PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hingga memasuki tahun ke lima sejak reformasi digulirkan, perbaikan
pengawasan
sehingga
banyak
kelemahan
birokrasi
yang
belum
dalam mecoba memperbaiki birokrasi mampu keluar dari penyakit kronis KKN yang
diidapnya dalam semua tingkatan pemerintahan, pada hampir semua lini lembaga
dan pada hampir semua kegiatan.
Salah satu amanat agenda reformasi adalah pemberantasan terhadap semua
praktek-praktek KKN. Dan kalau sampai tahun ke lima agenda tersebut belum
berjalan dengan baik, atau bahkan belum secara serius dilakukan, maka dapat
dipastikan bahwa terjadi suatu pengingkaran kolektif, dan sekaligus juga merupakan
dosa kolektif, dari pada pengambil keputusan di negara ini.
Reformasi birokrasi juga sangat diperlukan untuk menciptakan clean and
good governance. Sebagai salah satu negara terkorup, kita telah menjadi bulanbulanan dan bahan ejekan dalam pergaulan antar bangsa. Betapa tidak, berbagai
peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan untuk mengatasi berbagai
tindakan KKN di lingkungan pemerintahan ternyata sampai saat ini belum mampu
mengendalikan korupsi, bahkan korupsi cenderung makin melebar pada hampir
seluruh lini pemerintahan, termasuk juga pada lembaga-lembaga tinggi negara.
Selain permasalahan KKN, dalam bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan,
birokrasi di tingkat pusat maupun daerah cenderung semakin banyak dan tambun.
Dengan kondisi yang demikian maka organisasi akan cenderung kaku dan lambat
dalam mengantisipasi permasalahan yang timbul. Kecenderungan yang terjadi saat
ini adalah bahwa dalam penyusunan suatu organisasi cenderung lebih ditekankan
pada bagan strukturnya saja, dan melupakan jumlah dan kualifikasi personel, sistem
1.2.
Perumusan Masalah
1.3.
Adapun Metode Analisa Data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian perpustakaan, mencari data dan informasi dari buku dan laporan
yang biasanya ada di perpustakaan dan yang ada kaitannya dengan objek
penelitian penulis.
2. Melalui Risearch Verifikasi, menguji suatu ilmu pengetahuan.
3. Melalui Risearch deskriptif, melukiskan keadaan objektifitas atau persoalannya.
4. Melalui Risearch Diskusi formal maupun in formal dari media informatika.
1.4.
Sistematika Penulisan
Tinjauan Pustaka
2.1
Reformasi Birokrasi
Bab 3
Pembahasan
3.1
Reformasi Birokrasi
Penutup
4.1
Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Reformasi Birokrasi
Reformasi dilakukan untuk mewujudkan aparatur negara yang mampu
mendukung
kelancaran
dan
keterpaduan
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
utama dari reformasi adalah untuk Pemerintahan menciptakan masyarakat sipil (civil
society) dalam kehidupan pemerintahan, bermasyarakat dan bernegara yang
memiliki nilai-nilai good governance serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi,
sikap keterbukaan, kejujuran dan keadilan yang berorientasi kepada rakyat dan
bertanggungjawab kepada rakyat.
Terdapat beberapa persoalan utama yang merupakan bagian dari sejarah
masa lalu bangsa Indonesia yang efeknya masih dapat dirasakan oleh masyarakat
Indonesia yang hidup pada masa sekarang ini, yang sekaligus merupakan indikator
penyebab terjadinya krisis multidimensi yang masih melanda bangsa Indonesia
hingga saat ini. Ketika permasalahan tersebut diidentifikasi, maka ujung dari
permasalahan tersebut bermuara kepada terjadinya pendangkalan partisipasi rakyat
dalam program pembangunan daerah serta semakin melemahnya posisi nilai tawar
rakyat dalam hal perencanaan dan pengambilan keputusan yang melibatkan
kehidupan rakyat. Rakyat bukan dijadikan sebagai subjek dalam kehidupan
demokrasi dan juga bukan menjadi subjek didalam pembangunan.
Kelurahan merupakan dasar dari satuan pemerintahan yang terkecil dari
suatu komunitas pemerintahan negara. Sehingga boleh dikatakan bahwa keberhasilan
dalam melakukan pembangunan juga tergantung dari sejauh mana partisipasi
masyarakat setempat beserta aparatur pemerintahan kelurahan dalam perencanaan
pembangunan tersebut. Dalam arti masyarakat harus ikut berpartisipasi dan diberi
kepercayaan dan kewenangan yang cukup dalam mengurusi rumah tangga
kelurahannya, sehingga bisa mandiri dan sesuai dengan potensi dan sumber daya
7
yang dimiliki daerah tersebut. Selain sebagai pelaksana dan perencana program
pembangunan, maka para aparatur pemerintah kelurahan juga berperan sebagai
pelayan
masyarakat
dalam
Pemerintahan
urusan-urusan
administrasi
dan
kependudukan yang menjadi wewenang dari pihak kelurahan. Namun hingga saat ini
pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat, terkadang masih sulit untuk
dapat diakses langsung oleh masyarakat dan prosedur yang terkadang berbelit-belit
dan sering menyulitkan masyarakat ketika harus mengurus surat atau izin tertentu di
kelurahan, biaya yang tidak jelas serta terjadinya pungutan liar (pungli), saat ini
menjadi cerminan rendahnya kualitas pelayanan di Indonesia. Dimana ini juga
merupakan bagian akibat dari berbagai program pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, namun saat ini masih jauh sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat. Selain itu juga ada kecenderungan ketidak adilan didalam pelayanan
yang diberikan, dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit untuk mendapat
pelayanan yang baik dan berkualitas dari pihak kelurahan.
Sebaliknya masyarakat yang memiliki uang akan lebih mudah dalam
menyelesaikan urusannya. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini
terus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan potensi yang
berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain terjadinya disintegrasi
bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan miskin dalam konteks untuk
memperoleh pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan
tertentu dapat merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
terhadap suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah
kelurahan menjadi sangat penting. Diawali dengan Undang-Undang No 22 Tahun
1999 dan selanjutnya dilakukan revisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 ,
yang telah dijadikan landasan yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan,
diawali desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah. Dan sekarang
menjad.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 tentang Pemerintahan
Kelurahan dan
dan
peran
serta
masyarakat,
pemerataan
dan
keadilan
serta
2.2
aparatur pemerintah, kita harus mengikuti arus perubahan itu, apabila Indonesia
ingin memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh perubahan itu, dan bukan
hanya menjadi sekedar penonton yang pasif. Dengan meningkatkan kualitas
11
2000 Tentang Diklat Jabatan PNS. Sedangkan untuk peningkatan kualitas pelayanan
publik, Menpan menerbitkan Surat Keputusan No. 81/ 1993 yang merumuskan suatu
pedoman umum dalam pelaksanaan pelayanan umum. Selanjutnya, Tahun 1995,
Surat Keputusan ini diperkuat oleh Instruksi Presiden Nomor 1/ 1995 yang berisi
penugasan kepada Menpan untuk memimpin pelaksanaan kegiatan yang dianggap
perlu agar dapat segera meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Tahun 1998,
Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan (Menko Wasbang) menerbitkan
Surat Edaran Nomor 56/ 1998 bagi seluruh kementerian agar mulai menerapkan
pelayanan prima di lingkungannya masing-masing. Surat Edaran ini kemudian
dilanjutkan dengan Surat Edaran Menko Wasbang Nomor 145/ 1999 yang berisi
rincian jenis-jenis pelayanan masyarakat yang harus segera menerapkan pelayanan
prima
di
lingkungan
Pemerintah
Daerah.
Baru-baru
ini,
Kantor
Menteri
14
BAB 3
PEMBAHASAN
Reformasi
penyelenggaraan
telah
melahirkan
pemerintahan,
salah
berbagai
satunya
perubahan
adalah
dalam
sistem
perubahan
sistem
baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa
dalam rangka pemenuhan kebutuhan (kepuasan) masyarakat sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, maka tingkat pelayanan di
tingkat lokal akan sangat benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat di dalam
peningkatan kualitas pelayanan publik. Ini berarti bahwa SDM aparatur merupakan
sebagian dari keseluruhan elemen system pelayanan publik yang begitu luas dan
kompleks, karena tugas dan fungsi SDM aparatur yang begitu penting dan strategis.
Dewasa ini, fungsi SDM aparatur menjadi lebih kompleks tidak sekedar
fungsi pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian saja, akan tetapi lebih berorientasi
pada fungsi pemberdayaan (empowering),
(democratic), dan kemitraan
kesempatan
(partnership)
(enabling), keterbukaan
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dalam upaya pelayanan publik. Tugas pokok
dan fungsi dari SDM aparatur pada intinya adalah menjadi pelayan masyarakat yaitu
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat; menjadi stabilisator yaitu
sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa; menjadi motivator yaitu
memberdayakan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam pembangunan; menjadi
innovator dan creator yaitu menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan
masyarakat agar menghasilkan pelayanan yang baru, efektif dan efisien dan menjadi
inisiator yaitu selalu bersemangat mengabdi dengan berorientasi pada fungsi
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi dengan
keikhlasan dan ketulusan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut,
18
tentu saja perlu diperhatikan hak dari aparatur itu sendiri, yaitu mendapatkan
kehidupan yang sejahtera baik dari aspek material maupun spiritual.
Secara garis besar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparatur di
Indonesia
(excellent service for people). Agar tugas pokok dan fungsi serta kewajiban tersebut
dapat terlaksana dengan baik, maka harus didukung dengan sarana dan prasarana
yang memadai. Adanya peraturan yang jelas serta didukung dengan sumber daya
manusia yang profesional dan handal merupakan factor pendukung yang tidak boleh
ditinggalkan. Sarana dan prasarana yang memadai, lengkap dan canggih akan
mempercepat proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, peraturan yang
jelas dalam pemberian pelayanan masyarakat akan memberikan pedoman bagi
aparatur dalam memberikan pelayanan. Selain itu, masyarakat diberi akses untuk
dapat mengontrol dan mengawasi kualitas dan prosedur pelayanan yang diberikan.
Di samping hal-hal tersebut, adanya dukungan SDM aparatur dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi serta kewajibannya mempunyai kemampuan atau kompetensi
yang baik, pelayanan diberikan secara transparan, fair, tidak membeda-bedakan dan
dilaksanakan secara akuntabel serta penuh keikhlasan dan ketulusan.
Untuk membentuk sosok SDM aparatur seperti tersebut memang
memerlukan waktu dan proses yang lama serta upaya yang tidak boleh berhenti.
Manajemen kepegawaian perlu dibenahi, yaitu diawali dengan melakukan pola
rekrutmen yang benar sesuai dengan peraturan dan berdasarkan kompetensi.
Demikian pula dalam pengembangan pegawai, Penilaian Prestasi Kerja (PPK), pola
19
meningkat
tanpa
adanya
usaha-usaha
yang
konkrit
untuk
meningkatkannya. Oleh karena itu diklat perlu terus ditingkatkan agar SDM aparatur
benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya secara profesional.
20
(knowledge), keterampilan
(skill), dan perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat
pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat,
efisien, rasional, transparan, dan akuntabel. Jadi, pelayanan public merupakan
pemberdayaan masyarakat yang pada gilirannya dapat menggerakkan roda
perekonomian menuju Kesejahteraan. Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan
kompetensi SDM aparatur, dimana kompetensi yang memadai merupakan sesuatu
yang sangat mutlak yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran
aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang
berkualitas yang kian hari kian kompleks, negara membutuhkan sumber daya
manusia aparatur yang profesional. Idealnya, kebutuhan tersebut dilakukan secara
komprehensif mulai dari perencanaan, pengadaan, penempatan, pengembangan
pegawai, penilaian kinerja, promosi, pendidikan dan pelatihan, kompensasi,
remunerasi, terminasi dan penerapan peraturan disiplin pegawai.
4.2 Saran
Sebelum menetapkan strategi peningkatan kualitas SDM aparatur, terlebih
dahulu kita perlu memotret kondisi faktual SDM aparatur dewasa ini secara
komprehensif dengan melihatnya dari sudut pandang manajemen sumber daya
manusia.
Dengan menggunakan sudut pandang tersebut, penulis kalau boleh
menyarankan sebagai berikut :
1. Membuat tersusunnya perencanaan PNS yang komprehensif, integrated dan
2.
3.
4.
5.
6. Kenaikan pangkat dan jabatan agar berdasarkan prestasi kerja dan kompetensi;
7. Diklat PNS agar lebih dioptimalkan dalam meningkatkan kompetensi;
8. Sistem kompensasi agar berdasarkan pada prestasi kerja;
9. Sistem remunerasi agar didasarkan pada tingkat kelayakan hidup;
10. Sistem terminasi PNS agar tertata secara komprehensif;
11. Penetapan peraturan disiplin pegawai agar dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen;
12. Prinsip netralitas PNS agar sepenuhnya dijunjung tinggi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24