Anda di halaman 1dari 155

Penelitian Epidemiologi

Faktor Penyebab Kunjungan Pasien Follow Up Pasien TBC Tidak Kembali


Flavianus R.L.Wayan
NIM. 10 2010 237
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida
Jl. Arjuna Utara Jalan no. 6, Jakarta Barat 11470

Pendahuluan
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru
(TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman
dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang
penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan beratbadan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam
batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi),
keringat banyak malam hari, dan merasa kedinginan.1
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan.
Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di
masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan
masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia
(WHO, 2009). Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang
resisten obat dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi. Dokumen Strategi
Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014 ini disusun dengan konsultasi yang intensif dengan para
pemangku kepentingan di tingkat nasional dan provinsi serta mengacu pada: (1) kebijakan pembangunan
nasional 2010-2014; (2) dokumen strategi dan rencana global dan regional; dan (3) evaluasi perkembangan
program TB di Indonesia.2
Epidemiologi TBC
Dalam hal mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap tuberkulosis, ada dua faktor yang harus
dipikirkan. Pertama, adalah resiko mendapatkan infeksi dan yang lain adalah resiko timbulnya penyakit klinik
sesudah infeksi terjadi. Resiko mendapatkan infeksi dan timbulnya penyakit klinik tergantung dari adanya
infeksi di dalam masyarakat, kepadatan penduduk, keadaan sosial dari populasi tersebut dari tidak tepatnya
perawatan medis. Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif yang dapat menularkan kepada
orang yang berada di sekelilingnya, terutama kontak erat. Resiko penularan setiap tahun (annual risk of

tuberculosis infection: ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah
dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian
besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberculosis hanya 10% yang akan terinfeksi.
Hal ini dipengaruhi daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.3
WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia, kurang lebih sejumlah 2 juta orang terinfeksi
dengan Mycobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India dan Amerika
Latin. 3 Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan cina yaitu
dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati, tiap satu orang penderita
tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai
factor.3
Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak,
perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan perpindahan tempat. 3
Pada orang dewasa dua pertiga kasus terjadi pada laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi tuberculosis pada
wanita di masa anak-anak. Pada anak, kebanyakan terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis di
rumahnya dari seseorang yang dekat padanya. Orang dewasa yang terinfeksi virus HIV dengan tuberculosis
dapat menularkan Mycobacterium tuberculosis ke anak, beberapa darinya berkembang penyakit tuberculosis,
dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi.3,4
a. Cara Penularan
Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam rumah
yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan, dan kereta api
berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB lalu
terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel yang berperan dalam
timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup udara yang mengandung
kuman. Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk,
berbicara atau bersin, maka bakteri TB akan berhamburan bersama droplet nafas penderita yang
bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya.1,2
Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang menghirup
udara yang mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap cahaya ultra violet.
Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi
rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.4
b. Periode Prepatogenesis

Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)


Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia
atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang
lama.
Pada Host,

daya

infeksi

dan

kemampuan

tinggal

sementara Mycobacterium

Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis
infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul
setelah penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan
obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi.
Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital
yang jarang terjadi.

Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar
dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang
mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan
ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan
epidemi penyakit ini.
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan

hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.2-4


Faktor Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian :
Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,

perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita


Puncak sedang pada usia lanjut
Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku

pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak
terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang

diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk dengan
sosialekonomi rendah memiliki laju lebih tinggi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial
sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara
umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi
turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan
kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku
sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan
pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.3

c. Periode Patogenesis (Interaksi Host-Agent)


Interaksi terutama terjadi akibat masuknya agent ke

dalam

saluran

respirasi

dan

pencernaan host. Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan
Lingkungan.3

Gambar 1. Proses Patogenesis kuman TB

Sumber : www.google.com

Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada manusia
yang pertama kali terinfeksi disebut primary infection dan umumnya tidak terlihat gejalanya.
Sebagian besar orang berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi
dengan cara kuman TB dimakan oleh makrofag, dan dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar
hilus paru. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian disebut sebagai
kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan kompleks primer
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.2
Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila gagal
melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan berkembang,
maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa dibawa aliran darah ke
selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak yang sering menimbulkan sequele gejala
sisa yang permanen.2
Secara umum tubuh memiliki kemampuan perlawanan, kecuali pada penderita AIDS/HIV.
Di Amerika 95% anak-anak tubuhnya mampu melawan kuman TB. Di negara-negara yang
mempunyai status gizi buruk, angka tersebut jauh lebih besar. Ada ukuran Annual Risk of
Tubercolosis Infection (ARTI). Indonesia tercatat memiliki ARTI sebesar 1-2%, sedangkan Eropa
memiliki ARTI 0,1-0,3%. Pada ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 orang penduduk
akan ada 10 orang yang tertular. Sebagian besar yang tertular belum tentu berkembang menjadi TB
klinis, hanya sekitar 10% menjadi TB klinis. Dengan ARTI sebesar 1% maka diantara 100.000
penduduk, rata-rata 1000 orang penderita TB baru setiap tahunnya, dimana 100 orang diantaranya
adalah BTA positif.2
Sebagian besar dari kuman TB yang beredar dan masuk ke dalam paru orang-orang yang
tertular mengalami fase atau menjadi dormant dan muncul bila kondisi tubuh mengalami penurunan
kekebalan, gizi buruk, atau menderita HIV/AIDS. TB secara teoritis menyerang berbagai organ,
namun terutama menyerang organ paru. Sedangkan pada paru-paru tempat yang paling disukai atau
tempat yang sering terkena adalah bagian apical pasterior. Hal ini disebabkan karena
Mycrobacterium tubercolocis bersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut adalah bagian paruparu yang banyak memiliki oksigen.2

Program Pemberantasan TBC di Puskesmas


Dalam perkembangannya dalam upaya ekspansi penanggulangan TB, kemitraan global dalam
penanggulangan TB mengembangkan strategi sebagai berikut:3,4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS


Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintahmaupun swasta
Memberdayakan pasien dan masyarakat
Melaksanakan dan mengembangkan riset

Adapun kegiatan P2TB dilaksanakan dengan cara penemuan dan pengobatan pasien, perencanaan,
pemantauan dan evaluasi, peningkatan SDM (pelatihan, supervisi), penelitian, promosi kesehatan, dan
kemitraan dengan lintas sektor.
Tujuan Dan Target
Tujuan P2TB adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan
rantai penularan, serta mencegah terjadinya multidrug resistance (MDR),sehingga TB tidak lagi
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Kebijakan
a. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan
Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi sertamenjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan
prasarana)
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program penanggulangan TB
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan
dan mencegahterjadinya MDR-TB
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TBdilaksanakan oleh seluruh Unit
Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputiPuskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit
Paru(RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatanlain serta Dokter Praktek
Swasta (DPS)
f. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerjasama dan kemitraan dengan
program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu
Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB)
g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan
mutu pelayanan dan jejaring

h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikankepada pasien secara cuma-cuma
dan dijamin ketersediaannya
i. Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yangmemadai untuk meningkatkan
dan mempertahankan kinerja program
j. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok rentan terhadap TB
k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya
l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium Development Goals
(MDGs)
Strategi
a. Peningkatan komitmen politis yang berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan
menjadikan penanggulangan TB suatu prioritas
b. Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara bertahap dan
sistematis
c. Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait melaluikegiatan advokasi, komunikasi
dan mobilisasi sosial
d. Kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan bantuan sumber daya.
e. Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervisi, pemantauan dan evaluasi yang
berkesinambungan
Pedoman kerja Puskesmas dalam P2TB paru 2,3
a. Penatalaksanaan P2TBC
1. Penemuan penderita.
2. Pengobatan
b. Peningkatan sumber daya manusia
Pelatihan tenaga yang terkait dengan program P2TBC
c. Monitoring dan evaluasi
1. Supervisi
2. Pertemuan monitoring :
Evaluasi pengobatan melalui evaluasi klinik dan bakteriologik
d. Promosi
Advokasi, kemitraan dan penyuluhan.
Pemantauan dan Evaluasi Program P2TB
Keberhasilan pelaksanaan program pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus,
untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan,
supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu
(interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana
tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilan tersebut
diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program. 2

Masing-masing tingkat pelaksana program (UPK, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat)


bertanggung jawab melaksanakan pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing. Seluruh
kegiatan harus dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Cara
pemantauan dilakukan dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas
pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran. Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi, diperlukan
suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan benar. 2
Dalam Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, salah satu komponen penting dari
survailans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis,
diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan
survailans harus valid (akurat, lengkap dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan
analisis. Data program Tuberkulosis dapat diperoleh dari pencatatan di semua unit pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan dengan satu sistem yang baku. Formulir-formulir yang dipergunakan dalam
pencatatan TB di Unit Pelayanan Kesehatan/UPK (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter
praktek swasta dll) dalam melaksanakan pencatatan antara lain 2,3 :
Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06).
Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05).
Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).
Kartu identitas pasien TB (TB.02).
Register TB UPK (TB.03 UPK)
Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09).
Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10).
Register Laboratorium TB (TB.04).
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapa indikator.
Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2 yaitu: Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif
(Case Detection Rate = CDR) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate = SR). 2
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas,
yaitu 2 :
Angka Penjaringan Suspek
Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya
Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru
Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien
Angka Notifikasi Kasus (CNR)
Angka Konversi
Angka Kesembuhan
Angka Kesalahan Laboratorium
Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan (marker of
progress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti: sahih (valid), sensitif dan

Spesifik (sensitive and specific), dapat dipercaya (realiable), dapat diukur (measureable), dapat dicapai
(achievable)
Analisa dapat dilakukan dengan membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat
besarnya perbedaan, dan melihat kecenderungan (trend) dari waktu ke waktu.
Penemuan dan Gejala Klinis Pasien TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program
penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Strategi penemuan pasien TB yang
diberlakukan DEPKES RI dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien
dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas
kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.3
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.3,4
Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) 2:

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat

pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot

dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.


S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Pemeriksaan Biakan

Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui
apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas
memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan
dalam beberapa situasi 2:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan,
identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan
mutu (Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan
tersebut memberikan simpulan yang benar sehinggga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR
dapat di cegah. 2
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada
program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis
utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. 2
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks
tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya
lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru. 2

Gambar 2 Alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru 2


Sumber : http://www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/stranas_tb-2010-2014.pdf
Pengobatan
Dalam kegiatan pokok Program Pemberantasan TB Paru dikenal 2 komponen, yaitu komponen
diagnosis dan komponen pengobatan. Pada komponen diagnosis meliputi deteksi penderita di poliklinik
dan penegakkan diagnosis secara laboratorium, sedangkan komponen pengobatan meliputi pengobatan
yang cukup dan tepat serta pengawasan menelan obat setiap hari terutama pada fase awal.3,4
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Paduan obat anti tuberkulosis yang dipakai program sesuai dengan rekomendasi WHO berupa OAT
jangka pendek yang terdiri dari 4 kategori. Setiap kategori terdiri dari 2 fase pemberian yaitu fase
awal/intensif dan fase lanjutan/intermiten. Adapun perincian OAT program adalah sebagai berikut 1-4
Tabel 1. Regimen Terapi OAT
No

Kategor

OAT

Keterangan

.
1.

i
I

2HRZE/4H3R3

- Penderita baru BTA (+)


- Penderita baru BTA
(-)/Ro (+) yang sakit berat
- Pendeerita ekstra paru

2.

3.

II

III

2HRZES/HRZE/
5H3R3E3
2HRZ/4H3R3

berat
- Kambuh (relaps) BTA
(+)
- Gagal (failure) BTA (+)
- Penderita baru BTA
(-)/Ro (+)
- Penderita ekstra paru

4.

5.

IV

Sisipan

- H seumur

ringan
- Penderita dengan TB

hidup
- Obat yang

kronis
- Penderita dengan MDR

masih
sensitif +

TB

Quinolon
HRZE

- Bila penderita oleh K I


dan K II pada akhir fase
awal/intensif masih BTA
(+)

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OATKombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin
kepatuhan pasien menelan obat agar dicapai kesembuhan dan mencegah resistensi serta mencegah drop
out/lalai, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO). 2
Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan panduan OAT :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3
Tabel 2. Dosis Kategori 1
BB

TAHAP INTENSIF

TAHAP LANJUTAN

Penderit
a (Kg)

SELAMA 2 BULAN

SELAMA 4 BULAN

TIAP HARI
TABLET 4 FDC
R150+H75+Z400+E27
5

30 -37
38 -54
55 -70
>71

2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet

TIAP HARI

3X

TABLET 2

SEMINGGU

FDC
R150+H75

TABLET 2

2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet

FDC
R150+H150
2 tablet
3 tablet
4 tablet
5 tablet

Tabel 3. Dosis Kategori 2 ( 2HRZES/HRZE/5H3R3E3)


BERAT
BADAN

30 -37
38 -54
55 -70
>71

TAHAP INTENSIF
SELAMA 3 BULAN
TIAP HARI
2 BULAN

2 tab 4 FDC
+ 2 ml
Strepto
3 tab 4 FDC
+ 3 ml
Strepto

TIAP HARI
1 BULAN

2 Tab 4 FDC
3 Tab 4 FDC
4 Tab 4 FDC
5 Tab 4 FDC

TAHAP
LANJUTAN 3 X
SEMINGGU
SELAMA 5
BULAN
2 Tab 4 FDC
+ 2 Tab Etambutol
3 Tab 4 FDC
+ 3 Tab Etambutol
4 Tab 4 FDC
+ 4 Tab Etambutol
5 Tab 4 FDC
+ 5 Tab Etambutol

4 tab 4 FDC
+ 4 ml
Strepto
5 tab 4 FDC
+ 5 ml
Strepto
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian
kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping

sangat penting dilakukan selama pengobatan. Pemantauan efek samping obat dapat dilakukan dengan
cara :
Menjelaskan kepada penderita tanda-tanda efek samping
Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil OAT.
Efek samping OAT dapat dibedakan menjadi efek samping berat dan efek samping ringan.
Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius. Dalam kasus ini maka

pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialistik.
Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini
sering dapat ditanggulangi dengan obat-obatan simptomatik atau obat sederhana, tetapi kadangkadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini pengobatan OAT dapat
diteruskan.

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang
dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak
digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB. Untuk memantau
kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi). Hasil
pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau
keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. 2,3,4
Penilaian hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan kepada: sembuh, pengobatan
lengkap, gagal, defaulted (lalai berobat), meninggal, dan pindah (transfer out). 2,4
Sembuh : Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak
(follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya
Pengobatan Lengkap : Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Default (Putus berobat) : Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
Meninggal : Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah: Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan ilmu dengan memperoleh pengetahuan berupa
fakta baru sehingga kemudian dapat disusun teori, konsep, hokum, khaidah atau metodologi yang baru. Dari
sini pula dapat diperoleh masalah baru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian. 5
Ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan. Ilmu tidak akan berkembang tanpa penelitian,
sebaliknya penelitian tidak akan ada apabila tidak berada didalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun banyak
sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan
filosofi, sedang penelitian merupakan tindakan (action) yang berguna untuk membangun serta
mengembangkan ilmu pengetahuan. 5,6
a. Usulan Penelitian
Bila peneliti telah menetapkan untuk melakukan penelitian, maka sebelum melaksanakannya ia harus
membuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian tertulis yng bersifat formal dinamakan usulan
penelitian (research proposal, study proposal). Secara esensial, usulan penelitian penelitian
dimaksudkan sebagai penuntun bagi peneliti dalam seluruh rangkaian proses penelitian. Usulan
penelitian yang baik akan mempermudah peneliti dalam melaksanakan seluruh proses penelitian.
Sistematika usulan penelitian sangat bervariasi dari lembaga yang satu dan lembaga yang lainnya,
meski substansinya sama, oleh karena itu sesuatu yang nampaknya bersifat teknis dan tidak substantif
ini harus diperhatikan oleh seorang peneliti apabila ingin memperoleh dukungan dari penyandang
dana. Berikut ini adalah sistematika usulan penelitian yang sering digunakan dalam penyusunan usulan
penelitian.
1. Judul Usulan Penelitian
Harus memenuhi beberapa persyatan berikut, yakni :
Harus menggambarkan keseluruhan isi rencana penelitian
Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak terlalu panjang, meski tidak
dapat ditentukan batas jumlah katanya. Mungkin sifat atau isi penelitian memerlukan

judul panjang;apabila perlu dapat disertakan subjudul


Tidak menggunakan singkatan kecuali yang baku
Judul sering bukan berupa kalimat lengkap, namun hanya merupakan label saja.

2. I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Latar belakang masalah merupakan bagian yang paling penting dari setiap usulan
penelitian. Dalam penilaian suatu masalah untuk memperoleh dana, banyak
penyandang dana memberikan bobot tertinggi untuk latar belakang masalah ini. Dapat
dimengerti karena latar belakang masalah merupakan inti usulan, sedangkan isi usulan

selebihnya hanya menguraikan lebih lanjut apa yang telah dikemukakan dalam latar
belakang tersebut.
Agar mudah diikuti dan dipahami pembaca, uraian Latar Belakang Masalah
hendaknya mencakup 4 hal yang lebih mudah diikuti bila disusun dalam urutan sebagai
berikut :
Penyataan tentang masalah penelitian serta besaran masalah
Apa yang sudah diketahui (what is known)
Apa yang belum diketahui (what is not known-knowledge gap)
Apa yang dapat digarap dari penelitian yang direncanakan untuk menutup
knowledge gap tersebut
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Identifikasi masalah umumnya meruakan ringkasan uraian dalam Latar Belakang yang
dibuat secara padat, tajam spesifik. Dengan uraian ini masalah penelitian menjadi jelas
dan terlokalisasi, yang sekaligus menjadi dasar Rumusan Masalah. Rumusan masalah
penyelitian yang baik perlu memenuhi syarat berikut :
Hendaknya disusun dalam kalimat Tanya (interogatif). Rumusan malasah dalam
kalimat Tanya ini sangat dianjurkan, karena dapat bersifat khas dan tajam;
karena itu rumusan masalah disebut juga pertanyaan penelitian (research
question). Dengan rumusan masalah dalam bentuk kalimat Tanya, masalah

penelitian lebih terfokus, spesifik dan tajam


Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda.
Bila terdapat pertanyaan lebih dari satu, maka masing-masing pertanyaan harus
diformulasikan terpisah, agar pertanyaan masing-masing dapat dijawab secara
terpisah pula.

C. Hipotesis
Merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang
harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai denar atau salah,
melainkan diuji dengan data empiris apakah sahih (valid) atau tidak.
Formulasi hipotesis yang baik memenuhi persyaratan berikut ini :
Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana, tidak bermakna

ganda
Mempunyai landasan teori yang kuat.
Menyatakan hubungan antara satu variable dependent dengan satu atau lebih
variable independent (bebas).

Hipotesis memungkinkan diuji secara empiris. Hal ini mutlak dalam semua
studi empiris; suatu hipotesis meski mempunyai dasar yang kuat, tidak dapat

disebut memenuhi syarat apabila tidak dapat diuji secara empiris


Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variable-variabel

yang diukur
Harus dikemukanan sebelum penelitian dimulai, sebelum data terkumpul.
Sistematika Usulan Penelitian

Judul
I.

II.
III.

D.
E.
IV.
V.

Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan Masalah
Hipotesis
Tujuan
Manfaat
Tinjuan Pustaka
Kerangka Konsep
Metodologi
Desain
Tempat dan Waktu
Populasi dan Sampel
Kriteria Inklus dan Eksklusi
Besar Sampel
Cara Kerja
Gambar 3. Sistematika Penulisan Usulan Penulisan
Identifikasi Variabrel
Penelitian
Rencana Manajemen dan analisis data
Tujuan
uraian
Definisi
Operasional
Biasanya
tentang
tujuan penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus
Manfaat
Penelitian
Masalah Etika
Pada
bagian
ini perlu diuraikan manfaat apa yang diharapkan dari penelitian yang akan
Daftar Pustaka
Lampiran
dilakukan.

3. II. Tinjauan Pustaka


Dalam bab ini, harus diuraikan dengan mendalam berbagai aspek teoritis yang mendasari
penelitian.
Dalam tinjauan pustaka tidak perlu seluruh aspek penyakit yang diteliti dibahas dengan
proporsi yang seimbang, seperti membuat suatu buku ajar, seperti yang sering dilakukan oleh
pemula. Yang diperlukan adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan
penekanan utama pada hubungan antar variable yang diteliti dan variable lain yang mungkin
berperan.

Sumber pustaka yang digunakan sebaiknya yang terbaru, mungkin 3-5 tahun terakhir agar
informasi yang disampaikan tidak kadaluwarsa. Sumber informasi terkini dapat diperoleh dari
online database melalui internet. Teknik penulisan akademik yang benar pun perlu
diperhatikan sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.
4. III. Metodologi
Bab ini harus dibuat secara rinci yang bermanfaat menuntun peneliti dalam pelaksanaan,
analisis, interpretasi hasil penelitian. Bab ini mencakup bagian-bagian berikut :
Desain Penelitian
Pada esensinya merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk
menguji kesahian hipotesis. Umumnya desain penelitian klinis diklasifikasikan
berdasarkan ada atau tidaknya intervensi, menjadi penelitian observasional (termasuk
studi cross-sectional, studi kohort, studi kasus-kontrol) dan penelitian eksperimental

(termasuk uji klinis).


Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi Penelitian
Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek dengan
karakteristik tertentu. Populasi dapat dibagi menjadi populasi target dan populasi

terjangkau.
Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel adalah subset atau bagian populasi yang diteliti. Cara pemilihan sampel
bermacam-macam, misalnya pemilihan secara random atau acak, sistematik,berurutan,
cluster, convenience dan seterusnya. Dalam usulan penelitian, cara pemilihan subyek

harus ditegaskan secara eksplisit dan rinci


Estimasi Besar Sampel
Usulan penelitian yang baik harus memuat perkiraan besar sampel (bukan jumlah
sampel) yang diperlukan.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi5,7
o Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan populasi
terjangkau. Peneliti harus berhati-hati agar criteria tersebut relevan dengan
masalah penelitian.
o Kriteria Eksklusi
Sebagian subyek yang memenuhi criteria inklusi harus dikeluarkan dari studi
oleh karena berbagai sebab. Keadaan yang biasanya menjadi criteria eksklusi
pada studi klinis antara lain :

1. Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu pengukuran


atau interpretasi.
2. Terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan, seperti pasien
yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap hingga dapat dipastikan akan

sulit ditindak lanjuti


3. Hambatan etis
4. Subyek menolak berpartisipasi.
Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent)
Semua penelitian dengan subyek manusia baru dapat dilaksanakan apabila telah
diperoleh persetujuan dari calon subyek penelitian atau keluarga. Formulir persetujuan

penelitian harus disertakan pada bagian Lampiran suatu usulan penelitian


Cara Kerja
a. Alokasi subyek
Dalam setiap penelitian yang membandingkan variable harus disebutkan dengan
jelas subyek mana yang menjadi kelompok yang diteliti, mana yang menjadi
kelompok yang menjadi control.
b. Pengukuran dan Intervensi
Dalam bagian ini diuraikan secara rinci dengan bahasa teknis semua metode
pengukuran yang digunakan. Teknik pengukuran yang sudah biasa atau lazim
digunakan tidak perlu diuraikan secara rinci tetapi untuk teknik pengukuran yang
baru perlu diuraikan secara rinci atau diberikan rujukannya. Dapat pula disertakan
dalam bagian Lampiran.
c. KriteriaPenghentian Penelitian
Dalam uji klinis perlu diperhitungkan apakah akan dilakukan analisis interinm,
yakni dilakukan sebelum semua subyek yang direncanakan masuk dalam
penelitian. Hal ini diperlukan karena untuk pertimbangan biaya, waktu ataupun
jumlah subyek namun yang paling penting ialah untuk menghindarkan perbedaan

yang mencolok antara dua kelompok yang dibandingkan.


Identifikasi Variabel
Semua variable yang diteliti harus diidentifikasi, variable apa saja yang masuk variable

bebas, variable tetap dan perancu (confounding)


Definisi Operasional
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang
operasional. Maksudnya agar tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam
penelitian tersebut.

Dalam banyak hal, definisi operasional ini mengacu pada pustaka yang ada akan tetapi
tidak diharamkan untuk membuat definisi sendiri selama dapat dipertanggung

jawabkan.
Rencana Pengolahan data dan Analisis data
Bagian ini secara ringkas merinci bagaimana data yang terkumpulkan akan diolah,
dianalisis dan disajikan. Sebut saja jenis analisis yang akan dipergunakan. Bila terdapat
beberapa set variable yang akan dianalisis, dirinci saja cara analisis yang akan
digunakan untuk tiap set variable. Program computer yang direncanakan digunakan
untuk analisis data perlu disebut, namun perlu juga diperhatikan relevansi program

dengan data yang ada.


5. Daftar Pustaka dan Lampiran
Daftar pustaka yang digunakan harus disertakan dengan system yang dipilih dan dilakukan
secara taat azas. Umumnya saat ini digunakan sistem Vancouver. Penulisan daftar pustaka
harus cermat termasuk memperhatikan spasi dan tanda baca, huruf capital atau biasa, huruf
miring atau bold dan seterusnya.
Dalam lampiran disertakan semua hal yang relevan namun tidak ditulis dalam badan usulan.
Aspek logistic dan administrasi juga dapat disertakan.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data
Dalam studi epidemiologi, seperti pengukuran morbiditas dan mortalitas, mengukur indeks kesehatan,
epidemiologi deskriptif, analitis, maupun eksperimen, selalu dibutuhkan data untuk diolah, dianalisis,
dan ditarik kesimpulan untuk dilaporkan. Oleh karena itu, data yang dibutuhkan harus dikumpulkan
dengan cara yang terbaik agar kesimpulan yang diambil tidak bias. Dalam melakukan pengumpulan
data, hendaknya diketahui hal-hal sebagai berikut6,7:
1. Sumber data
2. Metode
3. Teknik
Sumber data
Data epidemiologi dapat berasal dari berbagai sumber tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dan
setiap sumber mempunyai keuntungan dan kerugian. Pengetahuan tentang sumber data merupakan
hal yang sangat penting untuk diketahui karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan
tujuannya sebab bila terjadi kesalahan dalam sumber data maka akan terjadi kesalahan dalam
penarikan kesimpulan. Misalnya dilakukan penelitian untuk mengetahui permanfaatan sarana
pelayanan kesehatan yang terdapat di suatu daerah dan sebagai sumber data digunakan pelayanan

kesehatan tersebut. Hal ini tidak tepat karena sumber data yang sesuai dengan tujuan terletak di
masyarakat. Bila hal ini dilakukan, akan menimbulkan kesalahan dalam menarik kesimpulan hasil
penelitian.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer atau data sekunder. Dari sumber data, kita dapat
mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari sumber primer atau sekunder. Untuk pengumpulan
data primer, sumber data terletak di mayarakat yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Survei epidemiologi
2. Pengamatan epidemiologi
3. Penyaringan
Untuk pengumpulan data sekunder, sumber data dapat berupa:
1.

sarana pelayanan kesehatan misalnya:


a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Balai pengobatan
2. Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya:
a. Departernen kesehatan
b. Dinas kesehatan,
c. Biro Pusat Statistik
3. Absensi:
a. sekolah
b. industri
c. perusahaan
4. secara internasional, data epidemiologi dapat diperoleh dan WHO, seperti
a. Population and vital Statistics report.
b. Populaion bulletin,
c. Epideiniological report.
Metode pengumpulan data
Setelah ditentukan sumber data yang digunakan kemudian dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan berbagai metode berikut6.
1. Mengumpulkan data dan catatan medik di sarana pelayanan kesehatan atau instansi yang
berhubungan dengan kesehatan.Cara ini mempunyai keuntungan, yaitu mudah dilakukan,
membutuhkan waktu dan biaya yang relatif kecil, tetapi data yang dibutuhkan sering
tidak ada atau tidak lengkap.
2. Pengumpulan data dapat juga dilakukan dengan survei. Dengan cara ini, data yang
diperoleh merupakan data primer dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita, tetapi
cara ini membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang cukup besar.

Cara mana yang akan ditempuh tergantung dari tujuan dan kebutuhan akan data tersebut serta
tersedianya waktu, tenaga, dan biaya. Bila data yang dibutuhkan sangat penting seperti pada kejadian
luar biasa. sebaiknya dilakukan pengumpulan data primer.
Di samping pengumpulan data kuantitatif seperti yang telah diuraikan di atas, dapat pula dilakukan
pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dengan metode:
1. Diskusi kelompok terarah dan
2. wawancara mendalam.
Teknik pengumpulan data
Secara garis besar. pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik6,8:

Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara
dengan responden. Data yang dikumpulkan dapat bersifat:
1. Fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang pernab diderita;
2. Sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan janiban keluarga, penyuluhan kesehatan;
3. Pendapat, misalnya pendapat tenlang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan di
desa;
4. Keinginan, misalnya pelayanan kesehatan yang diinginkan;
5. Pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi wabah kolera yang melanda daerah
mereka.

Pengumpulan data dengan teknik wawancara mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
Keuntungan
Beberapa keuntungan yang diperoleh dan pengumpulan data dengan teknik wawancara adalah:
a. Jawaban yang dilakukan oleh responden secara spontan hingga jawaban lebih dapat
dipercaya
b. Dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap jawaban yang diberikan
c. Dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal-hal yang lupa
d. Data yang diperoleh berupa data primer.
Kerugian
Di samping keuntungan pengurnpulan data dengan teknik wawancara yang telah disebutkan,
terdapat pula beberapa kerugian yaitu:
1. membutuhkan waktu yang larna dengan biaya yang relatif besar;
2. mudah timbul bias yang disebabkan oleh:
a. Pewawancara, bila pewawancara kurang menghayati permasalahan dan kurang
memahami teknik wawancara
b. Responden, dalam menjawab pertanyaan, responden sering menyembunyikan hal
yang sebenarnya terutama pertanyaan yang bersifat pribadi, misalnya frekuensi
hubungan seks per minggu atau dapat juga jawaban yang sifatnya hanya untuk

menyenangkan pewawancara. Bila kedua hal tersebut terjadi akan menimbulkan


bias;
c. Pertanyaan yang diajukan pada responden. Pertanyaan yang kurang jelas atau
yang mempunyai arti ganda hingga membingungkan maka jawaban yang
diberikan tidak tepat.
d. Pertanyaan yang mengharuskan responden mengingat kembali masa lalu yang
cukup lama maka jawaban yang diberikan kernungkinan besar bias.
Pedoman pelaksanaan wawancara
Walaupun tugas pewawancara ialah untuk memperoleh data yang sebaik-baiknya, tetapi
responden mempunyai hak untuk menolak memberikan jawaban dan pewawancara tidak
dapat memaksa. Yang dapat dilakukan oleh pewawancara adalah menarik minat responden
agar bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan.

Agar pewawancara dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik, dibutuhkan suatu pedoman. Secara garis besar,
pedoman dalam melaksanakan wawancara dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya bahasa yang
menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden.
2. Dalam melakukan wawancara hendaknya menggunakan bahasa responden karena
dengan demikian pewawancara tidak dianggap sebagai orang asing dan responden
tidak merasa canggung atau malu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Harus diciptakan suatu suasana psikologis yang sedemikian rupa sehingga terjalin
suatu kerja sama yang baik dan saling mempercayai antara responden dan
pewawancara. Suasana demikian disebut Rapport.
4. Suasana wawancara harus santai.
5. Wawancara diawali dengan pertanyaan yang mudah dijawab karena biasanya pada
awal wawancara, responden merasa agak tegang.
6. Keadaan responden pada waktu akan diwawancarai harus diperhatikan, misalnya
bila responden sedang sibuk atau mendapat musibah sebaiknya tidak dilakukan
wawancara, tetapi ditunda pada hari yang lain.
7. Jangan terkesan tergesa-gesa.
Keberhasilan wawancara dapat dicapai bila:
1. Pewawancara terampil dalam melakukan wawancara;
2. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan minat responden, responden memahami
pertanyaan dan percaya pada pewawancara;

3. Rapport dapat tercapai;


4. Suasana santai.
Daftar pertanyaan
Lampiran daftar pertanyaan merupakan instrumen penting dalam pengumpulan data.
Lampiran ini berisi pertanyaan yang akan diajukan pada responden dan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pembuatan daftar pertanyaan adalah agar tidak
terdapat pertanyaan penting yang terlewatkan. Oleh karena itu, sebelum digunakan,
hendaknya dilakukan uji coba untuk mengetahui apakah pertanyaan yang diajukan dapat
dimengerti oleh responden dan pada pewawancara dilakukan pelatihan secukupnya.
Pedomaan penyusunan daftar pertanyaan
Sebelum daftar pertanyaan disusun, hendaknya ditentukan dahulu variabel-variabel yang
hendak dicari kemudian variabel tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang dapat
diukur. Misalnya, variabel yang hendak dicari adalah pengetahuan respoden tentang
kesehatan maka diukur melalui tingkat pendidikun.
Penyusunan daftar pertanyaan diawali dengan identitas responden kemudian baru masuk
ke dalam materi yang akan dicari. Dalam penyusunan ini harus diawali dengan pertanyaan
yang sederhana hingga rnudah dijawab oleh respoden.
Untuk menuliskan pertanyaan yang diajukan hendaknya memperhatikan hal- hal berikut.
1. Pertanyaan harus singkat, jelas dan sederhana hingga mudah dimengerti oleh
pewawancara maupun respoden.
2. Pertanyaan jangan menyinggung perasaan responden. Misalnya, pertanyaan tentang
kehamilan tanpa didahului pertanyaan tentang status marital.
3. Pertanyaan jangan menjurus pada suatu jawaban yang dapat ditebak sebelumnya,
misalnya, apakah bapak bersedia datang bila mendapat penggilan dari kepala desa?
4. Pertanyaan hendaknya sesedikit mungkin mengharuskan responden untuk mengingat
masa lalu karena mempunyai potensi untuk menimbulkan bias. Untuk mengatasi hal
demikian,

hendaknya

pewawancara

membantu

untuk

mengingatkan

dengan

mernberikan contoh tentang peristiwa yang terjadi di daerah tersebut atau peristiwa
nasional seperti zarnan pendudukan Jepang atau Revolusi Kemerdekaan.
5. Pertanyaan sedapat mungkin tidak mengharuskan responden untuk menghitung,
misalnya, berapa selisih umur ibu dengan puteri ibu yang kedua?
6. Pertanyaan harus mudah diingat oleh pewawancara.
7. Bila perlu, berikan pertanyaan tambahan, misalnya pertanyaan tentang kehamilan
ditambahkan pertanyaan tentang status marital.

8. Pertanyaan jangan rancu. Misalnya, apakah ibu dan keluarga menggunakan sarana
pelayanan kesehatan di Puskesmas ? Pertanyaan ini akan sulit dijawab jita tidak semua
anggota keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Puskesmas. Untuk mengatasinya.
hendaknya pertanyaan dipisah-pisahkan menjadi beberapa pertanyaan.
Tipe pertanyaan
Dalam mengumpulan data, pentanyaan yang diajukan dapat berupa:
1. pertanyaan tertutup,
2. pertanyaan terbuka, dan
3. kombinasi.
Pertanyaan Tertutup
Pada pertanyaan tertutup, jawaban respoden dibatasi dan hanya memilih jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan tertutup dapat berupa:
1. Dikhotom dan
2. Pilihanganda.
Pada pertanyaan tertutup dapat ditambahkan dengan pertanyaan terbuka, misalnya
ditambahkan lain-lain yang bersifat terbuka. Pertanyaan demikian sering disebut
kombinasi atau terbuka terbatas. Pada pertanyaan yang hersifat dikhotom, responden
hanya diberi dua pilihan ya atau tidak. Misalnya: Pada saat terjadi wabah diare di
daerah ini, apakah Anda terkena? Jawaban yang diberikan adalah ya atau tidak
Pertanyaan bersifat dikhotom ini mempunyai keuntungan, yaitu rnudah dijawab dan
mudah diolah. Di samping keuntungan itu, terdapat pula kerugiannya, yaitu data yang
diperoleh tidak mendalam dan sering kali jawaban dipaksakan karena tidak ada pilihan
lain.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, sering ditambahkan butir lain dalam pertanyaan
(pilihan ganda) seperti:
a. Tidak tahu,
b. Ragu,
c. Tidak ingat,
d. Tidak mengerti,
e. Sering,
f. Kadang-kadang,
g. Lain-lain (terbuka). Misalnya:
1. Apakah putera ibu telah mendapat imunisasi Iengkap?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak ingat
2. Apakah sumber air yang digunakan untuk minum dan rnemasak?

a. PAM
b. Sumur gali
c. Sumur bor
d. Mata air
e. Lainlain, .sebutkan
3. Apakah air dimasak dahulu sebelum diminum?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan pilihan ganda.
Keuntungan
Pertanyaan pilih ganda mempunyai keuntungan sebagai berikut:.
1. Data yang diperoleh lebih luas.
2. Respoden mempuriyai kesempatan untuk memilih yang lebih luas.
3. Pengolahan data tidak sulit.
Kerugian
Di samping keuntungan, pertanyaan pilihan ganda juga mempunyai kelemahan yaitu:
1. Bila butir pertanyaan terlalu banyak akan membingungkan responden dan
2. Jawaban dapat lebih dan satu,
Untuk niengatasi kelemahan itu dapat dilakukan hal-hal berikut.
1. Butir pertanyaan jangan terlalu banyak.
2. Pertanyaan ditujukan pada yang utama atau biasanya. Misalnya, pertanyaan tentang
sumber air minum diubah menjadi. Apakah surnbar air minum yang biasa Anda gunakan?
Pertanyaan Terbuka
Pada pertanyaan terbuka, jawaban responden harus dicatat kata demi kata untuk
menghindarkan bias yang dilakukan oleh pewawancara. Oleh karena itu, jawaban responden
harus direkam.
Pertanyaan terbuka bisanya digunakan untuk memperoleh data tentang,
1.
2.
3.
4.

Pendapat
Saran
Persepsi, dan
Proses, misalnya:
a. Bagaimana pendapat ibu tentang keberadaan bidan di desa? Mengapa?
b. Apakah saran Ibu untuk memperbaiki lingkungan di desa ini? Mengapa?
c. Dapatkah Anda menceriterakan awal terjadinya wabah diare di daerah ini?

Keuntungan
1. Responden dapat dengan leluasa mengemukakan hal yang ditanyakan.
2. Informasi yang diperoleh banyak dan mendalam.

Kerugian
1. Pengolahan data membutuhkan keahlian khusus.
2. Tidak dapat dilakukan pada sampel yang besar.
Kini timbul pertanyaan, kapan digunakan pertanyaan tertutup dan kapan pertanyaan terbuka?
Pertanyaan tertutup biasanya digunakan bila tujuan penelitian dapat dinyatakan dengan jelas,
rnisalnya:
1. Penelitian deskriptif atau
2. Penelitian analitik;
Sedangkan pertanyaan terbuka biasanya digunakan pada penelitian eksploratif. Untuk
pengumpulan data kualitatif.

Angket
Teknik lain yang digunakan untuk pengumpulan data ialah angket. Pada angket, jawaban diisi
oleh responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang diterima. Sedangkan pada wawancara,
jawaban responden diisi oleh pewawancara.
Untuk pengembalian daftar isian dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.
1. Canvasser yaitu daftar yang telah diisi, ditunggu oleh petugas yang menyerahkan.
2. Householder yaitu jawaban responden dikirirnkan pada alamat yang telah ditentukan,
Keuntungan
Pengumpulan data dengan cara angket mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
1. Relatif murah,
2. Tidak membutuhkan banyak tenaga, dan
3. Dapat diulang.
Kerugian
Di samping beberapa keuntungan yang telah disebutkan, pengumpulan data dengan cara angket
tidak luput dari beberapa kerugian, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Jawaban tidak spontan,


Banyak terjadi nonrespons,
Pertanyaan harus jelas dan disertai petunjuk yang jelas.,
Pengembalian lembar jawaban sering terlambat,
Jawaban sering tidak lengkap terutama bila kalimat pertanyaan kurang dimengerti

responden,
6. Sering tidak diisi oleh responden, tetapi diisi oleh orang lain, dan
7. Tidak dapat digunakan untuk responden yang buta aksara.
Untuk mengatasi kerugian dalam angket dapat dilakukan dengan:

1. Kunjungan dan dilakukan wawancara pada nonrespons,


2. Untuk jawaban yang terlambat harus dikeluarkan dan tidak dianalisis, dan
3. Bila nonrespons terlalu banyak, dilakukan pengiriman ulang daftar isian.

Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertolongan indra
mata. Teknik ini bemanfaat untuk:
1. Mengurangi jumlah pertanyaan, misalnya pertanyaan tentang kebersihan rumah tidak
perlu ditanyakan, tetapi cukup dilakukan observasi oleh pewawancara;
2. Mengukur kebenaran jawaban pada wawancara, misalnya, pertanyaan tentang kualitas
air minum yang digunakan oleh responden dapat dinilai dengan melakukan observasi
langsung pada sumber air yang dimaksud;
3. Untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara atau angket.
Misalnya, pengamatan terhadap prosedur tetap dalarn suatu pelayarian kesehatan.
Macam-macam observasi
1. Observasi partisipasi lengkap, yaitu mengadakan observasi dengan cara mengikuti seluruh
kehidupan responden. Cara ini banyak digunakan dalam penelitian antropologis.
2. Observasi partisipasi sebagian yaitu mengadakan observasi dengan cara mengikuti
sebagian dan kehidupan responden sesuai dengan data yang dinginkan. Misalnya,
penelitian tentang gizi dan ingin rnengetahui menu makanan sehari-hari yang dimakan
responden dilakukan dengan makan bersama dan mengadakan observasi untuk menilai
menu makanan yang disajikan.
3. Observasi tanpa partisipasi, yaitu mengadakan observasi tanpa ikut dalam kehidupan
responden. Misalnya, untuk mengamati prosedur tetap pemasangan IUD yang dilakukan
oleh bidan.
Dalam pengumpulan data dengan teknik observasi terdapat beberapa kelemahan yaitu:
1. Keterbatasan kemampuan indra mata,
2. Hal-hal yang sering dilihat, perhatian akan berkurang hingga adanya kelainan kecil tidak
terdeteksi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan cara-cara berikut.

1. Mengadakan pengamatan berulang-ulang.


2. Pengamatan dilakukan oleh beherapa orang.
Pemeriksaan
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan
dapat berupa:

1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan fisik, dan
3. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan dapat dilakukan:
1. Hanya sekali atau
2. Berulang-ulang tergantung pada tujuan penelitian.
Misalnya, pada penelitian cross-sectional, pemeriksaan dilakukan hanya sekali; sedangkan pada
penelitian prospektif, pemeriksaan dilakukan berulang-ulang untuk menemukan insidensi
penyakit yang diteliti.
Waktu dan frekuensi pemeriksaan ini harus ditentukan pada waktu perencanaan sesuai dengan
perkiraan timbulnya insidensi. Tempat pemeriksaan:
1. Dapat dilakukan dilapangan atau
2. Sarana pelayanan kesehatan.
Organ yang diperiksa dapat berupa:
1. Seluruh organ.
2. Organ tertentu seperti paru-paru,jantung, limpa, kadar kolesterol, kadargula darah,
dan
3. Beberapa organ sekaligus seperti pemeriksaan jantung dan paru-paru
Pengolahan data
Pengolahan data ialah proses penataan, karena data hasil pengumpulan merupakan data kasar. Seorang
peneliti, sewaktu merencanakan penelitiannya seharusnya sudah mempunyai rencana pengolahannya,
apakah akan diolah dengan menggunakan tangan (manual) atau akan diolah secara elektronik dengan
komputer, begitu pula tabel-tabel yang dihasilkan. Pertanyaan-pertanyaan, dalam kuesioner harus sudah
mencerminkan apa yang akan ditabelkan sesuai dengan rencana tabulasi tadi5,6,8,9.
Pengolahan yang baik, tangan (manual) atau elektronik akan menghasilkan keluaran yang dapat
berbentuk tabel, grafik atau ringkasan seperti jumlah, angka rata-rata, presentasi, proporsi, ratio, angka
indeks, koefisien korelasi dan regresi. Bila jumlah sampel sangat besar dan jumlah variabel sangat
banyak, maka pengolahan data manual kurang efektif karena keterbatasannya, yaitu dalam hal
ketelitian, kecermatan dan kecepatan. Dalam keadaan demikian pengolahan data elektronik dengan
komputer dapat memecahkan keterbatasan tersebut.
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa apapun cara pengolahan data yang dipakai, baik manual
maupun elektronik langkah-langkah pokok sama saja. Langkah-langkah pokok pengolahan data adalah
sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa data)


2. Coding (memberi kode)
3. Tabulating data (tabulating)
Ketiga proses tersebut diatas disebut edisi
A. Memeriksa data (Editing)
Yang dimaksud proses editing ialah memeriksa data yang dikumpulkan yang berupa daftar
pertanyaan, kartu buku register dan lain-lain.
Pemeriksaan data meliputi6,9:
1. Menjumlah:
Yang dimaksud menjumlah ialah menghitung banyaknva lembaran daftar pertanyaan,
yang telah diisi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang ditentukan. Bila
terdapat kekurangan, dapat segera dicari sebabnya dan diatasi, sebaliknya bila terdapat
jumlah yang berlebih, yang mungkin terjadi karena pencatatan unit yang tidak termasuk
dalam sampel, dapat segera diketahui dan diambil tindakan
Selain diatas, termasuk pula dalam jumlah pendapatan perkapita pertahun, dilakukan
dengan menanyakan jumlah pengeluaran per hari per keluarga, maka perhitungan
pengeluaran perhari menjadi pendapatan perkapita per tahun dilakukan dalam prose
pengolahan ini.
2. Korelasi
Yang dimaksud dengan proses korelasi ialah proses membenarkan atau menyelesaikan bila
terdapat hal-hal yang salah atau tidak jelas, misalnya:
a. Memeriksa apakah semua pertanyaan telah diisi
b. Apakah ada jawaban sesuai dengan pertanyaan
c. Terdapat tulisan yang kurang jelas
d. Terdapat kesalahan dalam pengisian, misalnya berat badan anak balita diisi
dengan 45 kg.
B. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengolahan data, terutama data
dengan klasifikasi, Misalnya : jenis kelamin, untuk laki-laki diberi kode 1 untuk wanita diberi kode
II. Untuk tingkat pendidikan kode yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

Tidak sekolah=
SD
SLTP
SLTA

kode 0
=
kode l
=
kode 2
=
kode 3

Perguruan tinggi
Lain-lain

=
=

kode 4
kode 6

Selain terdapat keuntungan, yaitu memudahkan proses pengolahan, terdapat juga kerugian, yaitu
seringnya terjadi kesalahan dalam menulis kode, misalnya kode 3 untuk SLTP dan sebagainya.
Hal ini dapat menimbulkan kesalahan. Untuk meniadakan atau memperkecil kesalahan ini
pengisian harus dilakukan dengan teliti. Pemberian kode ini dapat dilakukan sebelum atau
sesudah penelitian dilaksanakan. Dalam pengolahan selanjutnya kode-kode tersebut harus
diterjemahkan kembali kedalam variabel aslinya8
C. Menyusun data (Tabulating)
Yang dimaksud dengan menyusun data ialah mengorganisir data sedemikian rupa hingga mudah
dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik Pelaksaaan tabulasi: Dibutuhkan
alat-alat seperti : pensil, kertas, kartu, penggaris, kalkulator, mesin tik
a. Metoda Tally
Yang dimaksud dengan metoda Tally ialah menghitung variabel dengan cara membuat
coretan berupa garis-garis tegak sebanyak 4 buah, diikuti dengan garis melintang yang
memotong keempat garis tadi. Cara ini juga dikenal dengan cross five. Cara ini hanya
digunakan pada data yang variabelnya tidak banyak dan jumlah observasi yang tidak
banyak, karena sering terjadi kesalahan. Bila hal ini terjadi maka seluruh perhitungan harus
diulang kembali dan awal
Cara pelaksanaan:
1. Buatlah semacam tabel
2. Tulislah variabel yang diinginkan
3. Jumlahkan semua garis-garis tally sesuai dengan variabel
Contoh: proses tabulasi dalam satu wilayah

b. Dengan menggunakan kartu


Ada dua macam kartu yang digunakan
Kartu tanpa lubang. Prinsip perhitungan dengan menggunakan kartu ini ialah
menuliskan semua kode dan daftar pertanyaan kedalam kartu, kemudian kode yang

sama disatukan dan dijumlah


Kartu dimana tepinya lubang diberi kode, untuk kode yang sesuai dengan daftar
pertanyaan lubangnya digunting, setelah semua kartu dikerjakan, kartu-kartu tersebut
ditumpuk dan pada lubang digunting ditusuk dengan kawat, maka kartu dengan
lubang yang digunting akan jatuh dan dihitung jumlahnya. Hal-hal yang serupa
dilakukan pada kode-kode yang lain. Setelah jumlah semua variabel dihitung lalu
dibuat tabel.

Keuntungan dan kerugian penggunaan kartu:


Pengolahan dengan menggunakan kartu tanpa lubang atau dengan lubang mempunyai
keuntungan dan kerugian sebagai berikut:
Keuntungan:
1. Perhitungan lebih cepat daripada metoda tally
2. Dapat digunakan untuk jumlah dan variabel yang banyak terutama pada kartu tanpa
lubang
3. Data dapat disimpan dan digunakan kembali bila perlu
Kerugian:
1. Menggunakan kartu membutuhkan biaya yang lebih besar daripada metoda tally.
2. Sering terjadi kesalahan dalam memindahkan data dan daftar pertanyaan kedalam kartu

Pengolahan data diatas (Metoda Tally, menggunakan kartu) sering digunakan pada penelitian
deskriptif yang analisisnya ditampilkan dengan univariat atau bivariat dalam bentuk presentasi
atau proporsi.
EDP (Electronik Data Processing)
Metoda ini dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk itu diperlukan pengetahuan dasar
komputer serta beberapa program aplikasi. Program-program komputer ini sering dilakukan pada
penelitian analitik (Kasus kantrol, kohort studi, eksperimen), ataupun disain penelitian Cross sectional
Penyajian data
Setelah data dikumpulkan dan diolah, tindakan selanjutnya penyajian data agar orang dapat memahami
hasil penelitian, karena itu penyajian ini harus bersifat sederhana. Penyajian data adalah pemaparan
data hasil penelitian yang disusun secara teratur6.
Penyajian data berguna agar orang lain dengan mudah memperoleh gambaran, mengadakan
perbandingan atau meramalkan hasil penelitian Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui
berbagai bentuk. Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Penyajian data dalam bentuk teks (textuler)
2. Penyajian data dalam bentuk tabel
3. Penyajian data dalam bentuk grafik
1. Penyajian data dalam bentuk teks (tekstuler)
Secara umum penggunaan ketiga bentuk penyajian itu berbeda. Penyajian data dalam bentuk
textuler biasanya digunakan dalam penelitian atau data kualitatif. Penyajian dalam bentuk tabel
digunakan untuk data yang sudah diklasifikasi dan ditabulasi. Tetapi apabila akan diperlihatkan
atau dibandingkan secara kuantitatif, maka disajikan dalam bentuk grafik, meskipun demikian
pada praktek, ketiga bentuk penyajian data dipakai secara bersamaan, karena memang saling
melengkapi9
Penyajian data dalam bentuk textuler adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat.
Misalnya penyebaran malaria didaerah pedesaan pantai lebih tinggi bila dibandingkan dengan
penduduk pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian data dalam
sistematik dan pada data numerik yang tersusun dalam kolom dan jajarannya. Sedangkan
penyajian data dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data secara visual. Penyajian data
dalam bentuk kuantitatif sering menggunakan tabel dan grafik.

2. Penyajian data dalam bentuk tabel (table presentation)


Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian data dalam bentik angka yang disusun secara
teratur dalam kolom-kolom dan baris. Untuk membuat tabel perlu diupayakan agar tabel dapat
mudah dimengerti, mudah dibaca, dan cara menulis tabel betul. Sebagai patokan/acuan dalam
menulis tabel adalah sebagai berikut:
a. Judul

: harus jelas, singkat, dan lengkap dan mengenai sasaran (self explanation).

Menjelaskan apa, kapan, dan dimana, bukan menerangkan tujuan tabel


b. Stup
: memberi penjelasan rinci tentang isi dan badan tabel
c. Box head
: termasuk semua kepala kolom, memberi keterangan tentang tiap
kolom dan badan tabel
d. Body : terdiri atas kolom-kolom dan hanya berisi angka.
Bagian lain dari tabel:
a.
b.
c.
d.

Total atau jumlah


No.tabel
Sumber tabel
Keterangan simbol
Judul tabel:
------- Box head ----Stub

Total

Body

Total

Grand total

Catatan kaki :
Sumber
:
Jenis-jenis label:
1. Tabel umum disini adalah suatu tabel yang berisi seluruh atau variabel hasil penelitan.
Pentingnya tabel ini adalah:
Menyajikan data aslinya, sehingga dapat dipakai untuk rujukan tabel khusus
Menjadi sumber keterangan untuk data asli
Sebagai penyusun tebel khusus
Oleh karena itu tabel umum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Berisi keterangan beraneka ragam tentang subyek yang sama atau berisi semua
variabel yang diteliti (data yang dikumpulkan)

Berisi keterangan yang mudah dipakai untuk rujukan


Nilai yang dimaksud adalah nilai asli dan belum dibulatkan

Contoh: Jumlah kelahiran hidup menurut ras ibu dan yang menolong di kota X tahun 1994
2. Tabel khusus
Tabel khusus adalah merupakan pejabaran atau bagian dan tabel umum, ciri utama tabel
khusus ialah angka-angka dapat dibulatkan dan hanya berisi beberapa variabel saja Gunanya
tabel khusus antara lain untuk menggambarkan adanya hubungan atau asosiasi khusus, dan
menyajikan data terpilih (selective) dan dalam bentuk sederhana. Tabel ini bentuknya
bermacam-macam antara lain:
a. Tabel univariat
Adalah suatu tabel yang menggambarkan penyajian data untuk satu variabel saja.

Contoh: Distribusi umur periode, Jakarta 1987


b. Tabel Bivariat
Adalah suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang, oleh sebab itu
tabel ini sering disebut tabel silang (Cross tabel). Tabel bivariat ini mempunyai banyak
modifikasi, disamping menyajikan nilai-nilai dua presentasi, kadang-kadang masing
variabel terdiri atas sub variabel misalnya, pendapatan rendah, menengah dan tinggi.

Contoh: Distibusi jenis kelamin terhadap pengetahuan dan sikap terhadap AIDS di kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa barat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tabel khusus:
1. Tabel khusus harus sesederhana mungkin, artinya lebih baik membuat 2 tabel atau lebih
dan pada satu tabel khusus yang padat dan rumit.
2. Tabel khusus harus jelas sehingga mudah dimengerti, artinya tiap kolom dan baris harus
ada judul yang jelas, judul harus dapat menjawab pertanyaan apa itu, kapan terjadi dan
dimana.
3. Apabila tabel tersebut diambil dan sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri) haruss
disebutkan sumber atau rujukannya.
c.

Tabel frekuensi distribusi


Terdiri dan dua kolom yaitu kelas interval dan kolom frekuensi

Dapat digunakan untuk menyajikan data kualitatif dan kuantitatif


Dalam stub terdapat kelas-kelas dan data yang telah dikelompokkan, pada kolom
kedua berisi frekuensi

Contoh: Distribusi berat badan bayi yang mengunjungi Puskesmas X dalam bulan Juni
1974
d.

Tabel multi variat, adalah tabel yang menyajikan data lebih dari dua variabel atau banyak
variabel artinya variabel-variabel yang dianalisis menggunakan program komputer
tertentu misalnya Program Epi-info version, Stata Egreet, (Penelitian analitik)8,9

3. Penyajian data dalam bentuk grafik (gambar)


Tujuan:
Untuk meramalkan sifat-sifat suatu agregat
Untuk membandingkan sifat-sifat yang ada dalam tabel
Jenis-jenis grafik.
1. Grafik Batang
a. Histogram
Untuk menyajikan distribusi frekuensi dan data kontinue. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

b. Bar Diagram
Untuk menyajikan frekuensi dan data diskrit
Horizontal bar dan vertikal Bar yang dibuat tergantung ruang yang tersedia
Yang termasuk Bar diagram adalah;
Single bar diagram

Multiple Bar

2. Grafik garis
a. Poligon
Untuk membandingkan grafik tersebut dengan beberapa agregat

b. Dalam bentuk grafik atau diagram

c. Pie diagram

d. Pictogram

e. Grafik tebar (seater diagram)


Digunakan untuk membandingkan atau mengetahui hubungan dua variabel yang
berpasangan sehingga dapat diketahui kecendrungan atau korelasinya.

c. Pelaporan Hasil Penelitian


Penulisan laporan penelitian merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam rangkaian proses penelitian,
yakni sabagai laporan kepada pemberi dana, untuk diajukan sebagai disertasi atau tesis, atau untuk
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Pada umumnya sistematika laporan ilmiah sama dengan usulan penelitian namun terdapat perbedaaan
yang mendasar. Bila dalam usulan penelitian ditulis hal apa yang akan dilakukan, dalam laporan hasil
penelitian ditulis hal apa yang sudah dilakukan.
Meskipun terdapat perbedaan format antara jurnal imiah yang satu dengan jurnal ilmiah lainnya, pada
umumnya komponen-komponen laporan penelitian untuk jurnal mencakup hal-hal berikut5,6 :
Judul Penelitian
Nama Pengarang serta institusi
Abstrak dan kata kunci
Isi laporan : Pendahuluan,Metode, Hasil, dan Disskusi
Ucapan Terima kasih
Daftar Pustaka
Conflict of interest, Peran penulis, Lampiran
Judul Penelitian
Merupakan komponen pertama yang dibaca, oleh karena itu harus dapat menarik minat pembaca untuk
membaca seluruh karangan. Judul penelitian harus jelas, lugas, mewakili isi penelitian dan tidak
mengandung singkatan kecuali yang baku.
Nama Pengarang dan Institusi
Nama pengarang dan institusi tempat peneliti melaksanakan penelitian seringkali dipakai sebagai
jaminan mutu isi laporan penelitian.
Abstrak dan Kata Kunci
Hampir semua jurnal ilmiah menampilkan abstrak pada awal makalah. Abstrak merupakan bentuk
mini karangan, dan harus mencakup komponen-komponen yang tersusun sebagai IMRAD
(Introduction, Methods, Results, and Discussion). Abstrak biasanya tidak lebih dari 200-250 kata dan
untuk laporan penedek menjadi 150 kata. Abstrak harus mencakup kompone-komponen berikut :
Introduction
: Alasan utama penelitian dilakukan
Methods
: Bagaimana penelitian dilakukan
Results
: Hasil utama yang diperoleh
Discussion
: Simpulan utama penelitian
Pendahuluan
Pendahuluan hendaklah ditulis secara ringkas namun jelas, baisanya terdiri atas 2 paragraf atau 1
paragraf dengan 2 bagian. Isi bagian ini adalah alasan atau pembenaran mengapa penelitian perlu
dilakukan, dan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang akan dijawab beserta desain yang dipakai.
Berbeda dengan pada usulan penelitian yang hipotesis dan tujuan penelitian dbuat dalam subjudul
terpisah, dalam makalah jurnal harus dituliskan dalam bentuk kalimat naratif yagn tersusun dalam
urutan yang logis dan merupakan bagian dari paragraf. Pendahuluan harus didukung oleh rujukan yagn
kuat namun uraian yang rinci tidak diperlukan sehingga tidak lebih dari satu halaman.

Metode
Maksud utama penulisan bagian ini adalah menjelaskan bagaimana peneliti melaksanakan
penelitiannya. Penulis harus menguraikan dengan rinci apa yang telah dilakukan dalam penelitian,
sehingga apabila ada orang yang ingin mengulanginya dapat melakukannya dengan tepat. Karenanya
Metode tidak jarang merupakan bagian yang terpanjang dalam laporan jurnal, kadang juga ditulis
dengan ukuran huruf yang lebih kecil ketimbang ukuran huruf pada badan laporan.
Pada umumnya cara kerja mencakup uraian sebagai berikut :
Desain penelitian
Tempat dan waktu penelitian
Sumber data : primer atau sekunder
Populasi targetdan terjangkau, sampel, cara pemilihan sampel (sampling method) dan besar

sampel
Kriteria Pemilihan (inklusi dan eksklusi
Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
Teknik pengukuran, termasuk pemeriksa, apakah pengukuran dilakukan tersamar, apakah
dilakukan penilaian kesahian dan keandalan pengukuran, apakah sebelumnya telah diuji coba,
alat dan obat yang dipakai, pembuat alat atau obat, persetujuan subyek dan sebagainya.

Hasil
a. Teknik penulisan
Hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian, namun tidak jarang merupakan
bagian yang paling pendek. Bagian ini biasanys disajikan dalam bentuk narasi yang dapat
diperjelas dengan table dan atau gambar. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :
1. Hasil tidak perlu diberi ulasan atau komentar, kecuali untuk makalah pendek yang
menggabungkan bagian hasil dan pembahasan dengan judul Hasil dan Pembahasan.
2. Perlu ditekankan untuk tidak mengulang-ulang hal-hal yang telah disajikan dalam table atau
gambar, kecuali menyebut sebagian untuk member garis bawah atau penekanan.
b. Bagian Deskriptif
Meskipun yang dilaporkan merupakan penelitian analitik, namun laporan tentang hasil penelitian
selalu didahului dengan penyajian deskriptif tentang pasien yang diteliti. Karena itu table 1 pada
makalah biasanya berisi tentang deskripsi pasien serta karakteristiknya, variable yang diteliti
dijelaskan paling rinci. Deskripsi data klinis biasanya berupa jenis kelamin, umur, variable lainnya
yang relevan. Rincian dapat diperjelas dengan table grafik ataupun gambar.

Pada saat penyusunan data ke dalam laporan memerlukan deskripsi data penelitian dari hasil
pengumpulan data yang telah diperolehnya di lapangan, di mana perhitungannya dilakukan dengan
statistik untuk mengetahui statistik deskriptifnya. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Statistik deskriptif ini yang dikemukakan dalam bentuk laporan adalah cara-cara penyajian data
melalui tabel maupun distribusi frekuensi. Setelah itu disajikan dalam bentuk berbagai diagram,
seperti: grafik garis maupun batang, diagram lingkaran, dan histogram. Ataupun penjelasan kelompok
dari distribusi frekuensi dengan mencari dan menghitung mean, median, modus, standar deviasi,
skewness, kurtosis, varians. Pehitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kecenderungan
data6
1. Penyajian data
Seorang peneliti harus dapat menyajikan data yang telah diperolehnya dari hasil selama penelitiannya di lapangan,
baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, questioner (angket) maupun dari dokumentasi. Penyajian data
ini adalah data yang telah disajikan dalam bentuk deskripsi atau gambaran tentang data yang dapat dipahami oleh
fihak lain untuk membaca.

2. Deskripsi Data
Pada tahap penyusunan deskripsi data dari hasil data yang telah terkumpul dilakukan pengelompokan data, dengan
cara mencari kelas interval dan batas kelas, hal ini dilakukan dengan rumus Struges:
K

= 1 + 3,3 Log . n

= Jumlah kelas interval

= Jumlah data

Log

= Logaritma
Contoh, pengelolaan data statistik deskriptif:

Hasil data dari perolehan angket skala likert dengan lima alternative jawaban Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S)=
4, Ragu-ragu (RR)= 3, Kurang Setuju (KS)= 2, Tidak Setuju (TS)= 1. Hasil akhir skala likert tersebut dijumlahkan
dan dimasukan sesuai dengan variabel masing-masing dengan jumlah butir pernyataan 15 dengan jawaban nilai
terkecil 1 15 = 15, dan jawaban nilai tertinggi 75. Dengan demikian, contoh dari jumlah pemilih responden dapat
disajikan dalam bentuk berikut ini:

No. Urut

Variabel

Responden

X1

X2

1
47

17

37

2
72

18

69

3
59

20

70

4
50

20

35

60

25

71

6
70

20

72

7
50

22

40

8
65

13

40

9
54

30

69

10
57

28

68

11
50

13

38

12
72

17

56

13
68

30

57

14
63

19

58

15
60

18

55

16
58

22

56

17
68

20

57

18
74

26

62

19
57

20

50

20
47

30

50

Jumlah
1201

428

1110

Skor terkecil
47

13

35

Skor terbesar
74

30

72

Setelah data terkumpul dan sudah dijumlah berdasarkan jumlah butir pernyataan pada angket, maka langkah
selanjutnya membuat distribusi frekuensi dengan mencari batas kelas dan interval kelas, serta titik tengah. Mencari
batas kelas sebagaimana telah disajikan rumus pada rumus struges di atas, 1+ 3,3 log. N.

N = 20 responden di logaritmakan (Log. 20= 1,301029996) Maka, 1 + 3,3 (1,301029996)= 5,293398986


dibulatkan 5 Batas kelas= 5

Setelah itu mencari interval kelas, yaitu:


Skor terbesar - Skor terkecil = Interval kelas
Batas kelas

jadi 74 47 = 5,10 dibulatkan 5

5,29

Jika dalam penyusunan interval batas kelasnya melebihi batas yang ditentukan, maka batas kelas dapat ditambah 1
(batas kelas= 5 + 1= 6). Kemudian, dimasukan ke dalam distribusi frekuensi untuk variabel X 1, yaitu:

Interval Skor
Titik
Frekuensi
Persentase (%)
Kumulatif

tengah

47 51
49
5
25
25

52 56
54
1
5
30

57 61
59
6
30
60

62 66
64

2
10
70

67 71
69
3
15
85

72 76
74
3
15
100

Jumalah

20
100

Setelah distribusi frekuensi untuk variabel X1 terbentuk, maka mencari titik tengah dengan cara (47 + 51)/2= 49, (52 +
56)/2= 54, dan seterusnya. Hasil dari distribusi frekuensi harus dibuat diagramnya, seperti dalam hal ini akan
mengambil diagram histogram, bisa juga dalam bentuk diagram lainnya.

6
5

Frekuensi

3
3

49
54
59
64
69
74

Data variabel X1

bisa juga dengan menggunakan diagram line

Frekuensi

5
5

3
3

49
54
59

64
69
74

Data variabel X1

melalui hasil distribusi frekuensi, maka langkah selanjutnya mencari


perhintungan mean, median, dan modus.
Menghitung mean

Mean (M) =

1201

= 60,05

N
20

Menghitung median

Interval Skor

Frekuensi
FK a
FK b

47 51

5
5
20

52 56

1
6
15

57 61

6
12
14

62 66

2
14
8

67 71

3
17
6

72 76

3
20
3

Jumalah

20

Median (Mdn) = u ((N / 2) fka )


i

fi

Interval yang diperoleh


= 57 61

fi

=6

fka

=6

Interval
=5

= 61 + 0,5 = 61,5

61,5

((20 / 2)6)

cara kedua:

5 = 58,17 6

Interval yang diperoleh


= 57 61
fi
=6
fkb
=8

Interval
=5
u
= 57 - 0,5 = 56,5

56,5 +

((20 / 2)8)

Menghitung modus

Skor

Frekuensi

47

5 = 58,17 6

50

54

57

58

59

60

63

65

68

70

72

74

Jumlah

20

fa

Modus (Mo)= u +

fa +
fb

Skor terbanyak urutan 50

fa
=32=1

fb
=31=2

u = 50 0,5 = 49,5

Mo= 49,5 +

32

= 49.83 dibulatkan 50

1)

(3 2) + (3

Perhitungan standard desviasi

No. Urut

X1

X2
Y

X12
2

X2

Y2

Responden

47

17

37

2209

289
1369

72

18

69

5184

324
4761

59

20

70

3481

400
4900

50

20

35

2500

400
1225

60

25

71

3600

625
5041

70

20

72

4900

400
5184

50

22

40

2500

484
1600

65

13

40

4225

169
1600

54

30

69

2916

900
4761

10

57

28

68

3249

784
4624

11

50

13

38

2500

169
1444

12

72

17

56

5184

289
3136

13

68

30

57

4624

900
3249

14

63

19

58

3969

361
3364

15

60

18

55

3600

324
3025

16

58

22

56

3364

484
3136

17

68

20

57

4624

400
3249

18

74

26

62

5476

676
3844

19

57

20

50

3249

400
2500

20

47

30

50

2209

900
2500

Jml

1201

428

1110

73563

9678
64512

fx2

( fx)2

Standar deviasi (SD)=

n 1

73563

(1201)2

SD=

20

20
1

73563
1442401

20

20
1

=
1443 =
75,945 = 8,7146

19

Hasil perhitungan dari mean, median dan modus dapat disimpulkan, bahwa
mean > median > modus. Dengan demikian, distribusi data untuk variabel X 1
memiliki jumlah positif.

Cara menghitung mean, median dan modus yang dilakukan melalui program
SPSS dengan media computer, yaitu:

Buka program SPSS

Isi data pada kolom var seperti di bawah ini:

Kemudian buka klik variabel view akan tampil seperti gambar di bawah ini:

Klik dan rubahlah kalimat var00001dengan tulisan X 1, var00002


dengan tulisan X2, dan var00003 dengan tulisan Y, maka akan tampil
pada Data View seperti:

Mengetahui hasil perhitungan untuk mean, median dan modus, dari Data
View klik analyze pilih descriptive statistics, kemudian arahkan pada
frequencies, klik.

Akan tapil menu frequencies sebagai berikut:

kemudian untuk tulisan X1, X2, dan Y di blok seluruhnya dan klik tanda
panah agar pindah ke kolom variable(s). Setelah X1, X2, dan Y berada
pada kolom variable(s), maka pilih option statistics dan tampak pada
layar sebagai berikut:

lalu pada menu Frequencies: statistics untuk central tendency klik


mean, median, mode dan standard deviations, kemudian klik continue dan
klik oke, maka akan tampil pada output SPSS sebagai berikut:
Frequencies

Statistics

X1
X2
Y

N
Valid
20
20
20

Missing
9
9
9

Mean

60.0500
21.4000
55.5000

Median

59.5000
20.0000
56.5000

Mode

50.00
20.00
a

40.00

Std. Deviation

8.71463
5.22544
12.36932

Variance

75.94474
27.30526
153.00000

Skewness

.043
.360
-.298

Std. Error of Skewness

.512

.512
.512

Kurtosis

-1.194
-.637
-1.152

Std. Error of Kurtosis

.992
.992
.992

Minimum

47.00
13.00
35.00

Maximum

74.00
30.00
72.00

Sum

1201.00
428.00
1110.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

X1

Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative

Percent

Valid
47.00
2
6.9
10.0
10.0

50.00
3
10.3
15.0
25.0

54.00
1
3.4
5.0
30.0

57.00
2
6.9
10.0
40.0

58.00
1
3.4
5.0
45.0

59.00
1
3.4
5.0
50.0

60.00
2
6.9
10.0
60.0

63.00
1
3.4
5.0
65.0

65.00
1
3.4
5.0
70.0

68.00
2

6.9
10.0
80.0

70.00
1
3.4
5.0
85.0

72.00
2
6.9
10.0
95.0

74.00
1
3.4
5.0

100.0

Total
20
69.0
100.0

Missing
System
9
31.0

Total

29
100.0

X2

Cumulative

Frequency
Percent
Valid Percent
Percent

Valid
13.00
2
6.9
10.0
10.0

17.00
2
6.9
10.0
20.0

18.00
2
6.9
10.0
30.0

19.00
1
3.4
5.0
35.0

20.00
5
17.2
25.0
60.0

22.00
2
6.9
10.0
70.0

25.00
1
3.4
5.0
75.0

26.00
1
3.4
5.0
80.0

28.00
1
3.4
5.0
85.0

30.00
3
10.3
15.0
100.0

Total
20
69.0
100.0

Missing
System
9
31.0

Total

29
100.0

Cumulative

Frequency

Percent
Valid Percent
Percent

Valid
35.00
1
3.4
5.0
5.0

37.00
1
3.4
5.0
10.0

38.00
1
3.4
5.0

15.0

40.00
2
6.9
10.0
25.0

50.00
2
6.9
10.0
35.0

55.00
1
3.4
5.0
40.0

56.00
2
6.9
10.0
50.0

57.00
2
6.9
10.0
60.0

58.00
1
3.4
5.0
65.0

62.00
1
3.4
5.0
70.0

68.00
1
3.4
5.0
75.0

69.00
2
6.9
10.0
85.0

70.00
1
3.4
5.0
90.0

71.00
1
3.4
5.0
95.0

72.00
1
3.4
5.0
100.0

Total
20
69.0
100.0

Missing
System
9
31.0

Total

29
100.0

Hasil dari ouput SPSS untuk mean, median dan modus telah diterangkan
di atas, untuk lehih jelasnya dapat lihat pada perhitungan mean median
dan modus. Setelah menghitung tendency central-nya maka untuk
mengetahui besarnya persentase kecenderungan data dalam jumlah
pemilihan dari responden digunakan kategorisasi data yang terdiri dari:
sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.

Tingkat kategori ini didasarkan atas acuan kurva normal dengan


perhitungan menggunakan mean ideal (Mi) dan standard deviasi ideal
(SDi), yaitu9:

Untuk Mi = 0,5 (skor tertinggi + skor terkecil) SDi = 1/6 (skor tertinggi
skor terkecil)

Maka jika dimasukan dalam kategorisasi data adalah sebagai berikut:

Mi + 1,5 SDi < = Sangat Baik

Mi x < Mi + 1,5 SDi = Baik


Mi 1,5 SDi x < Mi = Cukup Baik
< Mi 1,5 SDi = Kurang Baik

Sebagai contoh dari hasil data variabel X 1 di atas, dapat digambarkan


tingkat persentase kecenderungan data:

Mi = (75 + 15) 0,5 = 45

SDi = (75 15) 1/6 = 10 Maka,

Mi (45) + (1,5 SDi (10)) = 60, sehingga dapat ditentukan tingkat


kategorinya

Interval skor
Frekuensi
%
Kategori
60 <
8
40
Sangat Baik
45 x < 60
12
60
Baik
30 x < 45
0
0
Cukup Baik
< 30
0
0
Kurang Baik
Jumlah
20
100

Setelah tingkat kecenderungan data disajikan maka dibuat diagram sebagai


pengelengkap data untuk mengetahui jumlah banyaknya pemilihan pada
setiap butir pernyataan yang telah diperolehnya dari hasil penelitian.

60%

60%

50%

40%

40%

30%

20%

10%
0%
0%

0%

Kurang Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Diagram kecenderungan Data Variabel X1

bisa juga menggunakan diagram pie (lingkaran)

Kurang Baik, 0%

Cukup Baik, 0%

Sangat Baik, 40%

Baik, 60%

c. Bagian Analitik
Bagian analitik hasil juga harus dikemukakan dengan sekuens yang logis. Analisis yang bersifat
umum dikemukakan lebih dahulu, disusul dengan analisis yang lebih rinci. Telah menjadi
kebiasaan untuk menulis hasil yang akan dianalisis dalam bentuk table, misalnya table 2x2 untuk
uji X2, table uji diagnostic, studi kohort, kasus control dan seterusnya
Diskusi
Dalam makalah hasil penelitian untuk dipublikasikan di jurnal, Diskusi biasanya mencakup pula
simpulan penelitian dan saran. Dalam bagian ini peneliti mengemukakan atau menganalisis makna
penemuan penelitian yang telah dinyatakan dalam Hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan
penelitian. ini dilakukan dengan (1) Membandingkan hasil dengan pengetahuan saat ini, yakni dengan
membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya apakah memperkuat, membantah, atau memang
sama sekali baru, dan (2) untuk penelitian klinis dihubungkan dengan praktik klinis. Tiap pertanyaan
harus dijelaskan dan didukung oleh pustaka yang memadai6,7,9.
Dalam Diskusi perlu keterbatasan penelitian, baik dalam desain maupun dalam eksekusinya. Dalam
diskusi hendaknya penulis secara wajar menjelaskan makna dari hasil penelitiannya; dalam penelitian
harus dikaitkan dengan manfaat dalam praktik.
Ucapan Terima Kasih
Perlu diberikan kepada orang atau instansi yang member bantuan atau nasihat substansial kepada
peneliti. Sponsor juga perlu diberikan ucapan terima kasih.
Conflict of Interest
Akhir-akhir ini makin banyak jurnal yang mensyaratkan adanya pernyataan conflict of interest baik
secara individual (penulis artikel) maupun institusional (institusi afiliasi para peneliti). Misalnya salah
satu peneliti adalah penasihat medis perusahaan farmasi tertentu, maka ia harus menyatakannya.
Daftar Pustaka
Pada saat ini sistem penulisan daftar pustaka yang paling banyak dianut adalah sistem Vancouver.

Lampiran
Penyertaan lampiran jarang diperlukan dalam suatu jurnal. Bila diperlukan atau diperkenankan, rumus
statistika, table prosedur, dan lainnya yang relevan dapat disertakan.
Desain Penelitian Epidemiologi
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun
peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas
desain penelitian mencakup pelbagai hal yang dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi masalah, rumusan
hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara pengumpulan data, sampai akhirnya pada analisis data.
1. Penelitian Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian
deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,
klasifikasi, penggolahan/analisis data dari membuat kesimpulan dari laporan.
Pemilihan suatu strategi penelitian merupakan inti rancangan penelitian yang mungkin merupakan
suatu keputusan yang paling penting yang harus dibuat peneliti. Strategi tersebut harus mencakup
misalnya definisi operasional dan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Dalam
menguji hipotesis sebagai contoh : seorang peneliti mungkin dapat menunjukkan variabel bebas
(variabel independen) atau paparannya (exposure pada sebuah subyek dalam studi dan
mengendalikan variabel-variabel yang berasal dari luar (variabel ekstranous atau varibel rancu
(coufounding). Strategi ini menentukkan suatu percobaan atau mencakup hipotesis melalui suatu
tindakan (intervensi).
Struktur suatu studi epidemiologi secara formal tidak dibentuk sebagai suatu studi analitik atau
percobaan misalnya ketika studi tidak ditunjukan, secara spesifik untuk menguji suatu hipotesis
etiologik, maka studi tersebut sebagai studi deskriptif dan termasuk dalam kategori studi pengamatan
(observasional). Bahan-bahan yang diperoleh dalam hampir semua studi deskriptif memungkinkan
timbulnya hipotesis, yang kemudian dapat diuji dengan rancangan analitik atau eksperimen. Suatu
survei, misalnya survei prevalens, dapat juga didefinisikan sebagai studi deskriptif bila ini mencakup
unsur-unsur studi deskriptif.
Metode penelitian deskriptif sering digunakan dalam program pelayanan kesehatan, terutama dalam
rangka mengadakan perbaikan dan peningkatan program-program pelayanan kesehatan tersebut.
Penelitian mengenai masalah metode pemberantasan penyakit menular misalnya, dapat
mengungkapkan berbagai aspek terutama dari segi efisiensi dan efektifitas cara tersebut. Selanjutnya
dapat untuk menentukkan langkah-langkah selanjutnya tentang penggunaan metode yang

bersangkutan, serta mencari alternatif lain apabila ternyata cara tersebut tidak atau kurang efektif dan
efisien.
Masalah yang diteliti dengan menggunakan metode deskriptif adalah masalah yang dewasa ini
sedang dihadapi, khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Masalah-masalah ini baik yang
berkaitan dengan penelaan terhadap masalah yang mencakup aspek yang cukup banyak, penelaan
suatu kasus tunggal, menggadakan perbandingan antara suatu hal dengan hal yang lain, ataupun
untuk melihat hubungan antara suatu variabel dengan gejala lain, dan hubungan antara suatu gejala
dengan peristiwa yang mungkin akan timbul dengan munculnya gejala tersebut7.
Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan
metode-metode penelitian yang lain, yakni :
Memilih langkah yang akan diteliti
Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut
diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyususn
kerangka konsep penelitian.
Membuat asumsi atau anggapan-anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis penelitian.
Perumusan hipotesis penelitian.
Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
Menentukkan teknik dann alat pengumpul data yang digunakan.
Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data untuk menguji hipotesis
Melakukan pengolahan dan analisis data.
Menarik kesimpulan dan generalisasi.
Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.
variabel-variabel penelitian deskriptif
Penjelasan (deskripsi) epidemiologi mempunyai arti penjelasan dan perbandingan terjadinya
penyakit dan penyebarannya dalam kelompok populasi menurut :
1. Ciri-ciri khas orang.
2. Ciri-ciri khas tempat.
3. Ciri-ciri khas waktu.
4. Ciri-ciri khas keluarga.
Tabel 1

Variabel

Orang

Tempat

Waktu

Keluarga

Umur

Tingkat

Internasional

Epidemik

Kelahiran

tejadinya
Jenis kelamin

pendapatan
Status

Regional

Kecenderungan

Paritas

Ras /

perkawinan
Status

Nasional

waktu
Sekuler

(parity)
Ukuran

kelompok

kesehatan

etnik
Agama

Status

Tingkat

merokok
Kepribbadian

keluarga
Institusional

Mengikuti

Ukuran

Daerah/lokal

lingkaran/siklik
Musiman/seasona

keluarga
Jarak

kelahiran

sosial

(birth
interval)
Variabel-variabel utama orang, tempat, waktu, dan formasi keluarga dalam penjelasan epidemiologi.
Studi epidemiologi deskriptif umumnya dilaksankan jika hanya sedikit informasi yang diketahui
mengenai kejadian, riwayat alamiah serta determinant dari suatu penyakit atau masalah.
Cara yang termudah untuk menjelaskan kejadian serta distribusi suatu penyakit atau masalah pada
suatu populasi adalah dengan mengajukan pertanyaan siapa terkena infeksi, dimana dan kapan
terjadinya penyakit tersebut dengan kata lain mengemukakan berdasarkan tiga variabel yaitu : orang,
waktu dan tempat. Beberapa kriteria dari variabel tersebut dapat menggambarkan pola
penyakit/masalah yang spesifik pada suatu populasi yang kemudian dapat merupakan petunjuk untuk
mencari etiologi dari penyakit/masalah tersebut.
Tabel 2
Epidemiologi deskriptif

Epidemiologi analitik

Studi yang mempelajari keadaan Studi yang mempelajari determinant


kesehatan.

atau faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya masalah kesehatan.

Hanya

sedikit

informasi

yang Banyak informasi yang diketahui.

diketahui.
Epidemiologi deskriptif dan analitik
tipe penelitian deskriptif
Dalam epidemiologi penelitian deskriptif digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Studi korelasi.

Data yang digunakan pada studi korelasi adalah data populasi secara keseluruhan, unit analisis
untuk studi korelasi adalah suatu agregat bukan data individu dan biasanya data yang digunakan
adalah datta yang telah tersedia, misalnya ingin mengetahui hubungan antara pola konsumsi
protein dengan prevalensi gizi kurang pada suatu provinsi. Data mengenai konsumsi protein
dapat diambil dari biro pusat statistik, sedangkan data mengenai prevalensi gizi diambil dari data
pemantauan status gizi (PSG).
Studi korelasi ini pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaan hubungan antara dua
variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara gejala satu dengan gejala lain, atau variabel satu dengan variabel lain. Untuk mngetahui
korelasi antara satu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi
variabel yang ada pada suatu obyek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara
keduanya.
Dalam uji statistik biasanya menggunakan analisis korelasi, secara sederhana dapat dilakukan
dengan cara melihat score atau nilai rata-rata dari variabel lain. Koefisien korelasi yang diperoleh
selanjutnya dapat dijadikan untuk menguji hipotesis penelitian yang dikemukakan terhadap
masalah tersebut, dengan membuktikan apakah ada hubungan kedua variabel tersebut dan sejauh
mana hubungan antara keduanya. Misalnya penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara berat badan bayi waktu lahir dengan jumlah paritas dari ibu, hubungan antara pendidikan
ibu dengan status gizi anak balita, hubungan antara angka kematian anak balita dengan
kelengkapan imunisasi dan lain sebagainya.
Kelemahan studi korelasi
Studi korelasi tidak dapat untuk melihat hubungan antara exposure dan penyakit pada level
individu.
Misalnya studi korelasi antara korelasi pap smear dengan kematian karena kanker servix.
Presentasi kematian karena kanker servix menurun bersamaan dengan meningkatnya presentasi
wanita yang melaksanakan pemeriksaan pap smear. Tapi studi ini tidak dapat membuktikan
apakah seorang wanita yang sudah melaksankan pap smear memiliki resiko kematian oleh karena
kanker servix lebih rendah.
Tidak dapat mengontrol dari efek confounding
Pada tahun 194-1965 dilakukan studi korelasi pada 28 negara, dari studi ini didapatkan bahwa
ada korelasi positif yang sangat kuat antara rata-rata intake makan babi perkapita dengan
kematian karena kanker payudara.
Meningkatnya konsumsi babi sebenarnya merupakan tanda dari meningkatnya faktor-faktor lain
yang ada hubungannya dengan resiko kematian karena kanker payudara. Faktor-faktor lain
tersebut misalnya: meningkatnya intake diet makan makanan lunak, menurunnya intake makan
sayur-sayuran dan status sosial ekonimo tinggi. Faktor-faktor lain ini diperkirakan merupakan

faktor confounding terhadap hubungan antara makan babi dan kematian karena kanker payudara.
Dengan menggunakan data dari korelasi ini, kita tidak mungkin menghilangkan efek dari faktor
confounding tersebut.
Pada studi korelasi adanya korelasi tidak selalu menggambarkan hubungan asosiasi yang valid
secara statistik.
Pada suatu studi korelasi, didapatkan hubungan korelasi positif kuat antara pemilihhan televisi
berwarna perkapita dengan kematian penyakit kardiovaskuler pada beberapa negara.
Pemilihan televisi berwarna tentunya berhubungan dengan gaya hidup (life style), kolestrol
dalam darah, merokok, kegiatan fisik yang inaktif, tekanan darah yang tinggi. Variabel-variabel
ini semuanya jelas diketahui meningkatnya faktor kematian oleh karena penyakit kardiovaskuler,
dengan demikian adanya hubungan korelasi positif yang sangat kuat, tidak selalu disertai dengan
hubungan asosiasi yang valid secara statistik.
Pada studi korelasi, data exposure hanya menggambarkan angka rata-rata populasi bukan nilai
individu itu sendiri.
Pada studi korelasi, antara konsumsi alkohol perkapita dengan kematian oleh karena penyakit
kardiovaskuler dinyatakan bahwa yang konsumsi alkohol tertinggi mempunyai resiko kematiian
tertinggi. Kemudian dilakukan studi analitik yaitu studi kohort dengan mengikuti 1832 laki-laki
kulit putih dari tahun 1957-1975. Hasilnya menunjukkan bahwa makin banyak minum alkohol
makin rendah resiko kematian, tapi tidak demikian dengan intake alkohol lebih dari 6 kali per
hari mempunyai resiko tertinggi, resiko kematian hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang minum alkohol kurang dari satu kali per hari dan tidak lebih tinggi dari
merek yang digolongkan memminum alkohol yang moderate.
Dengan demikian dari studi korelasi sukar dapat menidentifikasi hubungan nonlinier dimana
intake alkohol pada studo korelasi adalah angka rata-rata konsumsi alkohol pada populasi bukan
alkohol yang sebenarnya pada suatu individu.
Keuntungan studi korelasi
a) Murah
b) Cepat
c) Menggunakan data/informasi yang tersedia.
Yang dimaksud dengan data yang tersedia adalah data yang secara rutin selalu
dikumpulkan misalnya: dat-data mengenai demografi, data mengenai pola konsumsi yang
kemudian dapat dikorelasikan dengan data insiden suatu penyakit atau kematian.
Dengan demikian pula pola data yang berasal dari data program survailans yang
dikumpulkan secara rutine dapat digunakan untuk membandingkan data kesakitan.
b. Studi kasus (case report/ case series)
Studi kasus berbeda dengan studi korelasi. Studi kasus menggambarkan pengalaman 1 kasus
pasien sedangkan case series menggambarkan sekelompok kasus dengan diagnosis yang sama.

Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal. Untuk tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang
terkena suatu masalah misalnya keracunan atau sekeloompok masyarakat suatu daerah. Unit yang
harus menjadi kasus secara menadalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan
keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu. Misalnya didalam studi kasus ini yang diteliti hanya beberapa unit tunggal,
namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek cukup luas, serta penggunaan
berbagai teknik secara integratif.
Kegunaan studi kasus
a) Dapat sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit baru.
b) Dapat untuk memformulasikan suatu hipotesis.
Diantara Oktober 1980 dan Mei 1981 dilaporkan 4 kasus pneumocitis carini pada anak laki-laki
muda dan homosex di Los Angeles. Ini adalah suatu kasus yang tidak biasanya, tipe pneumonia
seperti ini biasanya ditemukan pada orang yang lebih tua, penderita penyakit kanker dimana
imune sistem tertekan akibat kemoterapi. Kemudian pada permulaan tahun 1981 dilaporkan
beberapa kasus dengan Kapposis sarcoma pada laki-laki homoseksual dan penyakit biasanya
ditemukan pada orangtua.
Laporan dari case3 ini memerlukan dasar bagi centers for disease control melakukan suatu
survailans untuk melihat besarnya masalah dan untuk melihat dan untuk mengembangkan kriteria
diagnosis. Dari program survailans ini dinyatakan bahwa kaum laki-laki homoseksual
mempunyai resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut.
Kelemahan studi kasus
Case report dan case series tidak dapat digunkan untuk mengetes hipotesis karena tidak ada
kelompok pembanding. Case report hanya terdiri dari suatu kasus tetapi tidak ada kelompok
pembanding yang valid secara statistik.6
c. Studi cross sectional.
Studi cross sectional kadang juga disebut suatu survei prevalence. Pada studi cross sectional
exposure dan outcome dinilai pada waktu bersamaan. Hasil dari suatu prevalen penyakit dan
keadaan kesehatan lainnya pada suatu populasi tertentu. Dan dengan demikian dapat
diformulasikan suatu hipotesis. Karena exposure dan outcome dinilai pada suatu waktu maka
tidak mungkin untuk menentukan exposure benar mendahului outcome.5,6
Penelitian cross sectioanal adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
fakktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya setiap subyek penelitian hanya observasi
seklaigus saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat

pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang
sama. Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal dan digunakan juga
pada penelitian epidemiologi namun demikian penelitian ini tidak bisa mengungkapkan
hubungan sebab akibat.6
Merupakan penelitian epidemiologi yang paling sering dikerjakan dibidang kedokteran,
walaupun sebenarnya penelitian ini yang paling lemah diantara penelitian epidemiologi. Hal ini
disebabkan karena penelitian cross sectional secara metodologi merupakan penelitian yang paling
mudah dan paling sedrehana. Pada penelitian cross sectional tidak dijumpai hambatan yang
merupakan pembatasan-pembatasan tertentu, terutama yang berkaitan dengan subyek penelitian,
sebagaimana halnya pada penelitian epidemiologi yang lain.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk variabel independen dan variabel dependen diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama.
Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
a) Mengidetifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor
efek.
b) Menetapkan subyek penelitian.
c) Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan
efek sehingga berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data).
d) Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antara korelasi dengan
cara membandingkan proporsi antara kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
2. Penelitian Analitik
Penelitian anilitik adalah suatu survai atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehataan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara
fenomena baik antara faktor resiko maupun efek, antar faktor resiko, maupun antara efek, sedangkan
faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Merokok
adalah suatu faktor resiko untuk terjadinya penyakit kanker paru-paru. Hipertensi merupakan salah
satu faktor resiko dari pada penyakit jantung (efek).
Dalam penelitian analitik, dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor reiko
tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Secara garis besar survai (penelitian analitik)
dibedakan atas penelitian6 :
a. Penelitian kasus kontrol (retrospektif)
Studi kasus kontrol adalah rancangan studi analitik yang mempelajari hubungan antara
pemaparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status pemaparannya. Ciri-ciri kasus kontrol adalah penelitian
subyek berdasarkan status penyakit untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek

mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita
penyakit disebut kasus, berupa insiden (kasus baru) yang muncul dari populasi. Sedangkan
subyek yang tidak menderita penyakit disebut kontrol, yang dicuplik secara acak dari populasi
yang berbeda dengan populasi asal kasus. Tetapi untuk keperluan intervensi kasus, kedua
populasi tersebut harus dipastikan setara.
Dalam mengamati dan mencatat riwayat paparan faktor penelitian pada kasus maupun pada
kontrol, peneliti harus menjaga untuk tidak terpengaruh status penyakit subyek. Dalam
penyelidikan ini, orang-orang yang menderita penyakit yang hendak diselidiki penyebabnya
(kasus) dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita penyakit tersebut (kontrol).
Inilah sebabnya juga dinamakan kasus kontrol.
Maksud penyelidikan ini menentukan berapa presentasi dari kontrol yang telah dipaparkan pada
fator atau faktor-faktor terteentu yang dihipotesiskan sebagai penyebab penyakit yang sedang kita
selidiki dikalangan kasus sebagai perkiraan Odds ratio = OR. OR adalah ratio antara kedua
presentasi tersebut menggambarkan perkiraan resiko relatif akibat pemaparan.
Keuntungan-keuntungan penelitian kasus kontrol
a) Pada umumnya lebih mudah untuk mendapatkan kasus dan kontrol (kecuali dalam hal
penyakit-penyakit yang jarang).
b) Keterangan mengenai pengalaman terkena lebih mudah didaptkan dengan cepat.
c) Hasil analisisnya lebih cepat didapat.
d) Lebih murah.
Kekurangan-kekurangan penelitian kasus kontrol
a) Kekurangan-kekurangan dalam metodanya sendiri :
a. Penderita-penderita yang dipilih dapat mempunyai tingkat kesakitan yang berbedabeda.
b. Penggunaan pasien dengan penyakit lain sebagai kontrol dapat mengakibatkan
overestimation dari adanya pemaparan terhadap faktor etiologis = faktor resiko oleh
karena penyakit pada kontrol dapat juga mempunyai hubungan dengan faktor etiologis
c.
d.
e.
f.

tersebut.
Kesalahan-kesalahan dalam bias dalam mengingat.
Kekurangan-kekurangan dalam pencatatan pengalaman-pengalaman lampau.
Kekurangan-kekurangan dalam wawancara.
Insiden dari penyakir yang sedang diselidiki dikalangan mereka yang berpengalaman
terkena dan dikalangan mereka yang tidak berpengalaman terkena oleh faktor

etiologis tidak dapat dihitung sehingga kita tidak dapat menghitung resiko relatif.
b) Didalam menghitung odds ratio (OR) = estimate relative risk diadakan asumsi :
a. Kontrol mewakilii seluruh populasi.
b. Kasus yang dikumpulkan adalah mewakili dari semua kasus yang ada.
c) Jumlah penyakit jarang

Bila asumsi ini dipenuhi dapat dihitung odds ratio yang merupakan estimate relative risk
(RR). Melihat asumsi ini perhitungan relative risk ini tidak dapat diterapkan pada penyakitpenyakit yang sering didapat.
b. Penelitian kohort studi (prospektif)
Penelitian kohort merupakan suatu bentuk penelitian epidemiologis (observasional) yang penting
untuk menguji hipotesis tentang sebab penyakit. Untuk yang membdekan penelitian kohort
dengan penelitian lain adalah sebagai berikut6 :
1) Kelompok orang yang akan diselidiki (kohort) didefinisikan berdasarkan karakteristik
tertentu sebelum terjadi penyakit yang akan diteliti.
2) Krlompok penelitian diobservasi pada waktu periode tertentu untuk menentukan penyakit
yang terjadi.
Dua hal yang menjadi Dalam praktek, kohort terdiri atas dua kelompok, yakni kelompo yang
terpapar (terhadap faktor yang diduga sebagai faktor etiologis) dan kelompok yang tidak
terpapar.
Keuntugan-keuntungan
1) Terjadinya penyakit dapat dinyatakan dalam insiden rate.
2) Perbedaan dalam insiden rate antara kelompok terpapar dari tidak terpapar merupakan
ukuran yang langsung dari pada kemungkinan didaptnya penyakit akibat beradanya
sesorang dibawah pengaruh faktor etiologis, pada studi retrospektif hal ini didapat secara
tidak langsung.
3) Apabila kriteria dan prosedur-prosedur penyelidikan telah disusun dengan baik terlebih
dahulu maka studi retrospektif mengurangi kemungkinan-kemingkinan bias didalam
mendapatkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan.
4) Keterangan mengenai pemaparan didapat secara lebih jelas dibandingkan dengan studi
retrospektif.
5) Kita dapat memperoleh keterangan mengenai hubungan antara faktor etiologis dalam
penyakit-penyakit lain, didalam studi retrospektif kita hanya memperhatikan suatu penyakit
sedangkan dalam studi prospektif seluruh spektrum moralitas dapat diselidiki.
6) Dapat meneliti pemaparan yang jarang.
7) Dapat meneliti beberaopa outcome yang disebabkan oleh satu faktor pemaparan.
8) Memperkecil bias dalam penentuan faktor pemaparan.
9) Adanya hubungan waktu (temporal relationship) antara pemaparan dan terjadinya penyakit.
10) Dapat menentukan hubungan sebab akibat antara variabel independen dan variabel
dependen.
Kekurangan-kekurangan
1) Waktu serta biaya yang dibutuhkan besar.
2) Tidak efisien untuk mengevaluasi outcoe yang jarang
3) Kesukaran dalam kontrol yaitu kelompok yang tidak terpapar.
4) Apabila penyakit yang akan diselidiki itu jarang maka studi prospektif tidak efisien bahkan
tidak mungkin.

5) Studi prospektif adalah penyelidikan yang relatif mahal.


6) Setelah penyelidikan dimulai dapat terjadi bahwa sejumlah anggota kohort 9sample yang
dibutuhkan) menolak untuk ikut terus dalam penyelidikan, menghlang, tidak tahu kemana,
meninggal karena penyakit lain dan sebagainya.
karakteristiknya adalah sebagi berikut :
1) Seleksi individu dalam pembentukan kelompok ditentukan berdasarkan status pemaparan
yaitu terpapar atau tidak terpapar, atau pun berdasarkan perbedaan kategori misalnya tidak
terpapar, pemaparan yang rendah dan paparan yang tinggi.
2) Adanya periode observesi yaitu kelompok tersebut diikuti untuk diketahui frekuensi
penyakit/kelainan yang terjadi selama periode observasi.
c. Penelitian eksperimen
Rancangan penelitian ekperimental (disebut juga rancangan percobaan, rancangan sebab akibat)
ialah penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam rangka korelasi sebab
akibat. Korelasi sebab akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada
subyek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut.
Dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik non eksperimental, rancangan penelitian
eksperimen ini mempunyai kapasitas uji korelasi yang paling tinggi. Pada penelitian-penelitian
cross sectional, case control dan kohort, pengujian hanya sampai pada tingkat ada tidaknya
korelasi antara fenomena kausa (faktor resiko) dengan fenomena efek (penyakit) sementara
kedalaman korelasi sebab akibat tidak dapat diuji secara empirik. Kesimpulan adanya mekanisme
sebab akibat tidak dapat diuji secara empirik. Kesimpulan adanya mekanisme sebab akibat pada
penelitian-penelitian non eksperimental hanya sebagai pada tingkat dugaan atau dugaan keras,
berdasarkan atas landasan teoritik atau penelaan logik yang dilakukan peneliti.
Aplikasi penelitian eksperimen dalam kesehatan
Secara garis besar penerapan metode penelitian eksperimen dibidang kesehatan ini ada dua
bentuk, yaitu :
d. Penelitian intervensi
Lain halnya dengan penelitian klinis yang digunakan dikalangan klinik medis. Penelitian
intervensi ini digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat (public health), dengan perkataan
lain penelitian intervensi

adalah penelitian eksperimental yang dikenakan pada masyarakat

sebagi kesatuan himpunan subyek. Peneliti melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan
bukan dengan pendekatan subyek secara individual seperti pada penelitian klinik, melainkan
dengan kelompok.
Perlakuan diberikan dengan wujud paket yang dikenakan pada subyek secara kolektif dalam
komunitas efek perlakuan diamati dengan menggunakan satuan analisis individual maupun
kelompok.

Nama lain penelitian intervensi ini adalah penelitian operasional (operasional research). Disebut
penelitian operasional karena penelitian itu dilakukan sekaligus untuk memperbaiki suatu sistem
atau program yang sedang berjalan. Beberapa peneliti menamakan penelitian ini sebagai action
research atau penelitian tindakan yakni intervensi atau manipulasi salah satu efek variabel.
Pada dasarnya ada 2 tipe penelitian intervensi ini, yakni intervensi di bidang preventif ini dan
penelitian intervensi di bidang kuratif.
Penelitian intervensi preventif
Penelitian ini mencoba mempelajari hubungan faktor-faktor resiko dengan kejadian suatu
penyakit dengan memberikan perlakuan atau manipulasi terhadap faktor resiko tersebut pada
subyek. Walaupun efek perlakuan diberikan secara kolektif pada individu dalam masyarakat
tersebut dapat diamat dengan pendekatan kelompok. Contoh : perlakuan atau intervensi berupa
penyuluhan imunisasi untuk ibu-ibu disuatu komunitas, efeknya akan dilihat dengan
meningkatnya cakupan imunisasi anak balita; perlakuan yang berupa PSN (pemberantasan
sarang nyamuk) disuatu desa efek akan dilihat dengan menurunnya kasus demam berdarah di
desa tersebut.5,6
Penelitian intervensi kuratif
Penelitian eksperimen/intervensi ini mencoba memberikan pelakuan terhadap perkembangan
suatu penyakit. Dengan perkataan lain penelitian ini akan mengungkapkan apakah riwayat
alamiah suatu penyakit dapat dimanipulasi atau diintervensi secara spesifik. Perlakuan dalam
penelitian ini dapat berubah pemberian pelaksanaan tindakan kuratif pada masyarakat untuk
menanggulangi penyakit endemik masyarakat. Perlakuan bisa berupa penyuluhan kepada
masyarakat dalam menghadapi menanggulangi penyakit dan dapat dalam bentuk pengobatan
masal. Contoh engobatan masal cacingan pada anak balita dalam rangka menurunkan prevalensi
penyakit cacing perut; penyuluhan untuk berobat secara teratur ke klinik TBC paru dalam rangka
untuk menurunkan prevalensi penyakit TBC paru

Populasi dan sampel penelitian


A. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek (unit) penelitian atau obyek yang diteliti. Populasi infinit adalah
populasi yang tidak diketahui jumlahnya mengalami perubahan setiap waktu contoh : jumlah penduduk.
Populasi finit adalah populasi yang diketahui jumlahnya secara pasti.
Dalam penelitian kita kenal 2 macam populasi yaitu5,6,9 :

Populasi tak terhingga


Disebut populasi tak terhingga, bila populasi sedemikian besarnya hingga tidak dapat atau sukar
diketahui jumlahnya, atau bila dalam populasi diambil sampel dan sampel yang dihasilkan

dikembalikan lagi dalam populasi, hingga dengan demikian akan diperoleh jumlah sampel yang
tak terhingga banyaknya.
Populasi terbatas
Disebut populasi terbatas, bila jumlah populasi tidak besar, dan mudah dihitung. Batas yang

digunakan untuk populasi terbatas tidak mutlak.


Populasi sering disebut juga universe atau keseluruhan. Anggota populasi dapat berupa benda
hidup atau benda mati, dimana sifat-sifatnya yang ada padanya mungkin untuk diukur atau
diamati.
B. Sampel
Dalam penelitian, yang disebut sampel ialah pemelihan sekelompok obyek atau penduduk dari populasi.
Besarnya sampel ini tidak tertentu, dan tergantung pada ketetapan yang diinginkan, namun sebaiknya
sampel tersebut dapat mewakili populasinya hingga hasilnya dapat digunakan untuk menggambarkan
keadaan populasi. Cara pengambilan sampel disebut : sampling5,6
Metode Sampling

Probability sampling
o Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yg sama kepada seluruh anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
o Ukuran populasi dimana sampel diambil hars diketahui
o Setiap anggota populasi harus mempuyai kesempatan yang sama utk menjadi sampel.
1. Simple Random Sampling
o pengambilan sampel secara acak sederhana
o Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memmemperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
o Dilakukan jika populasinya homogeny
o Dengan cara undian:
o Semua anggota populasi diberi nomor urut atau kode
o Kode tersebut ditulis dalam kertas kecil, digulung, dan dimasukan ke dalam
sebuah kotak/tempa
o Keluarkan satu persatu sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan.
o Dengan menggunakan tabel bilangan random
o Semua anggota populasi diberi nomor urut
o Tentukan jumlah sampel yang akan diambil
o Pilih nomor-nomor yang sesuai dengan bilangan yang terdapat dalam daftar
bilangan random yang akan digunakan
o Keuntungan menggunakan teknik ini peneliti tidak membutuhkan pengetahuan
tentang populasi sebelumnya, bebas dari kesalahan klasifikasi yang memungkinkan
dapat terjadi; dan dengan mudah data di analisis serta kesalahan-kesalahan dapat
dihitung.

o Kelemahan dalam teknik ini peneliti tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang
dipunyainya tentang populasi dan tingkat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel
lebih besar
2. Sytematic Random Sampling
o Jika jumlah populasi sangat banyak dan homogen dan jumlah sampel yang diambil
juga banyak
o Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar
sampel yang terpilih
o Linear Systematic Sampling
Prosedur:
1) Urutkan elemen populasi pada sampling frame
2) Hitung interval (I) = N/n (N = banyaknya anggota populasi, n = banyaknya
sampel)
3) Pilih random start (dari Tabel Angka Random) dengan nilai

s.d I (misalkan i)
4) Sampelnya adalah elemen ke-(i + kI), (k = 0, 1, , (n-1))
Sampel 1 adalah no. urut ke-i
2 adalah no. urut ke-(i + I)
3 adalah no. urut ke-(i + 2I)

Sampel
n adalah no. urut ke-(i + (n-1)I)
o Circular Systematic Sampling
Prosedur:
1. Urutkan elemen populasi pada sampling frame
2. Hitung interval (I) = N/n (N = banyaknya anggota populasi, n = banyaknya sampel
3. Pilih random start (dari Tabel Angka Random) dengan nilai 1 s.d I (misalkan j)
4. Sampelnya adalah elemen ke-(j + kI), (k = 0, 1, , (n-1))
5. Bila j + kI > N, maka sampelnya no. urut ke-(j + kI) N
3. Stratified Random Sampling
o Jika kondisi populasi mengandung sejumlah katagori yang berbeda, maka kerangka
sampel dapat diorganisasikan dengan menggunakan katagori ini ke dalam strata yang
terpisah.
o Sampel kemudian dipilih masing-masing stratum secara terpisah untuk membuat
stratum berstrata.
o Ada dua alasan dalam meggunakan metode ini ialah:
o untuk meyakinkan bahwa kelompok-kelompok khusus dalam suatu populasi
secara memadai diwakili dalam sampel dan
o untuk memperbaiki efisiensi dengan memperoleh kontrol yang lebih besar
dalam komposisi sampel.
o Proportionate Stratified Random Sampling

o Pengambilan sampel stratifikasi dengan mempertimbangkan proporsi atau


o

persentase sampel dari setiap stratum


Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka dalam
teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi

berdasarkan masing-masing strata.


Pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik ini mula-mula peneliti
menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan

pada karakteristik umum dari anggota populasi yang berbeda-beda.


Setiap unit yang mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan
pada satu strata, kemudian dari masing-masing strata diambil masing2 strata

yang mewakilinya
o Disproportionate Stratified Random Sampling
o Dilakukan apabila proporsi atau persentase sampel pada setiap stratum tidak
mempertimbangkan perbandingan antara stratum yang satu dengan yang
lainnya.
o Artinya dari setiap stratum diambil jumlah sampel yang sama dengan formula
n/k : di mana n (banyak sampel yang dikehendaki), dan k (banyak stratum
dalam komposisi populasi).
4. Cluster Sampling
o Pengambilan Sampel Acak secara Kelompok atau gugus.
o Teknik sampling cluster digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
ditehti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau
kabupaten.
o Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
o Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15
propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random.
o karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling
o Propinsi di Indonesia ada yang pendudukanya padat, ada yang tidak; ada yang
mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang
tidak.
o Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang- orang yang ada
pada daerah itu secara sampling juga
o Jika yang menjadi unit sampling merupakan daerah atau wilayah geografis, seperti:
provinsi, kota, kabupaten dst, maka teknik sampling ini disebut area random sampling

o Misalnya, akan mengumpulkan data dari setiap keluarga tentang biaya hidup perbulan.
Keluarga mana yang harus diambil jika penelitian itu dilakukan terhadap kabupaten
tertentu, Untuk menentukan sampel keluarga, maka peneliti harus menmpuh langkahlangkah:
o menentukan kecamatan sampel
o Menentukan desa sampel dari kecamatan sampel
o Menentukan keluarga sampel.
5. Multistage Sampling
o Pengambilan Sampel secara Gugus Bertahap
o Pengambilan sampel dgn teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah scr bertahap
o Dilaksanakam bila populasi terdiri dr macam2 tingkat wilayah.
o Proses pengambilan sampel secara multistage random sampling
a. Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan atau Kelurahan atau Karakter lainnya (pedesaanperkotaan, pantai-pegunungan dsb)
b. Dari area populasi tsb diambil sampel gugus di bawahnya (misalnya apabila
area populasinya provinsi maka area gugus di bawahnya kabupaten)
c. Dari area gugus tsb diambil area gugus yg dibawahnya lagi (misalnya kalau
area gugus diatasnya kabupaten, maka area gugus dibawahnya adalah
kecamatan) dan seterusnya.
d. Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yg paling kecil (bawah) misalnya
RT, diambil sbg sampel.

Non probability/Non Random


o Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
o Pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dpt diperhitungkan,
tetapi semata-mata, hanya berdasarkan pada segi kepraktisan.
1. Systematic Sampling
o Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
o Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
o Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima, untuk ini maka
yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai
100.
2. Quota Sampling

o Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
o Teknik penarikan sampel kuota (quota sampling) merupakan teknik penarikan sampel
yang sejenis dengan menggunakan teknik penarikan sampel stratifikasi. Perbedaanya
adalah ketika menarik anggota sampel dari masing-massing lapisan, peneliti tidak
menggunakan secara acak tetapi menggunakan cara kemudahan (accidental)
o Contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terrhadap pelayanan
RS. Medika Utama , Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan
data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum
selesai, karena belurn memenuhi kouta yang ditentukan.
3. Insidental/ Aksidental Sampling
o Teknik penarikan sampel aksidental ini didasarkan pada kemudahan (Convenience).
Sampel dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat.
o teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
o Sampel ini digunakan jika peneliti sulit untuk menemukan subyek yang akan diteliti
4. Purposive Sampling
o Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
o Teknik penarikan sampel purposive ini disebut juga judgmental sampling yang
digunakan dengan menentukan criteria khusus terhadap sampel, terutama orang-orang
yang dianggap ahli
o Sampel ini lebih cocok digunakan

untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-

penelitian yang tidak melakukan generalisasi.


o Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada sedikit orang yang mempunyai
keahlian (expertise) di bidang yang sedang diteliti.
5. Sampling jenuh
o Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
o Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
o Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel
6. Snowball sampling
o Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi
besar.
o Teknik sampel bola salju (Snowball Sampling) digunakan jika peneliti tidak memiliki
informasi tentang anggota populasi. Peneliti hanya memiliki satu nama populasi. Dari

nama ini peneliti akan memperoleh nama-nama lainnya. Teknik ini biasanya digunakan
jika peneliti meneliti kasus yang sensitive atau rahasia. Misalnya tentang jaringan
peredaran narkoba.
o Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.
o Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampling purposif dan snowball
sampling.
Metode Analisis Data
Analisis dapat dibedakan tiga macam:
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap-tiap variabel (satu variabel) penelitian. Pada umumnya
dalam analisis itu hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap vaniabel, misalnya
distribusi penyakit yang ada didaerah tertentu, distribusi umur responden dan sebagainya.
2. Analisis bivariat.
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi:,
misalnya variabel umur dengan variabel penyakit Jantung, variabel jenis kelamin dengan
variabel yang diderita dan sebagainya, dalam analisis bivariat dapat dilakukan uji statistik, Chi
square (X)2, t test, Z test dan sebagainya (penelitian analitik). Ataupun hanya dianalisis dengan
melihat besarnya proporsi antara satu variabel dengan variabel yang lain (penelitian deskriptif
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang dilakukan terhadap lebih dan dua variabel. Biasanya hubungan antara
satu variabel terikat atau dependen, dengan variabel bebas atau independen.
Berdasarkan sifat data, tehnik, analisis data dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Teknik analisis kualitatf
Seperti disebut diatas bahwa untuk data kualitatif dilakukan dengan tehnik analisis
kualitatif. Dan tehnik ini digunakan proses berpikir induktif artinya artinya dalam
pengujian hipotesis-hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul. Proses berpikir
induktif dimulai dan keputusan-keputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian
diambil kesimpulan secara umum. Tehnik ini biasanya digunakan untuk menganalisis data

yang diperoleh dari metode observasi, wawancara tak terstruktur (wawancara mendalam)
dan diskusi kelompok.
2. Teknik analisis kuantitatf
Teknik ini juga disebut teknik Statisitik, yang digunakan untuk mengolah data yang
berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konversi dari data kualitatif.
Tehnik analisis ini lebih banyak digunakan dalam penelitian, karena lebih tepat
dibandingkan dengan tehnik analisis kualitatif.

Kesimpulan
Untuk melakukan satu penelitian epidemiologi diperlukan perencanaan yang betul dan tepat agar
penelitian yang dilaksanakan akan mendapatkan hasil akhir yang maksimal dan bisa digunakan untuk dunia
kesehatan. Daripada menentukan tujuan penelitian dan hipotesa hinggalah pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan analisis data semuanya harus dilakukan dengan teliti. Pemelihan desain peneilitian yang
tepat, sampel yang tepat, dan tehnik untuk mendapatkan data yag tepat merupakan hal yang sangat penting
untuk menentukan keberhasilan penelitian epidemiologi.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 2008.
2. Departemen Kesehatan RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2001.
3. Depkes RI. Komite Nasional Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis Paru di Indonesia. Prosedur Tetap
Penanggulangan TB Paru Nasional Secara Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006
4. Universitas Indonesia (FKUI). Kuliah Tuberculosis. 2004. Diunduh dari http://ui.org/
fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm. 4 Juli 2015
5. Azwar.A. Pengantar epidemiologi ed1. Binapura Aksara, Jakarta 1997;39-71,113-140
6. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar metogologi penelitian klinis. Penerbit Sagung Seto. Jakarta. 2012
7. Sigarlaki H.J.O F. Metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Cv.Informedika, Jakarta 2003; hal
42-172, 194-257
8. Budiarto E, Anggraeni D. Pengatntar Epidemiologi ed2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2003;
1-11,38-74,107-140
9. Pramono.D. Rancangan penelitian di bidang kesehatan. Magister Epidemiologi Lapangan, Universitas
Gadjah

Mada.

Diunduh

dari

http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pdf.
5 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai