PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.1,2 Literatur lain menyebutkan bahwa mual dan muntah terjadi 50-70% wanita
hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama
mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntah-muntah. 4 Mual dan muntah terjadi
pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.1,2 Klebanoff dkk, melaporkan bahwa
lebih separuh dari 9000 wanita mengalami muntah pada awal kehamilan. 2 Borowski and
associates (2003) dari penelitiannya didapatkan 1.6% dari 9500 wanita hamil dilakukan
rawat inap. Gazmararian,dkk (2002) mempelajari lebih dari 46.000 wanita dan 0.8%
memerlukan hospitalisasi antepartum untuk hiperemesisnya. 3
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di
rumah sakit. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. 3 Literatur lain menyebutkan
perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. 4 Literatur lain
menyebutkan puncak terjadinya hiperemesis gravidarum ialah pada minggu ke delapan dan
kedua belas kehamilan.3 Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering,
penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan
menurunnya asam lambung dan hipokalemia.4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama
: Ny.R
Usia
: 34 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl.Lambung Mangkurat
: Tn. H
Usia
: 33 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
c) Keluhan Utama:
Mual dan muntah
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan mual dan muntah dialami sejak dua hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Mual dan muntah dirasakan sebanyak 15-20 kali sehari,
keluhan tersebut dirasakan lebih berat saat pagi hari. Selama dua hari ini, pasien
hanya bisa makan sedikit, karena setiap setelah makan selalu muntah. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bawah, nyeri juga dirasakan setiap selesai BAK. BAK
pasien juga menjadi lebih sering, namun sedikit-sedikit.
: 07 - 08 - 2014
: 14 05 - 2015
h) Riwayat Obstetri
No
1
2
3
4
5
6
Tahun
Tempat
Umur
Jenis
Penolong
Jenis Kelamin
Partus
Partus
kehamilan
Persalinan
Persalinan
Anak/ BB
1999
2001
2002
2005
2010
2014
BPS
BPS
RS
RS
Dukun
Aterm
Aterm
4 bulan
2.5 bulan
1 bulan
Hamil ini
Spontan
Spontan
Abortus
Abortus
Abortus
Bidan
Bidan
Perempuan
Perempuan
Keadaan
Anak
Sekarang
Sehat
Sehat
: 58 kg
b) Tinggi badan
: 151 cm
c) Keadaan umum
: Sakit sedang
d) Kesadaran
e) Tanda vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 100 kali/menit
Frekuensi nafas
: 18 kali/menit
3
Suhu
: 36,7 0C
f) Status generalisata
Kepala / leher
Thorax
- Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas
g) Status obstetrik
1) Inspeksi
2) Palpasi
: 144 x/menit
Tanggal
Urin Lengkap
2.5
Berat Jenis
Hb/darah
Warna
Kejernihan
pH
Sel epitel
Leukosit
Eritrosit
Bakteri
Ketone
Glukosa
Protein
Leuko
Penatalaksanaan
31-10-2014
Darah lengkap
1,020
+1
Kuning
Keruh
5,0
+2
3-5
30-40
+2
+3
+1
+3
Bedrest total
Amoxan 3x500mg
Hb
Hct
Leukosit
Trombosit
Kimia darah
GDS
Ur
Cr
Elektrolit
14,5 g/dL
39,9%
12.800 L
311.000 L
Natrium
Kalium
Calsium
134 mmol/L
3.7mmol/L
99 mmol/L
72 mg/dl
24.9 mg/dl
0.7 mg/dl
2.6 Follow Up
Tanggal
31/10/2014
Follow up
01/11/2014
HEG + ISK
sebelum makan)
IVFD RL : D5% 1:1
HEG + ISK
sebelum makan)
Ranitidin tab 2x1
R/ USG
Interpretasi USG ;
1.
Kehamilan
tunggal, intrauterine 11-12 minggu
+ HEG
2.
02/11/2014
Kista
03/11/2014
sebelum makan)
makan (+)
makan (+)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi.1 Selain itu dapat diartikan hiperemesis gravidarum adalah muntahmuntah yang cukup berat sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan
dan hipokalemia.2
2.2 Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai
pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 1214. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis
berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.3,4
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Insiden dikatakan
meningkat pada masyarakat barat yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan
pedesaan.4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih
berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang ditimbulkan berupa :
1.
2.
3.
Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan
8
neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur,
dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7.4
2.3 Etiologi dan Patogenesis
Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas mengeluarkan
isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
termasuk reflex integrative yang kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yakni
detektor muntah, mekanisme integrative dan efektor yang bersifat somatik, dimana
rangsangannya dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.
Selain itu pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat muntah lain yang lebih tinggi
pada serebral dari chemoreseptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari apparatus
vestibular via serebelum. Kalau sinyal tersebut berasal dari perifer maka sinyal tersebut
tidak akan melalui trigger zone tetapi akan mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus
solitaries. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor.
Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke
saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot
abdomen.4
Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan
pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong
sifngter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya terangkatnya palatum mole
untuk menutup nares anterior. Akhirnya timbul kontraksi kuat dari otot abdomen yang
mengakibatkan timbulnya tekanan intragastrik yang tinggi. Dengan tekanan intragastrik
yang
meninggi
dilanjutkan
dengan
relaksasi
dari
sfingter
esofagus,
sehingga
10
Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi pada trimester
pertama ketika HG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada pasien dengan HG
memiliki kadar progesteron yang lebih rendah. 5
3. Estrogen
Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan timbulnya HG.
Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan waktu transit dari usus
dan pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan meningkatnya akumulasi
cairan akibat peningkatan hormone steroid. Perubahan pH pada GIT dapat
meningkatkan risiko infeksi Helicobacter Pylori sehingga dapat mengakibatkan
munculnya gejala GIT. 5
4. Thyroid Hormones
Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada saat kehamilan
mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah yang dikenal dengan
nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT). Bersamaan dengan HCG, tiroid
memiliki peranan penting dalam timbulnya HG. Mekanisme masih belum jelas,
namun kemungkinan karena memiliki struktur yang mirib dengan HCG.5
5. Leptin
Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur berat badan dan
memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin. Hubungan antara HG dan leptin
didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin sering ditemukan pada jaringan adipose
dan fungsi utamanya adalah mengurangi rasa lapar dan meningkatkan konsumsi
energi dengan cara berinteraksi dengan kortisol, tiroid dan insulin. Kadar leptin
sering ditemukan pada ibu hamil salah satunya dengan HG namun mekanismenya
masih belum jelas.5
6. Adrenal Cortex
Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa terdapat penurunan gejala pada ibu dengan
HG ketika menggunakan terapi kortikosteroid. Kemungkinan rendahnya kadar
kortisol berhubungan dengan timbulnya HG, namun mekanisme masih belum jelas.5
7. Growth hormone dan prolactin
11
Penurunan human Growth Hormone (hGH) dan peningkatan prolaktin ditemukan pada
pasien dengan HG. Kemungkinan ini diakibatkan karena kadar hGH dan prolaktin
kemungkinan mempengaruhi produksi dari hormon plasenta dan endometrial pada
ibu hamil. 5
8. Placental serum markers
Schwangerschafts protein 1 (SP1) merupakan suatu protein spesifik dari plasenta yang
beredar dalam sirkulasi maternal pada minggu awal kehamilan. Protein ini
diperkirakan berhubungan dengan adanya muntah pada kehamilan.5
b. Imunologi
Pada ibu hamil terjadi perubahan sistem humoral maupun mediated, kemungkinan untuk
melindungi janin dari sistem imun ibu. HG dikatakan timbul akibat dari overaktivasi
dari sistem imun yang berhubungan dengan sintesis hormon kehamilan.5
c. Gastro Intestinal
1. Infeksi Helicobacter Pylori
Peningkatan insiden H.pylori pada pasien HG merupakan salah satu etiologi
yang cukup jelas. Secara signifikan ditemukan H.pylori pada bagian antrum dan
corpus dari lambung pasien dengan HG. Jumlah bakteri H.pylori juga kemungkinan
berhubungan dengan derajat keparahan dari HG.5
Infeksi H.pylori pada ibu hamil kemungkinan disebabkan karena adanya
perubahan keasaman lambung yang berhubungan denga perubahan sistem imun
pada ibu hamil. Perubahan sistem imun baik secara humoral maupun selular
meningkatkan risiko ibu terinfeksi H.pylori.5
2. Motilitas lambung dan usus
Selama hamil sex steroid dapat mengakibatkan aktivitas abnormal dari
lambung dan usus halus mengakibatkan lambatnya waktu transit dan menghambat
waktu pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan mual. Namun ternyata
dalam penelitian hal tersebut tidak berpengaruh dalam patogenesis HG.
3. Tekanan spingter bawah esophagus
12
karena efek kombinasi dari hipovolemia, malnutrisi, dan timbulnya asam laktat pada
HG.5
2. Amilase
Adanya peningkatan serum amylase ditemukan pada pasien dengan HG. Namun
peningkatan serum amylase tidak diakibatkan karena peningkatan enzim amylase
dari pancreas, menunjukkan kalau peningkatan tersebut bukan diakibatkan gangguan
dari pankreas melainkan sekresi yang berlebihan dari kelenjar ludah.5
e. Defisiensi nutrisi
1. Defisiensi vitamin
Terdapat penurunan jumlah vitamin B1 pada pasien dengan HG, namun hubungan
secara biokimia belum dapat dijelaskan secara detail. Selain itu juga terdapat
defisiensi vitamin lain yakni thiamin dan K yang juga diperkirakan berhubungan
dengan peningkatan insiden HG.5
2. Defisiensi Unsur Mikro
Ada beberapa unsur mikro yang berkaitan dengan pathogenesis HG yakni zinc dan
besi. Plasma zinc ditemukan meningkat sedangkan besi menurun pada pasien
13
dengan Hg. Zinc merupakan bahan yang penting dalam katalisis enzim yang
berhubungan dengan metabolism, sedangkan kadar besi yang rendah kemungkunan
mengganggu fungsi biokimia, metabolic dan endokrin dari beberapa organ.5
f. Anatomi
Ibu hamil berisiko mengalami HG karena adanya beberapa variasi anatomi,
kemungkinan penyebabnya adalah perbedaan sistem vena pada ovarium kanan dan kiri
menyebabkan tingginya kadar sex steroid pada vena porta. 5
g. Psikologi
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5
Suatu studi penelitian berupaya membandingkan gejala psikologis pada wanita hamil
dengan dan tanpa HG selama kehamilan. Subjek dengan gejala HG jauh lebih tinggi
gejala psikologisnya dibandingkan dengan kecemasan dari para wanita hamil yang tidak
menderita HG. Gejala tersebut antara lain; gejala depresi, histeria, psychasthenia,
skizofrenia, somatisasi dan perilaku obsesif kompulsif. Penyebab gejala-gejala
psikologis tersebut karena trauma dan stress. Dapat disimpulkan bahwa HG tidak
berhubungan dengan gangguan psikologis dan sulit untuk membuktikan bahwa HG
adalah murni psikologis karena banyak wanita mulai muntah
sebelum mereka
14
Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, penderita
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4
2.
Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
15
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.1,4
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Parameter
Kondisi umum
Kesadaran
Nyeri epigastrium
Muntah
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Mata
BAK
Keton urin
Tingkat I
Lemah
Tingkat II
Tingkat II
Lebih lemah dan Lebih buruk
Compos mentis
+
>10 kali
Menurun
>100 x/mnt
Menurun
Cekung
Normal
-/+
apatis
Apatis
++
Sering
Menurun
Meningkat
Menurun
Cekung, + ikterus
Oligouria
> +2
Somnolen
++
Berhenti
Menurun
Meningkat
Menurun
Cekung, + ikterus
Oligouria-anuria
3. Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya
gangguan hati.1,4
2.5 Diagnosis
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan
yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J
a. Anamnesis
16
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid
dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar
TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi
Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,
kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi
adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam, sehingga
perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih dahulu. Penyakitpenyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang
hebat harus dipikirkan, antara lain:
17
1. Appendiksitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan
rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita hamil
dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8
2. Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai
dengan
penurunan
kesadaran
dan
pernafasan
Kussmaul. Perlu
dilakukan
pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan
gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8
3. Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat
analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat
membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena
hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko
dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. 3,7,8
4. Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT
dan SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis
gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak
menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis. 3,7,8
18
5. Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat
juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,
gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan
kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin. 3,7,8
2.7
Penatalaksanaan
2.7.1 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis. Pencegahan
terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.
2.
Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal
terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4
bulan. 1,4
3.
Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang
lebih sering. 1,4
4.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. 1,4
5.
Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau minuman
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1,4
6.
7.
19
Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah berlangsung
lama.
Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.
Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
Adanya aseton dalam urine.4
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap
dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :
1.
Obat-obatan.
Obat-obat yang diberikan pada wanita hamil harus memperhitungkan efek samping
dari obat tersebut agar tidak menimbulkan efek teratogenik bagi janinnya. Obatobatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,
dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxin
cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamin yang
dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan
untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H 1 dan secara tidak
langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam
menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin antagonis.
Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine,
dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2
untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di
sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara
meningkatkan kekuatan spinkter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit
time pada saluran cerna.
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan
muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin
antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya diberikan pada
pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan
yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena
20
Terapi Nutrisi.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat
muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap rencana
pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus
digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric
tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat
mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi
infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran
porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.2
Bila penderita sudah dapat makan peroral, modifikasi diet yang diberikan adalah
makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan
rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang
emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah. 1,2 Pemberian diet
diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah dengan 300 kkal
perharinya.2
3.
Isolasi.
Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran udara
yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk
keluar masuk kamar tersebut. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama
24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.6,7
4.
Terapi psikologik.
Terapi psikologik pada wanita hamil dapat bermanfaat. Hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
21
5.
Cairan parenteral.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume
normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk
keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan
secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.1
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa
setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam
pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan
minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan
aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung
kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistem poin. Adapun poin-poin
gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1
Tabel 2. Daldiyono score9
No
Gejala klinis
Score
Muntah
22
Apatis
T 90 mmHg
T 60 mmHg
N 120 x/menit
Turgor Kulit
10
11
Extremitas Dingin
12
13
Sianosis
14
Usia 50 60
15
Usia > 60
-1
-2
Penghentian Kehamilan.
Pada sebagian kecil kasus keadaan pasien tidak membaik, bahkan semakin
memburuk. Dalam kasus seperti itu perlu dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.1
23
Karbohidrat tinggi
Lemak rendah
Protein sedang
Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan
e)
f)
DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
b) DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan
c)
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
2.8
Komplikasi
Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul
dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia),
24
gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya yang mungkin timbul
adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan neuropati
perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm,
berat badan lahir rendah, kelainan kongenital.2,4
2.9
Prognosis
Penelitian di Amerika melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun
30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi
30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16
minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.8,9,10
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan
jiwa ibu dan janin.10
25
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Diagnosis
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah
yang berat. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena
kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. BAK yang sedikit-sedikit dengan
frekuensi yang menurun dan turgor yang menurun pada penderita.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat telat haid sejak tanggal 7 Agustus 2014. Pada pasien ini juga dilakukan
pemeriksaan USG dengan hasil positif hamil 11-12 minggu.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah yang pada pemeriksaan urin ditemukan adanya keton
positif (+3).
Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat I, karena penderita tampak
lemah, turgor menurun, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan oliguria. Pada
pemeriksaan urin didapatkan keton positif. Pada penderita ini dapat dimasukkan ke
dalam tingkat dehidrasi sedang-berat, karena dalam pemeriksaan didapatkan keluhan
haus, pada pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung, turgor kulit agak berkurang
dan BAK sedikit.
4.2. Penatalaksanaan
Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain Ondansentron 1 amp
tiap 8 jam
diberikan setelah periode klasik teratogenik terlampaui, dari 31-71 hari setelah hari
pertama haid terakhir atau pada usia kehamilan 5-10 minggu. Pada periode tersebut
26
Prognosis
Prognosis dari pasien ini adalah baik. Hali ini dapat disimpulkan dari keadaan
umum pasien selama perawatan di rumah sakit semakin membaik. Keluhan mual dan
muntah sudah berkurang. Makan minum baik. Pasien sudah mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seperti makan dan mandi sendiri. Dari pemeriksaan fisik, tidak
didapatkan mata cowong dan turgor kulit baik. Pada pasien ini seharusnya
diperiksakan lagi ketonnya untuk melihat apakah sudah negatif atau positif.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 2001, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC.
2. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams.
Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425.
3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002;
hal. 275-280.
4. Ogunyemi DA, 2012. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com (Accesed : 03 November 2014).
5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis Gravidarum, a
literature review. Human Reproduction Update.vol 11. No.5. pp. 527-539.
6. Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and Helicobacter
pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007, 110:695-703.
7. Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust Fam
Physician 2007,36:698-701.
8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and
vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May 2008,
Vol 16, No. 5.
9. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter pylori
dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi Indonesia.
Vol 33, no 3 Juli 2009.
10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and vomiting in
pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007, 53 (12):2109-2111.
28