BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi respiratorik akut-bawah yang ditandai
EPIDEMIOLOGI 2,3, 6
Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi.
Paling sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya terjadi pada usia 2-8 bulan.
Sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dan
75 % diantaranya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun.
Orenstein menyatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi
laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapat ASI dan hidup di lingkungan
padat penduduk. Selain Orenstein, Louden menyatakan bahwa bronkiolitis terjadi
1,25 kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dominasi
pada anak laki-laki yang dirawat juga disebutkan oleh Shay, yaitu 1,6 kali lebih
banyak daripada anak perempuan, sedangkan Fjaerli menyebutkan 63 % kasus
bronkiolitis adalah laki-laki.
Sebanyak 11,4% anak berusia di bawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2
tahun di AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000
kasus perawatan di RS dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya.
Bronkiolitis merupakan 17 % dari semua kasus perawatan di RS pada bayi.
Frekuensi bronkiolitis di Negara-negara berkembang hampir sama dengan di AS.
Insidens terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di Negara-negara
tropis. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun
14
2002 dan tahun 2003, bronkiolitis banyak didapatkan pada bulan Januari sampai
bulan Mei .
Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di Negara-negara
berkembang daripada di Negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh
rendahnya status gizi dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan
penduduk di Negara berkembang. Angka mortalitas di negara berkembang pada
anak-anak yang dirawat adalah 1-3 %.
C.
ETIOLOGI
Penyebab utama dari bronkiolitis adalah infeksi repiratory syncytical virus
(RSV) yang memilki morbiditas dan mortalitas tinggi, terutama pada anak dengan
risiko tinggi dan imnunokompromise. Sekitar 95 % dari kasus-kasus tersebut
secara serologis terbukti disebabkan oleh invasi RSV. Orenstein menyebutkan
pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, virus influenza, virus
parainfluenza, Rhinovirus dan mikoplasma. Tidak ada bukti yang kuat bahwa
bakteri menyebabkan bronkiolitis.3
Virus RSV lebih virulen dari pada virus lain dan menghasilkan imunitas
yang tidak bertahan lama. Infeksi ini pada orang dewasa tidak menimbulkan
gejala klinis. RSV adalah golongan paramiksovirus dengan bungkus lipid serupa
dengan virus parainfluenza, tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan
berupa glikoprotein dan nukleokapsid RNA helik linear. Tidak adanya genom
yang bersegmen dan hanya mempunyai satu antigen bungkus berarti bahwa
komposisi antigen RSV relatif stabil darI tahun ke tahun.5
D.
FAKTOR RISIKO2,3
Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden
tertinggi pada bayi usia 6 bulan. Makin muda usia bayi menderita bronkiolitis
biasanya akan makin berat penyakitnya. Bayi yang menderita bronkiolitis berat
mungkin oleh karena kadar antibodi maternal (maternal neutralizing antibody)
yang rendah. Selain usia, bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan,
bronchopulmonary
dysplasia,
prematuritas,
kelainan
neurologis
dan
15
penyakit yang lebih berat. Insiden infeksi RSV sama pada laki-Iaki dan wanita,
namun bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-Iaki. Selain itu, faktor
resiko terjadinya bronkiolitis adalah status sosial ekonomi yang rendah, jumlah
anggota keluarga yang besar, perokok pasif, dan berada pada tempat penitipan
anak atau tempat dengan lingkungan yang padat penduduk.
E.
KLASIFIKASI
Bronkiolitis dapat diklasifikasikan menjadi bronkiolitis akut dan
Tanda
Anak sadar, warna kulit merah muda
Dapat makan dengan baik
Saturasi oksigen > 90%. Saturasi oksigen diketahui dengan
alat sederhana di kantor dokter atau RS
Sedang
Salah satu di antara:
Kesulitan makan
Lemah
Kesulitan bernapas, digunakannya otot-otot bantu
pernapasan
Adanya kelainan jantung atau saluran napas
Saturasi oksigen < 90%
Usia kurang dari enam bulan
Berat
Seperti kriteria untuk kategori sedang, namun:
mungkin tidak membaik dengan pemberian oksigen
menunjukkan episode terhentinya napas
menunjukkan tanda kelelahan otot pernapasan atau
terkumpulnya terlalu banyak karbon dioksida dalam tubuh.
F.
PATOFISIOLOGI 2, 3, 7
16
17
dan RSV seringkali merupakan serangan asma akut yang dikenali pada anak usia
1-5 tahun; dan (4) antibodi imunoglobulin E (IgE) yang mengarah langsung ke
RSV ditemukan pada sekresi konvalesen pada bayi dengan bronkiolitis. 1 Penyakit
ini juga berkembang pada bayi-bayi yang biasanya terdapat titer antibodi maternal
(IgG) menetralkan RSV tetapi tidak terdapat antibodi sekretorik (IgA) pada
saluran nafas, sehingga terdapat pada sekret hidung yang memproteksi terhadap
infeksi RSV. Fakta tersebut telah mengarah ke spekulasi bahwa fakta tersebut
penyebab alamiah terjadinya bronkiolitis.8
G.
Penderita awalnya mengalami gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang
encer dan bersin. Gejala ini kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang.
Kemudian satu atau dua hari kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh
batuk paroksismal, wheezing dan sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel,
muntah serta sulit makan dan minum.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan distres nafas dengan frekuensi nafas
diatas 50- 60 kali per menit (takipnea), kadang disertai sianosis, nadi juga
biasanya meningkat (takikardi). Suhu badan bisa normal atau meningkat tinggi
18
Bronkiolitis Akut
Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek
19
yang sering ditemukan pada infeksi virus lain jarang ditemukan pada brokiolitis.
Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah akan menunjukkan
hiperkapnia, karena karbondioksida tidak dapat dikeluarkan, akibat edem dan
hipersekresi bronkiolus.
Bronkiolitis Obliterans
Bronkiolitis obliterans adalah suatu peradangan kronik pada bronkiolitis
dimana sudah terjadi obliterasi pada bronkiolus.Pada mulanya dapat terjadi batuk,
kegawatan pernafasan dan sianosis dan disertai dengan periode perbaikan nyata
yang singkat. Penyakit yang progresif terlihat dengan bertambahnya dispnea,
batuk, produksi sputum, dan mengi. Polanya dapat menyerupai bronkitis,
bronkiolitis atau pneumonia.1
Temuan rontgenografi dada berkisar dari normal sampai pola yang
memberi kesan tuberkulosis milier. Sindrom Swyer James dapat berkembang
dengan dijumpainya hiperlusensi unilateral dan pengurangan corak pembuluh
darah paru pada sekitar 10% kasus. Bronkografi menunjukan obstruksi
bronkiolus, dengan sedikit atau tidak ada bahan kontras yang mencapai perifer
paru. Tomografi terkomputasi (CT) dapat menunjukan bronkiektasia yang terjadi
pada banyak penderita. Temuan-temuan uji fungsi paru bervarisasi, yang paling
sering adalah obstruksi berat, namun demikian retreksi atau kombinasi obstruksi
dan retraksi dapat ditemukan. Diagnosis dapat dikonfirmasikan melalui biopsi
paru.1
H.
bermanfaat karena sel darah putih pada umumnya di dalam batas normal atau naik
, jumlah leukosit berkisar antara 5000-24000 sel/l. Hitung jenis mungkin normal
atau bergeser kekanan atau kekiri. Pada keadaan leukositosis, batang dan PMN
banyak ditemukan. Berat jenis urin dapat menyediakan informasi bermanfaat
mengenai balance cairan dan kemungkinan dehidrasi.
20
Analisis Gas Darah : hiperkapnia sebagai tanda dari air tapping, asidosis
metabolik atau respiratorik. Analisa gas darah (AGD) diperlukan untuk anak
dengan gangguan pernafasan berat, khususnya yang membutuhkanventilator
mekanik, gejala kelelahan dan hipoksia.
Foto Thorak diindikasikan pada :
o
DIAGNOSIS 2,3,5,9
Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan
21
DIAGNOSIS BANDING2,5,6
Bronkopneumonia
Keadaan yang hamoir sama dengan bronkiolitis akut adalah asma,
satu atau lebih dari yang berikut ini mendukung diagnosis asma, riwayat
keluarga asma, episode berulang kali pada bayi yang sama, mulainya
mendadak tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi sangat memanjang,
eosinofilia, dan respons pembaikan segera pada pemberian satu dosis
albuterol aerosol. Serangan berulang menggambarkan titik pembeda yang
penting kurang dari 5% serangan berulang bronkiolitis klinis mempunyai
penyebab infeksi virus. Wujud lain yang dapat terancukan dengan
bronkiolitis akut adalah gagal jantung kongesif, benda asing di dalam
trakhea,
pertusis,
keracunan
organofosfat,
kistik
fibrosia,
dan
22
PENATALAKSANAAN2,3,5
Infeksi virus RSV biasanya sembuh sendiri (self limited) sehingga
adalah meyakinkan pasien secara klinis stabil, oksigenasi baik dan hidrasi baik.
Manfaat utama dari rawat inap bagi pasien dengan akut bronkiolitis adalah :
-
23
Apnoe
Hypoksemia
Pengobatan Suportif
A. Pengawasan
Untuk pasien yang dirawat inap penting dilakukan pengawasan sistem
jantung paru dan jika ada indikasi dilakukan pemasanag pulse oxymetri.
B.
Oksigenasi
Pengaturan Cairan
24
mendapatkan
nilai
yang
tidak
Bayi > 1 bulan : infus dekstrose 10% : NaCL 0,9% = 3:1 + KCl 10
mEq/500 ml cairan
Pengobatan Medikamentosa
A. Antivirus (Ribavirin)
Bronkiolitis paling banyak disebabkan oleh virus sehingga ada pendapat
untuk mengurangi beratnya penyakit dapat diberikan antivirus. Ribavirin adalah
obat
antivirusyang
bersifat
virus
statik.
The
American
of
Pediatric
25
bronkiolitis nantinya akan menjadi asma. Inhalasi 2-agonis diberikan satu kali
sebagai trial dose. Karena efek akan tampak dalam 1 jam, maka dosis ulangan
akan diberikan bila pasien menunjukkan perbaikan klinis fungsi paru yang jelas
dan menetap.
C. Kortikosteroid
Untuk pasien rawat jalan dengan akut bronkiolitis pemberian steroid
sistemik mungkin dapat dipertimbangkan tetapi total pemberian tidak lebih dari 5
hari. Dapat diberikan deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari
dibagi 3-4 dosis.
Untuk pasien rawat inap steroid sistemik tidak rutin diberikan. Sedangkan
untuk penanganan pasien pada intensive care unit dengan bronkiolitis berat
pemberian steroid sistemik dapat dipertimbangkan. Sedangkan pemberian steroid
inhalasi (budesonide & Fluticasone) sangat sedikit evidence based yang
merekomendasikan.
D. Antibiotik
Pemberian
antibiotik
biasanya
tidak
diperlukan
pada
penderita
bronkiolitis, karena sebagian besar disebabkan oleh virus, kecuali jika ada tandatanda infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik spektrum luas.
Pemberian antibiotik justru akan meningkatkan infeksi sekunder oleh
kuman yang resisten terhadap antibiotik tersebut. Antibiotik bila dicurigai adanya
infeksi bakteri dapat digunakan ampisilin 100-200
26
dibagi 4 dosis. Bila ada konjungtivitis dan bayi berusia 1 4 bulan kemungkinan
sekunder oleh Chlamidia trachomatis.
Pengobatan Intensive Care Unit
Dilakukan konsultasi untuk perawatan pada ICU anak jika :
-
Ringan
Tidak memerlukan
Bronkiolitis
Sedang
Perawatan di rumah sakit
Perawatan dirumah,
jika orang tua pasien
Berobat ulang ke
dokter setelah 2 3 hari
kemudian
Berat
Perawatan di rumah sakit
Pemberian oksigen sampai
Pertimbangkan pemberian -
cairan intravena
antisipasi kemungkinan
Pengamatan seksama
terhadap perburukan
pemakaian ventilator
kondisi
Foto thorak
Monitor system
Aspirasi nasopharyngeal
cardiorespiratori
untuk virus
Foto thorak
imunoflurorecency
dan kultur
virus imunoflurorecency
dan kultur
27
Pertimbangkan untuk
konsultasi perawatan ICU
anak.
Kriteria Pulang
Pasien direkomendasikan pulang dengan kriteria :
-
Status pernafasan
o Laju pernafasan kurang dari 70 kali dalam 1 menit dan tidak
didapatkan tanda klinis usaha pernafasan lebih
o Orang tua dapat membersihkan saluran pernafasan anak dengan
menggunakan alat sedot gelembung.
o Pasien dapat berada dalam ruang dengan udara bebas dengan
oksigen terapi yang stabil.
o Saturasi oksigen harus lebih dari 90% tanpa pemberian oksigen
tambahan kecuali anak dengan penyakit paru kronis, penyakit
jantung atau mempunyai faktor resiko lain harus dilakukan diskusi
terlebih dahulu dengan konsultan.
- Status nutrisi
o Pasien dapat makan melalui mulut pada tingkatan dapat mencegah
dehidrasi
-
Sosial
o Peralatan dirumah mampu untuk digunakan dalam perawatan
dirumah
o Orang tua atau penjaga anak mampu untuk melakukan perawatan
dirumah
o Dilakukan edukasi keluarga yang lengkap
28
Edukasi Keluarga
Dilakukan
pada
saat
pasien
akan
dipulangkan.
Yaitu
dengan
memberitahukan :
-
L.
PENCEGAHAN2,3
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor paparan asap
rokok dan polusi udara, membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya
dengan membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker,
isolasi penderita, menghindarkan bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum,
pemberian ASI, menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita
ISPA. Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
imunisasi aktif (Vaksinasi) dan pasif (Immunoglobulin).
Immunoglobulin
Imunisasi pasif dapat dilakukan dengan pemberian gammaglobulin yang
mengandung titer antibodi protektif tinggi (respigram). Respigram adalah human
polyclonal hyperimmune globilin. Dosis yang dianjurkan 750 mg/KgBB setiap
bulan, diberikan secara intravena pada anak dibawah umur 24 bulan. Indikasi lain
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu.
29
PROGNOSIS 1
30
kurang dari 1 %. Anak biasanya meninggal karena jatuh ke dalam apneu yang
lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi yang
disebabkan oleh takipneu dan kurang makan-minum.
Bronkiolitis Akut
Fase penyakit yang paling kritis terjadi selama 48-72 jam pertama sesudah
batuk dan dispnea mulai. Selama masa ini, bayi tampak sangat sakit, serangan
apneu terjadi pada bayi yang sangat muda dan asidosis respiratorik mungkin ada.
Sesudah periode klinis, perbaikan terjadi dengan cepat dan seringkali secara
drastis. Penyembuhan selesai dalam beberapa hari. Angka fatalitas kasus di bawah
1%, kematian dapat merupakan akibat dari serangan apnea yang lama, asidosis
respiratorik berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi berat akibat kehilangan
penguapan air dan takipnea serta ketidak mampuan minum cairan. Bayi yang
memiliki keadaan-keadaan, misalnya penyakit jantung kongenital, displasia
bronkopulmonal, penyakit imunodefisiensi, atau kistik fibrosis mempunyai angka
morbiditas yang lebih besar dan mempunyai sedikit kenaikan angka mortalitas.
Angka mortalitasnya tidak sebesar pada bayi yang beresiko tinggi seperti di
masa yang silam. Perkiraan mortalitas pada bayi beresiko tinggi yang menderita
bronkiolitis. VSR ini telah menurun dari 37% pada tahun 1982 menjadi 3,5% pada
tahun 1988. Komplikasi bakteri seperti bronkopneumonia atau otitis media, tidak
lazim terjadi. Kegagalan jantung selama bronkiolitis jarang, kecuali pada anak
yang memiliki dasar penyakit jantung. Ada proporsi yang bermakna bahwa bayibayi yang menderita bronkiolitis mengalami hiperreaktivitas saluran pernafasan
selama akhir masa anak-anak, tetapi hubungan antara kedua hal ini, jika ada
belum dimengerti. Kesan bahwa satu episode bronkiolitis dapat mengakibatkan
kelainan saluran pernafasan
31
Bronkiolitis Obliterans
Beberapa minggu setelah mulainya gejala-gejala awal, penderita keadaan