Disusun Oleh:
Kelompok 2
Nama Anggota Kelompok:
1. Adi Setiadi Supendi
111134002
2. Eva Budiyanti
111134015
3. Gina Maulidawati
111134017
4. Irwan Susanto
111134018
5. Kristina Murdiana A.
111134019
6. Resna Ladera
111134027
Kelas : 4 TPJJ
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul
PEMERIKSAAN
INVENTARISASI
DAN
DETAIL
JEMBATAN
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3. Tujuan ...............................................................................................3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................3
1.5. Metode Pengumpulan Data ..............................................................3
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................................3
BAB II
ii
iii
5.1.2
5.2
5.1.3
5.1.4
5.1.5
Pemeriksaan Detail.......................................................................90
5.2.1 Peralatan dan bahan ..........................................................90
5.2.2 Bahan Acuan ....................................................................90
5.2.3 Urutan Pemeriksaan .........................................................91
5.2.4 Sistem Pemeriksaan Detail ...............................................91
5.2.4.1 Kode Kerusakan ...................................................92
5.2.5 Hasil Pemeriksaan Detail .................................................93
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 3-4 ...........29
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Data lain..........................................................................................31
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 5.1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Pengukuran lebar antar jalan dan lebar tempat pejalan kaki ............9
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
vi
Gambar 5.4
Gambar 5.5
vii
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
JEMBATAN KOMPOSIT
1.1
1.2
FORMULIR
IPEMERIKSAAN
NVENTARISASI
JEMBATAN
CISARANTEN
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.9
1.10
1.11
1.12
FORMULIR
PEMERIKSAAN
INVENTARISASI
JEMBATAN
BATUJAJAR
1.13
1.14
1.15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jembatan merupakan fasilitas
infrastruktur vital
bagi
kelangsungan
perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi suatu wilayah. Sebagai bagian dari
sistem jaringan jalan, jembatan memberikan nilai yang tidak kalah pentingnya dari
jalan itu sendiri. Ibarat sebuah rantai, kekuatan rangkaian rantai sama dengan
kekuatan mata rantai terlemah. Demikian juga dengan kondisi pelayanan sistem
jaringan jalan yang sangat tergantung pada kemampuan jembatan terlemah yang
ada pada jalan tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bertambahnya usia jembatan yang
mendekati umur rencananya, semakin tinggi pula kebutuhan akan pemilaharaan
rutin, rehabilitasi dan penggantiannya. Jika digambarkan kinerja suatu jembatan
akan menurun seiring dengan pertambahan waktu selama melayani beban lalu lintas
di atasnya (Aktan, 1996), seperti digambarkan pada Gambar 1.1, di bawah ini.
Kebutuhan tersebut dimaksudkan untuk memelihara pencapaian umur rencana dan
untuk meminimumkan potensi kerusakan jembatan, sehingga selalu dapat
memberikan pelayanan yang layak.
salah satu permaslahan yang dihadapi adalah keterbatasan dana (Suite 1995).
Padahal proyek infrastruktur termasuk jembatan merupakan proyek yang
memerlukan biaya investasi yang sangat tinggi dan sangat berpengaruh pada tinggi
dan sangat berpengaruh pada tingkat ekonomi suatu daerah.
Pemerintah saat ini melalui Bina Marga telah mengembangkan suatu sistem
pengelolaan jembatan yang dikenal dengan Sistem Manajemen Jembatan (SMJ)
atau Bridge Management System (BMS). Sistem ini mencakup pengelolaan untuk
pemeriksaan, perencanaan dan pembuatan program, penyelidikan, pembuatan
desain, pemeliharaan, pengawasan pelaksanaan konstruksi, dan suplai serta
penyimpanan material jembatan. Namun sistem ini masih belum terlaksana secara
optimal, ini dikarenakan kurang tersedianya kesiapan SDM dalam pengelolaan dan
pengoprasian SMJ tersebut.
Jembatan Batujajar merupakan jembatan konstruksi rangka baja yang
membentang di atas Sungai Citarum yang menghubungkan Kecamatan Batujajar
dengan Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan, jembatan
Cisaranten merupakan jembatan konstruksi komposit baja dengan beton yang
membentang di atas Sungai Cisaranten yang menghubungkan Kecamatan
Arcamanik dan Kecamatan Antapani. Dapat disimpulkan bahwa jembatan Batujajar
dan jembatan Cisaranten sangat vital dalam perekonomian di daerah sekitar
jembatan tersebut. Sehingga, agar kegiatan perokonomian masyarakat di sekitar
jembatan terebut tidak terganggu maka jembatan tersebut harus dipastikan selalu
dalam kondisi baik. Dalam memastikan jembatan dalam kondisi baik, maka
diperlukan sebuah pemeriksaan baik pemeriksaan inventarisasi maupun detail. Hal
tersebut dilakukan untuk menentukan penanganan pemeliharaan yang tepat pada
jembatan tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah:
1. Mengetahui kondisi jembatan Batujajar dan jembatan Cisaranten dengan
melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail.
2. Memahami cara melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail pada jembatan
komposit dan rangka baja.
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
BAB V
BAB VI
PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Jembatan merupakan salah satu prasarana jalan yang berfungsi sebagai
penghubung. Jembataan sebagai penghubung sebuah prasarana jalan yang terpisah
dikarenakan adanya sungai, jurang, lembah, lintasan kereta api, danau, jalan raya,
jalan tol, dll. Setiap konstruksi pasti memiliki umur rencana tidak terkecuali
jembatan, oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan terhadap jembatan untuk
mengetahui kondisi terkini dari jembatan sehingga dapat diketahui umur layannya
sehingga apabila diketahui umur layan yang tersisa tidak akan mencapai umur
rencana dapat dilakukan tindakan perbaikan dengan cepat agar tidak mengganggu
fungsi jembatan apabila terjadi kegagalan struktur sewaktu-waktu.
Jembatan yang akan dilakukan pemeriksaan yaitu jembatan gelagar komposit
dan jembatan rangka batang, jenis pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan inventarisasi dan detail.Jembatan gelagar komposit adalah perpaduan
dari dua jenis material yaitu balok profil baja dengan pelat lantai beton bertulang
yang dihubungkan dengan penghubung geser (Shear conector). Jembatan rangka
batang adalah jembatan yang menggunakan susunan batang profil-profil baja pada
gelagar melintang, gelagar memanjang, gelagar induk (samping),ikatan angin.
Maka pada pemeriksaan jembatan diatas perlu diperhatikan setiap komponen dan
detailnya terutama
: Sungai
KA
: Kereta Api
JL
: Jalan
: Lain
Panjang total adalah panjang jembatan yang diukur dari expansion joint ke
expansion joint pada kepala jembatan seperti terlihat dalam Gambar 2.3. Panjang
total dicatat dengan toleransi 0,1 meter yang diukur sepanjang as jembatan.
Gambar 2.3 Pengukuran panjang total dan panjang bentang pada jembatan
Gambar 2.4 Pengukuran panjang total dan panjang bentang pada jembatan pelengkung
Sudut miring (derajat o), bila as kepala jembatan tidak tegak lurus terhadap
as jalan, jembatan disebut jembatan bersudut. Sudut miring adalah sudut anatara as
pilar/kepala jembatan dan garis tegak lurus terhadap as jalan. Sudut miring dapat
bersifat positif atau negatif seperti terlihat dalam Gambar 2.5.
Tahun pembangunan, informasi ini biasanya terletak pada pelat nama atau pada
balok ujung atau bagian bawah rangka ujung. Bila tidak, dapat ditanyakan pada
penduduk setempat atau dapat menulis perkiraan tahun konstruksi.
Gambar 2.7 Pengukuran lebar antar jalan dan lebar tempat pejalan kaki
Sandaran
Bangunan Bawah :
Pondasi
Sumber atau negara asal dari bangunan atas dicatat apabila sesuai. Data
dicatat menggunakan kode abjad yang terdaftar seperti yang terlihat dalam
Gambar 2.9.
10
Gambar 2.9 Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah
Bangunan Atas
Struktur Bangunan Atas
Jenis-jenis struktur bangunan atas seperti pada Gambar 2.10
11
12
Bangunan Bawah
Pondasi
Bagian pondasi sulit untuk teridentifikasi pada saat di lapangan, terkecuali bila
pondasi terlihat akibat scouring dan dasar sungai kering.
Informasi mungkin dapat diperoleh dari gambar rencana atau catatan
konstruksi. Bila tidak ada dapat dikosongkan. Jenis pondasi dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Kepala Jembatan dan Pilar
Jenis kepala jembatan dan pilar dapat dilihat pada Gambar 2.11.
13
14
Catatan
1 kerusakan kecil
Penilaian
kondisi
4 kondisi kritis
jembatan
belum
dengan
pemeriksaan
inventarisasi.
15
Nilai Kondisi 0
Nilai Kondisi 1
Nilai Kondisi 2
mutu
penumpukkan
pada
sampah
elemen
atau
pasang
tanah
di
batu,
sekitar
Nilai Kondisi 4
Contoh
kegagalan
rangka,
keretakan
atau
16
Nilai Kondisi 5
(ton)
Batasan lain
(uraikan)
Lalu Lintas
Lebar jembatan yang berpengaruh pada arus lalu lintas dinilai dan dicatat seperti
terlihat dalam Gambar 2.4
Pilih 1, 2,
atau 3
1.
Longgar
2.
Cukup lebar
3.
Sempit
17
Ya
Tidak
18
Data dari pemeriksaan detail dimasukkan dalam database yang mampu memproses
data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara keseluruhan
yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam
19
tingkat layak layan. Untuk pemeriksaan komponen dan elemen tertentu, mungkin
harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu.
.
2.3.1. Sistem Pemeriksaan Detail
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan
elemen menurut tingkat kerusakannya. Pemeriksaan Detail bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh, dari level terendah (Level 5)
yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi ( Level 1) yaitu jembatan
itu sendiri.
Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang
mengalami kerusakan saja yang dicatat.Setiap elemen yang memiliki kerusakan
akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:
struktur (S),
kerusakannya (R),
fungsi (F),
pengaruh (P).
Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5, 4, atau 3, maka baru
kemudian meninilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam
hierarki. Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan
dalam elemen pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemen-elemen pada
level yang lebih tinggi berikutnya.
Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu
ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini dan dicatat
dalam formulir pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan nilai kondisi pada
Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk
menentukan strategi penanganan secara keseluruhan untuk jembatan yang
bersangkutan.
20
Daftar lengkap kode elemen yang disusun berdasarkan level hierarki dapat
ditemukan pada Tabel 2.12 dalam pedoman ini. Untuk elemen-elemen pada level 5
tidak ada daftarnya karena elemen-elemen tersebut adalah merupakan elemen
individual dari elemen-elemen level 4 pada suatu lokasi tertentu.
Komponen pada level 3, misalnya komponen dengan kode 3.450 adalah
struktur rangka yang mencakup semua elemen rangka pada level 4. Elemen pada
level 4 dalam hierarki mencakup semua elemen yang sama, misalnya kode elemen
4.465 adalah ikatan angin atas yang mencakup semua ikatan angin atas dalam
struktur rangka pada jembatan.
21
(Kode 201)
(Kode 302)
(Kode 503)
atau tidak
Kerusakan
Perkembangan (Volume)
Fungsi
Pengaruh
Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan
yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan pada Tabel 2.7.
22
Kriteria
Nilai
Struktur
Berbahaya
(S)
Tidak berbahaya
Kerusakan
Parah
(R)
Tidak parah
Kuantitas
(K)
Fungsi
(F)
Elemen berfungsi
Pengaruh
(P)
NK=S+R+K+F+P
0-5
Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada level 5, level 4,
atau level 3. Bila penilaian awal suatu elemen (individual) diberikan pada level 5,
kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan
level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok
elemen secara keseluruhan, sesuai dengan yang diuraikan dalam sub bab 2.3.2.5.
2.3.1.4. Kerusakan
Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan. Hal ini
dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan.
Yang dimaksud dengan kerusakan adalah :
Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan
mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2.
Bila suatu elemen memiliki nilai kondisi kurang dari 2 (yaitu 0 atau 1), maka
elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan
23
belum meluas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan atau dapat
diperbaiki dalam pemeliharaan rutin.
Elemen dengan nilai kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau
kerusakan besar yang belum meluas. Elemen-elemen dengan kondisi ini
membutuhkan pemantauan. Pemantauan biasanya bertujuan agar perbaikan atau
pemeliharaan dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Ya
Tidak
Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dlakukan pada formulir laporan pemeriksaan inventarisasi
dengan tinta merah
24
25
26
27
28
Tabel 2.11 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 3-4
29
Nilai kondisi dari elemen 3.610 - Perletakan diambil dari nilai kondisi elemen
4.612 perletakan karet dan tetap 3.
Nilai kondisi dari elemen 3.500 - Sistem lantai jembatan diambil dari nilai
kondisi dari elemen 4.509 - Permukaan Lantai Kendaraan. Dalam hal ini,
permukaan lantai kendaraan dianggap kurang dari 50% dari Sistem Lantai
Permukaan. Oleh karena itu,nilai perkembangan untuk elemen 3.500 adalah 0. Nilai
kondisi sama dengan 3.
30
Gambar
Foto
Y/T
Y/T
Kuantitas
Satuan
Tindakan
Prioritas
(M/R/G/K)
(S/B)
Sketsa, foto
Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah
dibuat atau foto telah diambil dari elemen yang rusak.
Tindakan
Masukkan M jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeliharaan.
Masukkan R jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Perbaikan / Rehabilitasi.
Masukkan G jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Penggantian.
Masukkan K jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeriksaan Khusus.
Prioritas
Apabila dinilai kerusakan yang terdeteksi memerlukan tindakan yang segera
maka masukkan kode S (segera) ke dalam formulir.
Sedangkan apabila kerusakan yang terjadi tidak membahayakan jembatan
maupun elemen lainnya serta pengguna jalan, maka masukkan kode B (biasa) ke
dalam formulir.
31
Tindakan Darurat
Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut tindakan
darurat, hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan
kerusakan, dan kemudian dipindahkan ke bagian "TINDAKAN DARURAT" pada
halaman 1 dari formulir, tempat alasan untuk tindakan darurat dicatat.
Pemeriksaan Khusus
Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu elemen rusak, menuntut suatu
pemeriksaan khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak, dan kemudian
dipindahkan ke bagian "PEMERIKSAAN KHUSUS" pada halaman 1 dari
formulir, tempat alasan untuk pemeriksaan khusus dicatat.
32
( )
33
Pemberian nilai kondisi jembatan dari 1 s/d 9, tetapi yang biasa digunalam adalah
dari 1 s/d 7. Nilai 9 bila kondisi komponen tidak diketahui karena tidak terlihat
(hanya untuk footing dan pile), sedangkan nilai 8 untuk kondisi komponen yang
ditinjau. Skala penilaiannnya adalah:
1. 7 kondisi baru (tidak ada penurunan kondisi)
2. 5 penurunan kondisi (kerusakan) minor, tetapi dapat berfungsi seperti desain
awal
3. 3 penurunan kondisi (kerusakan) serius, atau tidak dapat berfungsi seperti
desain awal
4. 1 penurunan kondisi (kerusakan) secara kesleuruhan (kondisi gagal)
Nilai 2, 4, 6 merupakan kondisi antara.
34
(100 (5 ) )
100
Dimana
CM
; a = 4,66
EA
= equivalent age
; b = 1,9051
Dengan meminajm persamaan tersebut dan penilaian yang digunakan IBMS untuk
kondisi sebuah jembatan yaitu 0 berarti jembatan baru yang berarti sama dengan
condition rating =7 dan 5 berarti jembatan hancur. Hubungan antara condition
rating dan condition mark yang digunakan IBMS dapat dituliskan sebagai berikut:
35
5
(7 )
6
5
(100 (5 (6 (7 ))) )
=
100
36
BAB III
METODOLOGI
3.1. Umum
Pada studi ini dilakukan 2 (dua) macam pemeriksaan jembatan, yaitu
pemeriksaan inventarisasi dan detail. Dalam melakukan kedua pemeriksaan
tersebut, dibutuhkan sebuah metodologi dalam mengumpulkan data hingga
mengolah data tersebut, sehingga dapat disimpulkan beberapa kondisi jembatan
yang ditinjau. Adapun langkah langkah dalam melakukan pemeriksaan jembatan
secara umum tertera pada Gambar 3.1.
tidak
ya
37
38
6. Pengolahan data
Pengolahan data untuk pemeriksaan inventarisasi dan detail jembatan merujuk
pada manual standar BMS.
Dalam melakukan pemeriksaan, diperlukan urutan yang sesuai dengan standar
yang bertujuan agar seluruh elemen jembatan diperiksa tanpa ada yang terlewati.
BMS telah menentukan urutan pemeriksaan seperti tertera pada Gambar 3.2 yang
diawalii dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1).
39
40
41
BAB IV
PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN
KOMPOSIT
4.1. Lokasi Tinjauan
Jembatan komposit yang ditinjau adalah jembatan Cisaranten yang terletak di
jalan Cisaranten Kelurahan Cisaranten Kulon Kecamatan Arcamanik Kota
Bandung
Provinsi
Jawa
Barat.
Jembatan
Cisaranten
berfungsi
untuk
42
43
9. Papan tulis putih kecil dan spidol bukan permanen (untuk menampilkan nama
dan nomor jembatan dalam foto)
10. Palu
11. Busur derajat
12. Buku pegangan pemeriksaan jembatan di lapangan
13. Peta yang memperlihatkan ruas jalan
14. Laporan data lalu lintas dan ruas jalan
Semua pemeriksaan berlangsung pemeriksa harus mengambil foto jembatan
mengenai:
1. Tampak depan jembatan
2. Tampak samping jembatan
3. Kerusakan dan masalah yang membutuhkan perhatian
2. Lokasi jembatan
Kecamatan
Arcamanik,
Kota
: 02 Desember 2014
4. Tahun Pembangunan
: 1988
44
: Sungai (S)
2. Jumlah bentang
: 1 (satu)
3. Panjang total
: 15 meter
4. Sudut miring
: 0o
Tipe lintasan:
Sungai (S)
Tahun Pembangunan:
1988
: 1 (satu)
b. Panjang bentang
: 15 meter
: 5,5 meter
d. Lebar trotoar
: 0,7 meter
:-
f. Struktur utama
: MBI
45
Tipe
: komposit (M)
Bahan
: baja (B)
Asal
: Indonesia (I)
g. Lantai kendaraan
h. Lapis permukaan
: aspal (A)
i. Sandaran
46
j. Landasan
: baja (B)
k. Siar muai
Kepala jembatan
o Tipe
o Bahan
Pilar
47
b. Bangunan pengaman
: turap (4.224)
c. Tanah timbunan
48
mengalami
kerusakan Penilaian
kondisi
ini
hanya
jembatan
berkala
belum
struktur
memerlukan
dengan
secepatnya
4. Jembatan/elemen dalam kondisi kritis
5. Jembatan/elemen tidak berfungsi atau runtuh
Elemen
Nilai Kondisi
Struktur utama
Sandaran (3.620)
Landasan (3.810)
Perlengkapan (3.700)
Pondasi (3.310)
49
2. Lalu lintas
Penilaian dari dampak lebar jembatan terhadap arus lalu lintas seperti tertera
pada Tabel 4.6.
Pilih
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di lokasi tinjauan kondisi lalu lintas
di jembatan Cisaranten adalah longgar dan kendaraan dapat bebas melintas di
atas jembatan.
50
Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas setiap saat apakah ada jalan
Ya
alternatif
Jika ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km)
3 km
Di atas lantai
Di bawah lantai
diketahui
(m)
(m)
1 (satu)
Warga sekitar
51
52
53
3. Penopang
4. Botol contoh air
Peralatan keamanan:
1. Rompi dan topi pengaman
2. Tanda/rambu
3. Kerucut lalu lintas
4. Rompi apung
5. Tali pengikat
jembatan
54
(kode 201)
(kode 302)
(kode 503)
(kode 521)
(kode 551)
Kerusakan
Perkembangan (volume)
Fungsi
Pengaruh
Nilai sebesar 1 atau 0 pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada,
menurut kriteria yang diperlihatkan pada Tabel 4.9.
55
Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan padal level 5, level 4,
atau level 3. Bila penilaian awal suatu elemen (individual) diberikan pada level 5,
kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan
level 3, dengan memberikan pertanyaan pertanyaan yang sama mengenai
kelompok elemen secara keseluruhan.
56
Ya
57
Gambar 4.13 Endapan lumpur dan sampah yang menumpuk pada aluran sungai jembatan
Cisaranten
58
59
2. Bangunan bawah
1. Pondasi (3.310)
Tidak tersedia informasi pondasi jembatan Cisaranten.
2. Kepala jembatan/pilar (3.320)
a. Kepala tiang (4.311)
Tidak terdapat informasi tentang kepala tiang jembatan Cisaranten.
b. Pilar dinding/kolom (4.322)
Tidak terdapat pilar dinding pada jembatan Cisaranten.
c. Dinding penahan tanah/kepala jembatan dinding/tembok (4.323)
Tidak terdapat permasalahan pada kepala jembatan Cisaranten seperti
tertera pada Gambar 4.17.
60
Gelagar (4.411)
61
3.1.1.2.
Diafragma (4.413)
3.1.1.4.
3.1.1.5.
62
3.2.1.2.
Pelat (4.502)
3.2.1.3.
Gelombang (4.503)
63
3.2.1.6.
Trotoar/kerb (5.506)
3.2.1.7.
64
Gambar 4.28 Tiang sandaran jembatan Cisaranten yang mengalami kerontokan beton
3.5.1.2.
65
3.5.1.3.
Uraian
Lokasi
No
Kode
4.211
A2
4.212
Timbunan oprit
A1
4.231
Lapisan permukaan
A1
4.233
Lapis perkerasan
A1
A/P/B
X Y Z
66
Lokasi
No
Kode
Uraian
4.411
Gelagar
B4
4.413
Diafragma
B4
4.414
Sambungan gelagar
B4
4.421
Pelat
B5
4.501
B5
10
4.505
11
4.611
Perletakan baja
B2
12
4.621
Tiang sandaran
13
4.622
Sandaran horizontal
14
4.624
parapet
A2
15
4.712
Marka jalan
A/P/B
X Y Z
Gambar
Y/T
Foto
Y/T
Kuantitas
Satuan
Tindakan
(M/R/G/K)
Prioritas
(S/B)
T
T
T
Y
Y
Y
Sepanjang jaembatan
Beberapa tempat
Tepi loneng
Meter
Buah
-
R
M
M
B
S
B
67
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
6.10.
Bobot
CR
Struktur utama
10
Abutmen
Dek
Bobot
Kondisi
Usulan
50
Good/Baik
40
Good/Baik
40
Good/Baik
Pilar
Dudukan
30
Good/Baik
Tumpuan
30
Good/Baik
Dinding belakang
25
Good/Baik
Dinding sayap
25
Good/Baik
Struktur sekunder
25
Good/Baik
Join
20
Good/Baik
Permukaan perkerasan
20
Good/Baik
x CR
68
Trotoar
Fair/Sedang
Rehabilitasi
Kerb
Fair/Sedang
Rehabilitasi
Total bobot
64
Total bobot x CR
317
4,958
Kondisi
Usulan
Equivalent of age
28 Tahun
Waktu layan
22 Tahun
69
Pegangan railing yang rusak dan berkarat, diperlukan penggantian railing maupun
perbaikan agar pejalan kaki tetap dapat berjalan nyaman dan aman.
70
Loneng yang rusak, perlu diperbaiki agar jalan masuk jembatan tetap terlihat dan
tetap nampak indah.
Drainase yang tersumbat oleh tanah, diperlukan pembersihan agar air tetap
mengalir keluar dan tidak menggenang pada permukaan jembatan, sehingga
permukaan jalan pada jembatan tetap sesuai pada umur rencananya.
71
BAB V
PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN
RANGKA BAJA
Jembatan rangka baja yang merupakan salah satu jenis bangunan atas
jembatan adalah bagian yang penting dari jembatan, maka pemanfaatan rangka baja
jembatan harus seefektif dan seefesien mungkin, mulai dari tahap perencanaan,
fabrikasi dan pelaksanaan hingga rehabilitasi, sehingga dana telah dialokasikan
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pemeriksaan jembatan rangka baja ini dengan
menggunakan pemerikasaan inventarisasi dan pemeriksaan detail sebagai berikut:
5.1
Pemeriksaan Inventarisasi
Pemriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi,
dimensi, material, dan kondisi setiap struktur utama dan komponen jembatan dalam
sistem informasi manajemen jembatan. Pemeriksaan inventarisasi dilakukan
sebagai berikut :
1. Mencatat nomor, nama dan lokasi jembatan
2. Mengukur dan mencatat dimensi jembatan keseluruhan
3. Mencatat jenis jembatan, lintasannya, komponen utama dan tanggal atau tahun
pembangunan
4. Mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional lainnya
5. Menafsirkan dan mencatat jalan memutar (detour) yang ada bilamana terjadi
penutupan jembatan
6. Mencatat data banjir tertinggi yang dilakukan, tanggal terjadinya dan sumber
informasi
7. Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana (As- built drawing) dan
apakah jembatan merupakan jenis standar.
72
3217.5.106-K.0022.00.0
Dengan keterangan :
Nomor kode kabupaten Bandung Barat
: 3217
:3
: 106-K
: 0022
: 00
:0
Nama Jembatan
: Jembatan Batujajar
73
Nama jembatan
Lokasi jembatan
Lokasi jembatan
UM
0
0
0
74
: Sungai (S)
Jumlah bentang
: Tiga (3)
Panjang total
: 160 meter
Bentang 1
: 30 meter
Bentang 2
: 100 mater
Bentang 3
: 30 meter
Sudut miring
: 3
: 1985
Data Bentang
a. Bentang 1
Panjang bentang 1
: 30 meter
: 6,5 meter
: 3,2 meter
: 1,0 meter
75
b. Bentang 2
Panjang bentang 2
: 100 meter
: 6,5 meter
: 3,2 meter
: 1,0 meter
: 5 meter
c. Bentang 3
Panjang bentang 3
: 30 meter
: 6,5 meter
: 3,2 meter
: 1,0 meter
:-
76
2.
: Rangka (R)
:
Asal
Baja (B)
: Australia (A)
b.
Lantai kendaraan:
Bahan
Bahan dan betuk lantai kendaraan jembatan Batujajar dapat dilihat pada
gambar 5.6.
77
c.
: Aspal (A)
Bahan dan bentuk lapis permukaan lantai kendaraan dapat dilihat pada
gambar 5.7.
d.
Sandaran
o Tiang sandaran
Bahan : Beton bertulang (T)
o Sandaran Horizontal
Bahan : Pipa baja diisi beton (Y)
o Tembok sandaran
Bahan : Pasangan Batu
Bahan dan bentuk sandaraan yang digunakan dalam jembatan
Batujajar dapat dilihat pada gambar 5.8.
78
e.
Landasan
Bahan
f.
Siar muai
Bahan
Bahan dan bentuk siar muai yang digunakan dalam jembatan Batujajar
dapat dilihat pada gambar 5.10
g.
Pelengkap
Kode
: 4.712
Elemen level 4
: Marka jalan
Bahan
79
Kode
: 4.713
Elemen level 4
: Papan Nama
Bahan
Kode
: 4.721
Elemen level 4
: Lampu penerangan
Bahan
80
Bangunan Bawah
a. Abutment 1
o Pondasi kepala jembatan
Tipe
: Tidak diketahui
Bahan
: Tidak diketahui
o Kepala jembatan
Tipe
: Cap (B)
Bahan
b.
Abutment 2
o Pondasi kepala jembatan
Tipe
: Tidak diketahui
: Cap (B)
81
c.
Pilar 1
o Pondasi kepala jembatan
Tipe
: Tidak diketahui
d.
Pilar 2
o Pondasi kepala jembatan
Tipe
: Tidak diketahui
82
Tipe
3.
Kode
: 4.212
b.
Element level 4
Bangunan Pengaman
a.
Kode
: 4.226
b.
Element level 4
c.
Bahan
Tanah Timbunan
a.
Kode
: 4.231
b.
Element level
c.
Bahan
83
4.
84
b.
Bentang 2
Struktur bangunan atas
mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin (1)
Lantai kendaraan dan lapis permukaan jembatan
mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin (1)
Sandaran
mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan
berkala (2)
Pelengkap
Marka jalan pada jembatan dalam kondisi tidak jelas dan perlu perbaiki
marka jalan
Lampu penerangan pada jembatan dalam kondisi baik dan tanpa
kerusakan
Kondisi struktur atas pada bentang 2 dapat dilihat pada gambar 5.19.
85
c.
Bentang 3
Struktur bangunan atas
mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin (1)
Lantai kendaraan dan lapis permukaan jembatan
mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin (1)
Sandaran
mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan
berkala (2)
Pelengkap
Marka jalan pada jembatan dalam kondisi tidak jelas dan perlu perbaiki
marka jalan
Papan Nama pada jembatan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan
Lampu penerangan pada jembatan dalam kondisi baik dan tanpa
kerusakan
Kondisi struktur atas pada bentang 3 dapat dilihat pada gambar 5.20.
86
Bangunan Bawah
a. Abutment 1
o Pondasi kepala jembatan
Tidak diketahui kerusakannya
o Kepala jembatan
Mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
(1)
Kondisi Bangunan Bawah pada Abutment 1 dapat dilihat pada Gambar
5.21.
87
b. Abutment 2
o Pondasi kepala jembatan
Tidak diketahui kerusakannya
o Kepala jembatan
Mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
(1)
Kondisi bangunan bawah abutment 2 dapat dilihat pada gambar 5.22.
c.
Pilar 1
o Pondasi kepala jembatan
Tidak diketahui kerusakannya
o Kepala jembatan
Mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
(1). Kondisi bangunan bawah pilar 1 dapat diliht pada gambar 5.23.
88
d. Pilar 2
o Pondasi kepala jembatan
Tidak diketahui kerusakannya
o Kepala jembatan
Mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin
(1). Kondisi bangunan bawah pilar 2 dapat dilihat pada gambar 5.24.
Lalu Lintas
Jalan memutar dan jalan alternatif (detour) : tidak ada, jembatan batujajar
merupakan akses utama yang melintasi sungai ini.
Data banjir tertinggi
a. Muka air banjir terbesar yang diketahui:
o Enam puluh sentimeter di bawah lantai kendaraan (- 0,6 m)
o Waktu terjadi banjir terbesar
: Desember 2014
o Sumber keterangan
survey lapangan terhadap sisa benda terapung pada gelagar baja dan
dudukan bearing pad abutment
b.
89
o Sumber keterangan
September 2010
5.2
Pemeriksaan Detail
2)
3)
4)
Alat tulis
5)
6)
Kalkullator
7)
8)
Peralatan tambahan
1)
2)
Rakit
3)
Sarung tangan
4)
Masker
90
Pastikan lokasi jembatan dan catat data administrasi mengenai nama, lokasi
kabupaten/kota dan seterusnya mengenai jembatan yang diperiksa.
Tentukan nilai kondisi elemen pada tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan
keperluan sesuai dengan pemeriksaan khusus.
Struktur (S)
Kerusakan (R)
Fungsi (F)
Pengaruh (P)
Setelah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5,4 dan 3 maka baru
kemudian menilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki.
Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam
elemen pada level yang lebih rendah dengan cara mengevaluasi sejauh mana
91
kerusakan dalam elemn pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemenelemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.
Niali kondisi untuk lemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu
ditentukan oleh pemeriksaan di Lapangan dengan menggunakna nilai ondisi pada
level 3 untuk mendapatkan suatu nilai kondisi jembatan pada level 1 dan
menentukan strategi panananan secara keseluruhan untuk jembatan bersangkutan .
Masing-masing level terdiri dari komponen dan elemen, yang masing-masing
mempunya suatu kode elemen yang terdiri dari empat karakter angka.
Level tertinggi dalam pemeriksaan adalah level 1 yaitu jembatan itu sendiri.
Level ini diberikan kode elemen 1.000 jembatan.
Level 2 terdiri dari 2 struktur utama jembatan dan aliran sungai/timbunan
tanah.
2.200 Aliran sungai/ Timbunan tanah
2.300 Bangunan Bawah dan Fondasi
2.400 Bangunan Atas
Level 3 terdiri dari bangunan utama jembatan tersebut yang dibagi menjadi
komponen sebagai berikut:
5.310 Fondasi
jembatan
4.324 Tembok sayap
92
(Kode 401)
(Kode 521)
(Kode 551)
Perubahan bentuk
(Kode 712)
Pergeseran letak
(Kode 605)
(Kode 723)
(Kode 503)
Bangunan Bawah
o Pondasi (5.310)
93
Bangunan Atas
o Sistem Gelagar (5.410)
Gelagar (4.411)
Kondisi gelagar tidak terjadi kerusakan. Kondisi gelagar dapat dilihat
pada gambar 5.27.
94
Gambar 5.28. Kondisi gelagar melintang dalam keadaan baik jembatan Batujajar
95
96
97
Sambungan (4.469)
Kondisi sambungan terjadi penurunan mutu cat (301) dan korosi
(302). Kondisi sambungan dapat dilihat pada gambar 5.36.
Baut (4.470)
Kondisi baut terjadi penurunan mutu cat (301). Kondisi baut dapat
dilihat pada gambar 5.37.
98
Trotoar/kerb (4.506)
Kondisi Trotoar/kerb dalam keadaan kotor, berlumut, penuaan atau
pelapukan beton. Kondisi Trotoar dapat dilihat pada gambar 5.39.
99
100
101
dan kualitas beton jelek (201) dan pecah atau hilangnya bahan (205).
Kondisi tiang sandaran dapat dilihat pada gambar 5.44.
102
103
104
Bobot
CR
Struktur utama
10
Abutmen
Dek
Bobot
Kondisi
Usulan
50
Good/Baik
40
Good/Baik
40
Good/Baik
Pilar
40
Good/Baik
Dudukan
30
Good/Baik
Tumpuan
30
Good/Baik
Dinding belakang
25
Good/Baik
Dinding sayap
25
Good/Baik
Struktur sekunder
25
Good/Baik
Join
20
Good/Baik
Permukaan perkerasan
20
Good/Baik
Trotoar
Fair/Sedang
Rehabilitasi
Kerb
Fair/Sedang
Rehabilitasi
Total bobot
72
Total bobot x CR
357
4,958
x CR
Kondisi
Usulan
Equivalent of age
55 Tahun
Waktu layan
45 Tahun
105
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan invetaris dan detail terhadap jembatan
komposit sungai Cisaranten dan jembatan rangka batang Batujajar didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
a. Jembatan Komposit
1. Memiliki umur rencana sebesar 50 tahun, dibangun pada tahun 1988 dan
masih berdiri sampai sekarang (2015). Maka, jembatan telah berumur 27
tahun dengan sisa umur layan 23 tahun.
2. Berdasarkan perhitungan umur memakai metode bridge condition rating,
jembatan telah berusia 28 tahun, maka sisa umur layan adalah 22 tahun.
3. Berdasarkan poin 1 dan 2, maka telah terjadi deviasi umur sebesar 1 tahun.
4. Jembatan ini perlu dilakukan pemeliharaan rutin dan berkala lebih insentif.
b. Jembatan Rangka Batang
1. Memiliki umur rencana sebesar 100 tahun, dibangun pada tahun 1985 dan
masih berdiri sampai sekarang (2015). Maka, jembatan telah berumur 30
tahun dengan sisa umur layan 70 tahun.
2. Berdasarkan perhitungan umur memakai metode bridge condition rating,
jembatan telah berusia 55 tahun, maka sisa umur layan adalah 45 tahun.
3. Berdasarkan poin 1 dan 2, maka telah terjadi deviasi umur sebesar 25 tahun.
4. Jembatan ini perlu dilakukan pemeliharaan rutin dan berkala lebih insentif
terutama daerah sekitar abutment yang dipenuhi oleh sampah karena
dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar.
106
6.2. Saran
Permasalahan yang terjadi pada jembatan yang dijadikan objek penelitan
adalah kurangnya kesadaran masayarakat sekitar mengenai kebersihan dan
kedisiplinan dalam hal pembuangan sampah. Sehingga menyebabkan penumpukan
sampah pada daerah sekitar jembatan terutama dibawah jembatan dan sekitar
abutment. Perlu peran serta dari pemerintah dan masyarakat sekitar untuk
penanggulan masalah tersebut. Pemerintah harus menyediakan tempat sampah yang
dapat menampung kebutuhan pembuangan sampah dari masyarakat sekitar dan
rutinitas dari mobil pengangkut sampah setiap paginya untuk mengambil samapah.
Masyarakat sekitar harus lebih disiplin dalam hal membuang sampah dengan
membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan oleh pemerintah atau
membakar/menimbun sampahnya.
107
DAFTAR PUSTAKA
------.1993.
PANDUAN
PEMERIKSAAN
JEMBATAN.
DIREKTORAT