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek, biasanya
proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri
dari:
1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat finansial).
2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus
menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran
pemasaran. Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada
studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program
pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan
pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek,
besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria
pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta ketepatan
penggunaan teknologi.
3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen

memfokuskan

pada

kondisi

internal

perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan


terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek,
jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek,
dan

manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur

organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan
yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertfikat,
dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya
terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana
proyek dilaksanakan.
6. Aspek Finansial
Pengaruh finansial terhadap proyek.

Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat


keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari
pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan,
dan 4) menentukan prioritas investasi

2.2 Teori Biaya dan Manfaat


Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatau
yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, mesin.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi
terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan
dan kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,
seperti: rekreasi.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan


suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya proyek
2.3 Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima Konsep nilai waktu uang (time value of money)
menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai
yang sama pada masa yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang
menyebabkan hal ini terjadi
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan.

2.4 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya


dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis finansial terdiri dari:
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang
diterima proyek selama umur proyek pada pada tingkat suku bunga tertentu. NPV
juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh
investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang
relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) menyatakan besarnya pengembalian
terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net
B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang
positif dengan present value dari net benefit yang negatif . Kriteria investasi
berdasarkan Net B/C Rasio adalah:
Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan
Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
c. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net
Present Value (NPV) sama dengan nol (0).
IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan

d. Payback Period (PBP)


Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode
dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode
jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali,
semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat
dipakai untuk membiayai kegiatan lain

BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Lokasi Penelitian
Nama Usaha: Rumah Makan Ibu
Bidang Inustri: Perdagangan dan Jasa
Sifat Usaha: Diverifiksi Produk

Deskripsi usaha dan manfaat bagi konsumen : sebagai suatu bisnis yang bergerak
dalam bidang perdagangan makanan. Rumah makan ini menyediakan berbagai
bentuk makanan jadi seperti nasi, rendang, ayam goreng, ikan panggang, dan lainlain. Dengan adanya rumah makan ini tentunya memberikan kemudahan bagi
konsumen untuk menyantap makanan jika aktifitas yang padat membuat mereka
tidak sempat memasak. Selain itu, manfaat yang besar tentunya dirasakan oleh
pegawai kantor yang memiliki kantor di kawasan rumah mkan Ibu dan beberapa
mahasiswa yang memiliki tempat tinggal di kawasan ini.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik
rumah makan. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan
selama umur proyek, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta
penerimaan dari pengusahaan rumah makan.
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi
literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait.
3.3 Metode Analisis Data
Data kuantitatif dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dengan
menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk
tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah
dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta
penerimaan dari hasil usaha rumah makan. Sedangkan untuk data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif.

Data kualitatif merupakan hasil analisis

terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan.
3.4 Analisis Kelayakan Investasi

Untuk mengetahui kelayakan usaha rumah makan ini, maka dilakukan


perbandingan antara biaya dan manfaat. Kriteria kelayakan investasi yang
digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PBP).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam
menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus
menghitung NPV adalah sebagai berikut

Keterangan:
Bt

: Tingkat keuntungan per tahun

Ct

: Tingkat biaya per tahun

: Tingkat bunga diskonto

: Tahun

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan

dapat dilaksanakan.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya

tidak dilaksanakan.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata

lain,proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.


b. Benefit and Cost Ratio (B/C Rasio)

Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah:

Bt

: Tingkat keuntungan per tahun

Ct

: Tingkat biaya per tahun

: Tingkat bunga diskonto

: Tahun

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan


Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan
Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

c. Internal Rate Return (IRR)


IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak
untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:

Keterangan:
NPV

: NPV dengan nilai negatif

NPV

: NPV positif

: tingkat bunga yang menghasilkan nilai NPV positif

: Tingkat bungan yang menghasilkan nilai NPV negatif


d. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)

Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan perhitungan


dengan menggunakan metode Payback Period yang menunjukkan jangka waktu
kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang
diperoleh dari usaha budidaya lobster air tawar. Rumus yang digunakan untuk
menghitung jangka pengembalian investasi adalah:

Keterangan:
I

: Investasi

Ab

: Laba bersih

BAB IV
HASIL STUDI KELAYAKAN USAHA
4.1 PENENTUAN USAHA YANG AKAN DILAKUKAN
Analysis SWOT
Strength (Kekuatan bisnis/konsep bisnis)
Mempunyai ciri khas menu yang berbeda dengan rumah makan

yang lainnya yang menggugah selera makan.


Tempatnya strategis sehingga mudah untuk di kunjungi

Rasanya sangat mantap


Harganya cukup murah ,terjangkau, Pelayanan memuaskan, rapi

dan bersih.
Weaknesses (Kelemahan)
Cabangnya kurang banyak
Opportunities (Peluang)
Digemari anak muda
Tempat untuk mengespresikan diri atau menghilangkan rasa bosen
Cabang yang semakin banyak membawa konsumen mudah
mendatanginya.
Threats (Ancaman)
Banyak saingan diluar sana
Harga yang naik atau tidak stabil bisa membinggungkan pengusaha

untuk menentukan harga.


Cabang warung yang belum menyebar di berbagai daerah.

4.2 KAJIAN ASPEK YURIDIS DAN PEMASARAN


4.2.1 Aspek Yuridis

Pelaku Bisnis
Berdasarkan Surat Keterangan Usaha dengan no : 600/ 109/ Tlp /2008
pemilik dari usaha ini adalah Ibu Herman dengan nama Rumah Makan
Ibu.
Jenis Usaha
Rumah makan Ibu bergerak di bidang perdagangan makanan yang sudah
siap saji dan berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada
konsumennya.
Waktu Pelaksanaan Bisnis
Rumah makan Ibu telah menjalankan usaha bisnisnya dari awal tahun
2003 hingga saat ini.
Cara Pelaksanaan Bisnis
Rumah makan ini didirikan oleh Ibu Herman selaku pemilik dengan
memberikan laporan kepada petugas kecamatan setempat. Beliau akan
mendirikan usaha, hingga akhirnya beliau dapat menjalankan usaha ini
dengan memperoleh:

Surat Keterangan Terdaftar


Surat Keterangan Usaha

4.2.2 Aspek Pasar


Kita tahu bahwa bisnis sejenis seperti ini banyak sekali pesaing yang tumbuh dan
berkembang. Apalagi kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk yang
sebagian besar penduduk nya memiliki rutinitas aktivitas yang tinggi. Karena itu
lah hingga saat ini usaha yang diawali dari tahun 2000 ini bisa bertahan tanpa
adanya tekanan dari pesaing yang ada disekitar kawasan ini. Hal ini dikarenakan
oleh permintaan masyarakat sekitar kawasan usaha yang sebelumnya telah
mengetahui bahwa pemilik usaha memiliki masakan yang layak untuk dipasarkan
didukung ciri khas dari produk yang dipasarkan berbeda dengan pesaing yang
lain, karena usaha ini dari awal berdiri konsisten mempertahankan kekhasan nya
dengan cara produksi maupun bumbu yang diolah secara tradisional. Berdasarkan
hal ini kami perkirakan bahwa usaha ini akan terus berkembang seiring
berjalannya waktu tanpa adanya hambatan yang begitu berarti.
4.3 ASPEK TEKNIS/FISIK/PELAYANAN
Lokasi Operasi
Rumah makan Ibu terletak di permata biru Sukarame Bandar Lampung.
Volume Operasi
Rumah makan Ibu memiliki volume operasi sesuai dengan kebutuhan dan
pesanan dari masyarakat yang menjadi konsumen dan pelanggan dari
rumah makan ini.
Mesin dan Peralatan
Mesin dan Peralatan
kompor minyak
kompor gas
Piring
Mangkok
Sendok
Garpu
pisau dapur
Blender
Magicjar
Termos

Volume
2 unit
1 unit
5 lusin
2 lusin
5 lusin
5 lusin
4 buah
1 unit
1 unit
1 unit

lemari es

1 unit

Bahan Baku dan Penolong


Bahan Baku Produksi
Beras
Ayam
Ikan
Daging
Kentang
Tempe
Cabe
Bawang Merah
Bawah Putih
Bumbu Masak
Sayur-sayuran
Lay-out
Rumah makan ini sudah di atur sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan
kenyamanan bagi konsumen. Memiliki 8 meja makan, dengan 4 kursi di setiap
meja. Saat pertama masuk, terdapat meja kasir di sebelah kiri dengan aneka
hidangan yang diletakkan di dalam lemari sebelah kanan. Meja makan di susun
menjadi 3 baris, yaitu, di sebelah kanan, tengah dan kiri. Masing-masing ada 2
meja kecuali untuk yang di sebelah kanan, hanya terdapat 2 meja. Sedangkan
untuk di bagian dalam terdapat dapur untuk menyelesaikan kegiatan masak.
Perencanaan Persediaan
Untuk bisnis makan siap saji seperti yang ada di rumah makan ini, tentunya
perediaan yang ada tidak boleh di simpan terlalu lama, karena makanan akan
cepat sekali rusak. Jadi karena rumah makan ini masih memiliki ruang lingkup
yang kecil, maka perbelanjaan dilakukan setiap hari atas bahan makanan yang
akan di masak, kecuali untuk jenis beras, minyak tanah, minyak sayur, dan bumbu
masak yang tahan lama.
Pengawasan Kualitas
Rumah makan ini selalu berusaha meningkatkan kualitas hasil produsksi mereka.
Hal ini disebabkan karena banyak bisnis serupa yang berkembang di kawasan ini.

Sehinnga untuk mempertahankan pelanggan dan meningkatkan konsumen maka


citarasa makanan harus tetap di pertahankan agar pelanggan tidak kecewa.
Dengan terus menjaga kualitas produk-produk yang dipasarkan maupun dalam hal
melayani pelanggan dan konsumen.

4.4 ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN


Adanya rumah makan Ibu ini tentunya dapat mempermudah konsumen utuk
mendapatkan makanan siap saji, terutama untuk pegawai yang berkantor di sekitar
kawasan rumah makan ini dan mahasiswa yang cenderung memiliki rutinitas yang
sangat padat sehingga tidak memiliki waktu untuk menyediakan makanan di
rumah.
Rumah makan Ibu yang terletak di kawasan padat penduduk dan wilayah SD dan
perkantoran, tentunya harus memiliki pengelolaan yang baik terhadap pengelolaan
limbah. Namun, karena rumah makan ini masih memiliki taraf yang kecil, maka
pengelolan limbah langsung di lakukan dengan mengumpulkan limbah dan
membuangnya ke penampungan sampah terdekat yang berada di sekitar lokasi.
4.5 ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Bentuk organisasi dari rumah makan Ibu merupakan suatu bisnis yang di pimpin
oleh satu orang sebagai puncak kekuasaan, yakni Ibu Herman tanpa memiliki
wakil karena usaha ini merupakan usaha keluarga yang masih dalam taraf kecil.
Sedangkan bila ditinjau dari segi wewenang, rumah makan ini memiliki bentuk
wewenang lini, karena wewenang dalam rumah makan ini langsung dipegang oleh
Ibu Herman sebagai pemilik, yang tentunya akan menimbulkan tanggung jawab
atas tercapainya tujuan dari rumah makan ini.
Perencanaan (Planning)
Rumah makan Ibu sebagai suatu bisnis yang di dirikan untuk menopang
kehidupan keluarga, tentunya ingin selalu mempertahankan usahanya. Oleh

karena itu, rumah makan ini selalu berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada konsumen, sehingga konsumen merasa puas. Terlabih di era persaingan
yang tentunya memiliki hambatan yang sangat besar, rumah makan ini harus tetap
memperlihatkan keunggulannya.
Pengorgnisasian (Organizing)
Sebagi usaha kecil menengah, proses yang berlangsung di rumah makan ini
dilakukan oleh 5 orang pegawai dan 1 orang pemilik. Karena usaha ini juga
merupakan usaha keluarga, maka terdapat 2 orang pegawai tambahan yaitu 1
orang anak Ibu Herman dan suami dari Ibu Herman sendiri.
Pergerakan (Actuating)
Rumah makan Ibu sudah beroperasi selama sembilan tahun. Dalam melakukan
aktivitasnya semua karyawan memiliki tugas yang sama, yaitu melayani
konsumen atau pelanggan. Sedangkan untuk aktivitas masak, lebih banyak
dikerjakan sendiri oleh pemilik dan dibantu oleh pegawai yang telah dipercaya
oleh pemilik. Namun, untuk, masakan sederhana yang sifatnya sederhana seperti
menggoreng dan merebus, pemilik akan di bantu oleh dua orang karyawan
kepercayaan pemilik.
Pengawasan (Controlling)
Kegiatan yang dilakukan oleh karyawan diawasi langsung oleh pemilik
perusahaan. Jadi, apabila ada karyawan yang melakukan kesalahan, maka pemilik
akan langsung melakukan teguran, sehingga kesalahan yang sama tidak terulang
untuk yang ke dua kalinya
4.6 ASPEK FINANSIAL
Berdasarkan hasil pantawan yang kami lakukan pada Rumah Makan Ibu,
diperoleh data sebagai berikut:
Kebutuhan Dana

A. Kebutuhan

Volume

Harga Satuan

Jumlah

Bangunan

Rp. 20.000.000

Rp. 20.000.000

Tanah

Rp. 10.000.000

Rp. 10.000.000

Investasi

Kompor Minyak

2 unit

Rp 75.000

Rp. 150.000

Kompor Gas

1 unit

Rp. 200.000

Rp. 200.000

Blender

1 unit

Rp. 150.000

Rp. 150.000

Magicjar

2 unit

Rp. 150.000

Rp. 300.000

Lemari Es

1 unit

Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000

Rp. 2.200.000

Rp. 2.200.000

Rp 34.000.000

Rp 34.000.000

Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000

Rp. 35.000.000

Rp. 35.000.000

Peralatan Masak dan Dapur


Lainnya
Total

Kebutuhan

Investasi
B. Kebutuhan

Modal

Kerja
Total Kebutuhan Dana

Sumber Dana
Sumber dana awal pendirian Rumah makan Ibu adalah sebesar Rp. 15.000.000
melalui kredit bank dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dimajemukkan
setiap tahunnya selama 5 tahun. Sisa modal sebesar Rp. 20.000.000 merupakan
modal sendiri.
Biaya Operasi dan Pemeliharaan
a. Biaya Tidak Tetap
Biaya Bahan Baku
Biaya Bahan Pembantu
b. Biaya Tetap
Gaji Karyawan
Biaya Umum
Penyusutan Rata-rata
Biaya Perawatan
Nilai Scrap Value Asset
Setoran

Waktu
2006 s/d 2011
2006 s/d 2011

Jumlah
Rp. 16.000.000
Rp.15.000.000

per bulan 2006 s/d 2011


per tahun
per tahun
per tahun
akhir tahun 2008

Rp 1.500.000
Rp. 500.000
Rp. 1.000.000
Rp. 200.000
Rp. 10.000.000

2006s/d 2011: Rp 45.000.000


Pajak diperhitungkan sebesar 10 % dari hasil net benefit.
Berdasarkan data tersebut diatas maka evaluasi studi kelayakan bisnis pada
Rumah makan Ibu adalah sebagai berikut
Implementation Budget
Sumber Dana Penggunaan Volume
Dana
Modal sendiri
Modal pinjaman bank
Total
Kebutuhan investasi
Bangunan
Tanah
kompor minyak
kompor gas
Blender
Magicjar
lemari es
peralatan
masak

Harga Satuan

Jumlah
Rp. 20.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 35.000.000

2 unit
1 unit
1 unit
2 unit
1 unit

Rp 75.000
Rp. 200.000
Rp. 150.000
Rp 150.000
Rp. 1.000.000

Rp. 20.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 150.000
Rp. 200.000
Rp. 150.000
Rp. 300.000
Rp. 1.000.000
Rp. 2.200.000

dan dapur lainnya


Total
Kebutuhan

Rp 34.000.000

Investasi
Kebutuhan modal kerja
Total

Rp. 1.000.000
Rp. 35.000.000

Perhitungan bunga dan angsuran pokok


Tahun
0
1
2
3
4
5

Cicilan/th
4.474.733
4.474.733
4.474.733
4.474.733
4.500.000

Bunga(15%)
2.250.000
1.916.290
1.532.523
1.091.192
608.927

PPP
2.224.733
2.558.443
2.942.210
3.383.541
3.891.073

Jumlah PPP
2.224.733
4.783.176
7.725.386
11.108.927
15.000.006

Perhitungan Net Present Value (NPV)


Tahun Initial

Invest NCF (Net benefit)

DF=10%

PV

Sisa kredit
15.000.000
12.775.267
10.216.824
7.274.614
3.891.073
-

0
1
2
3
4
5
Jumlah PV dari

(20.000.000)
4.343.011
4.343.011
4.343.011
4.343.011
13.342.741
NCF = 22.048.844,01

1
0,909
0,826
0,751
0,683
0,621

(20.000.000)
3.947.796,99
3.587.327,09
3.261.601,26
2.966.276,51
8.285.842,16
NPV = 2.048.844,01

Perhitungan Internal Rate Of Return (IRR)


Tahun Initial

Invest

NCF

(Net DF=1

Benefit)
(20.000.000)
4.343.011
4.343.011
4.343.011
4.343.011
13.342.741
Jumlah PV NCF=22.048.844,01

PV

0%
0,909
0,826
0,751
0,683
0,621

dari

DF=1

PV

5%
(20.000.000)
3.947.796,99
3.587.327,09
3.261.601,26
2.966.276,51
8.285.842,16
19.034.981,6

0.885
0.783
0.693
0.613
0.497

(20.000.000)
3.778.419,55
3.283.316,32
2.857.701,24
2.484.202,30
6.631.342,23
NPV =2.048.844,01

IRR = DF1 + NPV(+) X (DF2 DF1) NPV(+) NPV(-) SS


= 10% + Rp 2.048.844,01 X (15% - 10%) Rp 2.048.844,01 + Rp
965.018,36
= 19%
Payback Period
Tahun Initial

Invest

0
1
2
3
4
5

(Net Benefit)
(20.000.000)
4.343.011
4.343.011
4.343.011
4.343.011
13.342.741

NCF Invest

Payback period tahun ke 5: 2.627.956 = 0,19

yg ditutupi
4.343.011
4.343.011
4.343.011
4.343.011
2.627.956

Payback
Period
1
1
1
1
0.19

13.342.741
Payback period : 0,19 X 12 = 2.28 = 3 bulan
Dari hasil evaluasi tersebut kelompok kami mendapatkan kesimpulan bahwa
Rumah makan Ibu layak untuk dilanjutkan.
Proyeksi Laba Rugi

No.

Uraian

Jumlah

RENCANA PRODUKSI
A.

B.

....... Ekor/Ha/Unit

PENERIMAAN (hasil penjualan)


1. ...................... x Rp.

Rp

2. ...................... x Rp.

Rp

3. ...................... x Rp.

Rp

JUMLAH PENERIMAAN

Rp

BIAYA POKOK PRODUKSI


1. ......................

Rp

2. ......................

Rp

3. ......................

Rp

4. ......................

Rp

5.

Rp

dst

JUMLAH BIAYA POKOK PRODUKSI

Rp

C.

LABA KOTOR (A B)

Rp

D.

BIAYA USAHA
1. Gaji pengelola

Rp

2. Gaji tenaga kerja tetap

Rp

3. Sewa tanah

Rp

4. dst

Rp

JUMLAH BIAYA USAHA

Rp

Biaya Penyusutan Investasi Harta Tetap

Rp

TOTAL BIAYA USAHA Setelah Penyusutan

Rp

E.

TOTAL BIAYA (B + D)

Rp

F.

LABA USAHA (C D)

Rp

G.

BUNGA BANK (Kredit)

Rp

H.

LABA SEBELUM PAJAK (F G)

Rp

I.

PAJAK PENGASILAN (ppH), DLL

Rp

J.

LABA BERSIH (H I)

Rp

BAB V

KESIMPULAN
Menurut hasil pengamatan yang telah kami lakukan, prospek bisnis makan di
sekitaran kampus, memang sangat menjanjikan karna tidak pernah kehabisan
pelanggan, namun itu semua harus didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai serta harga yang tetap terjangkau agar pelanggan setia tidak berpindah
ke rumah makan lain dan akhirnya konsumen puas dan produsen pun senang.
Aspek teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, serta aspek lingkungan pada
bisnis rumah makan dapat dikatakan baik karena telah memenuhi kriteria
kelayakan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai