Kejang Demam Vha
Kejang Demam Vha
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
"Kejang" adalah istilah umum yang mengacu pada kerusakan tiba-tiba di otak yang
menyebabkan seseorang kejang atau gangguan lain sementara fungsi otak yang normal,
seringkali dengan penurunan dan perubahan kesadaran. Kebanyakan kejang disebabkan oleh
pelepasan listrik abnormal di otak atau penurunan aliran darah ke otak. Gejala dapat bervariasi,
tergantung pada bagian otak yang terlibat, namun biasanya termasuk sensasi yang tidak biasa,
kejang otot tak terkendali, dan kehilangan kesadaran.
Beberapa serangan mungkin akibat dari masalah-masalah medis, seperti gula darah
rendah, infeksi, cedera kepala, keracunan, atau overdosis narkoba. Mereka juga dapat disebabkan
oleh tumor otak atau masalah kesehatan lain yang mempengaruhi otak. Dan apapun yang
menghasilkan kekurangan oksigen atau tiba-tiba pengurangan aliran darah ke otak dapat
menyebabkan kejang. Dalam beberapa kasus, penyebab kejang tidak pernah ditemukan.
Ketika kejang terjadi lebih dari sekali atau berulang-ulang, mungkin menunjukkan
kondisi yang sedang berlangsung epilepsi. Beberapa anak di bawah 5 tahun dapat terjadi kejang
demam ketika mengalami demam tinggi biasanya di atas 100.4 F (38 C).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Dan tidak adanya riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya. kejang demam paling sering terjadi pada usia 6 bulan sampai
18 bulan. Penyebab pasti kejang demam sampai saat ini belum diketahui tetapi tampaknya ada
keterkaitan atau pengaruh genetik yang kuat karena frekuensi kejang demam meningkat diantara
anggota keluarga.
Kejang demam sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks. Kejang demam dapat didiagnosis hanya setelah kausa kejang lain
disingkirkan. Hal ini mengharuskan kita menyingkirkan berbagai kemungkinan etiologi,
misalnya infeksi susunan saraf pusat, gangguan akut homeostasis air dan elektrolit, gangguan
metabolisme, dan lesi struktural pada susunan saraf. Oleh sebab itu harus dilakukan beberapa
1
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan elektrolit, gula darah, urinalisis, pungsi lumbal,
kalsium, CT-Scan kepala.
Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik, status
epileptikus dan kematian pernah dilaporkan sebagai skuele kejang demam. Insiden pasti skuele
tersebut tidak diketahui dan kejadiannya akan dipengaruhi oleh status pasien sebelum kejang
demam dan tipe kejang demam itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
2.1. Definisi
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Kejang juga didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja paroksismal yang
dapat nampak sebagai gangguang atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal,
kelainan prilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Soetomenggolo T.
Buku Ajar Neurologi Anak. 1999)
2.2. Epidemiologi
Kejang demam merupakan kelainan neorologis paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak dibawah umur
5 tahun pernah menderitanya (Millichap, 1986), Wegman (1936)
Kejang demam umumnya terjadi pada 2-4% populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun.
Insiden tertinggi kejang demam terjadi pada usia 18 bulan. Pada kejang demam faktor genetik
memiliki peranan hal ini dapat dilihat dari persentasi kasus yang terjadi.
Meskipun cara
diturunkannya belum jelas, tetapi diduga adalah dengan cara autosomal dominan sederhana.
Pada anak dengan kejang demam sering dijumpai keluarganya mempunyai riwayat kejang
demam. Insiden kejang demam pada anak jika orang tuanya pernah mengalami kejang demam
adalah 8 22 %. Jika saudaranya mengalami kejang demam insidennya adalah 9 17 %.
Kejang demam sederhana 80-90%, sedangkan kejang demam kompleks 20%. Yang berlangsung
> 15 menit 8% kasus. Berulang dalam 24 jam 16% kasus.
3
2.3. Etiologi
Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti penyebab terjadinya kejang demam.
Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan
terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik
sampai beberapa menit. Etiologi demam yang dapat menyebabkan kejang demam :
Pasca imunisasi
2.4. Patomekanisme
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dn permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dpat dilalui dengan
mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial
yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan
sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
4
10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejng yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang
demam, yaitu:
Reflek
menelan
sederhanparsial kompleks
absens
Gg
Permeabilitas
Tonik
peredaran
mioklonik
kapilerklonik
darah
Suhu tubuh
makin
2
Keb.
asfiksia
O
Aktivitas
otot
meningkat
atonik
Metabolisme
meningkat
kejang
umum
Kesadaran
menurun
hipoksi
Resiko
injury
aspirasi
Sel neuron
otak rusak
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Secara Logaritma
Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau kelainan
Obat lain misalnya asam valproat, sama efektifnya untuk mencegah berulangnya
kejang namun mepunyai efek samping mengganggu fungsi hati, terutama pada anak berumur
kurang dari 2 tahun. Dokter akan memberi anda pilihan yang terbaik.
BAB III
KESIMPULAN
Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya kejang. Kejang dapat
berhenti sendiri, atau memerlukan pengobatan saat kejang. Tatalaksana kejang yang adekuat
dibutuhkan untuk mencegah kejang menjadi status konvulsivus. Setelah kejang teratasi
dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, dan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
untuk mencari penyebab kejang.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ketiga.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005
Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Appleton PR, Choonara I, Marland T, Phillips B, Scott R, Whitehouse W. The treatment of
convulsive status epilepticus in children. Arch Dis Child 2000; 83:415-19.
Richard E. Behman, Robert M. Kliegman, Ann M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.3.
Jakarta:EGC. 2000
Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: FKUI. 2007
http://kidshealth.org/parent/firstaid_safe/emergencies/seizure.html
http://www.pediatrik.com/
13