Anda di halaman 1dari 50

NAUSEA AND

VOMITING

Disusun oleh: (FKKA 09)


Novi Kiswanto
(098114001)
Kusniar Sri Rahmini
(098114002)
Hayu Ajeng Anggana Raras (098114004)
Amelia Felicia C.P
(098114005)
Danny Trias Prisnanda(098114009)
Martina Sipayung
(098114011)

PENDAHULUAN
kecenderungan atau perasaan yang timbul di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang sering
menandakan seseorang akan mengalami muntah

keluhan umum pada orang yang memiliki


gangguan pada gastrointestinal

pengeluaran isi lambung melalui mulut

PATOFISIOLOGI
Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena
yang terjadi dalam 3 stadium emesis

nausea (mual)

retching (gerakan dan suara


sebelum terjadinya muntah)

Vomiting
(muntah)

PATOFISIOLOGI
Impuls aferen dari pusat sensorik( (CTZ), korteks serebral,
vestibular aparatus, dan sal GI) dari faring dan GI tract
Berupa impuls aferen : kolinergik, histamin, dopamin,
serotonin, asetilkolin
Dikirim ke pusat muntah (inti
sel di medula)
Impuls diterima
Impuls aferen berintegrasi dengan
pusat muntah
Menghasilkan impuls eferen ke pusat air liur, pusat
pernapasan, dan otot-otot faring, GI, dan perut
Mual
Tekanan di gastrointestinal terlalu tinggi
Muntah

Misal impuls aferen dari


lambung:
Lambung memberikan sinyal ke CTZ
Kontraksi antiperistaltik
Makanan kembali ke duodenum
dan lambung
Makanan terkumpul di lambung sehingga
mengganggu kerja lambung dan duodenum
Duodenum
teregang
Kontraksi kuat diafragma dan otot
dinding abdominal
Tekanan di dalam lambung tinggi
Mual
Kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah
dan laring untuk menarik sfingter esophagus bagian
atas supaya terbuka
Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran
isi lambung melalui esophagus dan keluar
Muntah

TREATMENT

TUJUAN:
Untuk mencegah dan mengurangi
nausea dan vomiting

Terapi non farmakologi


Pengaturan makanan yang
dikonsumsi
Menstabilkan posisi tubuh
Behavioral interventions : relaksasi
(Dipiro, 2003).

Terapi Farmakologi
Faktor yang mempengaruhi
pemilihan terapi:
o Etiologi gejala
o Frekuensi, durasi, dan kuatnya
o Kemampuan pasien untuk
menggunakan oral, rectal, injeksi, atau
transdermal
o Keberhasilan penggunaan antiemetic
sebelumnya.

Antasida
Mekanisme : netralisasi asam
lambung.
Dosis: 15-30 mL setiap 2-4 jam bila
diperlukan
Penggunaan: simple nausea
vomiting

Antagonis reseptor H2
Mekanisme : mengeblok reseptor H2
sehingga tidak dihasilkan asam lambung.
Dosis:
Misalnya Ranitidine 75 mg 2x sehari bila
diperlukan

Penggunaan: simple nausea vomiting


berkaitan dengan heart burn/GERD

Antihistamin-antikolinergik
Mekanisme : antihistamin menghambat
aksi dari histamine pada reseptor H1 dan
antikolinergik akan menghambat aksi dari
asetilkolin pada reseptor muskarinik.
Dosis :
Dimenhydrinate 50-100 mg setiap 4-6 jam bila
diperlukan

Penggunaan : simple nausea vomiting

Fenotiazin
Mekanisme : mengeblok reseptor
dopamine, yang biasanya terdapat pada
CTZ (merupakan agen antagonis
reseptor dopamin)
Dosis:
Chlorpromazine 10-25 mg setiah 4-6 jam
bila perlu

Penggunaan: simpel nausea vomiting

Butirofenon
Mekanisme: mengeblok stimulasi
dopaminergik di CTZ.
Dosis:
Haloperidol 1-5 mg setiap 12 jam bila
perlu

Penggunaan : simpel nausea


vomiting

Kortikosteroid
Mekanisme : masih belum diketahui,
tetapi bisa sebagai antiemetik karena
ada studi klinisnya.
Dosis:
Metilprednisolon 40-500 mg setiap 5-12 jam
(PDQ, 2012)

Penggunaan : CINV, radiasi, edema otak

Metoklopramid
Mekanisme: mengeblok reseptor
dopaminergik pada pusat dalam
CTZ (dopamine 2 antagonis)
Dosis : 20-40 mg 3-4 kali sehari
(delayed CINV)
Penggunaan: delayed CINV

Cannabionid
Mekanisme : Dalam mekanismenya produk
cannabis mungkin mentarget reseptor
cannabinoid 1 (CB-1), dan CB-2 yang ada
disistem saraf pusat, tetapi mekanismenya
masih belum begitu dipahami (PDQ, 2012)
Dosis :
Nabilone 1-2 mg 2 x sehari

Penggunaan : CINV

Antagonis reseptor P/NK1


Mekanisme : antagonis P/NK1 akan
menghambat mediasi vomiting yang
disebabkan oleh substansi reseptor
P/NK1 (Azis, 2012)
Dosis: biasanya digunakan
kombinasi dengan obat lain (PDQ,
2012)
Penggunaan : CINV

Dosis P/NK1(PDQ, 2012)

SSRI
Mekanisme : mengeblok presinapsis
reseptor serotonin pada sensory vagal
fibers di dinding sal.cerna, dan secara
efektif bisa mengeblok fase akut dari CINV
Dosis :
Sertraline 50 mg sehari (medscape)

Penggunaan : CINV, radiasi

Nausea dan vomiting yang disebabkan


karena kemoterapi (CINV)
Dibedakan menjadi:
Akut (24 jam setelah kemoterapi)
Delayed (lebih dari 24 jam)
Tujuan: menghindari nausea dan atau vomiting
Faktor pemilihan antiemetik CINV:
Resiko emetik dari agen kemoterapi atau regimen
Faktor spesifik pasien
Pola emesis setelah administrasi agen/regimen kemoterapi
yang spesifik

Profilaksis CINV (akut)

Treatment CINV
Jika profilaksis tidak berhasil, maka dapat
dilakukan treatment dengan:
Chlorpromazin
Prochlorperazine
Promethazine
Methylprednisolone
Lorazepam
Metoclopramide
dexamethasone dan
dronabinol

Profilaksis CINV (delayed)


Strategi : mengontrol CINV akut (aprepitant,
dexamethasone, metoclopramide)
Resiko tertinggi (ex cisplatin) : digunakan 3
kombinasi diatas.
Dengan tambahan dosis aprepitant dan dexa
pada hari kedua

Resiko sedang: single agent


dexamethasone atau SSRI, palonosetron

Nausea dan Vomiting pasca


operasi (PONV)
Terjadi pada 25%-30% pasien yang
dianestesi.
Faktor yang dipertimbangkan untuk PONV
profilaksis dan treatmentnya:
faktor resiko, potensi morbiditas, potensi
adverse event yang berkaitan dengan
antiemetik, efikasi antiemetik dan biaya

Profilaksis PONV

Pasien resiko tinggi : 2 antiemetik dengan


kelas berbeda
Pasien resiko sedang: 1 antiemetik

Nausea dan Vomiting yang


disebabkan karena Radiasi
Faktor yang mempengaruhi:
tempat radiasi, dosis, dan area tubuh
yang diradiasi.

Yang harus diterapi:


Pasien yang menerima single exposure,
terapi radiasi dosis tinggi pada bagian
abdomen atas, atau radiasi
total/sebagian tubuh

Profilaksis RINV
Terapi preventif dengan SSRI dan
dexamethasone untuk pasien
yang menerima radiasi seluruh
tubuh (resiko emetik >>)
Pasien dengan terapi radiasi resiko
emetik sedang rendah terapi
SSRI

Nausea dan Vomiting yang


disebabkan karena Gangguan
Keseimbangan
Terkait dengan: vertigo + pening
Terapi : antihistamin-antikolinergik

Antiemetik yang digunakan


ketika kehamilan (NVP)
75% wanita hamil mengalami nausea dan
vomiting dengan derajat berbeda pada
saat kehamilan trimester pertama.
First line therapy : Pyridoxine (10 sampai
25 mg 1-4x sehari)
Apabila gejala masih ada ditambahkan:
antihistamin (dimenhydrinate) atau
antagonis dopamin (metoclopramide)

Penggunaan antiemetik pada


anak-anak
Rekomendasi: Kortikosteroid + SSRI
pada anak yang menerima
kemoterapi resiko emetik
tinggi/sedang.
Dosis belum jelas

KASUS
Mas A (21 Tahun ), BB: 60 kg, TB: 165 cm. Datang
kerumah sakit dengan kondisi wajah terlihat pucat,
lemas, pusing, mual dan muntah terus menerus.
Mas A juga mengeluh perutnya terasa kembung,
terbakar pada perut dan juga terasa nyeri pada ulu
hati selama 1 bulan terakhir ini. Sebelumnya, Mas A
meminum antacid untuk mengurangi keluhankeluhan tersebut tetapi keluhan tersebut tidak
kunjung sembuh.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan uji
laboratorium, pasien terinfeksi bakteri Helicobacter
pylori.

Keluhan :
Pusing
Mual dan muntah
Perut terasa kembung
Rasa terbakar di perut
Nyeri pada ulu hati

Diagnosis :
Peptic Ulcer Disease

Resep :
1. Simetidine
200 mg, 2x sehari selama 14 hari
2. Antibiotik
Amoxicilin: 1 gram, 2x sehari yang
dikombinasi dengan clarithromycin 500mg,
2x sehari selama 14 hari

Tujuan: mengurangi produksi asam


lambung sehingga dapat mengurangi rasa
mual dan muntah
Sasaran: penyebab mual dan muntah.
Outcome:
Mengurangi rasa mual dan muntah
Mengatasi penyebab mual dan muntah

Medical problem : Peptic Ulcer Disease


Analisis pengobatan:
Simetidine merupakan obat golongan
Histamine (H2) antagonis. Penggunaan
histamin 2-reseptor antagonis dengan dosis
rendah dapat mengurangi mual dan muntah
yang terjadi akibat heartburn pada peptic
ulcer disease atau gastroesophageal reflux.
Kombinasi amoxicilin dengan clarithromycin
merupakan kombinasi antibiotik yang dapat
membunuh bakteri Helicobacter pylori.

Pengobatan mual dan muntah pada kasus ini


sudah rasional karena di sini penyebab mual
dan muntah akibat peptic ulcer disease yang
disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori
sehingga terjadi ketidak seimbangan antara
faktor agresif dengan faktor defensif/faktor
pelindung mukosa. Di sini, penggunaan
antasid tidak dapat digunakan
karena
penggunaan antasid hanya dapat digunakan
untuk mual dan muntah yang sederhana.
Oleh karena itu, digunakan simetidine yang
dapat mengurangi sekresi asam dengan cara
memblok reseptor histamin dalam sel-sel
parietal lambung.

DTP

Keterangan

Obat tanpa indikasi

Indikasi tanpa obat

Butuh tambahan terapi

Dosis terlalu tinggi

Dosis terlalu rendah

Lama pengobatan

Interaksi obat

Komunikasi, informasi, dan edukasi


1. Edukasikan tentang cara pemakaian dan efek
samping
dari
simetidine,
amoxicillin,
dan
clarithromycin.
2. Informasikan bahwa penggunaan obat diatas
digunakan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang
diberikan
3. Edukasikan untuk selalu menjaga pola makan yang
teratur dan gaya hidup yang sehat.

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Tambahan mekanisme

Anda mungkin juga menyukai