TINJAUAN PUSTAKA
curah hujan
(Nontji 2008).
Plankton eurihalin dapat mentolerir kisaran salinitas yang luas,
sedangkan plankton stenohalin hanya dapat mentolerir kisaran salinitas
sempit (Odum 1993). Perbedaan toleransi organisme terhadap salinitas
dipengaruhi oleh, umur, stadium daur hidup dan jenis kelamin (Nontji
2008).
d. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu faktor penting dalam sistem perairan.
Hampir semua binatang dan tumbuhan membutuhkan oksigen untuk
pernafasan. Kandungan oksigen terlarut dalam perairan dapat dijadikan
petunjuk untuk mengetahui aktifitas organisme dalam suatu perairan, antara
lain masuknya zat organik yang mudah terurai dalam suatu perairan dapat
menurunkan kadar oksigen terlarut. Sumber utama oksigen berasal dari
atmosfer dan hasil proses fotosintesis tumbuhan hijau. Oksigen juga
digunakan organisme pengurai dalam proses penguraian bahan organik
(Michael 1984).
Kadar oksigen terlarut di perairan tropis umumnya kurang dari 10 mg/l
(APHA 1989). Menurut Rao (1979), toleransi organisme zooplankton
terhadap oksigen terlarut sangat bermacam-macam. Euphysosa furcate
(Hydrozoa) dapat hidup pada kisaran oksigen terlarut antara 4,86 - 10,66
mg/l di Samudera Hindia. Sedangkan Limalina bulimoides (Mollusca) hidup
dengan kadar oksigen terlarut kurang dari 0,3 mg/l.
e. Derajat Keasaman (pH)
Davis (1995) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) merupakan
faktor pembatas bagi pertumbuhan plankton di laut. Fluktuasi pH
10
11
MATAHARI
HASIL
PENGURAIAN
(NUTRIENT)
OTOTROF :FOTOSINTESIS
(PRODUSEN PRIMER)
HETEROTROF: HERBIVORA
(KONSUMEN 1)
PENGURAI
HETEROTROF: KARNIVORA
(KONSUMEN 2)
dari
makanan
yang
didapatnya.
Keadaan
ini
12
13