Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Kelainan Sperma.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis
Surakarta, Desember 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa
Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem
reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah
sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan sehingga penting
pada keberhasilan munculnya individu baru.Oleh karena itu, di dalam
reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dibahas pada makalh ini
antara lain:
1. Bagaimana struktur sel sperma?
2. Bagaimana proses spermatogenesis?
3. Bagaimana kelainan pada sperma?
C. TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan struktur sel sperma.
2. Dapat menjelaskan proses spermatogenensis.
3. Dapat menjelaskan tentang kelainan-kelainan pada sel sperma.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari lakilaki.Sel ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer,
dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah (leher) dan
ekor.Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5
mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75.
Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal
diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria,
yaitu kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis
(Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres). (Anonim, 2009).
B. STUKTUR SPERMA

Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat


yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari
gonosit yang menjadi spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder
dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi
spermatozoa.Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting
yaitu kepala dan ekor (Anonim, 2009).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah
dan ekor (flagellata).Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung
kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi

untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi.Bagian


tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai
sumber energi untuk pergerakan sperma.Ekor sperma berfungsi sebagai
alat gerak (Anonim, 2009).
Sruktur sperma antara lain :
1. Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran
panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang
terutama dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan
ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau
pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu
struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian
anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain:
hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan
Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk
penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi. (Anonim, 2009).
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang
dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu
membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan membran
akrosom luar (outer acrosomal membran).Secara molekuler susunan
kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar
bersatu dengan plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu
terjadinya

reaksi

akrosom

sedang

membran

akrosom

dalam

menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting


pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini
yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses
fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi
spermatozoa (Anonim, 2009).
2. Ekor
Ekor sperma merupkan bagian yang panjang pada tubuh
sperma yag membantu sperma untuk bergerak. Ekor dibedakan atas 3
bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian tengah (midpiece)
b. Bagian utama (principle piece)

c. Bagian ujung (endpiece)


Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter
yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1
mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian
utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang
4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan
dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron
(Anonim, 2009).
Mitokondria

sebagai

pembangkit

energi

pada

spermatozoa.Principle piece dibungkus oleh sarung fibrous (fibrous


sheath) yang perbatasannya disebut anulus.Sarung fibrous bentuknya
terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui
rusuk-rusuk.Ke arah sentral ada semacam tonjolan yang memegangi
cincin nomor 3, 8 dari aksonema.Keduanya (tahanan rusuk dan
pegangan cincin aksonema) memberikan gerak tertentu. (Anonim,
2009).
Kriteria morfologi sperma disebut normal bila
a. Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron,
lebar s/d 2/3 panjangnya.
b. Midpiece : langsing (< lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan
berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.
c. Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

C. SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis terjadi di testis.Didalam testis terdapat tubulus
seminiferus.Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat selsel spermatogonia dan
sel Sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu
pada tubulus seminiferus terdapat pula sel Leydig yang mengsekresikan

hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis


(Anonim, 2009).

Sperma
dihasilkan oleh
tubulus
seminiferus
yang memiliki
panjang
250mdalam
testes.Sel-sel
yang berada di tubulus seminiferus berupa sel germinal dengan bermacammacam tahap perkembangan dan sel Sertoli yang memberikan dukungan
penting pada spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks
sel germinal prmordial spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan
dikonversi menjadi spermatozoa motil (23 kromosom). Prosesnya
memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan
spermiogenesis (Anonim, 2011).Proses spermatogenesis ini dapat terjadi
karena dukungan dari sel Sertoli.Fungsi penting sel Sertoli selama proses
spermatogenesis antara lain:
a. Sel Sertoli membentuk tight junction sebagai barrier spermatozoa
dengan arah sehingga dapat mencegah pembentukan antibodi yang
dapat menyerang sel spermatozoa (dianggap sebagai zat asing karena
haploid, sel tubuh bersifat diploid).
b. Memberikan makanan.
c. Sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid
yang berubah menjadi spermatozoa dan menghancurkan sel germinal
yang rusak.

d. Sel Sertoli membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga


sperma dapat dilepaskan dari tubulus ke epididimis untuk disimpan
dan diproses lebih lanjut.
e. Sel Sertoli mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP
berfungsi untuk mempertahankan testosteron tetap berada dalam
tubulus seminiferus, karena testosteron berupa lipid yang mudah
keluar dari membran plasma dan meninggalkan lumen.
f. Menghasilkan hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang
mengontrol

sekresi

FSH

(Anonim,

2011).

Sel sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati
sebuah proses kompleks yang disebut dengan spermatogenesis.
Secara simultan proses ini memproduksi sperma matang di dalam tubulus
seminiferus lewat langkah-langkah berikut ini:
1. Ketika seorang anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai
14 tahun, sel kelamin jantan primitif yang belum terspesialisasi dan
disebut dengan spermatogonium menjadi diaktifkan oleh sekresi
hormon testosteron.
2. Masing-masing spermatogonium membelah secara mitosis untuk
menghasilkan dua sel anak yang masing-masing berisi 46 kromosom
lengkap.
3. Dua sel anak yang dihasilkan tersebut masing-masing disebut
spermatogonium yang kembali melakukan pembelahan mitosis untuk
menghasilkan sel anak, dan satunya lagi disebut spermatosit primer
yang berukuran lebih besar dan bergerak ke dalam lumen tubulus
seminiferus.
4. Spermatosit primer melakukan meiosis untuk menhasilkan dua
spermatosit sekunder yang berukuran lebih kecil dari spermatosit
primer. Spermatosit sekunder ini masing-masing memiliki 23
kromosom yang terdiri atas 22 kromosom tubuh dan satu kromosom
kelamin (Y atau X).
5. Kedua spermatosit sekunder tersebut melakukan mitosis untuk
menghasilkan empat sel lagi yang disebut spermatid yang tetap
memiliki 23 kromosom.

6. Spermatid kemudian berubah menjadi spermatozoa matang tanpa


mengalami pembelahan dan bersifat haploid (n) 23 kromosom.
Keseluruhan proses spermatogenesis ini menghabiskan waktu sekitar
64 hari (Anonim, 2011).
Proses
pembentukan
dan

pemasakan

spermatozoa

disebut

spermatogenesis. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel


germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan
untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.Dinding tubulus
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan

epitelium

benih)

yang

berfungsi

pada

saat

spermatogenesis.Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam


ruang-ruang testis (lobulus testis).Satu testis umumnya mengandung
sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal
(sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus.Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma (Anonim,
2009).
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi
memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosterone (Anonim,2009).
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon

yang

dihasilkan

kelenjar

hipofisisyaitu:

1. LH (Luteinizing Hormone)
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada
masa pubertas,androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
2. FSH (Folicle Stimulating Hormone)

merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding


Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari (Anonim, 2009).
Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan,
fase pembelahan dan fase diferensiasi.
1. FasePertumbuhan
Pada fase pertumbuhan selsel calon indung sperma tumbuh, membesar
dan berduplikasi.Pada fase ini juga terjadi penambahan materi inti,
sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga disebut fase
persiapan sebelum melakukan pembelahan.Akhir dari fase pertumbuhan
terbentuklah spermatogonium (sel induk sperma) yang sudah siap untuk
melakukan pembelahan (Anonim, 2009).
2. FasePembelahan
Tiap spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses
pembelahan

Spermatogonium

yang

terbentuk

akan

menjadi

spermatosit primer . Spermatosit primer inilah yang akan mengalami


pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan meiosis, yaitu
pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang bertujuan
untuk mereduksi jumlah kromosom.Spermatosit primer mengalami
pembelahan meiosis I membentuk 2 buah spermatosit sekunder. Jumlah
kromosom sel spermatosit sekunder adalah setengah dari sel
spermatositprimer(Anonim,2009).Pembelahan belum selesai, speratosit
sekunder yang tebentuk akan segera mengalami pembelahan menjadi 4
buah spermatid. Spermatid inilah sel yang akan menjadi sel sperma.
3. FaseDiferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami
perubahan agar mampu berenang mencari letak sel telur.Bentuk
awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa tidak mungkin mampu
mencapai sel telur. Maka dari itu , spermatid harus mengalami
diferensiasi menjadi selsel sperma yang siap untuk membuahi sel telur.

Setelah proses diferensiasi, terbentuklah 4 buah sel sperma aktif yang


strukturnya sudah berubah. Kini sperma berbentuk seperti seekor
berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan berekor
panjang.Tentu saja bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma bisa
dengan mudah berenang mencapai sel telur.Selain itu pada bagian
kepala terdapat organel aparatus Golgi yang berfungsi pada saat
penetrasi (Anonim, 2009).
Pada manusia proses spermatogenesis berlangsung setiap hari.
Siklus

spermatogenesis

berlangsung

ratarata

74

hari.Artinya,

perkembangan sel spermatogonia menjadi spermatozoa matang


memerlukan waktu ratarata 74 hari.Sementara itu pemasakan
spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu dua hari. Proses
pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis
dan terjadi di dalam epididimis (Anonim, 2009).
Pada pria dewasa normal, proses spermatogenesis

terus

berlangsung sepanjang hidup, walaupun kualitas dan kauntitasnya


makin menurun dengan bertambahnya usia (Anonim, 2009).
D. UJI KUALITAS SPERMA
Uji Semen (air mani) lengkap
a. Makroskopis
Volume
: dilakukan dengan memindahkan ejakulat
kedalam gelas ukur 5/10 ml sesuai dengan keadaan
yang dihadapi catat volume sampai ketepatan 0,2 ml .
volume baru dapat diukur setelah air mani mencair
biasanya didapat antara 2,5-5 ml mani . volume 1 ml /
kurang dipertalikan dengan infertilitas begitupula kalau
melebihi 6 ml
Konsistensi : ph mani saat dikeluarkan kental sekali
sehingga sukar berpindah tempat dalam wadahnya,
pada suhu kamar mani mencair dalam waktu 10-20
menit apabila lewat 20 menit mani belum mencair itu
merupakan keadaan abnormal

Ph

: cukup ditentukan dengan memakai kertas indicator


biasanya nilai ph berkisar 7,0-7,8 kurang dari 6 dan
lebih

dari

kebersihan

menjadi

penampungan

alasan

untuk

mani.

meragukan

Apabila

mani

mempunyai ph 6-7 itu mingkin berarti bahwa air mani


hanya berisi secret prostat saja tanpa bercampur secret
dari vesicula seminalis
Warna
: warna biasanya berwarna putih atau
kekuning-kuningan dan kelihatan keruh

kekeruhan
Uji Fungsi Spermatozoa
Kemampuan hidup sperma dan keutuhan membrane sperma.

b. Mikroskopis
Untuk menguji motilitas taruhlah setetes madu yang sudah
mencair diatas kaca objek bersih dan tutuplah dengan kaca
penutup pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40x
biasanya didapat sampai 1 jam setelah mani dikeluarkan
mani bersi 70% atau lebih spermatozoa aktif . angka it
uterus menerus menurun sehingga menjadi 50% sekitar 5

jam lewat ejakulasi.


Jika ingin membedakan spermatozoa yang tidak bergerak
dari spermatozoa mati campurlah sedikit mani dengan eosin
0,5% dalam air , Spermatozoa yang mati berwarna
kemerah-merahan , yang hanya non aktif saja tidak

berwarna
Menghitung jumlah spermatozoa dilakukan dengan kamar
hitung improved neubauwer dan pipet leukosit , Sebagai
pengencer digunakan aquadest. Biasanya didapat 70jt atau
lebih spermatozoa / ml kalau jumlah itu kurang dari 20jt/ml
ada kemungkinan mani itu kurang memadahi dalam hal
fertilisasi.

Melihat morfologi spermatozoa dengan menggunakan


sediaan yang dipulas dengan giemza wrigth atau zat warna
lain menurut kebutuhan.. yang terdapat dalam sediaan
adalah spermatozoa , spermatosid yang boleh dianggap
spermatozoon muda sel sertoli serta beberapa sel epitel dan
leukosit . perhatikan terutama bentuk kepala dan ekor
spermatozoa dengan mencatat berapa persen kelainan
bentuk biasanya terdapat kurang dari 20% spermatozoa
dengan kelainan bentuk kalau lebih dari ada kemungkinan
fertilisasi berkurang

E. KELAINAN SPERMA
1. Jumlah Sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama
disebut cairan semen.Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml.
Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu
dengan pH 7-8. Volume cairan semen dianggap rendah secara
abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga
dianggap abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa
merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal,
jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus
spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak
ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia). (Tri Bowo, 2011).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat
zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria.
Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan
kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke
dalam saluran reproduksi wanita, (Tri Bowo, 2011).Beberapa kondisi
medis memang bisa menyebabkan rendahnya kualitas sperma, namun
faktor lingkungan juga berpengaruh yaitu:
a. Kegemukan
Bobot tubuh berlebih tidak hanya memengaruhi jumlah sel sperma

tapi juga meningkatkan kerusakan sel seperma. Menurut penelitian


dari Harvard University, hal itu disebabkan karena kelebihan lemak
bisa mengurangi kadar hormon testosteron dan meningkatkan
estradiol,hormonesekswanita.
b. Obat impotensi
Meski pria berusia lanjut merupakan target obat disfungsi ereksi,
kini makin banyak saja pria berusia muda yang ikut mengonsumsi
pil biru dan sejenisnya tanpa resep dokter. Padahal hasil riset yang
dilakukan di Inggris menemukan obat disfungsi ereksi seperti
Viagra, Levitra dan Cialis bisa merusak kepala sperma sehingga
sperma makin sulit untuk melakukan penetrasi ke dalam sel telur
dan memulai pembelahan sel.
c. Kekuranganzinc
Sebuah studi menemukan kadar zinc pada pria yang subur lebih
tinggi dibanding pada pria yang infertil. Para ahli menyebutkan
zinc berperan untuk melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel
sperma. Penuhi kebutuhan akan zinc melalui sereal, multivitamin
atau konsumsi daging.
d. Radiasi ponsel
Peneliti dari Cleveland Clinic menemukan makin sering pria
menggunakan ponselnya, makin rendah jumlah sperma yang
dihasilkannya. Penelitian terpisah yang dilakukan tim dari Australia
menemukan sebabnya. Frekuensi 1,8 gigahertz yang dipakai dalam
ponsel akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang bisa merusak
sel sperma dan mengurangi kemampuan gerak sperma.
e. Kurang asupan serat
Tim dari University of California menemukan pria yang
kekurangan asam folat, memiliki sperma dengan jumlah kromosom
yang salah 20 persen lebih tinggi dibanding pria yang cukup akan
asam folat. Sumber terbaik asam folat adalah sayuran hijau, seperti
bayam, asparagus, dan lain sebagainya.
f. Merokok
Kebiasaan merokok bukan hanya menyebabkan penyakit kronis,
namun juga memengaruhi jumlah dan kualitas sperma. Para ahli

percaya, saat merokok tubuh kita akan dibanjiri oleh radikal bebas.
Bukan cuma menyebabkan sel kanker, hal ini juga akan memicu
kerusakan DNA pada sperma.
g. Depresi
Para ahli dari Cornell University mengungkapkan, seorang pria
yang mengonsumsi obat antidepresan beresiko tinggi mengalami
kerusakan DNA pada spermanya. Kerusakan DNA tersebut akan
menyebabkan berkurangnya kesuburan dan meningkatkan risiko
cacat pada janin

2. Kelainan Bentuk (Morfologi)


Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong.Terdiri dari kepala,
tubuh, dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor
akan mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan
mempersulit sel sperma mencapai sel telur (Tri Bowo, 2011).
Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :
a. Makro : 25 % > kepala normal
b. Mikro : 25 % < kepala normal
c. Taper : kurus, lebar kepala yng normal, tidak jelas batas
akrosom, memberi gambaran cerutu
d. Piri : memberi gambaran tetesan air mata
e. Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas
batas akrosom

f. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan


akrosom
g. Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor
saja
h. Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih
cerah
i. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda

Kelainan sperma yang terjadi antara lain :


a. Dyspermia
Salah satu bentuk kelainan sperma bisa berupa kemampuan gerak
atau motilitas yang rendah. Kelainan sperma yang dikenal dengan
dysspermia ini terjadi bila sel-sel sperma yang dikeluarkan saat
berhubungan intim tidak mampu berenang dengan cukup cepat
melewati lapisan mukosa mulut rahim, hingga sampai ke ovarium
dan membuahi sel telur matang di dalamnya.

Gerakan sel sperma yang lambat ini bisa terjadi karena arah
gerakannya tidak lurus (belok-belok). Gerakan sel sperma seperti
itu, dapat disebabkan oleh kemampuan sel sperma itu sendiri yang
memang lambat atau ada kelainan bentuk sel sperma, misalnya
ekor sel sperma lebih pendek dari ukuran normal sehingga tidak
mampu berenang dengan cepat. Hal ini bisa disebabkan oleh
keputihan kronis yang dialami oleh pihak istri. Untuk itu, istri
harus diberi antibiotika terlebih dahulu hingga keputihan yang
dialaminya sembuh total.
Selama sel sperma masih memiliki kemampuan untuk membuahi
sel telur, artinya tidak ada kelainan bentuk yang menyimpang
cukup jauh, proses pembuahan dapat dibantu dengan beberapa
teknik. Sejauh ini, teknik inseminasi buatan dianggap yang paling
ideal. Agar kemungkinan keberhasilannya tinggi, perlu komitmen
yang kuat dari pasangan untuk mengulangi program inseminasi
buatan beberapa kali.
b. Azoospermia

Azoospermia adalah kelainan sperma yang berupa di dalam cairan


semen tidak ada atau nyaris tidak ditemukan adanya sel sperma
sama sekali.
Kelainan sperma ini dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya. Akibat ada sumbatan pada saluran sperma atau testis
tidak mampu (gagal) menghasilkan sel-sel sperma. Untuk
memastikan penyebabnya harus dilakukan dengan diagnosa, yaitu
mengambil contoh sperma dari kelenjar epididimis atau dari testis.
Contoh sperma yang ada, sebagian akan disimpan untuk terapi
lanjutan yang dibutuhkan.
Namun, pria dengan azoospermia tidak selalu mandul selama
testisnya

tidak

mengalami

kerusakan

dan

masih

dapat

memproduksi sel-sel sperma. Kecuali bila terjadi kerusakan fungsi


dan organ sehingga tidak dapat menghasilkan sel sperma lagi.
Memang, pria azoospermia tidak mungkin dapat menghamili
pasangannya karena tidak ada benih yang dikeluarkan saat
berhubungan intim.
Penanganannya tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya
sumbatan pada saluran sperma, diatasi dengan operasi untuk
menghilangkan sumbatan tersebut. Bila jumlah sel spermanya
sangat sedikit, tidak mungkin dilakukan penanganan dengan
inseminasi buatan. Untuk itu, biasanya akan dilakukan teknik
khusus dalam program bayi tabung yang dikenal sebagai Intra
Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) seperti yang dilakukan pada
pasangan tersebut.
c. Oligoterazoospermia

Kelainan sperma ini berupa bentuk sperma tidak normal serta


jumlah

sel

sperma

Jumlah

sperma

yang

dihasilkan

sedikit.Seseorang

hanya

dinyatakan

sedikit.
mengalami

oligoteratozoospermia bila di dalam 1 cc semennya hanya terdapat


10 juta sel sperma atau kurang. Normalnya, untuk terjadi suatu
proses pembuahan, harus terdapat 20 juta sel sperma di dalam 1 cc
cairan semen.
Penyebab kelainan sperma, termasuk oligoteratozoospermia,
kebanyakan memang berkaitan dengan gaya hidup, seperti kurang
aktivitas, testis atau buah zakar sering dalam kondisi kepanasan,
merokok, kegemukan, pola makan kurang sehat, serta stress.
Untuk kondisi kelainan sperma oligoteratozoospermia maupun
oligospermia yang tidak berhasil hamil secara alami, dianjurkan
untuk berkonsultasi ke dokter kandungan serta mempertimbangkan
terapi bantuan seperti inseminasi buatan dan program bayitabung.
d. Teratospermia

Teratospermia adalah kondisi dimana bentuk sperma abnormal


sangat banyak atau jumlah morfologi sperma kurang dari 30%.
Terjadi karena adanya kelainan hormonal, trauma pada testis,
infeksi dan tumor.
Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan morfologi testis adalah :
a) Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis
baik.
b) Gangguan pada epididymis, misalnya : radang, varikokel, dll akan
terlihat banyak sel-sel immature.
c) Abstinentia seksualisnya kurang lama atau sering ejakulasi.
Pria dengan konsentrasi sperma > 20 juta/ml, tetapi abnormal pada
motilitas dan atau morfologi disebabkan oleh penyebab yang diketahui
seperti : varikokel, infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan
mempunyai kemungkinan kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih
rendah daripada penyebab yang tidak diketahui (idiopatik asteno- dan
atau teratozoospermia).
3. Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan
perjalanan panjang.Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan.
Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang

normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya,
kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai
sel telur (Tri Bowo, 2011).
Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap
dijumpai.Adakalanya spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan
spermatozoa dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
a. Bergerak cepat dan maju lurus
b. Bergerak lambat dan sulit maju lurus
c. Tak bergerak maju (bergerak di tempat)
d. Tak bergerak
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan
kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih
besar atau sama dengan 50%. Spermatozoa yang normal satu sama
lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam
keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu
sama lain, dan tak bergerak. Keadaan tersebut dikatakan terjadi
aglutinasi.Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis
di mana sel telur menolak sel sperma (Tri Bowo, 2011).
4. Cairan Semen Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit
bergerak. Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil
mencapai sel telur. Pada kasus normal, saat diejakulasikan, cairan
semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 1560 menit. (Tri Bowo, 2011)
5. Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran
yang sangat halus.Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak
bisa keluar.Umumnya hal ini disebabkan trauma pada benturan.Bisa
juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga
menyuburkan kehidupan virus atau bakteri (Tri Bowo, 2011).
6. Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti
gondongan, gonorrhea, sifilis, dan sebagainya.Untuk diketahui, testis

merupakan pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus


dijaga karena testis yang sehat akan menghasilkan sperma yang baik
secara kualitas dan kuantitas. Testis ini sangat sensitif.Mudah sekali
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.Jika testis terganggu, produksi
sperma bisa terganggu.Mungkin saat berhubungan, pria tetap
mengeluarkan sperma.Hanya saja tanpa sel sperma (azoospermia),
(Tri Bowo, 2011).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan
ekor (flagellata).Kepala sperma mengandung nukleus.Bagian ujung kepala ini
mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus
lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi.Bagian tengah sperma mengandung
mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk pergerakan
sperma.Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak
Proses pembentukan sel sperma melalui 3 fase yaitu fase pertumbuhan,
fase pembelahan dan fase diferensiasi.

Kelainan sperma dibedakan atas :


1.
2.
3.
4.
5.

Jumlah sperma
Bentuk sperma
Cairan semen
Saluran tersumbat
Kerusakan testis

Kelainan sperma yang terjadi antara lain :


1.
2.
3.
4.

Dyspermia
Azoospermia
Oligoterazoospermia
Teratospermia

Faktor-faktor yang menpengaruhi kualitas sperma antara lain :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kegemukan
Obat impotensi
Kekurangan zink
Radiasi ponsel
Kurang asupan serat
Merokok
Depresi

DAFTAR PUSTAKA

http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/morfologi_sperma.pdf
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_mis-2012.pdf

Anda mungkin juga menyukai