Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN LUKA BAKAR

Terapi pertolongan pertama untuk luka bakar


1.
2.
3.
4.
5.

Jauhkan dari sumber trauma


Bebaskan jalan nafas
Perbaiki pernafasan
Perbaiki sirkulasi
Bilas dengan air dingin mengalir (2-15 C), diterapkan selama 20 menit, dilakukan
sesegera mungkin sampai 3 jam setelah luka bakar terjadi. Es seharusnya tidak
digunakan dan terapi alternatif hanya boleh digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit sebagai tambahan untuk pengelolaan air dingin. Terapi pengaliran air dingin
pada luka bakar memberi efek menguntungkan pada pasien dan luka seperti
menurunkan mortalitas, mengurangi nyeri, menurunkan kerusakan sel, stabilisasi
vaskularisasi,

mengurangi

oedema,

memperbaiki

penyembuhan

luka

dan

pembentukan skar, dan menurunkan respon inflamatorik. Pada studi klinis, terapi air
dingin juga memperbaiki outcome klinis seperti mengurangi kedalaman luka,
mempercepat waktu reepitelialisasi luka, menurunkan kunjungan atau rawat inap di
rumah sakit dan menurunkan kebutuhan grafting dan manajemen skar.
Beberapa literature mempunyai rekomendasi yang berbeda mengenai waktu
pengaliran air dingin sebagai penatalaksanaan awal luka bakar, diantaranya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Studi menunjukkan bahwa air dingin pada suhu 2-150C mempercepat reepitelialisasi
secara signifikan pada luka bakar pada kedalaman sedang dan dalam dan dalam
kebanyakan kasus mengurangi penebalan dermis dan jumlah skar, juga
memperbaiki tampilan kosmetik dari skar dibanding kontrol yang tidak diterapi air
dingin.

6. Pembersihan luka dengan poloxamer 188, surfaktan nontoksik yang berfungsi


sebagai spons dan dapat mengangkat kotoran dan debris tanpa merusak luka bakar.

7. Penutup luka/tubuh diganti dengan yang steril.


8. Antibiotik intravena profilaksis tidak diperlukan karena tidak memberikan proteksi
melawan kolonisasi mikroba pada eschar luka bakar. Kenyataan yang terjadi,
penggunaan antibiotic pada pasien luka bakar meningkatkan risiko perkembangan
infeksi oportunistik. Karena eschar tidak mempunyai mikrosirkulasi, antibiotic
sistemik tidak dapat mencapai permukaan eschar dimana kolonisasi terjadi. Oleh
karena itu, pemberian antimicroba topical yang terpenting. Agen antimikroba
topical dapat mencapai konsentrasi yang tinggi pada permukaan luka, terutama pada
tempat kolonisasi kuman. Kolonisasi kuman setelah terjadi luka bakar dihasilkan
dari flora kulit, staphylocci dan streptococci. Selanjutnya, luka bakar terkolonisasi
oleh organism gram negatif. Oleh sebab itu, agen topical yang digunakan harus
bersifat broad spectrum, dapat meminimalisir kolonisasi pada luka bakar dan tidak
begitu perlu untuk dapat penetrasi ke dalam eskhar.
Pertolongan pertama yang optimal secara signifikan mengurangi kerusakan
jaringan, mempercepat reepitelisasi dan mengurangi jaringan parut.
2. Perawatan Luka
Bersihkan luka dari debris dan eksudat merupakan dasar penatalaksanaan.

Cuci dengan larutan detergen encer, bilas dengan air mengalir.


Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi,
keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan
medikasi topikal. Luka bakar wajah superficial dapat diobati dengan
ointment antibacterial. Luka sekitar mata dapat diterapi dengan ointment
antibiotik mata topical. Luka bakar yang dalam pada telinga eksternal dapat
diterapi dengan mafenide acetat, karena zat tersebut dapat penetrasi ke

dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.


Kulit yang terkelupas dibuang, bulae jangan dilepas
Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka yang
ungraft. Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan bed
dari luka bakar. Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam
waktu beberapa bulan dan menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi

dengan dihisap dengan jarum yang bersih, memasang lagi lapisan epitel
pada permukaan luka, dan menutup dengan pembalut adhesif. Pembalut

adhesive ini dapat direndam.


Pasien dipindahkan ke tempat steril

3. Terapi cairan dan elektrolit


Tujuannya untuk memperbaiki sirkulasi dan mempertahankannya.
Formula yang paling umum digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar
mayor antara lain formula Parkland, Parkland modifikasi, Brooke, Brooke
modifikasi, Evans dan Monafo. Formula-formula tersebut dihitung berdasarkan
berat badan dan area permukaan luka bakar. Beberapa formula secara spesifik
dikembangan untuk anak-anak oleh pusat luka bakar anak. Dibawah ini adalah
formula-formula yang digunakan:
a. Formula Parkland
- 24 jam awal: larutan RL 4 ml/kg/% luka bakar untuk dewasa dan 3 ml/kg/
% untuk luka bakar pada anak-anak. Larutan RL yang ditambahkan untuk

maintenance pada anak:


4 ml/kg/jam untuk anak BB 010 kg
40 ml/jam + 2 ml/jam untuk anak BB 1020 kg
60 ml/jam + 1 ml/kg/jam untuk anak BB 20 kg atau lebih
Formula ini tidak direkomendasikan untuk koloid dalam 24 jam pertama
- 24 jam berikutnya: koloid diberikan 20-60% dari volume plasma kalkulasi.
Tidak menggunakan kristaloid. Larutan glukosa ditambahkan untuk
memelihara urine output 0,5 1 ml/jam pada dewasa dan 1 ml/jam pada
anak

b. Modified Parkland formula


- 24 jam awal: larutan RL 4 ml/kg/% (dewasa)
- 24 jam berikutnya: mulai infuse koloid berupa 5% albumin 0.31 ml/kg/%
luka bakar/16 per jam
c. Brooke formula
- 24 jam awal: larutan RL 1.5 ml/kg/% luka bakar ditambah koloid 0.5
ml/kg/% luka bakar ditambah 2000 ml larutan glukosa

24 jam berikutnya: RL 0.5 ml/kg/% luka bakar, koloid 0.25 ml/kg/% luka
bakar dan jumlah larutan glukosa yang sama dengan 24 jam pertama

d. Modified Brooke
- 24 jam awal: tidak boleh koloid. Larutan RL 2 ml/kg/% luka bakar pada
dewasa dan 3 ml/kg/% luka bakar pada anak
- 24 jam berikutnya: koloid 0.30.5 ml/kg/% luka bakar dan kristaloid tidak
diberikan. Larutan glukosa ditambahkan dalam jumlah yang diperlukan
untuk memelihara output urin yang baik.
e. Evans formula (1952)
- 24 jam awal: kristaloid 1 ml/kg/% luka bakar ditambah koloid 1 ml/kg/%
luka bakar ditambah 2000ml larutan glukosa
- 24 jam berikutnya: kristaloid 0.5 ml/kg/% luka bakar, koloid 0.5 ml/kg/% luka
bakar dan larutan glukosa dalam jumlah yang sama dengan 24 jam awal.
f. Monafo formula
Monafo merekomendasikan penggunakan larutan yang mengandung 250 mEq
Na, 150 mEq lactate dan 100 mEq Cl. Jumlahnya disesuaikan dengan urine
output. Pada 24 jam berikutnya, larutan dititrasi dengan 1/3 normal saline
berdasarkan urine output.
4. Nutrisi

Cara pemberian: enteral dan parenteral


Persamaan Harris Benedict untuk kebutuhan kalori: kebutuhan kalori 24 jam = (25
kkal x kgBB) + (40 kkal x % TBSA)
Protein: 2,5 3 g/kg per hari (dewasa), 3-4 g/kgBB per hari (anak)
Pada pasien dengan luka bakar luas dapat dilakukan pemantauan kadar prealbumin
untuk memantau keadaan nutrisi pasien.

5. Eksisi dan Graft

Eksisi luka bakar secara tangensial dan graft dilakukan setelah hemodinamik stabil,
biasanya dilakukan mulai hari ke 2-7 post luka bakar terjadi.
Escharotomi melepaskan konstriksi yang disebabkan oleh eschar tetapi jangan
mengangkat eschar. Pada beberapa kasus, escharotomi dilakukan pada luka bakar
derajat dua, yang mana akan sembuh tanpa memerlukan eksisi dan grafting.

Penundaan penutupan primer pada insisi escharotomi dapat memberi hasil kosmetik
dan fungsional yang lebih baik daripada jika escharotomi diikuti dengan penutupan
dengan tujuan sekunder.
Sebelum dilakukan graft harus dilakukan debridement yang baik, infeksi diatasi,
dan keadaan nutrisi harus baik. Prinsipnya: penyembuhan luka dapat optimal bila
permukaan luka bersih dengan kolonisasi mikroba dan debris nekrotik minimal.
Debridement membersihkan luka dan membuat luka sembuh lebih cepat dengan
menurunkan risiko infeksi. Umumnya, debridement dilakukan pada luka bakar
dangkal yang diharapkan sembuh tanpa memerlukan skin grafting. Pada eksisi luka
bakar berlaku sebaliknya, permukaan dari luka bekas debridement tidak siap untuk
mendukung penggantian penutup luka permanen, sehingga memerlukan waktu.

KOMPLIKASI

Parut yang sukar diperbaiki


Kontraktur
Cacat tubuh
Kematian

PROGNOSIS
Hasil terbaik tergantung pada ukuran luka bakar dan usia pasien sendiri

DAFTAR PUSTAKA
1. Dunn KW. The Management of Burn Wound Blisters. J Wound Care. 2001
Jul;10(7):250
2. Cuttle L & Kimble RM. First Aid treatment of Burn Injuries. Wound Practice
and Research Volume 18 Number 1 February 2010
3. Kagan, R.J et al.2009. Surgical Management of the Burn Wound and Use of
Skin Substitutes. American Burn Association White Paper
4. Sheridan, R.L. 2008.Burn Wound Management. Emedicine.medscape.com
5.
Oliver,R.I., 2009. Rescucitation and Early Management Burns.
Emedicine.medscape.com
6. Mehmet Haberal, A. Ebru Sakallioglu Abali, and Hamdi Karakayali. Fluid
Management

in

Major

Burn

Injuries.

Indian

Plast

Surg. 2010

September; 43(Suppl): S29S36


7. Matthew B. Klein, MD; David Heimbach, MD, FACS; Nicole Gibran, MD,
FACS. 2004. Management of the Burn Wound.
8. Sudjatmiko, G.2007. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik
Rekonstruksi.Yayasan Khasanah Kebajikan.

Anda mungkin juga menyukai