1. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram ( prawirohardjo, 2010: 460).
Pengertian abortus menurut bebrapa para ahli :
a. abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup diluar
dengan berat < 500 gram atau umur kehamilan < 20 minggu ( maimunah,
2005 :1) .
b. abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin
belum mampu hidup diluar rahim dengan kriteria usia kehamilan < 20 minggu
atau berat janin < 500 gram ( Achadiat 2009 : 26 ).
c. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapaat hidup diluar
kandungan. Dibawah ini dikemukakan bebrapa defenisi para ahli tentang
abortus.
1. EASTMAN :
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus
ini belum terletak diantara 400 1000 gram atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu.
2. JEFFCOAT
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28
minggu yaitu fetus belum berkembang.
3. HOIMER
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu 16 dimana proses
implantasi belum selesai (Mochtar, 1998 : 209).
d. abortus adalah pengakhiran kehamilan >20 minggu dan pengakhiran
kehamilan dengan berat < 500 gram ( naylor, 2010 : 62 ).
2. KLASIFIKASI OBORTUS
a. abortus imminens
adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan
mempertahankannya, astium uteri tertutup dan uterus sesuai dengan umur
kehamilan.
b. Abortus insipiens
Adalah abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicagah lagi, ustium
uteri terbuka terba ketuban dan hanya beberapa saja
c. Abortus Inkomplit
adalah apabila sebagai hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim.
d. Abortus Komplit
adalah seluruh janin telah di lahirkan dengan lengkap, uterus lebih kecil dari
umur kehamilan dan cavum uteri kosong
e. missed Abortion
adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 20, tetapi
tertanam didalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati.
f. Abortus Habitualis
adalah abortas yang berulang dan berturut turut terjadi, sekurang
kurangnya 3x berturut turut (feryanto 2012 : 41 42 )
Tanda dan Gejala Abortus
- Gejala dini
1. Tidak enak badan, merasa lemas atau tidak fit seperti hari hari
berikutnya.
2. Perut tidak nyaman, kepala pusing atau terasa limbung.
3. Mimisan
- Gejala Umum
1. Ibu hamil kehilangan tanda tanda kehamilan, seperti tegangnya
payudara disertai pusing dan tubuh terasa loyo.
2. Nyeri dibagian tengah perut dan bertambah parah parah dan berlanjut
lebih dari sehari
3. Mengalami kontraksi berlebihan, cirinya perut mules tegang yang teramat
sangat
4. Pendarahan yang cukup banyak , seperti saat menstruasi atau dalam satu
jam bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut.
Namun waspadai juga keluarnya bercak bercak yang berlanjut terus
menerus (selama lebih dari 3 hari)
5. Ibu mengeluarkan gumpalan berwarna merah muda atau keabu abuan
dari vagina
6. Punya riwayat keguguran dan saat hamil sekarang mengalami
pendarahan atau kejang atau kedua duanya.
Etimologi
Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus ialah sebagai
berikut:
a. Kelainan kromoson
Kromosonadalah komponen mikrokopis dari setiap sel dalam tubuh yang
membawa semua bahan genetik yang menentukan warna rambut, Waraa
mafa, dan pampilan secara keseluruhan dan tata rias.
b. Faktor hormonal
Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan,
termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai kortus luteum di
ovarium yang menghasilkan progesteron yang diperlukan untuk pemeliharaan
tahap awal kehamilan dapat menyebabakan abortus spontan.
c. Infeksi
Ibu yangterinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang berbeda telah
dikait kan dengan peningkatan resiko abortus spontan.
d. Gaya hidup
Kadang kadang midasi terjadi di fibria dari bentuk diatas secara sekunder
dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarialatau kehamilan dalam ligame
atau latum. Kehamilan paling sering terjadi didalam ampula tuba.
Implantasi telur dapat dapat bersifat kolomnar ialah implantasi pada puncak
lipatan selaput tuba dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir yaitu telur yang
masuk kedalam lapisan otot tubakarena tuba tidak mempunyai deridua. Bila
5
kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk rongga peritoneum (raptur tuba)
walaupun kehamilan terjadi diluar rahim, rahim membesar juga karena hipertropi dari
otot otot, yang disebabkan pengaruh hormon hormon yang dihasilkan tropoblas
begitu pula endometriumnya berubah menjadi deridua vera.
Menurut arias stella perubahan histologis pada endometrium cukup khas
untuk membantu diagnosis setelah janin megideridua ini mengalami dengenerasi
dan dikeluarkan sepotong demi sepotong akan tetapi kadang kadang lahir secara
keseluruhan sehingga merupakan cetakan dari kavum uteri (deridual casf).
Pelepasan deridua in disertai dengan pendarahan dan kejadiaan ini
menerangkan gejala pendarahan pervaginaan pada kehamilan ektopik yang
terganggu.
Abortus Tuba
Oleh karena telur bertambah besar menembus endosalping (selaput lendir
tuba) masuk kelumen tuba dan dikeluarkan kearah infundibalun. Hal ini terutama
terjadi kalau telur berinflantasi didaerah ampula tuba. Disini biasanya telur tertanam
keluar karena lipatan - lipatan selaput lendir tinggi dan banyak. Lagi pula disini
rongga tuba agak besar sehingga telur mudah tumbuh kearah rongga tuba. Dan
lebih mudah menebus desidua kapsularis yang tipis dari lapisan otot tuba.
Abortus tuba kira kira terjadi antara minggu ke 6 12 pendarahan yang
timbul karena abortus keluar dari ujung tuba dan mengisi kavum douglas, terjadilah
hematokel retrouterin. Adakalanya ujung tuba tertutup karena perlekatan perlekatan
hingga darah terkumpul didalam tuba dan menggembungkan tuba, yang disebut
hematosalping.
Ruptu tuba
Telur menembus lapisan otot tuba ke arah kavum perituneum. Hal ini
terutama terjadi kalau implantasi telur dalam isthmus tuba. Pada peristiwa ini, lipatan
lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar kemungkinan pertumbuhan kearah
rongga tuba kecil karena rongga tuba sempit, oleh karena itu telur menembus
dinding tuba kearah rongga perut atau peritoneum.
Ruptur pada isthimus tuba terjadi sebelum minggu ke 12 karena dinding
tuba disini tipis, tetapi ruptur pato pars interstisialis terjadi lambat kadang kadang
baru pada bulan ke 4 karena disini lapisan otot tebal.
6
Ruptur bisa terjadi spontan atau violent, misalnya karena periksa dalam,
defekasi, atau koltus. Biasanya terjadi ke dalam kavum peritoneum, tetapi kadang
kadang ke dalam ligamentum iantum kalau implantsinya pada dinding bawah tuba.
Pada ruptur tuba seluruh telur dapat melalui robekan dan masuk kedalam
kavum peritoneum, telur yang keluar dari tuba itu sudah mati.
Bila hanya janin yang melalui robekan dan plasenta tetap melekat pada
dasarnya, kehamilan dapat berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan
abdominal. Oleh karena pada awalnya merupakan kehamilan tuba dan baru
kemudian menjadi kehamilan abdominal, kehamilan ini disebut kehamilan abdominal
sekunder. Plasentanya kemudian dapat meluas kedinding belakang uterus.
Legamintum latum, omentum dan usus.
Jika insersi dari telur pada dinding bawah tuba, ruptur terjadi kedalam
ligamentum latum. Kelanjutan dari kejadian ini adalah telur mati dan terbentuknya
hematan di dalam ligamentum latum atau kehamilan berlangsung terus di dalam
ligamentum latum.
Kehamilan tuba abdominal ialah kehamilan yang asalnya pada ujung tuba
dan kemudian tubuh kedalam kavum peritoneum yang dinamakan kehamilan tuba
ovarial ialah kehamilan yang asalnya ovarial atau tuba, tetapi kemudian kantongnya
terjadi jaringan tuba maupun ovarium.
Gejala
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala gejala yang jelas dan
khas kalau sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala
gejalanya sama dengan kehamilan muda yang intrauterin.
Kalau kita bicara tentang gejala kehamilan ektopik biasanya yang dimaksud ialah
kehamilan ektopik yang terganggu.
Kisah khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah
terlambat haidnya, sekonyong konyong nyeri perut kadang kadang. Jelas
lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya, pasien pusing dan
kadang kadang pingsan, sering keluar sedikit darah pervaginaan.
Gejala gejala terpenting ialah
1. Nyeri perut
2. Amenore
3. Pendarahan pervagiaan
4. Syok karena hivolemi
5. Pembesaran uterus
6. Perubahan darah
Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung
telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
1. Imfeksi saluran telur (salpingitis) dapat menimbulkan gangguan pada motilitas
saluran tidur.
2. Riwayat operasi tuba
3. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang
4. Kehamilan ektopik sebelumnya
5. Aborsi tuba dan pemakaian IUD
6. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromoson
7. Bekas radang pada tuba, disini radang menyebabkan perubahan
perubahan Pada endosapling sehingga wallaupun dapat terjadi gerakan ovum
ke uterus terlambat.
8. Operasi plastik
9. Abortas buatan
Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan namun beberapa cara ditegakan
diantaranya dengan melihat :
1. Anamnesia dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada pendarahan pervaginaan, ada nyeri perut kanan, kiri bawah. Berat
atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam periterium.
2. Pemeriksaan fisik
a. rahim yang juga membesar, adanya tumor didalam adaeksa
b. Adanya tanda tanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, pucat dan
eksterinitas dingin, adanya tanda tanda abdomea akut, yaitu perut
tegang bagian bawah nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam :
Serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
: Hb, Leukosit, urin B-HCG (+) hemoglobin menurun
setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b. USG
: tidak ada kantong kehamilan dalam kavum uteri
c. Adanya massa komplek dirongga pinggul
5. Kuldorentesis
: suatu cara permiksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum douglas ada darah.
6. Diagnosis pasti hanya ditegakan dalam laparotomi.
7. Ultrasonografi berguna pada 5 10 % kasus bila ditemukan kantong gestasi
diluar uterus
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik yaitu : ruptur tuba,
atau uterus tergantung lokasi kehamilan dan hal ini dapat menyebabkan
pendarahan masif, syok, dic, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain:
Pendarahan infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih,ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
Penatalaksanaan
Segera dilakukan operasi, yaitu alpingektomi dengan pemberian transfusi
darah. Operasi tidak usah ditangguhkan sampai syok teratasi, asal transfusi
sudah jalan, operasi dapat dimulai dengan segera.
MOLA DIHIDASI
Pengertian
Mola hidatidosa (MHK) merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang
seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur.
Mikroskopik tanpak edematroma vili tanpa vaskularisasi disertai heperplasia dari
kedua lapisan tropoblas. Secara sifogenetik umumnya bersifat deploid 46 XX,
sebagai hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi
oleh sperma yang mengandung 23 x kromoson, yang kemudian mengadakan
duplikasi menjadika 46xx. Jadi, umumnya MHK bersifat homozigot wanita dan
berasal dari bapak (androgenetik).
Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 x dan 23 y
(dispermi) sehingga terjadi 46 xx atau 46 xy. Disini, MHK bersifat hotorozigot,
tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi. Hamil
kembar di zigotik, yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.
Mola hidalidosa parsial (MHP) seperti pada MHK, tetapi disini masih
ditemukan embrio yang biasa mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili
bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio tropoblas saja.
Gambaran yang has adalah erinkling atau scalloping dari vili dan stromal
trophoblastic indusions
11
12
Diagnisis
1. Anamnesis : adanya pendarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan berlangsung tanpa sebab
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum
4. USG untuk menentukan letak plasenta
5. Menentukan letak plasenta secara langsung melalui kanalis servikalis tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan pendarahan
yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi.
Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin.
Ibu :
- pendarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan intersio
didepan.
- Infeksi karena anemia
- Robekan inplantasi plasenta dibagian belakang segmen bawah rahim
- Terjadi ruptur uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui
Bayi :
- Prematur dengan moriditas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya
tahan rendah
- Asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut chalik (2002)
Penatalaksanaan
Menurut saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu:
a. Terapi ekspetalif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan
ibu baik dan pendarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi
ini adalah keadaan iu masih baik (Hb normal) dan pendarahan tidak banyak
, besarnya pembukaan, dan tingkat plasenta previa.
b. Terapi aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi pendarahan adapun caranya:
a) Cara vaginal untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan
demikian menutup pembuluh pemuluh darah yang terbuka (tamponade
plasenta).
b) Cara sectio cacsaria dengan maksud untuk mengosongkan rahim
sehingga dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan dan
juga untuk mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan
usaha persalinan pervaginam pada plasenta previa.
SOLUTIO PLASENTA
Pengertian
13
14
15
RUPTUR UTERI
Pengertian
Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan
robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubungan langsung dengan
kavum peritoneum (cunningham, 1995, p : 470). Ruptur uteri atau roekan uteri
merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada saat
persalinan, kadang kadang juga pada kehamilan tua.
1. menurut cara terjadinya ruptur uteri terbagi atas ruptur uteri spontan.
Terjadi spintan dan sebagian besar pada persalinan. Terjadi gangguan
mekanisme persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen
bawah rahim yang berlebihan.
Ruptur uteri traumatic, terjadinya pada persalinan timbulnya ruptur uteri
karena tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forsep.
Ruptur uterus pada bekas luka perut terjadinya spontan. Terjadinya
spontan ekas seksio sesaria. Bekas operasi pada uterus
2. Menurut robeknya uterus dibagi atas :
Ruptur uteri komplete
Jaringan peritoneum ikut robek
Jadi terlempar kedalam abdomen
Terjadi pendarahn kedalam ruang abdomen
Mudah terjadi infeksi
16
4. Pemeriksaan Dalam
17
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawa, dengan mudah
dapat didorong keatas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam
yang agak banyak.
Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding
rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka
dapat diraba usus omentum dan bagian bagian janin
Kateterisasi, hematun yang hebat menandakan adanya robekan pada
kandung kemih
Etiologi
1. Ruptur uteri spontan
Menurut etiologi dibagi menjadi dua
Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC,
miomektomi , perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta
secara manual.
Karena peregangan yang luar biasa pada rahim, misalnya pada panggul
sempit atau kelainan bentuk panggul, janin seperti janin penderita DM,
hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.
2. Ruptur uteri vioventa (traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti:
Ekstraksi forsef
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
Versi brakston hicks
Sindroma tolakan (pushing sindrom)
Manual plasenta
Curetase
Ekspresi kisteler / ered
Pemerian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar
Diagnosis
Gejala ruptur uteri mengancam
1. Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau
bidan partus sudah lama berlangsung
2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang
kesakitan, bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya
5. Ada tanda dehidrasi karena partus lama (prolongend laboura), yaitu mulut
kering, lidah kering, halus badan panas (demam)
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahwakan terus menerus
7. Ligamentum rontudum teraba seperti kawat listrik yang tegang tebal dan
keras terutama sebelah kiri atau keduanya.
8. Pada waktu datangnya his, kopus uteri teraba keras (hipertonik)
sedangkan teraba tipis dan nyeri kalau di tekan
18
9. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan
terenggang keatas, terjadi robekan robekan kecil pada kandung kemih,
maka pada kateterisasi ada hematuria.
10. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfikria)
11. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda tanda dari obstruksi
seperti edema portio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
Komplikasi
Infeksi post operasi
Kerusakan ureter
Emboli cairan amnion
Dic
Kematian maternal
Kematian perinatal
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum
penderita dengan pemberian infus cairan dan transfusi darah, kardiotonika
antibiotika.
Bila keadaan umum mulai membaik, tindakan selanjutnya adalah melakukan
laparatomi dengan tindakan jenis operasi:
1. Histerektomi, baik total maupun subtotal. Histerektomi total dilakukan
khususnya bila garis robekan longitudinal. Tindakan histerektomi lebih
menguntungkan dari penjahitan larerasi.
2. Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik- baiknya.
3. Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang
cukup
DAFTAR PUSTAKA
Geri Morgan dan Carole Hamilton. 2003. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Heller, luz. 1981. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Bobak, dkk. 1995. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
19
20