Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Dasar Memahami Kerja Ventilasi Mekanik

Prinsip Dasar Memahami Kerja Ventilasi Mekanik

Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer
dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk
mengaktifkan beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan
tombol. Selain itu dilengkapi dengan layar monitor yang menampilkan apa yang
kita setting dan parameter alarm.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa
ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk
pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan
hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan
meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di
samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator
stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk
memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus
diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter
bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap
kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead
space.

SETTING VENTILATOR
Setting ventilator biasanya berbeda-beda tergantung pasien. Semua ventilator di
disain untuk memonitor komponen2 dari keadaan sistim respirasi (paru-paru)
pasien. Beberapa alarm dan parameter dapat disetting untuk mengingatkan
perawat/dokter bahwa pasien tidak cocok dengan setting atau menunjukkan
keadaan berbahaya.
Respiratory Rate (RR)
Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap
menitnya. Setting RR tergantung dari TV, jenis kelainan paru pasien, dan target
PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang
diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas
12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
Pada pasien2 dgn asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar
tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu pasien2 PPOK
memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan terlalu

rendah/normal.
Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-20
x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.
Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh: Setting
RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6 detik. Berarti
siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung dibawah 6 detik.

Tidal Volume (VT)


Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal tolerate
dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 58 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea
(membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan
tidal volume yaitu 4-6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar
terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia
bawah nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai
TIME Cycled.
Fraksi Oksigen, (FiO2)
FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke pasien.
Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal
pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh
terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat.
Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary,
edema paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah
pasien stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan
Astrup. Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia
berat), bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu
transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta menambahkan
20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun
pada pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau
atelektasis berat yang sedang menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di
suction atau dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP
dilepas maka paru akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya
lagi.
Inspirasi:Ekspirasi (I:E) Ratio
I:E rasio biasanya diset 1:2 atau 1:1.5 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Terkadang diperlukan fase inspirasi yg sama atau lebih
lama dibanding ekspirasi untuk menaikkan PaO2, seperti pada ARDS, berkisar

1:1 sampai 4:1.


Pressure Limit/ Pressure Inspirasi
Pressure limit mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume cycled
ventilator, sebab pressure yg tinggi dapat menyebabkan barotrauma. Pressure
yg direkomendasi adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika
limit ini dicapai maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan
alarm berbunyi. Pressure limit yang tercapai ini biasanya disebabkan oleh
adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas, retensi sputum di ETT atau penguapan
air di sirkuit ventilator. Biasanya akan normal lagi setelah suctioning.
Peningkatan pressure ini juga dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit,
fighting terhadap ventilator, atau kinking pada tubing ventilator.
Flow Rate/ Peak flow

Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yg diset/menit.


Biasanya setting antara 40-100 L/menit.
Inspiratory flow rate merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Jika RR 20x/menit maka: Ttotal = 60/20 = 3 detik. Jika rasio 1:2 ,
Tinspirasi = 1 detik. Untuk menghantarkan tidal volume (TV) 500 cc diperlukan
Inspiratory flow rate = 0.5/1 x 60 = 30 Liter/menit.
Sensitifity/Trigger
Sensitivity menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk
memulai/mentrigger inspirasi dari ventilator. Setting dapat berupa flow atau
pressure. Flow biasanya lebih baik untuk pasien yang sudah bernafas spontan
dan memakai PS/Spontan/ASB karena dapat megurangi kerja nafas/work of
breathing. Selain itu pada pasien PPOK penggunaan flow sensitiviti lebih baik
karena pada PPOK sudah terdapat intrinsic PEEP pada paru pasien sehingga
pemakaian pressure sensitiviti kurang menguntungkan. Nilai sensitivity berkisar
2 sampai -20 cmH2O untuk pressure sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit.
Jika PaCO2 pasien perlu dipertahankan konstan, misalnya pada resusitasi otak,
maka setting dapat dibuat tidak sensitif. Dengan demikian setiap usaha nafas
pasien tidak akan dibantu oleh ventilator. Pada keadaan ini perlu diberikan sedasi
dan pelumpuh otot (muscle relaksan) karena pasien akan merasa tidak nyaman
sewaktu bangun. Namun jika memakai mode assisted atau SIM atau
spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat sensitif.
PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan PaO2 yg refrakter. Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O. Setiap

perubahan pada PEEP harus berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP,
kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. Jika PaO2 masih rendah sedangkan
FiO2 sudah 60% maka PEEP merupakan pilihan utama sampai nilai 15 cmH2O.
Fungsi PEEP:
Redistribusi cairan ekstravaskular paru
Meningkatkan volume alveolus
Mengembangkan alveoli yg kolaps

Setting alarm ventilator


Alarm Low exhaled volume
Set 100 cc dibawah nilai tidal volume ekspirasi, misalnya tidal volume ekspirasi
500 cc maka alarm diset 400 cc.
Akan berbunyi jika tidal volume pasien tidak adekuat
Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi
disconnect sirkuit
Alarm Low Inspiratory Pressure
Sebaiknya diset 10-15 cmH2O dibawah PIP (Peak Inspiratory Pressure)
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset.
Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim
Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
Air di dalam sirkuit
ETT kinking atau tergigit
Sekresi dalam ETT
Bronkospasme
Pneumotoraks tension
Low compliance (efusi pleura, edema paru akut, asites)
Peningkatan airway resistance
Batuk
MODE VENTILASI
Terminologi untuk mode ventilasi saat ini banyak yang membingungkan.
Misalnya seperti penggunaan kata-kata yang tidak tepat; control, cycled atau
assist. Namun saat ini banyak penulis yang mengikuti terminologi yang dibuat
oleh Kapadia. [Postgrad Med J 1998 74 330-5]. Ia membagi terminologi mode
menjadi 3 dasar:
The Trigger - the signal that opens the inspiratory valve, allowing air to flow into
the patient;
The Limit - the factor which limits the rate at which gas flow into the lungs;
Cycling - the signal which stops inspiration AND eventually opens the expiratory
valve.
Start/initiation/trigger positive pressure

Target/limit/batasan positive pressure


Cycled/Siklus/peralihan inspirasi ke ekspirasi
Terminologi ini disingkat TLC Approaches
Start/initiation/trigger:
Ada 2 cara:
Berdasarkan waktu (time-trigger) yg telah diset
control mode
Berdasarkan penurunan airway pressure (pasien-trigger)
assisted mode
Target/limit:
Ada 2 macam:
Berdasarkan volume yg diset volume target
Berdasarkan pressure yg diset pressure target
volume target
= TV/flow konstan, tapi pressure berubah2 sesuai compl paru pasien
FLOW
KONSTAN
PRESSURE

pressure target
= pressure konstan tapi TV/flow berubah2 sesuai compl paru pasien
PRESSURE
KONSTAN
FLOW

Cycled:
Ada 4 cara:
Berdasarkan volume yg diset volume cycled
Berdasarkan pressure yg diset time cycled
Berdasarkan penururnan flow flow cycled

PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN


Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer
dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk

mengaktifkan beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan


tombol. Selain itu dilengkapi dengan layar monitor yang menampilkan apa yang
kita setting dan parameter alarm.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa
ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk
pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan
hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan
meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di
samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator
stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk
memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus
diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter
bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap
kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead
space.

SETTING VENTILATOR
Setting ventilator biasanya berbeda-beda tergantung pasien. Semua ventilator di
disain untuk memonitor komponen2 dari keadaan sistim respirasi (paru-paru)
pasien. Beberapa alarm dan parameter dapat disetting untuk mengingatkan
perawat/dokter bahwa pasien tidak cocok dengan setting atau menunjukkan
keadaan berbahaya.
Respiratory Rate (RR)
Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap
menitnya. Setting RR tergantung dari TV, jenis kelainan paru pasien, dan target
PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang
diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas
12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
Pada pasien2 dgn asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar
tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu pasien2 PPOK
memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan terlalu
rendah/normal.
Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-20
x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.
Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh: Setting
RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6 detik. Berarti

siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung dibawah 6 detik.


Tidal Volume (VT)
Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal tolerate
dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 58 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea
(membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan
tidal volume yaitu 4-6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar
terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia
bawah nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai
TIME Cycled.
Fraksi Oksigen, (FiO2)
FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke pasien.
Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal
pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh
terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat.
Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary,
edema paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah
pasien stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan
Astrup. Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia
berat), bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu
transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta menambahkan
20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun
pada pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau
atelektasis berat yang sedang menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di
suction atau dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP
dilepas maka paru akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya
lagi.
Inspirasi:Ekspirasi (I:E) Ratio
I:E rasio biasanya diset 1:2 atau 1:1.5 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Terkadang diperlukan fase inspirasi yg sama atau lebih
lama dibanding ekspirasi untuk menaikkan PaO2, seperti pada ARDS, berkisar
1:1 sampai 4:1.
Pressure Limit/ Pressure Inspirasi
Pressure limit mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume cycled
ventilator, sebab pressure yg tinggi dapat menyebabkan barotrauma. Pressure
yg direkomendasi adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika
limit ini dicapai maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan

alarm berbunyi. Pressure limit yang tercapai ini biasanya disebabkan oleh
adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas, retensi sputum di ETT atau penguapan
air di sirkuit ventilator. Biasanya akan normal lagi setelah suctioning.
Peningkatan pressure ini juga dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit,
fighting terhadap ventilator, atau kinking pada tubing ventilator.
Flow Rate/ Peak flow
Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yg diset/menit.
Biasanya setting antara 40-100 L/menit.
Inspiratory flow rate merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Jika RR 20x/menit maka: Ttotal = 60/20 = 3 detik. Jika rasio 1:2 ,
Tinspirasi = 1 detik. Untuk menghantarkan tidal volume (TV) 500 cc diperlukan
Inspiratory flow rate = 0.5/1 x 60 = 30 Liter/menit.
Sensitifity/Trigger
Sensitivity menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk
memulai/mentrigger inspirasi dari ventilator. Setting dapat berupa flow atau
pressure. Flow biasanya lebih baik untuk pasien yang sudah bernafas spontan
dan memakai PS/Spontan/ASB karena dapat megurangi kerja nafas/work of
breathing. Selain itu pada pasien PPOK penggunaan flow sensitiviti lebih baik
karena pada PPOK sudah terdapat intrinsic PEEP pada paru pasien sehingga
pemakaian pressure sensitiviti kurang menguntungkan. Nilai sensitivity berkisar
2 sampai -20 cmH2O untuk pressure sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit.
Jika PaCO2 pasien perlu dipertahankan konstan, misalnya pada resusitasi otak,
maka setting dapat dibuat tidak sensitif. Dengan demikian setiap usaha nafas
pasien tidak akan dibantu oleh ventilator. Pada keadaan ini perlu diberikan sedasi
dan pelumpuh otot (muscle relaksan) karena pasien akan merasa tidak nyaman
sewaktu bangun. Namun jika memakai mode assisted atau SIM atau
spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat sensitif.
PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan PaO2 yg refrakter. Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O. Setiap
perubahan pada PEEP harus berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP,
kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. Jika PaO2 masih rendah sedangkan
FiO2 sudah 60% maka PEEP merupakan pilihan utama sampai nilai 15 cmH2O.

Fungsi PEEP:
Redistribusi cairan ekstravaskular paru
Meningkatkan volume alveolus
Mengembangkan alveoli yg kolaps

Setting alarm ventilator


Alarm Low exhaled volume
Set 100 cc dibawah nilai tidal volume ekspirasi, misalnya tidal volume ekspirasi
500 cc maka alarm diset 400 cc.
Akan berbunyi jika tidal volume pasien tidak adekuat
Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi
disconnect sirkuit
Alarm Low Inspiratory Pressure
Sebaiknya diset 10-15 cmH2O dibawah PIP (Peak Inspiratory Pressure)
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset.
Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim
Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
Air di dalam sirkuit
ETT kinking atau tergigit
Sekresi dalam ETT
Bronkospasme
Pneumotoraks tension
Low compliance (efusi pleura, edema paru akut, asites)
Peningkatan airway resistance
Batuk
MODE VENTILASI
Terminologi untuk mode ventilasi saat ini banyak yang membingungkan.
Misalnya seperti penggunaan kata-kata yang tidak tepat; control, cycled atau
assist. Namun saat ini banyak penulis yang mengikuti terminologi yang dibuat
oleh Kapadia. [Postgrad Med J 1998 74 330-5]. Ia membagi terminologi mode
menjadi 3 dasar:
The Trigger - the signal that opens the inspiratory valve, allowing air to flow into
the patient;
The Limit - the factor which limits the rate at which gas flow into the lungs;
Cycling - the signal which stops inspiration AND eventually opens the expiratory
valve.
Start/initiation/trigger positive pressure
Target/limit/batasan positive pressure
Cycled/Siklus/peralihan inspirasi ke ekspirasi
Terminologi ini disingkat TLC Approaches
Start/initiation/trigger:

Ada 2 cara:
Berdasarkan waktu (time-trigger) yg telah diset
control mode
Berdasarkan penurunan airway pressure (pasien-trigger)
assisted mode
Target/limit:
Ada 2 macam:
Berdasarkan volume yg diset volume target
Berdasarkan pressure yg diset pressure target
volume target
= TV/flow konstan, tapi pressure berubah2 sesuai compl paru pasien
FLOW
KONSTAN
PRESSURE
pressure target
= pressure konstan tapi TV/flow berubah2 sesuai compl paru pasien
PRESSURE
KONSTAN
FLOW
Cycled:
Ada 4 cara:
Berdasarkan volume yg diset volume cycled
Berdasarkan pressure yg diset time cycled
Berdasarkan penururnan flow flow cycled

MODE OF VENTILASI
CONTROL MODE
1. Volume Control Mode
2. Pressure Control mode
Karakteristik:
Start/trigger berdasarkan waktu
Target/limit bisa volume atau pressure
Cycled bisa volume atau bisa time/pressure (jika vol/pressure sudah tercapai
seperti yg diset, inspirasi stop menjadi ekspirasi)
Disebut juga time-trigger ventilasi
Baik volume/pressure level maupun RR dikontrol oleh ventilator
Jika ada usaha nafas tambahan dari pasien tidak akan dibantu oleh ventilator

Control Volume Cycled


( CMV Bennet 7200, IPPV Drager, S-CMV Galileo, VC Servo 900C)

Control Time cycled


(BIPAP Drager, P-CMV Galileo, PC Servo 900C)

Setting:
Tidal volume atau level Pressure
RR
PEEP
FiO2
Peak flow
I:E rasio
Sensitivity
Indikasi:
Sering digunakan untuk pasien yg fighting terhadap ventilator terutama saat
pertama kali memakai ventilator
Pasien tetanus atau kejang yang dapat menghentikan hantaran gas ventilator
Pasien yang sama sekali tidak ada trigger nafas (cedera kepala berat)
Trauma dada dgn gerakan nafas paradoks
Jangan digunakan tanpa sedasi atau pelumpuh otot
Komplikasi:
Pasien total dependen/sangat tergantung pada ventilator
Potensial apneu (malas bernafas)

ASSISTED MODE
1. Assisted Volume mode
2. Assisted Pressure mode
Karakteristik:
Start/trigger oleh usaha nafas pasien yaitu penurunan tekanan jalan nafas
Target/limit oleh volume/time atau pressure
Cycled oleh volume atau pressure
Disebut juga pasien-trigger ventilation
RR lebih dari yg diset, karena setiap usaha nafas dibantu oleh ventilator
Tidal volume sesuai yg diset.
Jika nafas bervariasi; kadang pasien-trigger, kadang time-trigger maka disebut
ASSISTED CONTROL MODE

Assisted Volume Cycled


Start/Initiation = pasien - trigger
Time
Pressure
Setting:
Tidal volume atau Pressure level
RR
PEEP
FiO2
Peak flow
I:E Rasio
Sensitivity <5 cmH2O
Indikasi:
Proses weaning
Komplikasi:
Hiperventilasi
respiratory alkalosis
Pada cedera kepala sering menyebabkan hiperventilasi, sebaiknya segera ganti
mode. Kedua mode diatas 9 control mode maupun assisted mode disebut juga
Full ventilatory support, sedangkan SIMV, PS, ASB, Spontan disebut juga partial
ventilatory support.
SIMV MODE (Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation)
Adalah mode dimana ventilator memberikan nafas control (mandatory) namun
membiarkan pasien bernafas spontan diantara nafas control tersebut.
Karakteristik:
Start/trigger oleh pasien
Target/limit oleh volume
Cycled oleh volume
Setting:
Tidal volume
SIMV rate/siklus SIMV
Peak flow
PEEP
FiO2
Level PS/ASB/Spontan
SIMV = 10 detik Periode SIMV 3 detik Periode spontan 7 detik Contoh, Jika setting
SIMV rate = 6. Berarti siklus SIMV = 60/6 = 10 detik Jika RR pasien 20; maka
Ttotal pasien (periode SIMV) = 60/20 = 3 detik. Periode SIMV dibuat sama dgn
pola nafas pasien, dgn cara menghitung dahulu pola nafas pasien. Jika nafas
pasien 20 x/m maka T total pasien = 3 dtk, dgn I:E = 1:2 maka Ti pasien 1 detik.
Maka peak flow diset TV/1 dtk x 60 Sisanya adalah periode spontan 10 3 = 7
detik

PRESSURE SUPPORT/SPONTAN/FLOW CYCLED


Karakterisrik:
Start/trigger berdasarkan usaha nafas pasien
Target/limit berdasarkan pressure level yang diset
Cycled berdasarkan penurunan peak flow inspirasi 25% (manufactured =
setting dari pabrik), Inspirasi pasien hanya dibantu sebagian.
Beberapa ventilator modern saat ini mempunyai setting seperti ETS (expiratory
trigger sensitivity). Jika di set 40% berarti flow inspirasi akan berhenti saat flow
mencapai 40% dari flow rate pasien saat itu. Beberapa penelitian menunjukkan
untuk pasien PPOK maka ETS sebaiknya lebih cepat ( >25%) untuk menghindari
autoPEEP.
Berfungsi mengatasi resistensi ETT, dengan memberi support inspirasi saja
Peak flow, ekspirasi serta RR ditentukan oleh pasien (tergantung pasien
sendiri).
Setting:
Inspiratory Pressure Level
PEEP
FiO2
Indikasi:
Untuk pasien yang sudah dapat bernafas spontan (sudah ada trigger). Semakin
kecil ETT semakin tinggi resitensi, oleh sebab itu pada pasien dewasa setting
level pressure inspirasi biasanya hanya antara 5-10 cmH2O, sedangkan pada
anak kecil lebih besar yaitu 10 cmH20. Jika pasien sudah tolerate dengan PS
rendah 5-10 cmH2O lebih dari 24 jam, sebenarnya tidal volume pasien sudah
cukup, karena PS 5-10 hanya untuk mengkompensasi resistensi dari tube.
Kontraindikasi:
Pasien yang belum ada trigger (belum bernafas spontan), atau pasien yang
menggunakan obat pelumpuh otot (esmeron, norcuron atau pavulon)
PS/Spontan dapat diback up oleh SIMV, jika weaning pada pasien cedera kepala
dimana trigger masih jarang.
Common modes of ventilation - TLC classification
Mode
Trigger
Limit
Cycling
Continuous Mechanical Ventilation Assist (CMVa)=Assist-Control(A/C)= VolumeControl-Assist (VCa)
Ventilator or Patient
Flow
Volume (Time controls pause)
Pressure Control Ventilation (PCV)
Ventilator or Patient

Pressure
Time (Time also controls pause)
volume-cycled Synchronised-Intermittent-Mandatory Ventilation (SIMV)
Ventilator or Patient
Flow (mandatory breath)
Volume (mandatory breath)
pressure-limited SIMV
Ventilator or Patient
Pressure (mandatory breath)
Time (mandatory breath)
Pressure Support (PS)
Patient
Pressure
Flow
CPAP
Patient
Pressure
Flow
CPAP + PS
Patient
Pressure
Flow
SIMV + PS
A combination of synchronised intermittent mandatory ventilation (with the
appropriate characteristics of the mandatory breaths) and pressure support (with
its characteristics). Note that either type of SIMV mentioned above may be used.
Note that where CPAP is combined with ventilator triggered modes, confusing
terminology kicks in again - CPAP is then called "PEEP" (Positive End-Expiratory
Pressure).

CONTOH SALAH SATU AUTOMATED MODE PADA VENTILATOR2 MODERN.


ASV
(ADAPTIVE SUPPORT VENTILATION)
Galileo, Hamilton Medical, sweden
ASV adalah mode baru ventilasi mekanik. ASV didisain untuk memberikan
ventilasi dengan jaminan minimal minute ventilation (ventilasi semenit=RRxTV),
baik untuk pasien yang masih di kontrol maupun pasien yang sudah nafas
spontan. Pada setiap nafas yang diberikan ASV akan secara otomatis
menyesuaikan kebutuhan ventilasi pasien berdasarkan setting minimal minute
ventilation dan Berat Badan ideal pasien. BB diset oleh dokter/perawat
sedangkan mekanik respirasi/paru (compliance dan resistensi jalan nafas pasien)
ditentukan oleh ventilator. Dengan ASV, ventilasi yang diberikan dapat menjamin
minimum inspiratory pressure (mencegah barotruma), mencegah auto-PEEP,

menghilangkan intrinsik=PEEP.
ASV merupakan kombinasi antara Pressure Control dan Pressure Support
ventilation. Jika pasien diberikan sedasi atau pelumpuh otot sehingga tidak ada
trigger nafas, maka ASV secara otomatis akan menjadi mode Pressure Control
murni. Jika kemudian pasien mulai bangun (trigger +) atau mulai diweaning,
maka ASV akan berubah otomatis menjadi Pressure Support.
ASV mengasumsikan normal minute ventilasi seseorang adalah 100 ml/kgBB
untuk dewasa dan 200 ml/kgBB untuk pediatrik. Sebagai contoh, jika BB
seseorang 50 kg, maka menit volume minimal orang tersebut ( TV x RR)
diasumsikan 5 L/menit.
Setelah data BB ideal tersebut dimasukkan, maka untuk memberikan minimal
menit ventilasi, %MinVol diset 100%. Ini berarti ventilator akan memberikan
jaminan menit ventilasi sebesar 5L/menit, sedangkan besarnya TV/Pressure Insp
dan RR tergantung pada penilaian ventilator terhadap compliance paru dan
resistensi jalan nafas pasien. Misalnya setelah 5 kali positif pressure diberikan,
compliance dan resistensi pasien segera dinilai oleh ventilator/ASV. Dari 5 kali
test breaths tersebut ventilator akan mengambil nilai pressure rata-rata, jika
rata-rata pressure didapat 20 cmH2O, dan dgn pressure tersebut tidal volume
yang bisa masuk sebesar 300 ml maka ASV akan mencari nilai RR agar 300 cc
tersebut jika dikalikan RR mencapai target yang sudah diset yaitu 5 Liter/menit.
Berarti ASV akan memberikan RR 5/0.3 = 16 kali/menit. Jika terjadi penurunan
compliance seperti edema paru akut atau pneumonia berat, dimana dengan
pressure 20 cmH2O tidal volume yang masuk hanya 100 ml, maka ASV akan
meningkatkan lagi RR agar minute volume tetap sesuai target 5 liter/mnt.
Sebaliknya jika edema paru atau pneumonia terkoreksi, dimana dengan pressure
yg sama yaitu 20 cmH2O tidal volume meningkat perlahan, maka ASV secara
otomatis akan menurunkan kembali RR agar target minVol konstan. Kalukulasi ini
semua dilakukan nafas demi nafas (breath by breath) oleh ASV, sehingga RR dan
tidal volume ekspirasi terlihat berubah-ubah setiap saat sesuai kondisi paru
pasien.
Dengan ASV maka mulai dari pasien dikontrol sampai weaning pasien hanya
memakai satu mode saja. Sebab mulai dari pressure kontrol (paralisis) sampai
weaning dengan Pressure Support atau sebaliknya, mode yg digunakan hanya
ASV.
Misalnya sementara memakai ASV tiba-tiba RR menjadi meningkat sampai >30
x/menit, saturasi turun, setelah di periksa ternyata terjadi edema paru atau
penumonia berat, maka pasien segera dikontrol lagi dengan memakai pelumpuh
otot. Setelah diberikan pelumpuh otot ASV secara otomatis akan segera berubah
menjadi Pressure Control tanpa user harus merubah mode lain.
Weaning dengan ASV, adalah dengan menurunkan %min volume, sampai 4050%. Sebab jika dalam proses weaning %minVol dipertahankan 100% berarti

pasien tidak diberi kesempatan bernafas sendiri, karena semua kebutuhan minvol nya dippenuhi oleh ASV. Jika ASV sudah mencapai 50% berarti mode ini
disebut parsial ventilation mirip dengan PS atau SIMV mode.
Dengan berdasarkan pada menit ventilasi ini maka setting tidal volume, Insp
Pressure, I:E rasio, peak flow dan RR tidak diperlukan lagi, sehingga
pengoperasian menjadi lebih mudah.

Anda mungkin juga menyukai