Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Disusun Oleh :
MARLISA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


ANGKATAN XXI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik

Keperawatan Keluarga

Sub topik

Kehilangan dan Berduka

Sasaran

Ny. T

Tempat:

Rumah Ny. T

Hari/Tanggal :

Kamis, 6 Februari 2014

Waktu

20 menit

I.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, Ny, T mengerti tentang kehilangan dan tahapan

kehilangan.
I.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan Ny. T dapat :
1. Menyebutkan pengertian kehilangan
2. Menyebutkan tipe kehilangan
3. Menjelaskan fase kehilangan

II.

Materi
1. Pengertian kehilangan
2. Tipe kehilangan
3. Fase-fase kehilangan

III.

Metode
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab

IV.

Media

V.

LEAFLET

Evaluasi

Ny. T dapat menyebutkan kembali pengertian kehilangan, tipe


kehilangan, fase kehilangan.

VI.

KEGIATAN PENYULUHAN

No.

WAKTU

1.

3
menit

KEGIATAN PENYULUH

KEGIATAN PESERTA

Pembukaan :

Membuka kegiatan dengan Menjawab salam


mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri

Menjelaskan

Mendengarkan

tujuan

dari Memperhatikan

materi

yang Memperhatikan

penyuluhan

2.

10
menit

Menyebutkan

akan diberikan
Pelaksanaan :

Menggali

pengetahuan

Memperhatikan

tentang kehilangan

Menjelaskan

pengertian

5
menit

dan

kehilangan

menjawab pertanyaan yang

Menjelaskan tipe kehilangan

diajukan

Menjelaskan

fase-fase

Memperhatikan

Memperhatikan

kehilangan
3.

Memperhatikan

Evaluasi :

Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan


tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta jika dapat

4.

2
menit

menjawab pertanyaan.
Terminasi :

Mengucapkan

terimakasih Mendengarkan

atas peran serta peserta.

Mengucapkan salam penutup

Menjawab salam

Materi Penyuluhan

KEHILANGAN DAN BERDUKA


A. PENGERTIAN
a. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada).
b. Berduka (grieving)
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian. Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukkan selama
individu melewati rekasi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak nafas, susah tidur dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Dukacita adalah proses kompleks yang normal meliputi respon dan prilaku
emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan
komunitas, memasukkan kehilangan, yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan
kedalam kehidupan sehari-hari mereka.
B. TIPE KEHILANGAN
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oelh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota
badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss
Kehilangan sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : kehilangan masa remaja,

lingkungan yang berharga.


c. Anticipatory Loss
Perasaan

kehilangan

terjadi

sebelum

kehilangan

terjadi.

Individu

memperliatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang


akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal.
C. LIMA FASE KEHILANGAN
1. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan Tidak, saya tidak pecaya bahwa itu terjadi, itu tidak
mungkin. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,
akan terus-menerus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantunf cepat, menangis, gelisah,
tidak tahu berbuat apa. Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa
menit sampai beberapa tahun.
2. Fase Marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang yang ada dilingkungannya, orang-orang
tertentu atau ditunjukkan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang menunjukkan
prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan
perawat yang tidak becus. Respon fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah, tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar Menawar (bergaining)
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja
kejadian ini bisa ditunda maka saya yang akan sering berdoa. Apabila proses
berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut sering
dijumpai kalau saja yang sakit bukan anak saya.
4. Fase Depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik
diri, tidak mau bicara, kadang-kadang bersikap sebgai pasien yang sangat baik

dan

menurut,

atau

dengan

ungkapan-ungkapan

yang

menyatakan

keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan


adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau
hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,
gambaran tentang objek, atau orang yang hilang mulai dilepas dan secara
bertahapa perhatian beralih pada objek yang baru. Fase penerimaan biasanya
dinyatakan dengan kata-kata saya betul-betul menyayangi baju saya yang
hilang tapi baju saya yang abru manis juga.
D. CARA MENGATASI TRAUMA PASCA KEGUGURAN
1. Ikhlas dengan apa yang sudah terjadi
Wanita yang mengalami keguguran harus ikhlas dengan apa yang
sudah terjadi. Kemudian segera pulihkan kembali kesehatan agar tubuh
siap kembali mengandung.
2. Dukungan dari suami tercinta
Peran seorang suami sangatlah besar untuk istri yang mengalami
keguguran. Suami dapat menjadi obat penyembuh rasa sakit hati dan
kecewa yang tengah dialami oleh istrinya yang baru saja mengalami
keguguran. Ada baiknya bagi suami untuk mengatasi dan mengalami fase
yang memberatkan ini. Contohnya : suami mengajak kembali istrinya
untuk liburan dan kencan.
3. Berbagi dengan keluarga dekat
Berbagi dengan keluarga dekat khususnya ibu dan saudara perempuan
nampaknya akan mengurangi beban yang dirasakan wanita yang baru saja
mengalmi keguguran. Ibu dan saudara perempuan yang berpengalaman
pastinya memahami perasaan yang tengah dialami. Dengan sharing seperti
ini, pencerahan yang dapat menguatkan hati.
4. Lakukan hal-hal yang menyenangkan hati
Melakukan hal-hal yang menyenangkan agar pikiran tidak stress dan
lebih rileks serta bahagia. Misalnya dengan olahraga jogging, yoga, jalan
sehat, dan rekreasi.
5. Baca pengalaman yang sama
Individu juga bisa bergabung dengan ibu-ibu di kompleks rumah untuk
berbagi pengalaman. Individu juga bisa memanfaatkan jejaring sosial di

dunia maya untuk berbagi info. Agar lebih detail lagi infonya, individu
bisa browsing terkait tips-tips untuk membangun optimisme pasca
keguguran.

Anda mungkin juga menyukai