2013-1-00693-TI Bab2001
2013-1-00693-TI Bab2001
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produktivitas Secara Umum
Menurut Roger Schroeder dalam Operation Management produktivitas adalah
hubungan antara input dan output dalam sebuah sistem produksi. Pengukuran
Produktivitas secara teknis pada dasarnya adalah hasil dari Output (O) dibagi Input
(I) atau: (M. Riza Radyanto, 2003 : 14)
7
2.3 Pengertian Proses Produksi
Perusahaan tidak lepas dari proses produksi dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha agar proses produksi dapat
dilaksanakan dengan baik, ekonomis, sertamencegah timbulnya hambatan terhadap
kegiatan operasi perusahaan. Pengertian proses produksi menurut Aquilano (2001 :
8) adalah: A system that uses resources to transform inputs into some desired
outputs. Sedangkan pengertia proses produksi menurut Sofyan Assauri (2004 : 75)
adalah: Proses produksi adlah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan bahan, dana) yang ada.
Proses produksi menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), proses produksi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Proses produksi yang terus menerus (countinuous processes)
Menurut beberapa ahli, pengertian proses produksi yang terus menerus
adalah sebagai berikut:
Menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), Proses produksi terus menerus adalah
produksi yang menggunakan mesin dan peralatan yang dipersiapkan untuk
memproduksi produk dalam jangka panjang waktu yang lama / panjang tanpa
mengalami perubahanuntuk jenis produksi yang sama. Sedangkan menurut T.
Hani Handoko (200 : 122), yaitu: Proses produksi yang terus menerus
adalah proses produksi yang memproduksi kumpulan kumpulan produk
dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan
kumpulan produk sebelumnya.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa proses produksi yang
terus menerus adala suati proses produksi yang memproduksi produk yang
sejenis dalam jangka waktu yang panjang.
2. Proses yang terputus putus (intermittent processes)
Menurut beberapa ahli, pengertian dari proses produksi yang terputus putus
itu adalah sebagai berikut:
Menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), yaitu: Proses produksi yang terputus
putus adalah produksi yang menggunakan waktu yang pendek dalam
persiapan peralatan untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi
variasi produk yang berganti ganti. Sedangkan menurut T. Hani Handoko
(2000 : 123), yaitu: Proses produksi yang terputus putus adalah suatu
proses produksi yang mempunyai ciri produk dalam kumpulan- kumpulan /
kelompok kelompok barang yang sejenis dalam interval waktu yang
terputus putus.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
produksi yang terputus putus adalah proses produksi yang memproses
produk yang variasainya berganti ganti dalam jangka pendek dengan
menggunakan mesin atau peralatan yang cepat guna.
2.4 Mesin Produksi
Penemuan mesin mesin dan perlatan merupakan bagian dari sejarah dan
peradaban manusia dalam usaha produktivitas dan memperbanyak produk baik
8
variasi maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi adanya mesin
mesin sangat membantu manusia dalam melaksanakan proses pengerjaan atau
produksi suatu barang, sehingga barang dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih
pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.
Menurut Sofyan Assauri (2004 : 79) pada prinsipnya mesin dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mesin produksi bersifat umum atau serba guna (general purpose
machine)
Mesin produksi yang serba guna merupakan suatu mesin yang dibuat untuk
mengerjakan pekerjaan pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang atau
produk atau bagian dari produk.
2. Mesin mesin yang bersifat khusus (special purpose machine)
Mesin mesin yang bertujuan bersifat khusus (special purpose machine)
adalah mesin mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan satu
atau beberapa jenis kegiatan.
2.5 Pengertian dan Tujuan Maintenance
2.5.1
Pengertian Maintenance
9
mesin / peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami
kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu
tertentu direncanakan tercapai.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin / peralatan
(equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut:
1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin / peralatan
agar berfungsi dengan baik sehingga komponen komponen yang
terdapat dalam mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.
2. Replecement maintenance yaitu mempertahankan tindakan perbaikan dan
penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan.
2.5.2
Tujuan Maintenance
10
10
data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam
kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan
pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain lain. Pemeliharaan terencana (planned
maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu: (Stephen, 2004 : 15)
a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam
proses produksi.
Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive
maintenance akan terjaminkelancarannya dan selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau
proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan
pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang
sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat.
b. Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan)
Corrective maintenance adalah suatu kegiatanmaintenance yang dilakukan
setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin / peralatansehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik.
c. Predictive maintenance
Predictive maintenance adalah tindakan tindakan maintenance yang
dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa
dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive
maintenance itu dapat berupa getaran, temperature, vibrasi, flow rate dan
lain lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan
berdasarkan data dari operator di lapangan yang diajukan melalui work
order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat
sehingga tidak akan merugikan perusahaan.
2.6.2
11
a. Seiri (clearing up): Menyinkirkan benda benda ynng tidak diperlukan.
b. Seiton (organizing): Menempatkan benda benda yang diperlukan dengan
rapi.
c. Seiso (cleaning): Membersihkan peralatan dan tempat kerja.
d. Seiketsu (standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan
inspeksi.
e. Shitsuke (training and discipline): Meningkatkan skill dan moral.
Autonomous maintenance diimplemetasikan melalui 7 langkah yang akan
membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mengetahui tindakan apa yang
harus dilakukan. Tujuh langkah yang terdapat dalam autonomous maintenance
adalah:
1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect).
2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan.
3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate
problem and anaccesible area).
4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance).
5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection).
6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance).
7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness).
2.7 Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance
Semua tugas tugas atau kegiatan dari pada maintenance dapat digolongkan ke
dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut:
1. Inspeksi (Inspections)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara
berkala (routine schedule check) terhadap mesin / peralatan sesuai dengan
rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu
mempunyai fasilitas mesin / peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran
prose produksi.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli
adan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
3. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu
dengan memperbaiki seluruh mesin / peralatan produksi.
4. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan pencatatan mengenai biaya biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana
kapan kegiatan suatu mesin / peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan
diperbaiki.
5. Pemeliharaan Bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
12
12
Pendahuluan
TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan oraganisasi
produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi,
mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan
dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur.
Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance mencakup lima
elemen, yaitu sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 3)
1. TPM bertujuan menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)
untuk memperpanjang umur penggunaan mesin / peralatan.
2. TPM diterapkan pada bebagai departemen (seperti engineering, bagian
produksi dan bagian maintenance).
3. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin / peralatan secara
keseluruhan (overall effectiveness).
4. TPM melibatkan semua orang dari tingkatanmanajemen tertinggi hingga
para karyawan / operator lantai produksi.
5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM
melalui manajemen motivasi.
13
2.8.3
Manfaat studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka
panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor faktor berikut:
(Panneerselyam, 2005 : 469)
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip prinsip TPM
akan meminimalkan kerugian kerugian pada perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada
mesin / peralatan dan downtime mesin dengan metode metode terfokus.
3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa
gengguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai
tambah dapat dikurangi.
5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hal dan tanggung jawab
didelegasikan oleh setiap orang.
2.9 Analisa Produktivitas: Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)
Kerugian dan tindakan tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya
berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin / peralatan dan
meminimalkan downtime mesin / peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat
menyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin / peralatan saja. Rendahnya
produktivitas mesin / peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering
diakibatkan oleh penggunaan mesin / peralatan yang tidak efektif dan efisien terdapat
enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi adalah
ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber sumber daya digunakan
dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik
proses mengukur performasi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang
ditetapkan, sedangkan efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur
derajat pencapaian output dari sisitem produksi. Efektifitas diukur dari aktual output
rasio terhadap output direncanakan. Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran
sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat
menyesatkan karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari
proses yaitu: kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
Menggunakan mesin / peralatan seefisien mungkin artinya adalah
memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin / peralatan produksi dengan tepat guna dan
berdaya guna. Untuk dapat meningkatkan produktivitas mesin / peralatan yang
digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan
pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses) tersebut adalah
sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 8)
1. Downtime (Penurunan Waktu)
a. Equipment failure/Breakdown (Kerugian karena kerusakan peralatan).
b. Set-up and adjustment (Kerugian karena pemasangan dan penetelan).
2. Speed losses (Penurunan Kecepatan)
a. Idling and minor stoppages (Kerugian karena beroperasi tanpa beban
maupun berhenti sesaat).
b. Reduced speed (Kerugian karena penurunan kecepatan).
14
14
3. Defects (Cacat)
a. Process defect (Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja produk
diproses ulang).
b. Reduced yieled losses (Kerugian pada awal waktu produksi hingga
mencapai waktu produksi yang stabil).
2.9.1
Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up termasuk
waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk produksi
selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin / peralatan tidak
berproduksi guna mengganti peralatan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai
dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya.
2.9.3
Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena sesaat muncul jika
faktor eksternal mengakibatkan mesin / peralatan berhenti berulang ulang atau
mesin / peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk.
2.9.4
15
2.9.5
Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul
selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin / peralatan untuk menghasilkan produk
baru dengan kualitas produk yang diharapkan. Kerugian yang timbul tergantung pada
faktor faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil tidak tepatnya penanganan
dan pemasangan mesin / peralatan atau cetakan (dies) ataupun operator tidak
mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dihasilkan. (Wireman, 2004 : 9)
2.10
Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big losses
pada mesin / peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat dikelompokkan
menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur
kinerja mesin / peralatan yakni: downtime losses, speed losses dan defect losses
seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Wireman, 2004 : 10)
16
16
Availability =
Availability =
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per bulan
dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime).
Loading time = Total availability Planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan
(scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya. Operation time
merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin (nonoperation time) dengan kata lain operation time adalah waktu operasi tersedia
(availability time) setelah waktu downtime mesin dikeluarkan dari total availability
yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu proses seharusnya digunakan
mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin / peralatan (equipment
failures) mengakibatkan tidak ada output yang dihasilkan. Downtime meliputi mesin
17
berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin / peralatan, penggantian cetakan (dies),
pelaksanaan prosedur setup dan adjesment dan lain lainnya. (Wireman, 2004 : 10)
2.10.2 Performance Efficiency
Performance efficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate
dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan
waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakukan proses produksi
(operation time). Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan
ideal mesin berdasarkan kapasitas mesin seharusnya (theoretical / ideal cycle time)
dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya
ditunjukkan sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 11)
18
18
2.11
Tahapan PDCA
Penjelasan dari tahap tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut (M.
N. Nasution, 2005:32)
1. Mengembangkan rencana (Plan)
Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas
yang terbaik bagi produk mau pun sistem produksi, memberikan
pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas dari produk dan
sistem produksi, pengendalian kualitas ini dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
2. Melakukan rencana (Do)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai
dari skala kecil dan pembagian tugas merata sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melakukan rencana harus
dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana
dilakukan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.
19
3. Memberikan atau meneliti hasil yang dicapai (Check)
Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya
berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan
perbaikan yang direncakan. Membandingkan kualitas hasil produksi
dengan standar yang ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data
kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.
4. Melakukan penyesuaian bila diperlukan (Action)
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis
di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standardisasi prosedur baru guna
menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan
sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas terhadap produk dan sistem
produksi, terlebih dahulu perlu dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan
pengendalian kulitas. Menururt Roger G. Schroeder (2007:173) untuk
mengimplementasikan perencanaan, pengendalian kualitas terhadap produk maupun
sistem produksi, pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah
langkah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.