Anda di halaman 1dari 10

Analisis Rasio Keuangan PT.

BAKRIE TELECOM Tbk


A. Gambaran Umum PT Bakrie Telecom Tbk
1. Sejarah PT Bakrie Telecom Tbk
PT. Bakrie Telecom Tbk. (IDX: BTEL) adalah perusahaan operator
telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan
dengan nama produk Esia, Wifone, Wimode, dan Bconnect. PT. Bakrie Telecom Tbk
didirikan pada bulan Agustus 1993 dikenal dengan nama PT Radio Telepon Indonesia
dengan proouk pertamanya Ratelindo, yaitu jasa layanan telepon tetap nirkabel
berteknolgi E-TDMA yang diluncurkan tahun 1996. Setelah berganti nama menjadi PT.
Bakrie Telecom Tbk pada tahun 2003, BTEL kemudian meluncurkan layanan nirkabel
baru dengan merk dagang Esia yang merupakan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan
mobilitas terbatas. Pada awalnya jaringan Esia hanya dapat dinikmati di Jakarta, Banten
dan Jawa Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia
dan terus berkembang ke kota-kota lainnya.
Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya
dalam Bursa Efek Jakarta. Di akhir tahun 2006, BTEL memperolehh ijin prinsip
penyelenggaraan jaringan FWA Limited Mobility dengan cakupan layanan nasional. Pada
Juni 2007, BTEL menerima surat keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik
Indonesia untuk menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi di seluruh wilayah
Indonesia. Di samping itu, BTEL berhasil mendapakan ijin untuk menyelenggarakan
jaringan Sambungan Langsung Internasional (SLI). PT. Bakrie terletak di Wisma Bakrie
1, Lantai 2 dan 3, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta Selatan 12920, Indonesia.
Pada akhir 2007, BTEL melayani 3,82 juta pelanggan, didukung oleh 32 Mobile
Switching Center (MSC), 37 Base Station Controller (BSC), dan 1200 Base Transceiver
Station (BTS) dengan cakupan wilayah 34 kota di Indonesia.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Bakrie Telecom Tbk adalah menjadi perusahaan telekomunikasi CDMA
nomor 1 di Indonesia dengan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang
Indonesia dengan menyediakan konektivitas informasi mereka dan layanan
berkomunikasi. Kami sangat percaya bahwa meningkatkan akses masyarakat ke dunia
luar akan memberdayakan mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

Misi PT. Bakrie Telecom Tbk adalah kami akan mengikuti strategi pertumbuhan
berdasarkan cara unik kami membuat suatu inovasi. Melayani pelanggan persis apa yang
mereka inginkan serta harga yang terjangkau dan konektivitas informasi yang tinggi.
3. Strategi PT Bakrie Telecom Tbk
Konsumen dibuat tersenyum dan penasaran dengan berbagai taktik pemasaran
ESIA yang secara tangible dinikmati melalui iklan-iklan esia. Lihat saja bagaimana esia
mendobrak melalui pricing strategy, antara lain :
a.

Dengan munculnya tarif per detik dan sms per karakter. Sebuah inovasi baru dari
ESIA yang langsung menghadang para pemain lama di seluler, akhirnya hal ini diikuti

hampir oleh semua operator.


b. Langkah yang cukup diperhitungkan adalah strategi untuk memecahkan pasar seluler
khususnya GSM dengan memunculkan berbagai macam Hape low end tematis. Dan
langkah inipun kemudian diikuti oleh hampir seluruh operator seluler di Indonesia.
c. Strategi baru yang dimunculkan untuk mengakuisi dan sekaligus penetrasi pasar
adalah ESIA Bispak (Esia bisa pake tarif manapun), strategi ini menguatkan
positioning ESIA sebagai TERMURAH, karena pelanggan dapat langsung
membandingkan tarif operator seluler lainnya bahkan memberi diskon lagi sebanyak
10 %, untuk membuktikan bahwa ESIA adalah termurah. Dan langkah ini pun mulai
diikuti oleh operator- operator seluler yang lainnya.
d. Serta merta belum habis penasaran market terhadap ESIA BISPAK, muncul kembali
iklan ESIA SUKA-SUKA untuk memanjakan pelanggan dan calon pelanggan dengan
tawaran memilih nomer ESIA sesuai keinginan. Erick Mayer mengeluarkan istilah
Innovation Destructive dengan strategi-strategi yang dilakukan dalam menggoyang
pasar seluler. Efektifkan program-programnnya? Hal ini belum bisa dinilai efektif
atau tidak karena ESIA juga masih pada level market share yang sama dibanding
dengan operator-operator lainnya. Paling tidak, perlu analisis lebih untuk mengatakan
strategi yang dijalankan ESIA cukup ampuh untuk memenangkan heart share
pelanggan.
Tapi lepas dari efektif atau tidaknya strategi tersebut langkah-langkah ESIA
benar-benar menunjukan sebuah operator yang memposisikan dirinya sebagai Market
Challenger. Walaupun termasuk pendatang baru di dunia seluler tapi ESIA tidak masuk
dengan strategi statis atau lebih dikenal dengan market follower. ESIA masuk
memposisikan dirinya sebagai penantang pasar. Dari perspektif marketing setidaknya
ESIA menerapkan 9 Hukum dasar pemasaran dari 22 hukum dasar (The 22 immutable
SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

laws of marketing, Al Ries & Jack Trout, 1993) dan menggunakan seluruh konsep
pergantian (6 konsep) di lateral marketing, menggunakan 3 konsep strategi bersaing
tetapi lemah di 1 taktik pemasaran. 9 (sembilan) hukum dasar marketing yang dilakukan
adalah Hukum kepemimpinan, Hukum Kategori, Hukum ingatan/pikiran, Hukum
persepsi, Hukum Tangga, Hukum Lawan. Hukum Atribut, Hukum Ketunggalan dan
Hukum eksklusivitas. Hukum kepemimpinan menyebutkan lebih baik menjadi yang
pertama daripada menjadi yang lebih baik, dan ini terlihat dengan jelas dari berbagai
strategy tarif esia, merubah dari tarif pe menit menjadi per detik, tarif sms per kirim pesan
(per 160 karakter) menjadi per karakter, menawarkan nomer sesuai keinginan pelanggan
dengan ESIA SUKA-SUKA, dan lainnya dan hampir selalu dalam setiap promo ESIA
menyebutkan sebagai yang Pertama di Indonesia. Mungkin tidak lebih baik dari
kompetitor seluler lainnya, tetapi ESIA menjadi yang pertama dalam programprogram
tersebut. Hukum kategori, menyebutkan Jika anda tidak dapat menjadi yang pertama
dalam sebuah kategori, buatlah kategori baru yang menjadikan Anda yang pertama.
ESIA jelas tidak masuk dalam persaingan Coverage, atau kategori teknologi tinggi seperti
halnya GSM dengan 3G, 3,5 G, atau bahkan layanan Black berry, tetapi ESIA masuk
dengan hukum kategori di atas, bahwa Jikalah tidak bisa mengalahkan market leader
dalam semua kategori maka menanglah di beberapa kategori dimana market leader
lemah. ESIA memainkan dengan menawarkan 14 Hape Tematis, mempositioningkan
sebagai operator seluler Termurah dengan program ESIA BISPAK, SMS per karakter dan
lainnya. adalah mencoba tampil beda, jika dalam beberapa kategori kalah maka unggulah
di kategori-kategori yang lepas dari perhatian market leader. Inilah yang sering
dimainkan ESIA, salah satu promonya adalah Talk Time ESIA paling lama, dimana salah
satu benefitnya adalah terima telepon esia dapat Rp.50,-, Variasi Hape Tematis yang
menarik, SMS per karakter dan lainnya. 6 (enam) konsep yang lateral marketing yang
digunakan oleh ESIA adalah konsep subtitusi, kombinasi, pembalikan, penghilangan,
pembesar-besaran, dan pengubahan urutan. Dalam konsep subtitusi kita bisa melihat
program-program pemasaran ESIA seperti yang lain sibuk perang tarif, ESIA malah
bagi-bagi uang, ESIA sukasuka, dan pilih sendiri nomor anda dimana ESIA
menghilangkan peran outlet lepas untuk langsung direct marketing melalui web, dan
program-program lainnya. Dalam Konsep Penghilangan, ESIA tampil dengan tarif per
detik, sms per karakter. Dalam konsep pembesar-besaran digunakan ESIA untuk focus
menawarkan berbagai jenis Hape ESIA dengan sangat Tematis, bahkan terkesan ESIA
adalah operator penjual Hape bukan Staterpacknya maupun Vouchernya, dan konsepSARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

konsep lainnya. 3 (tiga) strategy bersaing yang diterapkan oleh ESIA yang pertama
adalah keunggulan biaya murah melalui campaign ESIA TERMURAH, tarif layanan per
detik, sms per karakter yang mengarah pada pay what you use. Strategy yang kedua
adalah Focus, ESIA begitu focus menyasar potensi pasar terbesar seluler yaitu anak muda
ke atas melalui Event sms-sms lucu dan terpendek, Event lomba bicara berjam-jam, hapehape tematis, dan lainnya. Dan Strategy ke 3 yang dilakukan ESIA adalah Diferensiasi,
dengan menawarkan program ESIA BISPAK, ESIA SUKASUKA, beragam Hape
tematis, dan lainnya.Dengan pola di atas ESIA benar-benar memposisikan dirinya sebagai
Penantang Pasar (market challenger). Dan akhirnya apapun yang dilakukan ESIA mau
tidak mau, senang atau tidak senang akan menggelitik pasar dan sangat mengganggu
langkah kompetitor. Saya melihat bahwa konsep Innovation Destructive yang di beberkan
oleh Erich Mayer bukan lah sebuah konsep tunggal tapi merupakan gabungan dari
berbagai macam strategy di atas. Langkah Cantik ESIA sebagai market challenger .
Hanya ada satu taktik pemasaran yang agak lemah di ESIA. Dan ini menjadi titik yang
kritis yang membuat strategy program di atas menjadi tidak powerfull untuk penetrasi
dan akuisisi pasar. Hal tersebut adalah Managing Distribution Channel. Channel ibarat
aliran darah dari jantung, jika bermasalah maka sebagus apapun jantungnya, darah tidak
akan bisa mengalir. Pola Franchise yang digunakan ESIA sangat-sangat tidak
menguntungkan, demikian pula konsep teritori dengan mengandalkan dealer juga sangat
lemah untuk membawa misi penetrasi dan akuisisi pelanggan.
B. Analisis SWOT PT Bakrie Telecom Tbk
1. Strength (Kekuatan) : Kekuatan Bakrie antara lain terdapat pada: hak duopoli yang
dimilikinya, pengalaman mengelola bisnis telekomunikasi internasional, kekuatan
manajemen dan budaya perusahaan, rangkaian produk dan jasa yang luas, teknologi
yang mutakhir pada peralatannya, kualitas produk dan jasa, serta citra perusahaan
yang baik.
2. Weakness (Kelemahan) : Kelemahan Bakrie antara lain terdapat pada: kurangnya
kebiasaan bersaing secara ketat akibat kenikmatan hak duopoli yang dimilikinya,
rentannya likuiditas perusahaan akibat besarnya kewajiban yang dimilikinya, dan
diversifikasi yang berlebihan seperti pada perusahaan anak dan afiliasi yang kurang
menguntungkan.
3. Oppurtunities (Kesempatan) : Peluang bagi Bakrie antara lain: besarnya pasar
domestik yang belum tergarap, perluasan usaha baru yang melingkupi bisnis inti yang
cukup menguntungkan, dan bisnis telekomunikasi global yang cukup menjanjikan.
SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

4. Threat (Ancaman) : Ancaman bagi Bakrie antara lain: masuknya pendatang baru
terutama dari luar negeri sehubungan akan berakhirnya hak duopoli, kompetisi global
yang memasuki pasar domestik, dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
C. Analisis Rasio Keuangan PT Bakrie Telecom Tbk
Yea

Liquidity
Ratio

Current

r
201

Current Assets

Current Liabilities
Rp2.874.428.104.73

ratio

2
201

Rp769.050.497.930

9
Rp2.955.755.907.09

0,27

1
201

Rp948.354.199.023

0
Rp1.759.605.829.93

0,32

Rp1.436.140.216.095

0,82

Current Liabilities

Quick ratio

Yea
r

Cash + Short-term
Investment +
Receivable (Net)

201

Rp2.874.428.104.73

2
201

Rp357.988.175.596

9
Rp2.955.755.907.09

0,12

1
201

Rp275.921.291.962

0
Rp1.759.605.829.93

0,09

Rp709.586.791.887

0,40

1. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar
kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga (di
luar prediksi perusahaan). Ada dua rasio yang saya gunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas PT Bakrie Telecom Tbk dari tahun 2010-2012, yaitu dengan menggunakan
perhitungan Current ratio dan Quick ratio. Pada umumnya standar perusahaan dianggap
likuid apabila tingkat likuiditas dengan current ratio sebesar 200% dan ini sudah dapat
dianggap baik, dan lebih aman bila berada diatas 100 %. Sedangkan standar quick ratio
yang digunakan di perusahaan pada umumnya adalah 100% dan ini sudah dianggap baik,
tetapi current ratio dan quick ratio tergantung pada jenis usaha dari masing-masing
perusahaan.
Current ratio adalah membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar di mana dari
kurun waktu 2010-2012 tingkat likuiditas PT Bakrie mengalami penurunan. Pada tahun
2010 terlihat Current ratio sebesar 0,27 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar
SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 0,27. Berarti perusahaan sangat buruk dalam
menutupi hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Pada tahun 2011 mengalami
penurunan 0,5 yaitu menjadi sebesar 0,32 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar
dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 0,32. Hal ini menandakan bahwa perusahaan juga
sangat buruk dalam menutup hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Pada
periode ini mengalami penurunan rasio dikarenakan adanya penurunan total aset lancar.
Pada tahun 2012 terus terjadi penurunan sebesar 0,05 menjadi sebesar 0,27 yang berarti
bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 0,27. Penurunan ini
dikarenakan oleh turunnya total aset lancar dan hutang lancar.
Quick ratio menggambarkan seberapa kuat suatu perusahaan mampu membayar
semua kewajiban lancarnya jika mereka menutup usaha segera. Tidak jauh berbeda
dengan current ratio, quick ratio perusahaan di bawah standar yaitu dibawah 100%. Hal
ini bisa lihat tabel di atas. Quick ratio PT Bakrie rendah karena investasi jangka pendek
dari tahun 2010-2012 terus mengalami penurunan yang signifikan.
Dengan melihat current ratio dan quick ratio yang sangat kecil setiap
periodenya, hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan selama periode tahun
tersebut memburuk. Kemampuan PT Bakrie Telecom Tbk untuk melunasi hutangnya
dari aktiva lancar tidak mencukupi sehingga perusahaan Bakrie mempunyai
kemampuan untuk membayar hutang sangat buruk. Penurunan ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah hutang lancar, meningkatnya biaya operasional, dan penurunan
investasi jangka pendek dari tahun ke tahun. Current ratio dan quick ratio yang rendah
tersebut kurang menguntungkan jika dilihat dari sudut pandang kreditur dan pemegang
saham. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah perusahaan akan mengalami kerugian,
bangkrut, dan akhirnya likuidasi.
Yea

Activity
Ratio

Average

Receivable

r
201

Net Revenue

Net Receivable

Turnover

2
201

Rp2.360.974.831.031

Rp100.633.611.501

23,46

1
201

Rp2.591.008.489.135

Rp104.239.241.829

24,86

Rp2.765.083.613.989

Rp98.373.626.028

28,11

2. Rasio Aktivitas

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

Dalam aspek ini saya menggunakan Receivable Turnover (Perputaran piutang). Rasio
ini mengukur berapa kali rata-rata piutang dapat tertagih selama satu periode. Semakin tinggi
angka maka semakin baik. Dari data di atas, perputaran piutang mengalami penurunan yang
tidak signifikan. Pada tahun 2010 menunjukkan kondisi yang paling baik, yaitu perusahaan
mengalami perputaran piutang sebanyak 28,11 kali. Pada tahun 2011 perputaran piutang
menurun menjadi sebesar 24,86 kali dan terus menurun di tahun 2012 menjadi 23,46. Ini berarti
perusahaan semakin lama semakin sulit untuk menagih piutang dan uang tagihan piutang pun
lambat masuk ke kas yang akan digunakan untuk aktivitas operasi.
Profitabili

Yea

ty Ratio

r
201
2
201
1
201
0

Net Income (Loss)


-Rp3.138.935.665.528
-Rp762.699.191.424
Rp9.975.729.110

Net Sales
Rp2.360.974.831.0
31
Rp2.591.008.489.1
35
Rp2.765.083.613.9
89

Yea

Profit Margin
-133,0%
-29,4%
0,4%
Return on

r
201

Net Income (Loss)

Average Assets
Rp10.632.768.591.

Assets

2
201

-Rp3.138.935.665.528

734
Rp12.283.000.278.

-29,5%

1
201

-Rp762.699.191.424

173
Rp11.889.248.944.

-6,2%

Rp9.975.729.110

975

0,1%

Yea
r

Average Ordinary
Net Income (Loss)

201

Shareholder's

Return on
ordinary
shareholder's

equity
Rp3.003.369.856.2

equity

2
201

-Rp3.138.935.665.528

10
Rp4.781.792.279.1

-104,5%

1
201

-Rp762.699.191.424

62
Rp5.115.880.590.3

-16,0%

Rp9.975.729.110

52

0,2%

Yea

Net Income

Weight Average

Earnings per

Ordinary

Share

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

Share
Outstanding
201
2
201

-Rp3.138.935.665.528

30.584.600.000,00

-Rp102,63

1
201

-Rp762.699.191.424

28.482.400.000,00

-Rp26,78

Rp9.975.729.110

28.482.400.000,00

Rp 0,35

3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi dari sebuah
perusahaan untuk periode waktu tertentu. Profitabilitas sering kali digunakan sebagai uji
utama atas keefektivitasan operasi manajemen. Adapun rasio yang saya gunakan antara
lain profit margin, return on assets, return on ordinary shareholders equity, dan earning
per share.
a. Profit Margin adalah pengukuran presentase setiap nilai penjualan yang menghasilkan
laba bersih. Margin yang dimiliki PT Bakrie sangat rendah dari tahun ke tahun.
Karena pada tahun 2011 dan 2011 PT Bakrie mengalami net loss (rugi neto) sehingga
margin laba nya pun semakin lama semakin turun. Pada tahun 2010 margin laba
perusahaan 0,4%, tahun 2011 margin laba perusahaan -29,4%, dan tahun 2012 margin
laba perusahaan -133,0%.
b. Return On Assets (ROA), dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
yang dimiliki. Dari data tabel di atas perhitungan ROA pada tahun 2010 menunjukkan
nilai sebesar 0,1% yang berarti perusahaan mengalami laba bersih yang diperoleh
sebesar 0,1% dari total aktiva. Pada tahun 2011 menurun menjadi sebesar -6,2%, yang
berarti bahwa perusahaan mengalami rugi. Pada tahun 2012 menurun menjadi sebesar
-29,5%. Dari perhitungan ROA mulai tahun 2010-2012 terlihat bahwa ROA terus
mengalami penurunan dan terjadi kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
tidak mampu mengembalikan modal dan tidak mampu memanfaakan aset yang begitu
besar.
c. Return On Equity (ROE) merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang
dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferend) atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Sama seperti
ROA, ROE untuk PT Bakrie mengalami penurunan hingga terjadinya kerugian karena
angka pada 2011 dan 2012 menunjukkan prosentase negatif.

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

d. Earning Per Share (Laba per Saham Dasar), adalah sebuah pengukuran dari
penerimaan laba bersih terhadap tiap-tiap saham yang beredar saat itu. Dalam hal ini
laba per saham dasar juga terus menurun. Bisa kita lihat tabel di atas.
PT Bakrie Telecom Tbk mengalami kerugian pada tahun 2011 dan 2012 karena
pendapatan lebih kecil dari total beban. Sehingga perusahaan pada tahun tersebut berada pada
kondisi rugi.
Yea

Solvency
Ratio

Debt to

r
201

Total debt

Total assets
Rp9.052.428.014.7

total assets

2
201

Rp7.414.442.541.805

00
Rp12.213.109.168.

81,9%

1
201

Rp7.844.354.929.243

767
Rp12.352.891.387.

64,2%

Rp7.158.061.068.779

578

57,9%

4. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk berjalan selama periode
waktu yang panjang. Rasio ini untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai hutang.
Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Untuk rasio solvabilitas saya menggunakan perhitungan debt to total assets.
Hasil perhitungannya debt to total assets menunjukkan angka di bawah 100% dan
dari tahun 2010 ke 2011 meningkat dari 57,9% menjadi 64,2%. Angka ini menunjukkan
bahwa pembiayaan perusahaan dibiayai dari hutang dan pinjaman setiap Rp 100
pendanaan dibiayai oleh hutang Rp 57,5. Pada tahun 2011 ke 2012 juga meningkat dari
64,2% menjadi 81,9%. Angka ini menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan dibiayai
dari hutang dan pinjaman setiap Rp 100 pendanaan dibiayai oleh hutang Rp 81,9.
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa sebagian besar pembiayaan perusahaan
bersumber dari kreditur, artinya kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan tambahan
pinjaman semakin kecil karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu untuk
mengembalikan pinjaman.

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

SARRY IRAWATI PUTRI (C1C012069)

Anda mungkin juga menyukai