Anda di halaman 1dari 79

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusatpusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam
wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan
untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota,
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan
lainnya.
Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :
a. Sebagai arahan pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota
yang memberikan layanan bagi wilayah kota;
b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antara pusat-pusat pelayanan kota;
dan
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk :


1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk yang merupakan perkiraan
jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan
dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai
dengan daya dukungnya.
2. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan
sistem penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis
dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing
pusat. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial

Hal. IV - 1

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional,


yang meliputi :
a. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional;
b. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota;
c. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan kota
3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem
jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana
dan sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem
jaringan kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan,
sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.
4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan
pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan
memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem
pusat-pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka
panjang.
4.1

ARAHAN PENGEMBANGAN DAN DISTRIBUSI PENDUDUK


Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi

di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan


Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan
Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan
fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan.
Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan
ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan datang
perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti
Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan.
Beberapa pertimbangan dalam penetapan arahan distribusi penduduk
adalah :
a) Pertumbuhan

penduduk

dilihat

dari

beberapa

periode

diperoleh

kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Pada periode 1980 sampai


tahun 1990 pertumbuhan penduduk rata-rata meningkat sebesar 1,5% pertahun, dan pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 pertumbuhan
penduduk meningkat sebesar 1,8% per tahun, dan periode 2000 sampai
dengan tahun 2007 pertumbuhan penduduk mencapai 2% per tahun.

Hal. IV - 2

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

b) Ketersediaan

lahan

untuk

pengembangan

pada

setiap

BAB - IV

kecamatan.

Diperkirakan pertumbuhan penduduk masing-masing kecamatan akan


bervariasi,

pada

kecamatan

di

kawasan

pusat

kota,

diperkirakan

penduduknya tidak akan bertambah, karena kepadatan kawasan ini sudah


cukup tinggi dan tidak tersedia lahan untuk pengembangan dan bahkan
kecenderungan kawasan perumahan beralih fungsi untuk penggunaan
perdagangan dan jasa.
c) Keberadaan pusatpusat pertumbuhan yang ada seperti pusat sekunder
yang

akan

dikembangkan

merupakan

salah

satu

faktor

penarik

perkembangan perumahan ke kawasan tersebut. Kawasan kecamatan


Medan Marelan dan Medan Amplas merupakan kecamatan yang paling
tinggi tingkat perkembangan penduduknya. Di kawasan ini banyak tumbuh
kompleks perumahan baru.
d) Rencana pengembangan pusat-pusat pegembangan baru untuk kegiatan
perekonomian dan perdagangan akan menarik perkembangan kawasan
perumahan kekawasan tersebut, seperti pusat primer utara.
e) Kebijaksanaan pemerintah yang telah ada, dalam menetapkan arah
pengembangan kota.
Berdasarkan

pertimbangan

diatas

dan

kondisi

masing-masing

kecamatan, maka arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota


Medan adalah sebagai berikut :
a) Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola
ruang.
b) Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa
pembatasan pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau
meningkatkan pajak untuk lahan dan bangunan.
c) Mengarahkan perkembangan penduduk ke luar kawasan pusat kota, yaitu
pada kawasan-kawasan yang relatif masih sangat rendah tingkat kepadatan
dan penggunaan lahannya masih banyak berupa lahan kosong, diawali
dengan menyiapkan prasarana/sarana dasar (jalan, jaringan utilitas serta
fasilitas sosial dan fasilitas umum).
Secara

umum

arahan

distribusi

penduduk

pada

masing-masing

kecamatan di Kota Medan, dapat diuraikan sebagai berikut :

Hal. IV - 3

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

1. Kecamatan Medan Tuntungan


Merupakan kecamatan yang berada di luar Pusat Kota. Kepadatan penduduk
di kecamatan ini masih tergolong rendah dan lahan pengembangan masih
tersedia cukup luas. Namun mengingat kecamatan ini berada pada kawasan
Selatan yang fungsinya sebagai

kawasan konservasi maka pertumbuhan

penduduknya juga diharapkan tidak terlalu besar. Perkiraan jumlah penduduk


pada tahun 2030 berjumlah 81.256 jiwa dengan kepadatan sekitar 39
Jiwa/Ha.
2. Kecamatan Medan Johor
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan
pertumbuhan penduduk di kecamatan ini relatif akan cukup besar. Di kawasan
ini masih cukup tersedia lahan pengembangan, namun perlu dibatasi
perkembangannya mengingat kecamatan ini berada pada kawasan Selatan
yang fungsinya sebagai kawasan konservasi. Perkiraan jumlah penduduk
pada tahun 2030 berjumlah 169.592 jiwa dengan kepadatan sekitar 116
Jiwa/Ha.
3. Kecamatan Medan Amplas
Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk terbesar
kedua setelah Medan Marelan dengan potensi lahan pengembangan yang
masih luas. Perkembangan pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak
terdapat industri yang berkembang. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun
2030 berjumlah 266.374 jiwa dengan kepadatan sekitar 238 Jiwa/Ha.
4. Kecamatan Medan Denai
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 189.233 jiwa dengan kepadatan sekitar
209 Jiwa/Ha.
5. Kecamatan Medan Area
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 99.141 jiwa dengan kepadatan sekitar
180 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 4

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

6. Kecamatan Medan Kota


Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 77.032 jiwa
dengan kepadatan sekitar 146 Jiwa/Ha
7. Kecamatan Medan Maimun
Merupakan kawasan di pusat kota, sebagian kawasan ini merupakan
kawasan

perkantoran,

perdagangan

dan

jasa.

Ketersediaan

lahan

pengembangan sangat terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun


2030 berjumlah 99.087 jiwa dengan kepadatan sekitar 333 Jiwa/Ha.
8. Kecamatan Medan Polonia
Merupakan kawasan di pusat kota, kawasan ini merupakan kawasan bandara
polonia dan permukiman. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Namun dengan adanya rencana pemindahan bandara polonia ke
Kuala Namo, maka kawasan polonia akan dikembangkan menjadi kawasan
CBD. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 81.298 jiwa
dengan kepadatan sekitar 90 Jiwa/Ha.
9. Kecamatan Medan Baru
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 43.553 jiwa
dengan kepadatan sekitar 75 Jiwa/Ha
10. Kecamatan Medan Selayang
Merupakan

kecamatan

yang

berada

di

luar

Pusat

Kota.

Lahan

pengembangan masih tersedia cukup luas. Perkiraan jumlah penduduk


pada tahun 2030 berjumlah 110.868 jiwa dengan kepadatan sekitar 87
Jiwa/Ha.
11. Kecamatan Medan Sunggal
Merupakan kecamatan yang berada di luar Pusat Kota dan memiliki luas
kecamatan yang paling kecil, sehingga lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 127.717
jiwa dengan kepadatan sekitar 83 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 5

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

12. Kecamatan Medan Helvetia


Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk cukup
besar. Potensi lahan pengembangan sangat terbatas. Perkembangan pada
kawasan ini sangat pesat, dimana banyak terdapat kawasan perumahan.
Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 208.592 jiwa
dengan kepadatan sekitar 159 Jiwa/Ha.
13. Kecamatan Medan Petisah
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan masih
luas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 58.131 jiwa
dengan kepadatan sekitar 85 Jiwa/Ha.
14. Kecamatan Medan Barat
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 55.497 jiwa
dengan kepadatan sekitar 104 Jiwa/Ha.
15. Kecamatan Medan Timur
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 108.581
jiwa dengan kepadatan sekitar 140 Jiwa/Ha.
16. Kecamatan Medan Perjuangan
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah
cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan
jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 128.498 jiwa dengan
kepadatan sekitar 314 Jiwa/Ha.
17. Kecamatan Medan Tembung
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah
cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Lahan
pengembangan

sangat

terbatas

karena

luas

wilayah

sangat

kecil.

Kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk


yang cukup tinggi. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah
159.097 jiwa dengan kepadatan sekitar 199 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 6

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

18. Kecamatan Medan Deli


Merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk paling
besar,

dengan

Perkembangan

potensi
pada

lahan

kawasan

pengembangan
ini

sangat

yang

pesat,

masih

dimana

luas.
banyak

pembangunan kompleks perumahan baru. Pesatnya perkembangan ke


kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri dalam skala yang cukup
besar. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan penduduk diperkirakan
2%

per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah

228.361 jiwa dengan kepadatan sekitar 110 Jiwa/Ha.


19. Kecamatan Medan Labuhan
Merupakan kecamatan yang mempunyai luas terbesar dengan potensi lahan
pengembangan yang masih luas. Perkembangan pada kawasan ini sangat
pesat, dimana banyak pembangunan kompleks perumahan baru. Pesatnya
perkembangan ke kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri dalam
skala yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan
penduduk diperkirakan 2% per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada
tahun 2030 berjumlah 186.433 jiwa dengan kepadatan sekitar 51 Jiwa/Ha.
20. Kecamatan Medan Marelan
Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk terbesar
dengan potensi lahan pengembangan yang masih luas. Perkembangan
pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak pembangunan kompleks
perumahan baru. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan penduduk
diperkirakan 2% per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030
berjumlah 407.907 jiwa dengan kepadatan sekitar 171 Jiwa/Ha.
21. Kecamatan Medan Belawan
Merupakan kecamatan dengan ketersediaan lahan sangat terbatas.
Kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang di kawasan ini adalah
pelabuhan,

industri,

pergudangan

dan

perikanan.

Perkiraan jumlah

penduduk pada tahun 2030 berjumlah 106.680 jiwa dengan kepadatan


sekitar 41 Jiwa/Ha.
Untuk lebih jelasnya, arahan pengembangan dan distribusi penduduk
Kota Medan sampai akhir tahun 2030 yang dirinci perkecamatan, dapat dilihat
pada Tabel IV.1 dan Tabel IV.2 serta Gambar 4.1.

Hal. IV - 7

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

TABEL IV.1
ARAHAN DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

TABEL IV.2
ARAHAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 8

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 9

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

4.2 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA


4.2.1

Konsep Pusat-Pusat Pelayanan Kota


Setidaknya terdapat 3 (tiga) teori utama tentang gambaran pola

perkembangan

kota

yang

selama

ini

dijadikan

bahan

analisis

dalam

mengidentifikasi kecenderungan pola perkembangan suatu kota maupun dalam


menentukan pola pengembangan kota dimasa mendatang, yaitu :
a)

Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) yang dikembangkan


oleh Ernest Burgess (1923). Teori ini mengidentifikasi 5 zona penggunaan
lahan, yaitu :
Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD)
yang merupakan pusat kegiatan;
Zona transisi yang mencampurkan penggunaan perdagangan dan jasa
dan industri;
Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah;
Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang; dan
Zona perumahan penduduk commuter.

b)

Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)
menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik
saja, tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang
serupa.
Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy
Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola
penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masingmasing mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari
interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu. Lihat Gambar 4.2.
3

10

3
4

Central Business
District (CBD)

I
II

Zone in transition

III

Zone of workmens
homes

IV

Residential zone

Commuters zone

III

Loop

The Concentric Zone Theory


of Metropolitan Grow th

1.
2.
3.
4.
5.

Central Business District (CBD)


Wholesale light manufacturing
Low-class residential
Medium-class residential
High-class residential

6
10

Sector Theory
of Urban Grow th

GAMBAR
4.2
Gambar. 6.4.
TEORI-TEORI POLA PERKEMBANGAN /
PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN

c)

9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Central Business District (CBD)


Wholesale light manufacturing
Low-class residential
Medium-class residential
High-class residential
Heavy manufacturing
Outlying business district
Residential sub-urban
Industrial sub-urban
Commuters zone

Multiple Nuclei Theory


of Urban Grow th

Hal. IV - 10

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Mengacu kepada 3 (tiga) teori di atas, dan dikaitkan dengan


perkembangan pola penggunaan lahan Kota Medan yang digambarkan dalam
bentuk stadia perkembangan Kota Medan, terlihat bahwa pola perkembangan
atau penggunaan lahan perkotaan Kota Medan lebih mendekati Teori Lingkaran
Konsentrik (concentric zone theory) karena sejak periode tahun 1970-an terjadi
perkembangan yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang
secara merata ke luar pusat kota. Lihat Gambar. 4.3.
Gambar 4.3
Stadia Perkembangan Kota Medan

Sumber : RUTRK Kota Medan 2005

Hal. IV - 11

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Aplikasi dari teori atau konsep tersebut dituangkan dalam bentuk


identifikasi cluster-cluster (kelompok perkembangan yang saling terkait). Clustercluster yang diidentifikasikan dan diprioritaskan pengembangannya adalah :
a). Cluster Pusat Kota dengan fungsi utama sebagai : pusat perdagangan dan
jasa;
b). Cluster Kawasan Utara dengan fungsi utamanya sebagai: kawasan industri,
pelabuhan, pariwisata dan perikanan; dan
c). Cluster Kawasan Selatan dengan fungsi utamanya sebagai : Ruang Terbuka
Hijau.
Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana
sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Pelayanan Kota dan Subpusat
Pelayanan Kota. Subpusat Pelayanan Kota harus terintegrasi dengan Pusat
Pelayanan Kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain :
1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota
(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain :

Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam


pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang
melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera
Utara;

Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang


peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara
dengan wilayah lainnya; dan

Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional,


nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan
Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional.

2. Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan


utara diarahkan sebagai pengembangan :

Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan


laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan
ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman; dan

Hal. IV - 12

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan


industri high technology, pusat permukiman industri, perlindungan
kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.

3. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan


yang memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya
suatu pusat pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional
(primer), yang disebut dengan istilah Pusat Pelayanan Kota;
4. Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai pusat
pelayanan perdagangan dan jasa skala regional.
5. Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi
karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan
dan lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai
pusat kegiatan komersial atau untuk perumahan kelas menengah atau
menengah atas dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi,
kawasan ini juga merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin
padatnya pembangunan di dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas
taman dan rekreasi dalam kota.
Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan
bertaraf nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini
dirancang

dengan

kombinasi

pengembangan

sarana

perkantoran,

perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat baru


yang hidup dan menarik (CBD). Pada kawasan ini dapat juga dikembangkan
kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota untuk
mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus
mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu
kawasan.
6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan
regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah
pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan
Pusat Pelayanan Kota;
7. Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan
kota, 1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan
kota di Pusat Kota.

Hal. IV - 13

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

8. Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat pelayanan kota di Utara) dan


wilayah Pusat Kota (Pusat pelayanan kota di Kota) akan dikembangkan
transportasi Multimoda dengan tulang punggung transportasi massal Kereta
Api.
4.2.2

Pusat Pelayanan Kota


Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua)

Pusat pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu)
Pusat pelayanan kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat
pelayanan kota. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong
perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian
selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota
juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap Inti Pusat Kota Medan.
Kriteria lokasi dari masing-masing pusat dan subpusat pelayanan kota
ditetapkan sebagai berikut:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang ditandai dengan adanya kegiatan jasa dan
perdagangan;
2. Memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi, seperti berada pada jalur jalan arteri
dan kolektor; jalan lingkar, jalan tol, dan stasiun kereta api;
3. Kawasan yang memiliki nilai-nilai historis, seperti: kota/permukiman lama,
bekas wilayah kesultanan Deli, perkebunan tembakau Belanda, situs
bersejarah pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura, permukiman
pribumi di zaman Belanda dan lain sebagainya;
4. Penggunaan lahan eksisting yang mendukung fungsi kegiatan;
5. Potensi

pengembangan

kawasan

dan

memiliki

ketersediaan

lahan

pengembangan; dan
6. Komitmen Pemerintah derah, berupa kebijakan yang ada terhadap kawasan.
Berdasarkan kriteria diatas maka lokasi-lokasi subpusat pelayanan akan
ditetapkan pada bagian selanjutnya, sedangkan lokasi Pusat Pelayanan Kota
Medan dapat diarahkan sebagai berikut :
1. Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota Medan yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan

Hal. IV - 14

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

provinsi dan kota, dan pusat pelayanan ekonomi, meliputi 7 (tujuh


Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara lain:

Kecamatan Medan Polonia;

Kecamatan Medan Maimun;

Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu);

Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip);

Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);

Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang


Buntu); dan

Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan


Kelurahan Mesjid).

2. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara, terletak di antara Kecamatan Medan


Labuhan dan Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan,
Kelurahan

Pekan

Labuhan

yang

berfungsi

sebagai

pusat

kegiatan

perdagangan dan jasa regional, pusat pelayanan transportasi; pusat kegiatan


sosial budaya, dan pusat kegiatan industri serta pusat pertahanan
keamanan.

4.2.3

Subpusat Pelayanan Kota


Pengembangan Subpusat Pelayanan Kota berfungsi sebagai penyangga

dua Pusat Pelayanan Kota dan meratakan pelayanan pada skala subpusat
pelayanan kota. Penyebaran Subpusat Pelayanan Kota juga dimaksudkan untuk
mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar subpusat
wilayah kota. Lokasi Subpusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan sebagai
berikut:
a.

subpusat pelayanan kota Medan Belawan yang berfungsi sebagai


pusat pelayanan transportasi laut, pusat kegiatan bongkar muat dan
impor ekspor, pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan
industri dan pusat kegiatan perikanan, ditetapkan di Kecamatan Medan
Belawan, tepatnya di stasiun kereta api Pelabuhan Belawan Lama;

b.

subpusat pelayanan kota Medan Labuhan yang berfungsi sebagai


pusat kegiatan jasa dan perdagangan, pusat pelayanan transportasi,
dan pusat pelayanan kesehatan, ditetapkan di Kecamatan Medan
Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos

Hal. IV - 15

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sudarso, diantara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan


Martubung;
c.

subpusat pelayanan kota Medan Marelan yang

berfungsi sebagai

pusat kegiatan perdagangan dan jasa kebutuhan pokok (pasar induk)


dan pusat kegiatan rekreasi serta wisata, ditetapkan di Kecamatan
Medan Marelan, tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan
Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun);
d.

subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai


pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan olahraga,
ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya di sekitar aksara,
meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung;

e.

subpusat pelayanan kota Medan Area yang berfungsi sebagai pusat


pelayanan ekonomi dan pusat pelayanan transportasi, ditetapkan di
Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar persimpangan terminal
Amplas, Kelurahan Timbang Deli, meliputi Kecamatan Medan Area,
Medan Kota (kecuali Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan
Mesjid);

f.

subpusat pelayanan kota Medan Helvetia yang berfungsi sebagai


pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan transportasi wilayah bagian
Barat, dan pusat kegiatan sosial-budaya, ditetapkan di Kecamatan
Medan Helvetia tepatnya di Jalan Asrama, antara rel Kereta Api dan
Jalan Gaperta, meliputi Kecamatan Medan Petisah (kecuali Kelurahan
Petisah Tengah dan Sekip) serta pusat pelayanan pertahanan
keamanan;

g.

subpusat pelayanan kota Medan Selayang yang berfungsi sebagai


pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan, ditetapkan di
Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda,
meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Baru
(kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan
Selayang dan Kecamatan Medan Johor; dan

h.

subpusat pelayanan kota Medan Timur yang berfungsi sebagai pusat


kegiatan perdagangan/bisnis, pusat pelayanan transportasi (TOD), dan
pusat kegiatan sosial-budaya, ditetapkan di Kecamatan Medan Timur
tepatnya disekitar jembatan layang Pulo Brayan, meliputi Kecamatan
Medan Deli, Kecamatan Medan Timur (kecuali Kelurahan Persiapan

Hal. IV - 16

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Perintis dan Gang Buntu), Kecamatan Medan Barat (kecuali Kelurahan


Kesawan dan Silalas) serta pusat pelayanan pertahanan keamanan.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur ruang Kota Medan dapat dilihat pada
Tabel IV.3 dan Gambar 4.4 berikut :

TABEL IV.3
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030

NO

PUSAT
PELAYANAN

FUNGSI

WILAYAH PELAYANAN

Pusat Pelayanan
Kota di Pusat
Kota

Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis;
Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi
dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi

Kota Medan, Kec. Medan


Polonia, Kec. Medan
Baru, Medan Petisah,
Kec. Medan Timur,
kec.Medan Barat, Kec.
Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara
Internasional

Pusat Pelayanan
Kota dibagian
Utara

Pusat Kegiatan Jasa dan


Perdagangan regional
Pusat pelayanan transportasi;
Pusat kegiatan sosial-budaya
Pusat kegiatan industri

Kota Medan Bagian


Utara;
Provinsi Sumatera Utara
Regional

Subpusat
pelayanan kota
Medan Belawan

pusat pelayanan transportasi


laut,
pusat kegiatan bongkar muat
dan impor ekspor,
pusat kegiatan industri, dan
pusat kegiatan perikanan
Pusat Kegiatan Jasa dan
Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi
Pusat pelayanan kesehatan

Kec. Medan Belawan

Pusat kegiatan perdagangan


kebutuhan pokok (pasar induk);
Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata

Kec, Medan Marelan;


Kabupaten Deli Serdang

Subpusat
pelayanan kota
Medan Labuhan
Subpusat
pelayanan kota
Medan Marelan

Kec. Medan Labuhan

Subpusat
Pusat
kegiatan Kec. Medan Perjuangan
pelayanan kota
perdagangan/bisnis
dan Kec. Medan
Medan Perjuangan Pusat pelayanan olahraga
Tembung
Subpusat
Pusat pelayanan ekonomi
Kec. Medan Area, Kec.
pelayanan kota
Medan Kota, Kec. Medan
Pusat pelayanan transportasi
Medan Area
Denai, Kec, Medan
Amplas

Hal. IV - 17

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

NO
6

PUSAT
PELAYANAN

FUNGSI

BAB - IV

WILAYAH PELAYANAN

Subpusat
pelayanan kota
Medan Helvetia

Pusat pelayanan ekonomi


Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
Pusat kegiatan sosial-budaya

Subpusat
pelayanan kota
Medan Selayang

Pusat
perdagangan/bisnis
Pusat Pendidikan

Subpusat
pelayanan kota
Medan Timur

Pusat
kegiatan Kec. Medan Deli, Kec.
perdagangan/bisnis
Medan Timur, Kec.
Medan Barat
Pusat pelayanan transportasi
(TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya

Kec. Medan Helvetia,


Kec. Medan Petisah,
Kec. Medan Sunggal

kegiatan Kec. Medan Tuntungan,


kec. Medan Baru, Kec.
Medan Selayang, kec.
Medan Johor

Sumber : Rencana

Hal. IV - 18

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 19

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

4.2.4

BAB - IV

Rencana Pusat Lingkungan


Rencana pusat pelayanan yang lebih rendah skala pelayanan dari Pusat

Pelayanan Kota dan Subpusat Pelayanan Kota di Kota Medan menjadi Pusat
Pelayanan Lingkungan, yaitu pusat pelayanan yang melayani kebutuhan
pelayanan tiap unit lingkungan atau kelurahan.
Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki ketentuan :
a. Tersebar di tiap Kelurahan;
b. Lokasi pusat diprioritaskan di dekat Kantor Kelurahan atau Pusat aktivitas
tingkat kelurahan baik fungsi perdagangan, fasilitas umum, transportasi,
rekreasi maupun campuran dari dua atau beberapa fungsi tersebut;
c. Satu Kelurahan boleh memiliki lebih dari satu pusat pelayanan lingkungan
sepanjang memiliki dasar perhitungan ilmiah dan pertimbangan kemudahan
pencapaian tiap unit lingkungan atau blok peruntukan;
d. Pada kelurahan yang memiliki pusat pelayanan primer, sekunder dan tersier
maka lokasi pusat pelayanan lingkungan dapat menyatu ataupun terpisah
dengan pusat pelayanan yang lebih tinggi; dan
e. Pusat pelayanan lingkungan harus terhubung dan memiliki akses langsung
dengan jalan dengan hirarki minimal Kolektor Sekunder.

Atas kriteria tersebut maka lokasi pelayanan tersier maupun pusat


pelayanan lingkungan akan ditentukan lebih lanjut berdasarkan analisis dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota. Demikian pula mengenai
distribusi penduduk dan sebaran fasilitas pelayanan tiap unit permukiman atau
lingkungan akan diperinci dengan alokasi ruang dalam rencana detail tata ruang
mengingat kesesuaian dengan tingkat kedalaman peta dan kedalaman data.

4.3

RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA UTAMA

4.3.1

Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi


Pengembangan

sistem

jaringan

transportasi

bertujuan

untuk

meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi


terhadap pusat-pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan
pemasaran, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang
dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan
sarana transportasi darat, laut, dan udara. Sistem jaringan transportasi Kota
Medan yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat,

Hal. IV - 20

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut.


Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur dan pola ruang
Kota Medan sampai dengan tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan
dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi, khususnya
jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta api.
Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada
sistem perpindahan antar moda transportasi.
Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Medan, adalah untuk :
a. Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari
dan ke pusat primer, pusat sekunder dan pusat-pusat lingkungan.
b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di
wilayah Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro)
agar dapat tercipta sinergi perkembangan wilayah.
c. Meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

dan

mewujudkan

pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan


pelayanan

pergerakan

orang

dan

barang

dan

jasa

serta

memfungsikannya sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan


ekonomi.
Agar tujuan pengembangan di atas dapat tercapai, maka perlu adanya
pengembangan sistem jaringan transportasi secara terpadu dan terintegrasi
antara sistem transportasi lokal dan transportasi regional. Terminologi terminal
terpadu perlu dikembangkan secara lebih luas, yaitu terpadu dengan beberapa
penggunaan lainnya, seperti pasar dan sebagainya. Rencana pengembangan
sistem jaringan transportasi di wilayah Kota Medan, meliputi :

4.3.2

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat

1) Rencana Sistem Jaringan Jalan


Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh
kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera
Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting,
pola pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota.
Pengembangan sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada
sistem primer dan sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun
Lokal. Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah :

Hal. IV - 21

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

a). Jalan Arteri Primer


Fungsi Jalan Arteri Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah jalanjalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya
(ibukota provinsi), atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu
kawasan andalan dengan kawasan andalan lainnya dalam satu provinsi,
atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara Pusat Primer dan Pusat
Primer lainnya dalam wilayah Kota Medan. Ruas jalan yang akan ditetapkan
sebagai jalan Arteri Primer antara lain seperti pada Tabel IV.14 berikut :
Tabel IV.4
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER KOTA MEDAN
No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

Keterangan

Jalan Arteri Primer

Jln. Sisingamangaraja

40

11,5

Jln. Tritura Batas Kota

Jln. Tritura

40

11,5

Jln. Sisingamangaraja Jln. Brigj. Zein


Hamid

Jln. A. H Nasution

40

8,5

Jln. Brigjen Zein Hamid Jln. Karya Jaya

Jln. A. H Nasution

40

11,5

Jln. Karya Jaya Sungai Babura

Jln. A. H Nasution

40

4,5

Sungai Babura Jln. Jamin Ginting

Jln. Ngumban Surbakti

40

11,5

Jln. Jamin Ginting Batas Fly over

Jln. Ngumban Surbakti

33

15

Batas Fly over Jln. Setiabudi

Jln. Gagak Hitam/Industri

33

10

Jln. Setiabudi Jln. Gatot Subroto

Jln. Asrama

33

10

Jln. Gatot Subroto Jln. Flamboyan

10

Jln. Helvetia

33

15

Jln. Flamboyan Batas Kab. Deli Serdang

11

Jln. Pertahanan/Jln. Cemara

33

Jembatan Sungai Deli Jln. Komodor Laut


Yos Sudarso

12

Jln. Kol. Bejo/Jln. Cemara

33

15

Jln. Komodor Laut Yos Sudarso Jln.


Williem Iskandar

13

Jln. Jend. Gatot Subroto

33

15

Batas Kota Jln. Asrama

14

Jln. Komodor Laut Yos Sudarso

26

12,5

15

Jln. Pelabuhan I

48

15

Jln. Komodor Laut Yos Sudarso - Tol titik


0,0

16

Jln. Pelabuhan II

48

15

Jln. Tol titik 0,0 Pelabuhan Peti Kemas

17

Jln. Letjen. Jamin Ginting

33

15

Jln. A. H Nasution Batas Kota

18

Jln. Letda Sujono

26

12

Intersection tol Batas kota

19

Jln. Layang/tol CBD Polonia-Tol


Belmera (rencana)

40

Ujung exrunway Tol Belmera

20

Jalan Susur Pantai Trans Sumatera


(rencana)

48

15

Batas Kota Sisi Barat Batas Kota Sisi


Timur

21

Jln. Tol titik 0,0 Pelabuhan Peti


Kemas (rencana)

48

15

Tol Belmera Jalan Pelabuhan II

22

Jln. Tol Medan Belawan

80

10

Jln. Tol titik 0,0 Batas kota

23

Jalan Tol Medan Binjai

70

15

Pintu Tol Tanjung Mulia Batas kota

24

Jalan exrunway

100

15

Jalan Adi Sucipto Jalan Jamin Ginting

25

Jalan Ters. Exrunway/Jalan Jamin


Ginting

40

5,5

Jalan Pasar V Jalan A. H Nasution

Jln. Kol. Bejo - Jln. Sumatera

Sumber : Rencana

Hal. IV - 22

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

b). Jalan Arteri Sekunder


Fungsi Jalan Arteri Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah
jalan-jalan yang dapat berfungsi sebagai jalur pengalih arus lalu lintas
angkutan utama yang menuju ke dan dari Kota Medan untuk mengurangi
beban jalan Arteri Primer dan kepadatan lalu-lintas di dalam kota. Selain itu
berfungsi juga melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder.
Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan arteri primer dan jalan
kolektor sekunder sebagai bagian dari kerangka jalan utama wilayah kota.
Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, seperti pada
Tabel IV.5 berikut :
Tabel IV.5
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN ARTERI SEKUNDER
KOTA MEDAN
No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

Keterangan

Jalan Arteri Sekunder

Jln. Sicanang

26

10

Jln. Komodor Yos Sudarso Jalan Lingkar


Marelan Sisi Barat (rencana)

Jalan Lingkar Marelan Sisi Barat


(rencana)

26

15

Jln. Sicanang Jln. Rahmad Budin

Jln. Marelan Raya

26

10

Jln. Rahmad Budin Batas Kota

Jln. Komodor Laut Yos Sudarso

26

12,5

Jln. Adam Malik

26

15

Jln. T. Amir Hamzah

26

12,5

Jln. Adam Malik Jln. Gaperta

Jln. Kapten Muslim

26

10

Jln. Gaperta- Jln. Gatot Subroto

Jln. Sunggal

26

15

Jln. Gatot Subroto Jln. Setia Budi

Jln. Kol Bejo Jln. Bambu II


Jln. KL Yos Sudarso Jln. Tengku Amir Hamzah

Jln. Setia Budi

26

9,5

Jln. Sunggal Jln Dr. Mansyur

10

Jln. Dr. Mansyur

26

12

Jln. Setiabudi Jln. Jamin Ginting

11

Jln. Terusan Dr. Mansyur

26

12

Jln. Jamin Ginting Pusat Kota (CBD Polonia)

12

Jln. Armada

40

Jln. Brigjen Katamso Jln. Sisingamangaraja

13

Jln. H. M Joni

40

Jln. Sisingamangaraja Jln. Bakti

14

Jln. Bakti

26

Jln. H. M Joni - Jln. Halat/Megawati

15

Jln. A. R Hakim

26

9,5

Jln. Halat/Megawati Jln. H. M Yamin

16

Jln. Willem Iskandar

26

10

Jln. H. M Yamin Jln. Cemara

17

Jln. Perdamaian/Pelita III/Bambu II

18

Jln. Willem Iskandar Jln. Gaharu

18

Jln. Putri Hijau


Jln. Balai Kota

26

12,5

Jln. Adam Malik Jln. H. M Yamin

19

26

12,5

Jln. H. M Yamin Jln. Pulau Pinang

20

Jln. A. Yani

20

Jln. Pulau Pinang Jln. Palang Merah

21

Jln. Pemuda

26

Jln. Palang Merah Jln. Suprapto

22

Jln. Brigjen Katamso

22

Jln. Suprapto Jln. Alfalah

23

Jln. Brigjen Zein Hamid

22

10

Jln. Alfalah Jln. A. H Nasution

24

Jln. Gaharu

20

Jln. Bambu II Jln. H. M Yamin

25

Jln. Jawa

20

Jln. H. M Yamin Jln. Veteran

26

Jln. Irian Barat

18

1,25

Jln. Veteran Jln. M. T Haryono

27

Jln. Cirebon

22

1,25

Jln. M. T Haryono Jln. Pandu

Hal. IV - 23

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

BAB - IV

Keterangan

28

Jln. Sisingamangaraja

30

10

Jln. Pandu Jln. Tritura/A. H. Nasution

29

Jln. Jend. Gatot Subroto

33

15

Jln. Asrama Jln. Adam Malik

30

Jln. Guru Patimpus

26

31

Jln. Perintis Kemerdekaan

26

12,5
12,5

32

Jln. H. M Yamin

26

Jln. Perintis Kemerdekaan Jln. A. R Hakim


Jln. A. R Hakim intersection Tol Bandar
Selamat
Jln. Gatot Subroto Jln. Flamboyan Raya

33

Jln. Letda Sujono

26

12

34.

Jln. Pinang Baris

26

12

35

Jln. Layang Letda Sujono H. M


Yamin Gatot Subroto

26

Jln. Adam Malik Jln.Putri Hijau


Jln. Putri Hijau Jln. H. M Yamin

Sumber : Rencana

c). Jalan Kolektor Primer


Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruasruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder
maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan
arteri sekunder. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor
Primer seperti pada tabel IV.6 berikut :
Tabel IV.6
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN

No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

Keterangan

Jalan Kolektor Primer

Jln. Rahmad Budin

26

15

Jalan Marelan Batas Kota

Jln. Marelan Raya/Pahlawan

26

10

Jalan Rahmad Budin Jln. Komodor Laut Yos


Sudarso

Jln. Baru Sicanang

20

12

Batas Kota Sungai Percut Batas Kota Sungai


Belawan

Jln. Lingkar Labuhan

26

15

Jln. Lingkar Marelan Simp. Seruway hingga ke


Batang Kuis (Batas Kota)

Jln. Brigjen Zein Hamid

26

Titi Kuning Deli Tua

Jln. Bajak II

20

12

Jalan A. H Nasution Batas Kota

Jln. Flamboyan Raya

26

15

Jln.Ngumban Surbakti Batas Kota

Jln. Sejajar Medan Binjai

33

15

Jln. Pinang Baris Batas Kota

Jln. Lingkar Luar Timur

26

15

Jalan Trans Sumatera Batas Kota

10

Jln. Datuk Kabu

20

12

Jalan Panglima Denai Batas Kota

Sumber : Rencana

d). Jalan Kolektor Sekunder


Fungsi Jalan Kolektor Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah
ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat sekunder dengan

Hal. IV - 24

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan
Kolektor Sekunder seperti pada Tabel IV.7 berikut :
Tabel IV.7
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN
No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

Keterangan

Jalan Kolektor Sekunder

1.

Jln. Pancing (Kec. M. Labuhan)

20

12

Jln. Rawe Jln. K.L.Yos Sudarso

2.

Jln. Krakatau Ujung

26

15

Jln. Alumunium Raya - Jln. Kolonel


Bejo/Cemara

Jln. Krakatau

26

Jln. Kolonel Bejo/Cemara Jln. Karantina

Jln. Sutomo Ujung

26

Jln. Karantina Jln. Perintis Kemerdekaan

Jln. Halat/Gg. Kolam

25

Jln. Sisingamangaraja Jln. Panglima Denai

Jln. Baru (Simp. Dr. Mansyur CBD


Polonia HM Joni)

26

15

Jln. Lingkar Dalam

Jln. Juanda

26

15

Jln. S. M Raja Jln. Mongonsidi

Jln. Mongonsidi

26

15

Jln. Juanda Jln. Pattimura


Jln. Pasar V/Sembada Jln. Abdul Hakim

Jln. Jamin Ginting

24

12,5

10

Jln. Jamin Ginting

26

Jln. Abdul Hakim- Jln. Mongonsidi

11

Jln. Pattimura

20

15

Jln. Jamin Ginting Jln. Sudirman

12

Jln. S. Parman

20

Jln. Sudirman Jln. Gatot Subroto

13

Jln. Sudirman

26

15

Jln. Pattimura Jln. Imam Bonjol

14

Jln. Suprapto

26

15

Jln. Imam Bonjol Jln. Pemuda

15

Jln. Pandu

26

15

Jln. Pemuda Jln. Sutomo

16

Jln. Sutomo

20

1,25

Jln. Rahmadsyah Jln. Merbabu

17

Jln. Sutomo

20

1,25

Jln. Merbabu Jln. P. Kemerdekaan

18

Jln. Rahmadsyah

14

19

Jln. Sutrisno

20

1,25

Jln. Sutomo Jln. A. R Hakim

20

Jln. Denai

20

1,25

Jln. A. R Hakim Jln. Panglima Denai

21

Jln. Panglima Denai

16

10

Jln. Datuk Kabu Jln. S. M Raja

22

Jln. Gatot Subroto

26

Jln. Glugur Jembatan Sungai Babura

23

Jln. Glugur

20

Jln. S. Parman Jln. Gatot Subroto

24

Jln. Kapt. Maulana Lubis

25

10

Jembatan Sungai Babura Jembatan Sungai


Deli

25

Jln. Raden Saleh

20

Jembatan Sungai Deli Jln. Balai Kota

26

Jln. Imam Bonjol

20

15

Jln. Kapt. Maulana Lubis Jln. Palang Merah

27

Jln. Imam Bonjol

20

15

Jln. Palang Merah Jln. Adi Sucipto

28

Jln. SMA 2

14

CBD Polonia Jln. A. H Nasution

29

Jln. Palang Merah

20

10

Jln. Pemuda Jln. Imam Bonjol

30

Jln. Zainul Arifin

20

15

Jln. Imam Bonjol Jln. Diponegoro

31

Jln. Zainul Arifin

20

1,25

Jln. Diponegoro Jembatan Sungai Babura

32

Jln. Gajah Mada

18

10

Jembatan Sungai Babura Jln. Darussalam

33

Jln. Sei Batang Hari

18

10

Jln. Darussalam Jln. Sunggal

34

Jln. Iskandar Muda

20

10

Jln. Gatot Subroto Jln. Jamin Ginting

35

Gg. Warga (rencana terusan Jln.


Iskandar Muda)

20

10

Jln. Gatot Subroto Jln. Pabrik Tenun

36

Jln. Pabrik Tenun

20

10

Jln. Sekip Jln. Ayahanda

37

Jln. Sampul

20

10

Jln. Ayahanda Sei Sikambing

Jln. S. M Raja Jln. Sutomo

Hal. IV - 25

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

BAB - IV

Keterangan

38

Terusan Jln. Sampul (rencana)

Sei Sikambing Jln. Kapt. Muslim

39

Jln. Sekip

20

Jln. Gatot Subroto Jln. Gereja/Danau


Singkarak

40

Jln. Gereja/Danau Singkarak

16

10

Jln. Karya Jln. Kapt. Muslim

41

Jln. Karya

20

12

Jln. Gereja Batas kota

42

Jln. Ayahanda

16

10

Jln. Gatot Subroto - Jln. Gereja/Danau


Singkarak

43

Jln. Darussalam

16

10

Jln. Gatot Subroto Jln. Sei Brutu

44

Jln. Sei Brutu

16

10

Jln. Darussalam Jln. Setiabudi

45

Jln. H. M Yamin

20

10

Jln. Putri Hijau Jln. Perintis Kemerdekaan

46

Jln. M. H. Thamrin

20

1,25

Jln. Sutrisno Jln. Perintis Kemerdekaan

47

Jln. M. T Haryono

20

1,25

Jln. Pemuda Jln. Sumatera

48

Jln. Wahidin

20

1,25

Jln. M. H Thamrin Jln. A. R Hakim

49

Jln. Pukat VIII

15

Jln. A.R Hakim Jln. Mandala by pass

50

Jln. Setiabudi

20

12

Jln. Dr. Mansyur Jln. Jamin Ginting

51

Jln. Gaperta

16

10

Jln. Kapt. Muslim Jln. Kelambir V

52

Jln. Kasuari

16

Jln. Sunggal Jln. Industri

53

Jln. Amal

16

10

Jln. Industri Jln. Pinang Baris

54

Jln. Sunggal

16

10

Jln. Setiabudi Jln. Pinang Baris

55

Jln. Tri Dharma

30

15

Jln. Dr. Mansyur Jln. Harmonika

56

Jln. Organ

26

15

Jln. Harmonika Jln. Bunga Cempaka

57

Jln. Pasar Baru

20

12

Jln. Jamin Ginting Jln. Organ

58

Jln. Bunga Cempaka

14

Jln. Organ Jln. Setiabudi

59

Jln. Melintang/Jln. Bunga Kenanga

16

10

Jln. Bunga Cempaka Jln. Ngumban


Surbakti

60

Jln. Harmonika/Pasar II

16

Jln. Jamin Ginting Jln. Setiabudi

61

Jln. Karya Wisata

20

10

Jln. A.H. Nasution Batas Kota

62

Jln. Karya Bakti

16

10

Jln. Karya Jaya Jln. Karya Wisata

63

Jln. Karya Budi

14

Jln. A. H Nasution Jln. Karya Kasih

64

Jln. Karya Kasih

14

Jln. Karya Jaya Jln. Karya Wisata

65

Jln. Karya Sejati

12

Jln. Eka Warni Jln. Karya Kasih

66

Jln. Danau Singkarak

12

Jln. D. Jampang Jln. Kapt. Muslim

67

Jln. Karya

14

10

Jln. Amir Hamzah Batas kota

68

Jln. Harmonika/Pasar II

12

Jln. Organ Jln. Jamin Ginting

69

Jln. Bunga Rampe 3

20

12

Jln. Pintu Air Jln. Jamin Ginting

70

Jln. Stasiun (Kedai Durian)

20

12

Jln. Karya Jaya Jalan Bajak II

71

Jln. Sumber Utama 2

20

12

Jln. Bajak II Batas Kota

72

Jln. Sakura Raya

26

12

Jln. Flamboyan Raya Jln. Jamin Ginting

73

Jln. Eka Surya

26

12

Jln. Karya Jasa Jln. Pintu Air

74

Jln. M. Nawi Harahap

20

12

Jln. S. M Raja Jln. Panglima Denai

75

Jln. Bahagia by pass

26

Jln. A.R Hakim Jln. Nawi Harahap

76

Jln. Ex-lingkar Luar Timur (rencana)

16

10

Jln. Panglima Denai Batas kota

77

Jln. Mandala By. Pass

20

Jln. Denai Jln. Leta Sujono

78

Jln. Slamet Ketaren

20

Jln. Letda Sujono Batas Kota

79

Jln. Bilal

20

Jln. Kom. Yos Sudarso Jln. Sei Kera

80

Jln. Bilal

20

12

Jln. Sei Kera Jln. Willem Iskandar

81

Jln. Pasar III

16

10

Jln. Krakatau Jln. Willem Iskandar

Hal. IV - 26

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

BAB - IV

Keterangan
Jln. Bilal Jln. Gurilla

82

Jln. Rakyat

14

83

Jln. Purwo

12,5

2,5

84

Jln. Haidir

12

Jln. Kom. Yos Sudarso Kampung Nelayan

85

Jln. Jermal

12

Jln. Panglima Denai Batas Kota

86

Jln. Platina Raya

12

Jln. Marelan Raya Jln. K. L Yos Sudarso

87

Jln. AMD

12

Jln. Platina Raya Jln. Titi Pahlawan

88

Jln. Abdulsani Muntahalib

16

10

Jln. Marelan IX Jln. Rahmad Budin

89

Jln. Pasar I Marelan

16

10

Jln. Marelan Raya Batas Kota

90

Jln. RPH

20

12

Jln. K.L.Yos Sudarso Batas kota

91

Jln. Mabar

16

10

Jln. K.L.Yos Sudarso - KIM

92

Jln. Kayu Putih

16

10

Jln. K.L.Yos Sudarso Batas kota

93

Terusan Jln. Abdulsani Muntahalib


(rencana)

16

10

Jln. Rahmad Budin Jln. Titi Pahlawan

94

Jln. M. Basir

12

Jln. Marelan Raya Jln. K. L Yos Sudarso

Jln. Gurilla Jln. Perintis Kemerdekaan

Sumber : Rencana

e). Jalan Lingkungan


Fungsi Jalan lingkungan terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas
jalan yang melayani pergerakan dari pusat tersier dengan pusat tersier
lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Lingkungan seperti
pada Tabel IV.8 berikut :
Tabel IV.8
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN LOKAL PRIMER KOTA MEDAN

No

Rencana dan Fungsi Jaringan


Jalan

Lebar
Jalan

GSB

Keterangan

Jalan Lokal Primer

Jln. Kelambir 5

16

10

Jln. Gatot Subroto Batas Kota

Jln. Pintu Air/Bunga Rante V/


Bunga Rampai

26

15

Jln.Jamin Ginting Batas Kota

Jln. Karya Jaya

26

10

Jln. A. H Nasution Batas Kota

Jln. Rawe

26

15

Intersection tol Mabar Jln. Lingkar Timur


(rencana)

Jln. Rawe VII

20

10

Jln. Rawe Batas kota

Jln. Mangaan III/Platina I

20

Jln. K. L Yos Sudarso Jln. Bouksit V

Jln. KIM

40

12

Jln. Bouksit V Batas kota

Jln. Menteng Raya

22

12

Jln. Panglima Denai Batas kota

Sumber : Rencana

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana dan fungsi jaringan jalan di Kota Medan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut:

Hal. IV - 27

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

mT

mU

mU

mT

BAB - IV

SELAT MALAKA

PETA 4.5
RENCANA JARINGAN JALAN
KOTA MEDAN TAHUN 2028

KABUPATEN
DELISERDANG

3 Kil om e te rs

#
Y

Skala 1:50000

Kec.Medan Belawan

KETERANGAN:
Ibukota

Kec.Medan Labuhan
#
Y

Ibukota Kecamatan
Ibukota Kota/Kabupaten

[%

Ibukota Provinsi

Batas Kota
Batas Kecamatan
Rel K.A
Jalan TOL
Sungai dan Badan Air

#
Y

Kec.Medan Marelan

Y
#

\
&

Kec.
Hamparan Perak

Kec.
Labuhan Deli

Jalan Lingkar Paling Luar


Jalan Lingkar Luar
Jalan Lingkar Tengah
Jalan Lingkar Utara
Jalan Penghubung
Rencana Jalan Trans Sumatra
Rencana Jalan Tol
Jalan Lokal
Under Pass
Jembatan Layang

KABUPATEN
DELISERDANG

#
Y

Kec. Medan Deli

KABUPATEN
DELISERDANG
Kec. Medan Timur

#
Y

#
Y

#
Y

Kec.
Percut Sei Tuan

Kec.Medan Barat
Kec. Medan Helvetia
#
Y

#
Y

Kec. Medan Perjuangan


Ke Binjai
Kec. Medan Tembung
#
Y
Kec.Medan Petisah

Walikota Medan

[%

Kec.Medan Sunggal

Ketua DPRD Kota Medan

#
Y

Kec.Medan Area

#
Y

Kec.Medan Maimun
#
Y
#
Y

H. Syamsul Arifin, SE

#
Y

Kec.Medan Baru

H. Denny Ilham Panggabean, SH

#
Y
#
Y

Kec.Medan Kota

\
&

Kec.Medan Polonia

Kec.Medan Denai

PROPINSI SUMATERA UTARA


KOTA MEDAN

Kec.Medan Selayang
#
Y

Kec.Medan Amplas
#
Y

Ke Tj Morawa

Kec.Medan Johor

Kec.
Tj. Morawa

Kec.Medan Tuntungan

#
Y

Kec.
Patumbak

mU

KABUPATEN
DELISERDANG

mU

Ke Berastagi
mT

Kec.
Namurambe

- Zona : 47 N
- Sistem Koordinat : UTM

Kec.
Kutalimbaru

Sumber :
- Foto Udara Kota Medan
- Bappeda Kota Medan
- Hasil Rencana
- Sistem Proyeksi : UTM
- Datum : WGS 894

mT

PEMERINTAH KOTA MEDAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN

BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DAERAH

Hal. IV - 28

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 29

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

2) Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum


Kemacetan lalulintas adalah permasalahan transportasi yang tidak akan
pernah lepas dari setiap daerah perkotaan seperti dikota medan. Solusi yang
sangat tepat untuk mngurangi kemacetan yang semakin rumit maka
diperlukan Rencana pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal
(SAUM). Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang
dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara
cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor
utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot
diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder) untuk moda angkutan
dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur primer (trunk route)
yang dilayani oleh Kereta Api
Sebagai sarana transportasi masa depan, SAUM haruslah memiliki
keunggulan-keunggulan antara lain :
1.Kemampuan daya angkut besar
2.Kecepatan yang tinggi
3.Keamanan terjamin
4.Kenyamanan yang memadai
5.Biaya perjalanan terjangkau
6.Aksesibilitas tinggi
7.Ramah lingkungan
Untuk memenuhi persyaratan itu, maka SAUM harus merupakan sistem
transportasi baru yang tidak terikat dengan jaringan jalan raya yang telah
ada, dan alternatif terbaik adalah sarana kereta api yang khusus melayani
kebutuhan masyarakat di kawasan perkotaan. Adapun penempatan jaringan
rel dari kereta api ini dapat dipilih dari tiga alternatif mulai dari yang termurah
hingga termahal, yaitu di permukaan tanah (trem), diatas tanah (kereta
layang/sky train), maupun bawah tanah (kereta bawah tanah/subway).
Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk
menghubungkan sistem pusat primer Pusat primer, primer dan sekunder,
serta sekunter antar sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun
pengembangan terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi:

Hal. IV - 30

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 31

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan


Medan Amplas;
b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal;
c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan;
d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan;
e. Teminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan
a. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan
Medan Timur.
Adapun jalur angkutan masal yang akan dikembangkan :
a. jalur Feeder (mini bus): Titi Kuning Aksara Brayan Mabar Titi Papan
Labuhan Belawan;
b. jalur Bus Rapid Transit : Pinang Baris Guru Patimpus (koridor 1), Brigjend
Katamso Kol. Yos Sudarso (koridor 2), Amplas Titi Kuning Gaperta
Brayan Titi Papan Mandala (koridor 3);
4.3.3

Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian

sistem jaringan perkeretaapian adalah sistem jaringan untuk memperlancar


perpindahan orang dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan,
pertumbuhan

dan

stabilitas

serta

sebagai

pendorong

dan

penggerak

pembangunan kawasan.
a. Terminal dan Stasiun Kereta Api
Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal
terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan
terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal
Belawan dan Terminal Pinang Baris.

Untuk mendukung pengembangan

kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah
terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api.
Api, yaitu terminal Labuhan. Tujuannya adalah untuk mendukung pergerakan
orang dan barang dari Medan dan wilayah sekitarnya. Untuk terminal
penumpang akan dikembangkan terminal barang dan peti kemas yang
diarahkan di Belawan dan Kecamatan Labuhan. Selain itu juga akan

Hal. IV - 32

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

direncanakan adanya Terminal Sayur yang diarahkan pengembangannya


pada Bagian Selatan Kota, yaitu di Kecamatan Medan Tuntungan (Kelurahan
Ladang Bambu).
Pengembangan terminal terpadu, selain terintegrasi dengan Stasiun Kereta
Api juga terpadu dengan guna lahan lainnya (multi use), seperti:

Terpadunya dengan trayek angkutan, seperti: AKAP dan AKDP;

Terpadunya dengan moda transportasi, seperti: bus, minibus, angkot,


mobil pribadi dan pejalan kaki; dan

Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial,
pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.

Penambahan stasiun kereta api baru sedapat mungkin dilakukan dengan


menghidupkan kembali stasiun-stasiun kereta api yang sudah ada. Beberapa
Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan pada tahun perencanaan
antara lain :
a. stasiun Kereta Api Besar, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan Medan
Barat;
b. stasiun Kereta Api Medan Pasar, Jalan M.H Thamrin di Kecamatan
Medan Area;
c. stasiun Kereta Api Pulo Brayan di Kecamatan Medan Timur;
d. stasiun Kereta Api Belawan di Kecamatan Medan Belawan;
e. stasiun Kereta Api City Check in, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan
Medan Timur;
f.

stasiun Kereta Api Polonia di Kecamatan Medan Polonia;

g. stasiun Kereta Api Labuhan di Kecamatan Medan Labuhan; dan


h. stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.

b. Angkutan Kereta Api


Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota
Medan diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat,
baik untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional, yaitu
dengan mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan jalan/rel
kereta api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api Sumatera
(Sumatera Railway) yang mulai digagas beberapa waktu lalu dalam pertemuan
Gubernur se-Sumatera di Jambi.

Hal. IV - 33

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan
dimasa mendatang adalah ;
a.

jalur kereta api Jalur Medan Binjai Tanjung Pura hingga Banda Aceh;

b.

jalur kereta api Medan Tebing Tinggi Rantau Prapat hingga Pekan
Baru;

c.

Jalur kereta api Medan Belawan;

d.

Jalur kereta api Medan Deli Tua;

e.

Jalur kereta api Medan Pancur Batu;

f.

jalur kereta api Medan Kuala Namo;

g.

Jalur kereta api Medan Gabion; dan

h.

jalur kereta api layang : Gaperta Pusat Kota (CBD Polonia) Titi Kuning
Simpang Pos dan Brayan Pusat Kota Mandala.

4.3.4

Rencana

Sistem

Jaringan

Angkutan

Sungai,

Danau

dan

Penyeberangan
Sistem

jaringan

angkutan

sungai

dan

danau

serta

angkutan

penyeberangan erdiri atas alur pelayaran dan pelabuhan/dermaga Rencana


pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat
dikembangkan di Kota Medan adalah pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan
Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah). Pengembangan pelabuhan sungai di
Kecamatan Medan Labuhan dilaksanakan dengan tujuan untuk mendukung
kegiatan pergerakan orang dan barang di Kawasan Utara. Terutama mendukung
kegiatan perindustrian (Kawasan Industri) di Kecamatan Medan Labuhan dan
sekitarnya.
Beberapa ketentuan dalam rencana pengembangan sistem ini antara lain:
(1) Alur pelayaran meliputi: alur Sungai Deli di Kecamatan Medan Labuhan dan
sekitarnya (di kawasan Utara Kota Medan);
(2) Dermaga sungai di Dermaga Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan
Labuhan;
(3) Dermaga danau dan penyeberangan di Kecamatan Medan Marelan;
(4) Dermaga untuk industri dan kepentingan strategis lainnya meliputi Dermaga
Lamhotma di KEK;

Hal. IV - 34

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

(5) Angkutan penyeberangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan di Belawan Lama Batang Sere dan Belawan Lama Karang
Gading; dan
(6) Angkutan sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di
Belawan Batang Sere, Belawan Sungai Dua, Belawan Paluh Subur,
Belawan Paluh Makna, Belawan Paluh Manan, Belawan Karang
Gading.

4.3.5

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut


Rencana

pengembangan

transportasi

laut

dilakukan

dengan

meningkatkan pelayanan di pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama,


sehingga dapat menampung pergerakan orang dan barang. Untuk aksesibilitas
transportasi laut tesebut perlu didukung oleh moda transportasi lainnya, yaitu
kereta api, jalan tol dan jalan raya. Untuk mengintegrasikan seluruh moda
tranport tersebut perlu dibangun terminal terpadu di Belawan, sehingga dapat
menjadi satu kesatuan sistem transportasi Kota Medan dan Mebidangro.
Integrasi antara terminal penumpang, pelabuhan laut dengan stasiun kereta api
Belawan.
Pelabuhan Belawan ini akan menjadi Pelabuhan Hub Internasional dan
dalam jangka panjang dapat menjadi pelabuhan terbesar di wilayah Pulau
Sumatera. Pelabuhan Belawan akan memiliki skala pelayanan untuk pelayaran
regional, nasional dan internasional. Untuk pelayanan lingkup regional,
Pelabuhan Belawan dapat melayani pelayaran kapal dari pelabuhan-pelabuhan
yang terdapat di pesisir Timur Pulau Sumatera.

Untuk lingkup nasional,

Pelabuhan Belawan dapat secara optimal melayani kapal penumpang dan kapal
barang (cargo) dari berbagai pelabuhan nasional lainnya. Dan untuk pelayanan
internasional, diharapkan Pelabuhan Belawan dapat melayani kapal pesiar dan
kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke negara-negara Asia.
Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di Kawasan
Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:

Zona penumpang;

Zona industri dan pergudangan;

Zona peti kemas;

Zona proses ekspor import;

Hal. IV - 35

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

Zona perkantoran, dan

Zona perikanan samudera.

BAB - IV

Alur pelayaran di laut sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. alur pelayaran Belawan Tanjung Balai Batam Tanjung Priok;
b. alur pelayaran Belawan Tanjung Balai; dan
c. alur pelayaran Belawan Luar Negeri (Malaysia & Singapore).
4.3.6

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara


Transportasi udara di Kota Medan saat ini masih menggunakan Bandara

Polonia. Pada masa yang akan datang bandara tersebut direncanakan akan
dipindahkan ke Kuala Namo (Kabupaten Deliserdang). Dengan demikian maka
dalam lingkup Kota Medan tidak memiliki sistem transportasi udara, yang akan
dikembangkan di Kota Medan adalah terminal city check-in. Rencana
pembangunan transportasi udara di Kuala Namu ini diharapkan dapat
menampung pergerakan orang yang sudah sangat padat. Untuk mendukung
terhadap rencana pengembangan bandara Kuala Namu tersebut perlu di dukung
oleh sistem transportasi yang lain, yaitu: integrasi terminal penumpang udara
dengan stasiun kereta api.
Ruang udara untuk penerbangan akan ditetapkan lebih lanjut oleh
instansi pengelola sesuai dengan kebutuhan.
4.4 RENCANA SISTEM JARINGAN LAINNYA
Rencana Sistem Jaringan Prasarana lainnya terdiri atas sistem jaringan
energi/kelistrikan, telekomunikasi, sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan
yang mengintegrasikannya.
4.4.1 Rencana Sistem Jaringan Energi
Sistem jaringan energi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi masa
datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya menyediakan akses
berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat.
Sistem jaringan energi meliputi jaringan tenaga listrik dan jaringan pipa
minyak dan gas bumi. Jaringan tenaga listrik terdiri dari pembangkit tenaga listrik
dan jaringan transmisi.
Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik tersebut perlu
diusahakan semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya

Hal. IV - 36

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

suatu kota atau wilayah adalah terpenuhinya kebutuhan akan penerangan/listrik.


Jenis pembangkit yang disediakan untuk tiap kawasan tidak harus sama,
melainkan disesuaikan dengan karakteristik wilayah, kemungkinan pencapaian
hasil yang maksimal dengan biaya yang terjangkau. Hal tersebut dapat
dilakukan, mengingat telah terdapat berbagai penelitian mengenai berbagai
macam sumber energi yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kesulitan
penyediaan listrik oleh PT. PLN.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan di Kota
Medan sampai dengan tahun 2030 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembangkit Tenaga Listrik
Bangunan pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu
Bangunan Pembangkit Listrik PLTG dan PLTU Sicanang di Belawan.
Mengingat kebutuhan listrik pada masa yang akan datang terus meningkat,
maka perlu dilakukan dengan peningkatan kapasitas beberapa pembangkit di
Sistem Sumbagut diantaranya dengan mengembangkan PLTG Paya Pasir,
PLTG Glugur dan PLTD Titi Kuning.
b. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) yang memiliki tegangan 275
KV, saat ini belum ada di Kota Medan. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
(GITET) yang terdapat di wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit,
yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET Tebingtinggi. Dalam rencana jangka
panjang, pihak PT. PLN telah berencana untuk menambah Gardu Induk
Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di Sistem Sumbagut.
c. Gardu Induk
Gardu induk memiliki tegangan 150 KV. Jumlah gardu induk yang ada saat ini
di Kota Medan terdapat sekitar 10 unit, yaitu; GI Belawan, GI Labuhan, GI
Paya Pasir, GI KIM, GI Mabar, GI Glugur, GI Paya Geli, GI Titi Kuning, GI Sei
Rotan dan GI Namo Rambe. Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa
yang akan datang maka peningkatan terhadap kapasitas masing-masing
gardu induk terus ditingkatkan, dengan penambahan beberapa Gardu Induk,
antara Lain:

Gardu Induk Lamhotma;

Gardu Induk Kuala Namo, dan

Gardu Induk Jalan Listrik dengan menggunakan kabel bawah tanah


(Under Ground Cable) sepanjang 8,5 Km yang dari Gardu Induk Titi
Kuning.

Hal. IV - 37

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

d. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)


Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang memiliki tegangan 275
KV saat ini belum ada melintas di Kota Medan. Untuk masa yang akan
datang, pihak PT. PLN telah berencana untuk menambah Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Sistem Sumbagut , yaitu mulai dari PLTU
Sumut di Pangkalan Susu ke Binjai Galang Simanko (Porsea) PLTP
Sarulla Sipirok Padangsidimpuan hingga Payakumbuh.
e. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang memiliki tegangan 150 KV yang
ada saat di Kota Medan, adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang
menghubungkan Gardu Induk dengan Gardu Induk Lainnya seperti dari Gardu
Induk Belawan -

Labuah, Gardu Induk Belawan Sei Rotan Tanjung

Morawa, Gardu Induk Belawan Paya Pasir KIM (kawasan industri medan),
Gardu Induk Belawan Paya Pasir Paya Geli Glugur, GI Belawan Paya
Pasir Paya Geli Namo Rambe Titi Kuning - Sei Rotan. Gardu Induk Titi
Kuning Gardu Induk Jalan Listrik, Gardu Induk Belawan -

Labuhan

Lamhotma, yaitu:

SUTT Belawan Labuhan

SUTT Belawan Sei Rotan Tanjung Morawa

SUTT Belawan Paya Pasir KIM

SUTT Belawan Paya Pasir Paya Geli - Glugur

SUTT Belawan Paya Pasir Paya Geli Namo Rambe Titi Kuning
Sei Rotan

Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa yang akan datang maka
peningkatan

terhadap

kavasitas

masing-masing

gardu

induk

terus

ditingkatkan, dengan penambahan beberapa jaringan SUTT, antara Lain:

SUTT GI Titi Kuning - Gardu Induk Jalan Listrik dengan menggunakan


kabel bawah tanah (Under Ground Cable) sepanjang 8,5 Km;

SUTT Belawan Labuhan - Lamhotma

SUTT Belawan Kuala Namo;

d. Kebutuhan Energi Listrik


Kebutuhan energi listrik sampai tahun 2030 untuk keperluan domestik (rumah
tangga) di Kota Medan diproyeksikan sebesar 610.557,31 Kwh, yang akan
melayani 598.586 KK yang terdiri dari 3 kategori, yaitu: rumah kecil, sedang

Hal. IV - 38

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

dan besar. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan dan rencana jaringan
listrik di Kota Medan dapat dilihat pada tabel Tabel IV.9 dan Gambar 4.11.
Tabel IV.9
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Listrik Tahun 2030
Jumlah
Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan
Total
Penduduk
KK
Kecil
Listrik
Sedang
Listrik
Besar
Listrik
Kebutuhan
(jiwa)
(unit)
(KWH)
(unit)
(KWH)
(unit)
(KWH)
(KWH)

No

Kecamatan

Medan Tuntungan

81.256

16.251

9.751

9.945,73

4.875

4.972,87

1.625

1.657,62

16.576,22

Medan Johor

169.592

33.918

20.351

20.758,06

10.176

10.379,03

3.392

3.459,68

34.596,77

Medan Amplas

266.374

53.275

31.965

32.604,18

15.982

16.302,09

5.327

5.434,03

54.340,30

Medan Denai

189.233

37.847

22.708

23.162,12

11.354

11.581,06

3.785

3.860,35

38.603,53

Medan Area

99.141

19.828

11.897

12.134,86

5.948

6.067,43

1.983

2.022,48

20.224,76

Medan Kota

77.032

15.406

9.244

9.428,72

4.622

4.714,36

1.541

1.571,45

15.714,53

Medan Maimun

99.087

19.817

11.890

12.128,25

5.945

6.064,12

1.982

2.021,37

20.213,75

Medan Polonia

81.298

16.260

9.756

9.950,88

4.878

4.975,44

1.626

1.658,48

16.584,79

Medan Baru

43.553

8.711

5.226

5.330,89

2.613

2.665,44

871

888,48

8.884,81

10

Medan Selayang

110.868

22.174

13.304

13.570,24

6.652

6.785,12

2.217

2.261,71

22.617,07

11

Medan Sunggal

127.717

25.543

15.326

15.632,56

7.663

7.816,28

2.554

2.605,43

26.054,27

12

Medan Helvetia

208.592

41.718

25.031

25.531,66

12.516

12.765,83

4.172

4.255,28

42.552,77

13

Medan Petisah

58.131

11.626

6.976

7.115,23

3.488

3.557,62

1.163

1.185,87

11.858,72

14

Medan Barat

55.497

11.099

6.660

6.792,83

3.330

3.396,42

1.110

1.132,14

11.321,39

15

Medan Timur

108.581

21.716

13.030

13.290,31

6.515

6.645,16

2.172

2.215,05

22.150,52

16

Medan Perjuangan

128.498

25.700

15.420

15.728,16

7.710

7.864,08

2.570

2.621,36

26.213,59

17

Medan Tembung

159.097

31.819

19.092

19.473,47

9.546

9.736,74

3.182

3.245,58

32.455,79

18

Medan Deli

228.361

45.672

27.403

27.951,39

13.702

13.975,69

4.567

4.658,56

46.585,64

19

Medan Labuhan

186.433

37.287

22.372

22.819,40

11.186

11.409,70

3.729

3.803,23

38.032,33

20

Medan Marelan

407.907

81.581

48.949

49.927,82

24.474

24.963,91

8.158

8.321,30

83.213,03

21

Medan Belawan

106.680

21.336

12.802

13.057,63

6.401

6.528,82

2.134

2.176,27

21.762,72

Jumlah

2.992.928

598.586 359.151 366.334,39 179.576 183.167,19 59.859

61.055,73 610.557,31

Sumber : Rencana

Hal. IV - 39

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 40

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Kebutuhan akan Gas di Kota Medan saat ini telah dilayani oleh Perusahaan
Nasional Gas (PN Gas). Namun pelayanan gas di Kota Medan saat ini masih
sangat terbatas. Keterbatasan gas tersebut disebabkan oleh sedikitnya pasokan
gas dari Pertamina serta keterbatasan sumber bahan baku. Dengan demikian
maka PN Gas saat ini masih belum mempunyai rencana untuk menambah Pabrik
Gas maupun Jaringan Gasnya di Kota Medan. Namun mengingat akan kebijakan
pemerintah yang akan mengalihkan bahan bakar minyak dari minyak tanah ke
gas, maka pada masa mendatang pihak PN Gas sudah merasa perlu untuk
menambah jumlah Pabrik Gas yang ada serta memperluas jaringan gasnya
untuk melayani seluruh penduduk di Kota Medan.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi direncanakan akan dapat berupa
sistem yang menghubungkan:
a.

Sicanang Gebang;

b.

Wampu Belawan;

c.

Wampu Paya Pasir;

d.

Paya Pasir Belawan;

e.

Pantai Pakam Timur Hamparan Perak;

f.

Polonia Medan Tanjung Morawa;

g.

Sicanang Medan;

h.

Belawan Kwala Tanjung; dan

i.

Pembangunan terminal terapung di 16 km ke arah lepas pantai Belawan;

Adapun penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi
diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi Rencana Sistem
Jaringan Energi Wilayah Kota Medan dijelaskan lebih rinci dalam peta rencana
struktur ruang Kota Medan.
4.4.2

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem

jaringan

telekomunikasi

bertujuan

untuk

meningkatkan

aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi.


Sistem

Jaringan

telekomunikasi

di

Kota

Medan

semakin

pesat

berkembang, terutama jasa telekomunikasi dan telepon selular. Untuk beberapa


daerah masih membutuhkan jasa telekomunikasi jaringan Telkom, karena
permasalahan sinyal yang lemah di pemukiman sekitar kebun sawit dan hutan.
Untuk memelihara estetika ruang udara Kota Medan, maka sebaran BTS perlu

Hal. IV - 41

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

dibatasi. Untuk masa yang akan datang pola penyebaran BTS perlu
diintegrasikan, antar sesama provider dengan membuat Tower Bersama,
misalnya dengan pembuatan Menara Medan.
Berdasarkan jumlah penduduk terkini dan standar teknis bahwa 1 unit rumah
dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada Tahun 2030 dibutuhkan jumlah
sambungan telepon rumah (dari Telkom) sebesar

134.682 SST untuk

melayani 598.586 unit rumah yang dibagi kedalam beberapa tipe perumahan,
mulai tipe rumah berukuran kecil, sedang, hingga tipe rumah berukuran besar
di seluruh Kota Medan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
proyeksi kebutuhan telekomunikasi Kota Medan pada Tabel IV. 10 dan
Gambar 4.12.
Tabel IV.10
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Telepon Tahun 2030
No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Jumlah

81.256
169.592
266.374
189.233
99.141
77.032
99.087
81.298
43.553
110.868
127.717
208.592
58.131
55.497
108.581
128.498
159.097
228.361
186.433
407.907
106.680
2.992.928

Jumlah
KK

Rumah
Kecil
(unit)

Kebutuhan
Telepon
(SST)

Rumah
Sedang
(unit)

Kebutuhan
Telepon
(SST)

Rumah
Besar
(unit)

Kebutuhan
Telepon
(SST)

16.251
33.918
53.275
37.847
19.828
15.406
19.817
16.260
8.711
22.174
25.543
41.718
11.626
11.099
21.716
25.700
31.819
45.672
37.287
81.581
21.336
598.586

9.751
20.351
31.965
22.708
11.897
9.244
11.890
9.756
5.226
13.304
15.326
25.031
6.976
6.660
13.030
15.420
19.092
27.403
22.372
48.949
12.802
359.151

1.463
3.053
4.795
3.406
1.785
1.387
1.784
1.463
784
1.996
2.299
3.755
1.046
999
1.954
2.313
2.864
4.110
3.356
7.342
1.920
53.873

4.875
10.176
15.982
11.354
5.948
4.622
5.945
4.878
2.613
6.652
7.663
12.516
3.488
3.330
6.515
7.710
9.546
13.702
11.186
24.474
6.401
179.576

1.463
3.053
4.795
3.406
1.785
1.387
1.784
1.463
784
1.996
2.299
3.755
1.046
999
1.954
2.313
2.864
4.110
3.356
7.342
1.920
53.873

1.625
3.392
5.327
3.785
1.983
1.541
1.982
1.626
871
2.217
2.554
4.172
1.163
1.110
2.172
2.570
3.182
4.567
3.729
8.158
2.134
59.859

731
1.526
2.397
1.703
892
693
892
732
392
998
1.149
1.877
523
499
977
1.156
1.432
2.055
1.678
3.671
960
26.936

Sumber : Rencana

Rencana pengembangan Sistem jaringan telekomunikasi untuk memenuhi


kebutuhan diatas dilakukan melalui pengembangan :
a. jaringan tetap meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh,
sambungan internasional dan tertutup, dikembangkan secara terpisah

Hal. IV - 42

Total
Kebu
tuhan
(SST)
3.657
7.632
11.987
8.515
4.461
3.466
4.459
3.658
1.960
4.989
5.747
9.387
2.616
2.497
4.886
5.782
7.159
10.276
8.389
18.356
4.801
134.682

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

untuk setiap kawasan pengembangan dengan lokasi sentral telekomunikasi


di CBD Polonia; dan
b. jaringan bergerak meliputi jaringan bergerak terestrial dan seluler.
Jaringan bergerak teresterial meliputi radio trangking dan radio panggil
untuk umum akan ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi
sedangkan jaringan bergerak seluler meliputi infrastruktur telepon nirkabel
berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara bersama telekomunikasi
ditetapkan

lebih

lanjut

oleh

penyelenggara

telekomunikasi

dengan

memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan


sekitarnya.

Hal. IV - 43

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 44

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

4.4.3

BAB - IV

Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Sistem penyediaan air minum adalah sistem yang dikembangkan untuk

menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk


dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.
Sistem jaringan sumber daya air adalah sistem yang dikembangkan
bertujuan untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk
mendapatkan air agar dapat berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
Berdasarkan jumlah penduduk terkini, maka dapat diproyeksikan
kebutuhan air bersih untuk masing-masing kecamatan di Kota Medan, kebutuhan
penambahan unit Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan Kran Umum (KU).
Dari Tabel IV.11 dapat dilihat bahwa proyeksi kebutuhan total air bersih rata-rata
untuk Kota Medan pada Tahun 2030 dengan rencana tingkat pelayanan 90%
dibutuhkan air bersih sebesar 6.235,27 liter/detik. Bila dilihat dari meningkatnya
jumlah kebutuhan akan air bersih pada tahun 2030, maka perlu adanya langkahlangkah dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Langkah-langkah ini
bertujuan agar dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih pada tahun 2030
dapat terpenuhi dengan secara maksimal.
a. Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan PDAM Tirtanadi sudah mencakup seluruh Kota Medan
dan sekitarnya. Ada daerah yang sebagian besar penduduk sudah mendapat
pelayanan air minum dan ada daerah yang sebagian kecil penduduknya yang
mendapat pelayanan air minum (lihat Gambar 4.13). Pada saat ini daerah
pelayanan di Kota Medan dan sekitarnya dilayani melalui 14 cabang PDAM
Tirtanadi yaitu sebagai berikut : Cabang Utama, Cabang Deli Tua, Cabang
Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal, Cabang Medan Labuhan,
Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara, Cabang Padang Bulan,
Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan dan Cabang Sibolangit.
Cabang tersebut akan terus bertambah sesuai dengan pertambahan jaringan
dan pelanggan.
b. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi
Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota
Medan dan sekitarnya dilakukan dengan pemompaan, baik langsung dari IPA
maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena
daerah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya merupakan daerah yang datar

Hal. IV - 45

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah
pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan
elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan.
Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.668 km,
dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

Pipa Transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan diameter 200


1.000 mm, sepanjang 250 km;

Pipa distribusi sekunder/tersier (retikulasi/minor distribution) meliputi


perpipaan dengan diameter < 200 mm sepanjang 2.186,5 km.
Panyadapan ke sambungan pelanggan dilakukan dari jaringan pipa
sekunder/tersier ini.

Jaringan Pipa Transmisi di daerah operasional Kota Medan dan sekitarnya


adalah untuk mengalihkan air dari reservoir produksi IPA ke reservoir
distribusi/reservoir booster. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya
penyadapan dari pipa transmisi ke jaringan pipa distribusi, sehingga air
mengalir langsung ke konsumen dan pengaliran air ke reservoir distribusi
menjadi berkurang.
Tabel IV.11
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 46

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 47

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas wilayah sungai, sistem jaringan air
baku untuk air bersih, dan sistem pengendalian banjir.

Beberapa ketentuan

mengenai pengembangan sumber daya air pada tahun perencanaan terdiri dari :
(1) Pelayanan air minun perpipaan dengan sumber dari sumur dangkal, sumur
pompa tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tangki air,
instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air;
(2) Wilayah sungai ditetapkan di Belawan Ular Padang yang meliputi
beberapa daerah aliran sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai
Deli, Sungai Belumai, Sungai Padang, Sungai Martebing, Sungai Kenang,
Sungai Serdang, Sungai Percut, Sungai Bedagai dan Sungai Belutu serta
cekungan air tanah Medan;
(3) Sistem jaringan air baku untuk air bersih meliputi sistem air permukaan, mata
air

dan/atau

sistem

air

tanah

yang

dimanfaatkan

dengan

tetap

memperhatikan keperluan konservasi lingkungan dan pencegahan kerusakan


lingkungan;
(4) Sistem pengendalian banjir pembangunan sistem polder dan kanal;
(5) Sistem polder ditetapkan di kawasan perumahan skala besar dan Kawasan
Industri Medan;
(6) Sistem kanal terdiri dari;
a. kanal flood way yang mangalihkan aliran Sungai Deli ke Sungai Denai di
Kecamatan Medan Johor dan Medan Amplas;
b. kanal untuk mengalirkan aliran pembuangan dari Sei Sikambing ke
Sungai Belawan di Kecamatan Medan Sunggal;
(7) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Wilayah Kota Medan dijelaskan
lebih rinci dalam peta rencana struktur ruang Kota Medan.

4.4.3

Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

A. Sistem Penyediaan Air Minum


Sistem penyediaan air minum meliputi jaringan perpipaan yang ditetapkan
diseluruh kecamatan di Kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut :.
(1) Sistem penyediaan air minum adalah penyediaan kebutuhan air bersih atau
air minum yang dilayani oleh PDAM Tirtanadi dengan sistem pengaliran pada
jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota Medan dan dengan
sistem pemompaan (booster pump) untuk Kecamatan Medan Belawan.

Hal. IV - 48

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

(2) Daerah pelayanan air minum /air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilayani melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi meliputi : Cabang Utama,
Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal,
Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara,
Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan
dan Cabang Sibolangit.

B.

Sistem Pengelolaan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah adalah sistem yang dikembangkan untuk

pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi air limbah dari


kegiatan

permukiman,

perkantoran

dan

kegiatan

ekonomi

dengan

memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.


Dalam hal pemenuhan kebutuhan penanganan air limbah secara
keseluruhan yang ada di Kota medan sangat dibutuhkan kesiapan dana untuk
penanganannya. Karena melihat kondisi perkembangan Kota Medan yang
semakin pesat, hal ini harus diiringi dalam hal penanganan dan penyediaan
prasarana air limbah yang cukup serius, terutama bagi perumahan dan industri.
Dimana

kedua

kawasan

ini

sangat

berpotensial

dalam

menghasilkan

pencemaran air tanah dan badan-badan air sekitarnya antara lain industri
makanan, kimia, logam, industri kayu dan industri CPO.
Pada Tabel IV.12 proyeksi timbulan air limbah yang diperuntukkan untuk
melihat peningkatan kebutuhan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Kota
Medan, terlihat secara total jumlah timbulan air limbah pada Tahun 2030 yang
direncanakan diolah di IPAL adalah sebesar 430.981,63 m/hari, dimana
diharapkan tingkat pelayanan air limbah secara sistem off site (terpusat) ini
mencapai 40% penduduk total. Dan bila sistem pengelolaan air limbah dengan
sistem perpipaan berjalan optimal maka beban pencemaran air tanah akibat
rembesan tinja ataupun beban pencemaran air permukaan akibat buangan bekas
mandi dan cuci serta kakus akan semakin berkurang, sehingga kualitas sumber
air permukaan dapat dilestarikan dan beban pengolahan IPA PDAM yang
mengambil sumber air dari sungai akan lebih berkurang.
Dan selain itu perlu juga dilestarikan pembangunan tangki septik komunal
yaitu 1 unit digunakan untuk 7 - 10 KK. Sehingga kekhawatiran terjadinya
pencemaran air tanah akibatnya tiap rumah memiliki 1 septic tank, yang

Hal. IV - 49

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

terkadang cuma berupa cubluk (tidak di-lining, sehingga mencemari air tanah
dibawahnya), dapat diminimasi. Dari tabel proyeksi timbulan tinja sampai tahun
2030 adalah 245,99 m/hari dan kebutuhan sarana Septic Tank Komunalnya
sebanyak 598.586 unit. Sedangkan untuk sarana sanitasi masyarakat kurang
mampu disediakan MCK Umum pada tahun 2030 sebanyak 29.929 unit. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkiraan volume air limbah dan rencana jaringan air
limbah di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.12 dan Gambar 4.14.
Sistem pengelolaan air limbah terdiri atas sistem pengelolaan air limbah
domestik dan industri, dimana ketentuan untuk masing-masing sistem tersebut
antara lain :.
(1) Sistem pengelolaan air limbah terpusat ditetapkan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Cemara.
(2) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat ditetapkan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah Cemara.
(3) Sistem air limbah domestik setempat dilakukan secara individual melalui
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat serta dilengkapi
dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang disediakan oleh
Pemerintah Kota.
(4) Sistem pengelolaan air limbah industri meliputi sistem air limbah terpusat dan
atau setempat, dilakukan secara individual oleh industri itu sendiri.

Hal. IV - 50

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Tabel IV.12
PERKIRAAN JUMLAH VOLUME AIR LIMBAH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 51

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Hal. IV - 52

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

C.

BAB - IV

Sistem Pengolahan Persampahan


Sistem pengolahan persampahan adalah sistem yang dikembangkan

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta


menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap hari dari
berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah perlu dirancang
secara hirarki dan terkoordinir dengan instansi terkait lainnya. Berdasarkan
kondisi tinggi muka air tanah Kota Medan yang rendah yaitu rata-rata 1 - 3 m di
bawah permukaan tanah, maka penanganan sampah dengan cara penimbunan
dinilai kurang baik, terutama mengingat dampaknya terhadap kerusakan air
tanah dan air permukaan yang berada di sekitarnya.
Kemudian

seiring

dengan

berkembangnya

jaringan

jalan

dan

aksesibilitas antar wilayah, sistem penimbunan tersebut perlu diubah menjadi


sistem terpusat, menggunakan pengangkutan dengan truk sampah (dump truck)
ataupun menggunakan arm roll truck (dengan container) dan compactor truck
menuju tempat pembuangan akhir di TPA. Kebutuhan terhadap lahan untuk
pembangunan TPA saat ini masih dapat disediakan mengingat cukup
tersedianya lahan kosong yang dapat dikembangkan di daerah TPA Terjun. Dan
hal ini harus diiringi dengan pemanfaatan teknologi dalam penanganan sampah
yang harus ditingkatkan dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfill.
Untuk mengantisipasi permasalahan persampahan di Kota Medan saat ini
dan yang akan datang, maka dihitunglah perkiraan timbulan sampah per hari.
Berdasarkan jumlah penduduk Tahun 2007 maka diproyeksikan pada Tahun
2030 total jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.992.928 jiwa. Berdasarkan
standar estimasi timbulan sampah dari Dinas Kebersihan, maka diperkirakan
pada Tahun 2030 total timbulan sampah Kota Medan adalah 8188,65 m3/hari.
Untuk sarana pengangkut sampah yang dibutuhkan yaitu becak sampah
dibutuhkan sebanyak 1.820 unit, Arm roll truk (6 m3) sebanyak 227 unit, arm roll
truk (10 m3) sebanyak 136 unit, Tipper truk sebanyak 682 unit dan compactor
truk sebanyak 256 unit. Lihat Tabel IV.13 dan Gambar 4.15.
Manajemen persampahan dikaitkan dengan pengelolaan kebersihan Kota
Medan, maka kegiatan operasional kebersihan kota meliputi tahapan sebagai
berikut :
1. Pewadahan

Hal. IV - 53

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Pada tahap pewadahan setiap rumah/bangunan harus memiliki pewadahan


sampahnya masing-masing. Pada tahap ini kepala lingkungan bertanggung
jawab

membantu,

menghimbau

dan

mensosialisasikan

penggunaan

pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya.


2. Pemilahan
Pada tahap pemilihan, pada setiap warga masyarakat diwajibkan agar
melakukan pemilihan sampahnya masing-masing. Dalam hal ini lurah
bertanggungjawab memotivasi masyarakat untuk melakukan pemilihan
sampahnya masing-masing untuk mengurangi volume sampah yang dibuang
ke TPA karena sebagian besar sampah masih bisa dimanfaatkan secara
ekonomis dengan melibatkan unsur-unsur yang ada di kelurahan.
3. Pengumpulan
a. Pola langsung

: proses pengumpulan sampah langsung (house to


house collection) dengan truk sampah dan kemudian
dibuang ke TPA.

b. Pola Tidak Langsung : proses

pengumpulan

menggunakan

sampah

dengan

becak/gerobak sampah dan

kemudian dipindahkan/ditempatkan ke tempat


penampungan sementara (TPS).
Pada tahap ini lurah bertanggungjawab membantu melakukan sosialisasi
jadwal waktu pembuangan/ pengumpulan sampah dari sumbernya dan
memelihara kebersihan lingkungan TPS.
4. Pengangkutan
a. Pola Langsung

Proses

pengangkutan

sampah

dengan

menggunakan truk sampah secara langsung dari


sumber

sampah

dan

kemudian

diangkat

langsung ke TPA.
b. Pola Tidak Langsung : Proses pengangkutan sampah dengan cara
mengangkut

sampah

terkumpul/bertumpuk

di

TPS

yang

telah

dan

kemudian

diangkut ke TPA.
Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan
tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA.

Hal. IV - 54

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

5. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah
tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak
menimbulkan kualitas lingkungan sekitarnya. Tempat pembuangan akhir
(TPA) adalah tempat pembuangan sampah di suatu lokasi yang telah
ditentukan oleh pemerintah (Pasal 1 Perda Kota Medan No. 8/2002).
Adapun metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan
di lokasi TPA adalah metode dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA
tanpa melalui proses tertentu langsung di buang/dipaparkan di lokasi TPA.
Sebelum dilakukan pembuangan dan pemaparan sampah terlebih dahulu
lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan dan
pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA
dipaparkan/ditimbun di suatu zona tertentu, apabila zona tersebut telah
penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona
yang baru demikian seterusnya.
Sebagai dampak dari penerapan metode open dumping yang dilakukan saat
ini adalah :
a. Dampak negatif, dikhawatirkan terjadi pencemaran lingkungan (tanah,
air, udara)
b. Dampak positif, membuka lapangan kerja bagi pemulung di TPA, dan
saat ini diperkirakan di TPA Namo Bintang para pemulung berjumlah
250 orang dan di TPA Terjun berjumlah 200 orang.
Akantetapi, pada perencanaan pengelolaan persampahan di Kota Medan
pada masa yang akan datang tidak menggunakan Metode Open Dumping
melainkan dengan menggunakan Metode Sanitary Landfill.
Khusus untuk sampah medis (clinical waste) dikelola sendiri oleh masingmasing rumah sakit dan klinik, yang pemusnahannya mempergunakan
incenarator dan Dinas Kebersihan tidak menangani sampah medis,
melainkan hanya menangani sampah domestik (solid waste) selanjutnya
kepada masing-masing Rumah Sakit telah disosialisasikan agar cermat
memilah sampah domestik dengan sampah medis, antara lain dengan
membedakan pewadahanya sehingga petugas Dinas Kebersihan tidak perlu
keliru dalam melakukan pengangkutan sampah.

Hal. IV - 55

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

3. Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah di TPA Namo Bintang dan Terjun adalah pengolahan
kompos skala kecil yang bahan bakunya diperoleh dari sampah yang telah
bertumpuk lama di TPA dan saat tumpukan sampah telah mencapai
ketinggian 5 M.
Solusi permasalahan persampahan Kota Medan adalah :
1). Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan
a. Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan
b. Pembelian suku cadang kendaraan operasional.
c. Pengadaan sarana operasional kebersihan
d. Pembangunan TPA baru sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan
dengan metode ramah lingkungan.

Hal. IV - 56

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Tabel IV.13
PERKIRAAN JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DAN KEBUTUHAN SARANA PERSAMPAHAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
TIMBULAN SAMPAH DAN JUMLAH SARANA SAMPAH TAHUN 2030

No.

Kecamatan

Medan Tuntungan

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Jumlah
Penduduk
Commuters
(Jiwa)

Kriteria Desain
Sampah
Penduduk
Menetap
(m/hari)

Sampah
Penduduk
Commuters
(m/hari)

Total
Sampah
Kota
(m/hari)

Total
Sampah
Terlayani
(m/hari)

Becak
Sampah
(unit)

TPS
(Unit)

Arm
Roll
Truk
(6 m)

Arm
Roll
Truk
(10 m)

Tipper
Truk
(unit)

Compactor
Truk (unit)

81.256,00

22.751,68

195,01

27,30

222,32

200,08

49

37

19

Medan Johor

169.592,00

47.485,76

407,02

56,98

464,00

417,60

103

77

13

39

15

Medan Amplas

266.374,00

74.584,72

639,30

89,50

728,80

655,92

162

121

20

12

61

23

Medan Denai

189.233,00

52.985,24

454,16

63,58

517,74

465,97

115

86

14

43

16

Medan Area

99.141,00

27.759,48

237,94

33,31

271,25

244,12

60

45

23

Medan Kota

77.032,00

21.568,96

184,88

25,88

210,76

189,68

47

35

18

Medan Maimun

99.087,00

27.744,36

237,81

33,29

271,10

243,99

60

45

23

Medan Polonia

81.298,00

22.763,44

195,12

27,32

222,43

200,19

49

37

19

Medan Baru

43.553,00

12.194,84

104,53

14,63

119,16

107,24

26

20

10

10

Medan Selayang

110.868,00

31.043,04

266,08

37,25

303,33

273,00

67

51

25

11

Medan Sunggal

127.717,00

35.760,76

306,52

42,91

349,43

314,49

78

58

10

29

11

12

Medan Helvetia

208.592,00

58.405,76

500,62

70,09

570,71

513,64

127

95

16

10

48

18

13

Medan Petisah

58.131,00

16.276,68

139,51

19,53

159,05

143,14

35

27

13

14

Medan Barat

55.497,00

15.539,16

133,19

18,65

151,84

136,66

34

25

13

15

Medan Timur

108.581,00

30.402,68

260,59

36,48

297,08

267,37

66

50

25

16

Medan Perjuangan

128.498,00

35.979,44

308,40

43,18

351,57

316,41

78

59

10

29

11

17

Medan Tembung

159.097,00

44.547,16

381,83

53,46

435,29

391,76

97

73

12

36

14

18

Medan Deli

228.361,00

63.941,08

548,07

76,73

624,80

562,32

139

104

17

10

52

20

19

Medan Labuhan

186.433,00

52.201,24

447,44

62,64

510,08

459,07

113

85

14

43

16

20

Medan Marelan

407.907,00

114.213,96

978,98

137,06

1.116,03

1.004,43

248

186

31

19

93

35

21

Medan Belawan

106.680,00

29.870,40

256,03

35,84

291,88

262,69

65

49

24

2.992.928,00

838.019,84

7.183,03

1.005,62

8.188,65

7.369,79

1.820

1.365

227

136

682

256

Jumlah
Sumber : Rencana

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 57

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

LAPORAN AKHIR

BAB - IV

Hal. IV - 58

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

2). Peningkatan Pelaksanaan Operasional Pelayanan Kebersihan


a. Penyediaan

SDM

untuk

pelaksanaan

operasional

kebersihan

sebanyak 1.800 orang Tenaga Harian Lepas (THL).


b. Terlaksananya pengawasan dan monitoring kebersihan kota.
c. Tersedianya BBM dan alat kebersihan
d. Menampung

dan

menindaklanjuti

keluhan

masyarakat

tentang

pelayanan kebersihan.
e. Mendukung pelaksanaan gotong royong yang dilaksanakan oleh
kelurahan dan kecamatan.
3). Peningkatan Kerjasama dengan mitra swasta untuk pengadaan sarana
dan prasarana kebersihan.
a. Penyewaan angkutan sampahdan penyewaan alat berat untuk TPA.
b. Penyewaan instalasi pembuangan limbah tinja (IPAL).
c. Penyewaan bus pengangkut Bestari dan Melati dari Tanjung Morawa.
4). Peningkatan mekanisme pengelolaan kebersihan/persampahan.
a. Penugasan camat sebagai koordinator pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA.
b. Penugasan lurah sebagai koordinator pelaksana penyapuan dan
pengumpulan sampah dari sumbernya ke TPS.
c. Penugasan kepala lingkungan sebagai koordinator pelaksanaan
kebersihan di tingkat lingkungan dan menghimbau masyarakat agar
menempatkan sampah dalam wadah sampah masing-masing.
5). Peningkatan kesadaran dan komitmen masyarakat berbudaya bersih
a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kebersihan lingkungan
kepada masyarakat dan sekolah percontohan mulai dari tingkat pra
sekolah sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Umum.
b. Melaksanakan sosialisasi kebersihan sungai kepada masyarakat yang
berdomisili di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Medan.
c. Pembuatan papan himbauan kebersihan, leaflet/brosur, stiker, dan
spanduk kebersihan.
d. Melakukan pendekatan pada masyarakat agar tergugah berpartisipasi
memberikan bentuan berupa sarana persampahan.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 59

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

6). Peningkatan penerimaan retribusi pelayanan kebersihan


a. Melaksanakan sosialisasi Perda No. 8 Tahun 2002 tentang retribusi
pelayanan kebersihan kepada masyarakat.
b. Melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan retribusi
pelayanan kebersihan.
c. Melaksanakan penyempurnaan mekanisme penerimaan retribusi
pelayanan kebersihan.
d. Penagihan

retribusi

persampahan

dilakukan langsung

kepada

masing-masing wajib retribusi sampah.


7). Pembangunan TPA baru dengan penerapan sistem pemrosesan akhir
sampah dengan sistem sanitary landfill sesuai dengan maksud UndangUndang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. TPA eksisting
yang terletak di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan marelan akan
ditetapkan menjadi RTH berupa taman kota setelah tidak dioperasionalkan
menjadi TPA.
8). Direncanakan akan dikembangkan TPA regional di wilayah Tadukan Raya di
Kecamatan STM Hilir Kabupaten dan wilayah sekitrarnya di Kabupaten Deli
Serdang.

Sistem pengolahan persampahan terdiri dari ketentuan sebagai berikut :


a. Tempat Penampungan Sementara ditetapkan pada setiap unit
lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan;
b. Tempat

Pengolahan

Sampah

Terpadu

berupa

tempat

dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan


ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah, ditetapkan di setiap unit RW atau kawasan seluas 5001.000 m; dan

c. Tempat Pemprosesan Akhir ditetapkan di TPA Terjun dan TPA


Namo Bintang dengan menggunakan metode sanitary landfill.

D.

Rencana Sistem Drainase


Sistem drainase kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d

bertujuan untuk mengurangi banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman,
industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 60

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Faktor penyebab terjadinya masalah drainase dan banjir di Kota Medan


dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kemiringan lahan yang relatif datar, hal ini akan berakibat pada akan
semakin lambannya pengaliran air baik pada saluran-saluran drainase
maupun aliran sungainya. Sehingga akan terjadi genangan terutama di
daerah Middle Stream.
2. Terjadinya penyumbatan aliran sungai dan drainase, akibat dari pembuangan
sampah yang tidak benar (yang menjadikan saluran drainase dan sungai
sebagai tempat pembuangan sampah) sehingga terjadi penumpukkan pada
aliran di bagian Down Stream.
3. Pengawasan dan pengendalian pada fungsi sungai dan saluran air yang
kurang baik, terutama dari proses penyempitan baik secara alamiah maupun
yang dilakukan oleh penduduk melalui pembangunan fisik disekitar bantaran
atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS).
4. Terjadi pergeseran penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, baik
yang terjadi secara alamiah sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan
penduduk maupun sebagai akibat dari pengaruh kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang terjadi.
5. Daerah-daerah cekungan atau resapan air yang telah beralih fungsi menjadi
lahan terbangun yang berdampak pada volume air limpasan (run off) yang
terjadi pada musim penghujan menjadi lebih tinggi, yang mengakibatkan
sebagian kawasan tertentu manjadi daerah genangan.
6. Sistem drainase antara satu kawasan kegiatan tertentu dengan kawasan
lainnya yang kurang terintegrasi, sehingga terjadi perbedaan dimensi saluran
yang tidak sesuai dengan volume air yang harus dialirkan.
7. Semakin kuatnya kecenderungan perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke lahan non pertanian (terutama untuk kegiatan perumahan dan
industri), sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk baik alami
maupun akibat dari migrasi masuk.
Agar terjamin bekerjanya sistem drainase secara baik, maka harus selalu
diusahakan untuk memanfaatkan keadaan topografi wilayah setempat. Selain hal
tersebut di atas, perlu juga diperhatikan keseimbangan alam dengan penyediaan
ruang terbuka hijau yang luasnya cukup menjamin terjadinya peresapan air yang

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 61

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi
saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan
di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada
dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Hirarki sistem drainase yang
direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari:

1. Saluran primer:

Sungai Badera.

Sungai Belawan.

Sungai Deli.

Sungai Babura.

Sungai Percut.

2. Saluran drainase sekunder:

Anak-anak sungai yang ada di Kota Medan


o

Sei Selayang.

Sei Putih.

Sei Siput.

Sei Berkala.

Parit Emas.

Parit Martondi.

Sungai Buncong.

Sungai Pelangkah.

Sei Percut Denai.

Saluran sekunder eksisting (buatan) yang ada di pinggir jalan utama.

3. Saluran drainase tersier:

Saluran drainase perumahan.

Saluran drainase permukiman.

Pengembangan sistem yang diusulkan adalah :


1. Melakukan normalisasi saluran drainase dan aliran sungai yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan air limbah dan air hujan pada setiap Sistem
Sungai (DAS) yaitu:
o

Sistem Sungai Badera Sungai Belawan.

Sistem Sungai Deli Babura.

Sistem Sungai Kera.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 62

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan.

2. Pengembangan fisik untuk saluran drainase pada umumnya terdiri dari


pembesaran saluran drainase dan gorong-gorong, pembersihan sampah dan
pengerukan sedimen. Pembuatan waduk/kolam penampungan (detention
pond) di daerah hulu (up stream) dan di daerah middle stream (tengah)
daerah aliran sungai selain juga bisa dimanfaatkan sebagai penampung air
hujan, juga dapat digunakan sebagai air baku IPA terdekat.
3. Pembuatan drainase/riol tertutup untuk seluruh kota.
4. Sosialisasi pembuatan sumur resapan skala rumah dan lingkungan (RT atau
RW).
5. Pembangunan sistem polder untuk mengatasi meluapnya sungai pada saat
pasang surut air laut, terutama di daerah Medan Utara antara lain di
Kampung Mabar, Kawasan Industri Medan (KIM) dan Labuhan Deli.
6. Pengendalian pada kawasan konservasi dan lindung agar dapat tetap
berfungsi sebagai kawasan yang telah direkomendasikan dalam rencana tata
ruang.
7. Pengendalian
pengendalian

pemanfaatan

ruang

ruang

kawasan-kawasan

pada

pada

kawasan
yang

budidaya,
sesuai

yaitu
dengan

rekomendasi tata ruangnya.


8. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan.
9. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna
dan berhasil guna serta berkelanjutan.
10. Penggunaan lahan yang proporsional sesuai dengan peruntukkan guna
menjamin terselenggaranya setiap kegiatan pembangunan.
Adapun rencana pengembangan sistem drainase untuk pengendalian
banjir dan genangan di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.14 dan Gambar
4.16 berikut:
TABEL IV.14
KEBUTUHAN PENANGANAN MASALAH SISTEM DRAINASE KOTA MEDAN
No

TIPE MASALAH

PENANGANAN

Luapan saluran pembuang

- Normalisasi saluran
- Penataan drainase pemukiman

Penyempitan saluran pembuang

Normalisasi saluran

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 63

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

No

TIPE MASALAH

BAB - IV

PENANGANAN

Penyumbatan saluran

Pengerukan saluran

Kerusakan saluran dan prasarana

Rehabilitasi saluran, gorong-gorong dan street inlet

Belum adanya prasarana drainase

Pembangunan drainase perumahan/pemukiman

Sumber : Rencana

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 64

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

LAPORAN AKHIR

BAB - IV

Hal. IV - 65

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

4.4.4. Rencana Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki


Di Kota Medan saat ini belum ada jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan
nyaman. Seluruh moda transportasi, mulai dari sepeda, becak, angkot dan truk
masih bercampur dalam satu jalur, sehingga riskan keamanan dan kenyamanan.
Belum adanya pemisahan jalur sirkulasi pada kondisi eksisting menunjukkan
kurang pekanya dalam memprioritaskan manusia dalam ruang kota, sementara
konsep kota ekologis menekankan pentingnya menempatkan manusia sebagai
pihak yang harus dinyamankan dalam setiap kegiatannya. Berdasarkan
pemikiran tersebut maka pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan
pada jalan-jalan utama kota yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan
lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat
dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat
berfungsi sebagai jalur hijau jalan.
Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari jalur
kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan
lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan.
Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada
bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak
terletak pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas
dan pembentukan karakter ruang

kota. Ruang kota sebagai tempat untuk

berinteraksi dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam


ruang kota dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk
mencapai tujuannya.
(2) perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik
kendaraan umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki
(3) jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik
a) Komponen sistem pergerakan adalah:

Aksesibilitas
Areal perkembangan lahan baru harus terhubung dengan baik ke jalan
eksisting. Semakin banyak penghubung langsung ke jalur eksisting
maka semakin baik pula integrasi antara areal lama dan baru.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 66

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sistem Transportasi
Sistem transportasi mempengaruhi nilai lahan dan berinteraksi dengan
perubahan

guna

lahan.

Ketersediaan

pelayanan

transportasi

menunjukkan potensi untuk menghubungkan Jaringan Jalan


Disamping sebagai pemberi akses ke bangunan, jalan merupakan
elemen ruang publik yang sangat penting.

Kenyamanan dan

kemudahan pergerakan di dalam ruang kota dapat diciptakan dengan


membuat rute-rute dengan jarak tempuh pendek langsung mencapai
tujuan dan jalur-jalur penghubung antar fasilitas perkotaan yang
penting.
Semakin banyak penghubung antar jalan-jalan arteri maka semakin
besar potensi bagi guna lahan campuran, penghubung ini tidak harus
berbentuk jalan untuk kendaraan namun bisa berupa jalur khusus
pejalan kaki.

Pedestrian
Pedestrian atau pejalan kaki adalah bagian dari elemen fisik dalam
perancangan kota. Jalur pedestrian atau pejalan kaki sebaiknya
diintegrasikan dengan konsep sirkulasi kota secara keseluruhan. Setiap
jalur pejalan kaki sebaiknya mempunyai arah tujuan yang jelas dan
menyediakan

rute-rute

penggunanya

dan

yang

dapat

menyediakan

dipilih

jalan

sesuai

pintas

bila

kebutuhan
keadaan

memungkinkan.
Tata guna lahan dengan sirkulasi dan akses jalur pejalan kaki
diarahkan

ke

pusat-pusat

kegiatan

antara

lain

tempat-tempat

perbelanjaan, perkantoran, sekolah-sekolah, taman, dan kawasan


lainnya akan dapat memudahkan pencapaian tujuan, pola guna lahan
berbentuk grid dan blok-blok pendek pada kawasan pusat kota
dimaksudkan untuk memperpendek jarak tempuh perjalanan.
Lingkungan pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat diciptakan
dengan cara menurunkan kecepatan kendaraan, menata sistem
perparkiran, meningkatkan dan mengembangkan fasilitas pedestrian
melalui penambahan kuantitas dan kualitas perabot jalan, tata
informasi, tata hijau, elemen-elemen lansekap.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 67

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Sepeda.
Kegiatan bersepeda dapat lebih dipopulerkan di kalangan masyarakat
dengan cara memberikan kemudahan akses jalur khusus sepeda dan
tempat penyimpanan sepeda yang aman di tempat tujuan.
Bila zona trotoar cukup lebar, pejalan kaki dan pengguna sepeda dapat
berada pada jalur yang sama, dibuat pemisah berupa kerb atau marka
yang jelas untuk membantu penyandang tuna netra.
Dalam kecepatan lalu lintas rendah (di bawah 30 km/jam) sepeda dapat
menggunakan jalur yang sama dengan jalur kendaraan bermotor.

b) Tujuan Perencanaan Pedestrian


a. Mewujudkan kota yang manusiawi, yaitu kota yang berorientasi
kepada kenyamanan aktivitas manusia di dalam ruang kota
b. Mempermudah

akses

dan

linkage

antar

fungsi

dalam

satu

kawasan/kota dengan berjalan kaki, sehingga


mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan
bermotor. Berkurangnya intensitas penggunaan
kendaraan bermotor akan mengurangi konsumsi
energi, sehingga mengurangi emisi dan polusi,
menciptakan ruang kawasan/kota yang lebih
bersih dan sehat
c. Menciptakan ruang sosial di mana warga kota
dapat berinteraksi
d. Memperbesar

kesempatan

mengalami

dan

Gamba 4.7. Penempatan pusat


transportasi publik dan fasilitas
pejalan kaki pada titik pusat kegiatan
.

menikmati ruang kota bagi warga dengan berjalan kaki

c) Prinsip Perencanaan Pedestrian

Pedestrian terutama ditempatkan di pusat-pusat kegiatan, terintegrasi


dengan pusat transportasi publik

Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki, dengan


mendekatkan bangunan ke pedestrian di sekitarnya. Parkir tidak
ditempatkan sebagai buffer antara bangunan dan jalan, tetapi
ditempatkan di dalam gedung parkir atau di belakang blok bangunan

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 68

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

Pedestrian
sosial

sekaligus

menjadi

ruang

ruang

kontrol

dalam

Untuk

itu

dan

lingkungannya.

maka

BAB - IV

di

sepanjang jalur pedestrian ditempatkan


street

furniture

dengan

tema-tema

tertentu untuk memberikan ciri khas


suatu

kawasan

suasana

yang

dan

memberikan

menyenangkan

bagi

pejalan kaki.

Jalur pejalan kaki terpisah secara jelas


dengan jalur kendaraan bermotor. Di
antara

jalur

pedestrian

dan

jalur

kendaraan bermotor ditempatkan buffer


berupa area hijau. Pepohonan di area
hijau

sekaligus

berfungsi

sebagai

peneduh bagi pejalan kaki.

Jarak tempuh pejalan kaki dari titik


transit

kendaraan

bermotor

(terminal/halte/lot parkir) maksimal 300


meter.

Agar efisien jalur pedestrian didasarkan


pada kebutuhan akan jalan tersingkat
menuju blok bangunan, formasi lurus
lebih direkomendasikan.

Sebagai orientasi bagi pejalan kaki, di


beberapa titik atau ujung vista suatu jalur
pejalan

kaki

ditempatkan

4.8 Gambar Pembagian jalur


pejalan kaki dan jalur sepeda.

plaza,

sclupture, bangunan, fountain, signage dan elemen street furniture


lainnya.

Untuk kenyamanan pejalan kaki

pedestrian direncanakan secara

kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik, cukup lebar


(minimal 1.5 m), dengan landscaping yang memberikan suasana
yang menyenangkan.

Lebar jalur pedestrian minimal 1.5 meter pada jalur jalan lingkungan
dan minimal 2 meter pada kawasan pusat kegiatan.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 69

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Pada setiap jarak 50 meter dalam jalur pedestrian ditempatkan area


duduk terbuka dengan peneduh yang cukup.

Tinggi pedestrian dari muka jalan tidak lebih dari 15 cm untuk


menjamin keamanan saat berjalan kaki.

Beda ketinggian pada pertemuan antara pedestrian dan jalur


kendaraan diselesaikan dengan ramp.

Semua bangunan sepanjang pedestrian menghadapkan wajah utama


bangunan dan pintu masuk utama ke arah pedestrian untuk
meningkatkan kontrol ruang pedestrian.

d) Pedestrian Bagi Penyandang Cacat


a) Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian adalah jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat, yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tak terhalang.
Persyaratan jalur pedestrian adalah sebagai berikut:
1.

Permukaan
Permukaan jalan harus, stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur
halus tetap tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada
permukaan, kalaupun terpaksa ada tingginya harus tidak lebih
dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet maka ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.

2.

Kemiringan
Kemiringan maksimum 7 dan pada setiap jarak 9 m disarankan
terdapat pemberhentian untuk istirahat.

3.

Area istirahat
Terutama

digunakan

untuk

membantu

pengguna

jalan

penyandang cacat.
4.

Pencahayaan
Berkisar antara 50 150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

5.

Perawatan
Dibutuhkan

untuk

mengurangi

kemungkinan

terjadinya

kecelakaan.

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 70

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

6.

BAB - IV

Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.

7.

Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus
bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda
pelengkap jalan yang menghalang.

8.

Tepi pengaman
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna
netra yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

RENCANA PEDESTRIAN KOTA MEDAN


1. Konsep Dasar
a. Pedestrian dijadikan sebagai jalur sirkulasi utama dalam kawasankawasan pusat kegiatan di kota Medan untuk menjadikan ruang
kota manusiawi dan hemat energi
b. Perencanaan pedestrian dibuat secara terintegrasi dengan titik
transit transportasi publik (halte, stasiun kereta api, terminal), area
pedagang informal dan linkage ruang terbuka
c. Pedestrian direncanakan di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan
pada semua kelas jalan dengan desain merujuk kepada standarstandar

yang

berlaku

dengan

mempertimbangkan

faktor

keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki


d. Untuk kawasan yang sudah pada, pelebaran jalur pedestrian
dapat dilakukan dengan menutup jalur drainase dan menjadikan
penutupnya sebagai jalur pedestrian
e. Pedestrian harus bersih dari elemen lain yang mengganggu
kenyamanan dan kontinuitas pejalan kaki, seperti bak tanaman,
papan reklame,

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 71

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

2. Perencanaan Pedestrian di Kawasan Pusat Kegiatan


a. Pedestrian yang sesuai dengan standar keamanan, kenyamanan
dan upaya untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi dan
hemat energi direncanakan pada beberapa titik pusat kegiatan.

Titik pusat kegiatan direncanakan sebagai rencana terintegrasi


Transportasi

dan

tata

Pengembangan

guna

Berorientasi

lahan

yang

Transit

disebut

(Transit

sebagai
Oriented

Development -TOD). Dalam prinsip TOD, pusat kegiatan diatur di


sekeliling titik transit transpotasi massal, seperti bus, kereta api
baik dalam bentuk di bawah tanah, di permukaan atau jalur yang
diangkat (light rail).

Untuk kondisi kota Medan, yang potensial dikembangkan adalah


jalur kereta api, dengan pertimbangan :
Jalur telah tersedia
Tidak membutuhkan pelebaran jalan
Investasi lebih terjangkau

Dalam kawasan pusat kegiatan dengan prinsip TOD, guna lahan


yang terdekat dengan titik transit jalur transportasi masal
difungsikan sebagai kawasan komersil dan fasilitas umum/sosial
dengan bangunan berkepadatan tinggi. Semakin keluar dari titik
transit, kepadatan bangunan semakin rendah, dengan fungsi
hunian/permukiman.

Dalam kawasan TOD Pedestrian dijadikan sebagai moda


transportasi utama. Untuk itu kawasan TOD direncanakan dalam
radius yang tidak lebih dari 600 meter dari titik pusat transit, atau
lebih kurang sepuluh menit berjalan kaki. Pedestrian dalam
kawasan

TOD

direncanakan

dalam

kualitas

tinggi

untuk

mewujudkan kondisi terbaik bagi kenyamanan manusia berjalan


kaki, dengan kriteria sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 72

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Aman;

Terpisah secara jelas dari jalur kendaraan bermotor dengan


meninggikan level pedestrian beberapa sentimeter di atas
jalur kendaraan bermotor dan menempatkan buffer berupa
jalur hijau di antara jalur kendaraan bermotor dann jalur
pedestrian

Tinggi dari muka tanah tidak membahayakan jika pejalan kaki


tergelincir

Bangunan sepanjang pedestrian harus menghadapkan wajah


dan membuat bukaan ke arah pedestrian. Kondisi ini
menjadikan

pedestrian

lebih

terkontrol,

sehingga

meningkatkan keamanan
-

Di beberapa titik sepanjang pedestrian ditempatkan pusat


kegiatan, seperti toko atau spot untuk pedagang kaki lima.
Keberadaan

fungsi-fungsi

ini

juga

dimaksudkan

untuk

meningkatkan kontrol ke arah pedestrian

Nyaman;

Kontiniu dan tidak terputus-putus

Menghubungkan dengan baik (sebagai linkage) unit fungsi


atau titik pusat kegiatan

Teduh dari panas matahari; sepanjang jalur pedestrian harus


ditanami pohon peneduh

Atraktif

Sepanjang jalur pedestrian ditempatkan perabot jalan (street


furniture) yang berkualitas tinggi, informatif, dan tematis,
sehingga membentuk karakter kawasan dan membantu
orientasi pejalan kaki

b. Pedestrianisasi di kawasan pusat kegiatan terintegrasi dengan


tujuan peningkatan kualitas pariwisata kota, konservasi bangunan
bersejarah dan peningkatan kualitas desain ruang kota.
Kawasan pusat kegiatan yang diharapkan menjadi kawasan
pedestrian-oriented adalah sebagai berikut
(1) TOD Belawan; berpusat di stasiun kereta api Belawan

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 73

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

(2) TOD Labuhan; berpusat di stasiun kereta api Labuhan,


mencakup juga kawasan kota Cina Labuhan dan

Mesjid

Labuhan
(3) TOD Mabar; berpusat di stasiun kereta api Mabar
(4) TOD Brayan; mencakup kawasan Brayan Kota, Brayan
Bengkel dan komplek PT KAI
(5) TOD Sunggal; berpusat di stasiun Kereta Api Sunggal
(6) Kawasan Aksara; mencakup kawasan perdagangan dan jasa
Aksara Plaza, koridor komersil M. Yamin dan Jl. Aksara
(7) TOD Kawasan Pusat Kota Medan
(8) Kawasan Maimun dan Sisingamangaraja; mencakup koridor
wisata Sisingamangaraja dan Maimun
(9) Kawasan Garden City Polonia; mencakup kawasan jalan
Sudirman, Imam Bonjol, Diponegero
(10) CBD Polonia; mencakup kawasan bekas bandara Polonia dan
kawasan sekitarnya
(11) TOD Amplas; berpusat di Terminal Amplas
(12) TOD Tuntungan ; berpusat di stasiun Kereta Api Tuntungan
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4. 17

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 74

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

LAPORAN AKHIR

BAB - IV

Hal. IV - 75

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

4.4.5. Jalur Evakuasi


Ruang Evakuasi atau jalur penyelamatan (escape road) Jalur evakuasi
bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat
keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana. Strategi yang
dapat dilakukan adalah :

Mengembangkan jalan eksisting dan menambah jalan baru yang tegak


lurus dengan garis pantai sebagai jalur penyelamatan;

Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan


baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan
dan sistem kota secara umum;

Meningkatkan kualitas jalan yang ada menjadi jalan evakuasi dengan


cara : pelebaran jalan, perbaikan alignment jalan eksisting, peningkatan
kualitas badan jalan penambahan jalan-jalan baru untuk meningkatkan
aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi kota;

Mengintegrasikan/menghubungkan

jalan

eksisting

tersebut

dengan

rencana jalur penyelamatan yang merupakan urban sistem lama


sehingga menjadi suatu sistem kota yang terpadu dan dapat memitigasi
bencana alam;

Pembangunan jalur penyelamatan harus disertai dengan: penyadaran


publik (pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, demo evakuasi dan
sebagainya);

Penanaman pohon-pohon besar sebagai peneduh jalan dan taman


secara teratur memberikan keteduhan kota dan jiwa warga kota. Jenis
pohon yang ditanam adalah jenis tanaman lokal seperti : pohon
simalambuwo, mahoni. Pohon-pohon besar tersebut akan dirancang
sebagai pohon penyelamatan (escape trees) di sepanjang rute-rute
penyelamatan, taman penyelamatan, atau bangunan penyelamatan
lainnya.

Jalur evakuasi bencana di Kota Medan diperuntukkan khususnya untuk


bencana banjir, gelombang pasang, gempa bumi dan kebakaran meliputi :

Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point;

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 76

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

BAB - IV

Escape way ditetapkan di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Tol, Jalan-jalan
disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, jalan disekitar Stadion
Teladan, jalan di sekitar Lapangan Sejati , jalan di sekitar UNIMED, dan
jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya; dan

Melting point ditetapkan di Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng,


stadion Teladan, Lapangan Sejati, Lapangan Krakatau,

dan ruang

terbuka hijau lainnya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar. 4.18

LAPORAN AKHIR

Hal. IV - 77

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

LAPORAN AKHIR

BAB - IV

Hal. IV - 78

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030

LAPORAN AKHIR

BAB - IV

Hal. IV - 79

Anda mungkin juga menyukai