BAB - IV
Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusatpusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam
wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan
untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota,
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan
lainnya.
Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :
a. Sebagai arahan pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota
yang memberikan layanan bagi wilayah kota;
b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antara pusat-pusat pelayanan kota;
dan
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.
Hal. IV - 1
BAB - IV
penduduk
dilihat
dari
beberapa
periode
diperoleh
Hal. IV - 2
b) Ketersediaan
lahan
untuk
pengembangan
pada
setiap
BAB - IV
kecamatan.
pada
kecamatan
di
kawasan
pusat
kota,
diperkirakan
akan
dikembangkan
merupakan
salah
satu
faktor
penarik
pertimbangan
diatas
dan
kondisi
masing-masing
umum
arahan
distribusi
penduduk
pada
masing-masing
Hal. IV - 3
BAB - IV
Hal. IV - 4
BAB - IV
perkantoran,
perdagangan
dan
jasa.
Ketersediaan
lahan
kecamatan
yang
berada
di
luar
Pusat
Kota.
Lahan
Hal. IV - 5
BAB - IV
sangat
terbatas
karena
luas
wilayah
sangat
kecil.
Hal. IV - 6
BAB - IV
dengan
Perkembangan
potensi
pada
lahan
kawasan
pengembangan
ini
sangat
yang
pesat,
masih
dimana
luas.
banyak
industri,
pergudangan
dan
perikanan.
Perkiraan jumlah
Hal. IV - 7
BAB - IV
TABEL IV.1
ARAHAN DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
TABEL IV.2
ARAHAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
Hal. IV - 8
BAB - IV
Hal. IV - 9
BAB - IV
perkembangan
kota
yang
selama
ini
dijadikan
bahan
analisis
dalam
b)
Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)
menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik
saja, tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang
serupa.
Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy
Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola
penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masingmasing mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari
interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu. Lihat Gambar 4.2.
3
10
3
4
Central Business
District (CBD)
I
II
Zone in transition
III
Zone of workmens
homes
IV
Residential zone
Commuters zone
III
Loop
1.
2.
3.
4.
5.
6
10
Sector Theory
of Urban Grow th
GAMBAR
4.2
Gambar. 6.4.
TEORI-TEORI POLA PERKEMBANGAN /
PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN
c)
9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Hal. IV - 10
BAB - IV
Hal. IV - 11
BAB - IV
Hal. IV - 12
BAB - IV
dengan
kombinasi
pengembangan
sarana
perkantoran,
Hal. IV - 13
BAB - IV
Pusat pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu)
Pusat pelayanan kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat
pelayanan kota. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong
perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian
selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota
juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap Inti Pusat Kota Medan.
Kriteria lokasi dari masing-masing pusat dan subpusat pelayanan kota
ditetapkan sebagai berikut:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang ditandai dengan adanya kegiatan jasa dan
perdagangan;
2. Memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi, seperti berada pada jalur jalan arteri
dan kolektor; jalan lingkar, jalan tol, dan stasiun kereta api;
3. Kawasan yang memiliki nilai-nilai historis, seperti: kota/permukiman lama,
bekas wilayah kesultanan Deli, perkebunan tembakau Belanda, situs
bersejarah pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura, permukiman
pribumi di zaman Belanda dan lain sebagainya;
4. Penggunaan lahan eksisting yang mendukung fungsi kegiatan;
5. Potensi
pengembangan
kawasan
dan
memiliki
ketersediaan
lahan
pengembangan; dan
6. Komitmen Pemerintah derah, berupa kebijakan yang ada terhadap kawasan.
Berdasarkan kriteria diatas maka lokasi-lokasi subpusat pelayanan akan
ditetapkan pada bagian selanjutnya, sedangkan lokasi Pusat Pelayanan Kota
Medan dapat diarahkan sebagai berikut :
1. Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota Medan yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan
Hal. IV - 14
BAB - IV
Pekan
Labuhan
yang
berfungsi
sebagai
pusat
kegiatan
4.2.3
dua Pusat Pelayanan Kota dan meratakan pelayanan pada skala subpusat
pelayanan kota. Penyebaran Subpusat Pelayanan Kota juga dimaksudkan untuk
mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar subpusat
wilayah kota. Lokasi Subpusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan sebagai
berikut:
a.
b.
Hal. IV - 15
BAB - IV
berfungsi sebagai
e.
f.
g.
h.
Hal. IV - 16
BAB - IV
TABEL IV.3
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030
NO
PUSAT
PELAYANAN
FUNGSI
WILAYAH PELAYANAN
Pusat Pelayanan
Kota di Pusat
Kota
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis;
Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi
dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi
Pusat Pelayanan
Kota dibagian
Utara
Subpusat
pelayanan kota
Medan Belawan
Subpusat
pelayanan kota
Medan Labuhan
Subpusat
pelayanan kota
Medan Marelan
Subpusat
Pusat
kegiatan Kec. Medan Perjuangan
pelayanan kota
perdagangan/bisnis
dan Kec. Medan
Medan Perjuangan Pusat pelayanan olahraga
Tembung
Subpusat
Pusat pelayanan ekonomi
Kec. Medan Area, Kec.
pelayanan kota
Medan Kota, Kec. Medan
Pusat pelayanan transportasi
Medan Area
Denai, Kec, Medan
Amplas
Hal. IV - 17
NO
6
PUSAT
PELAYANAN
FUNGSI
BAB - IV
WILAYAH PELAYANAN
Subpusat
pelayanan kota
Medan Helvetia
Subpusat
pelayanan kota
Medan Selayang
Pusat
perdagangan/bisnis
Pusat Pendidikan
Subpusat
pelayanan kota
Medan Timur
Pusat
kegiatan Kec. Medan Deli, Kec.
perdagangan/bisnis
Medan Timur, Kec.
Medan Barat
Pusat pelayanan transportasi
(TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Sumber : Rencana
Hal. IV - 18
BAB - IV
Hal. IV - 19
4.2.4
BAB - IV
Pelayanan Kota dan Subpusat Pelayanan Kota di Kota Medan menjadi Pusat
Pelayanan Lingkungan, yaitu pusat pelayanan yang melayani kebutuhan
pelayanan tiap unit lingkungan atau kelurahan.
Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki ketentuan :
a. Tersebar di tiap Kelurahan;
b. Lokasi pusat diprioritaskan di dekat Kantor Kelurahan atau Pusat aktivitas
tingkat kelurahan baik fungsi perdagangan, fasilitas umum, transportasi,
rekreasi maupun campuran dari dua atau beberapa fungsi tersebut;
c. Satu Kelurahan boleh memiliki lebih dari satu pusat pelayanan lingkungan
sepanjang memiliki dasar perhitungan ilmiah dan pertimbangan kemudahan
pencapaian tiap unit lingkungan atau blok peruntukan;
d. Pada kelurahan yang memiliki pusat pelayanan primer, sekunder dan tersier
maka lokasi pusat pelayanan lingkungan dapat menyatu ataupun terpisah
dengan pusat pelayanan yang lebih tinggi; dan
e. Pusat pelayanan lingkungan harus terhubung dan memiliki akses langsung
dengan jalan dengan hirarki minimal Kolektor Sekunder.
4.3
4.3.1
sistem
jaringan
transportasi
bertujuan
untuk
Hal. IV - 20
BAB - IV
pertumbuhan
ekonomi
wilayah
dan
mewujudkan
pergerakan
orang
dan
barang
dan
jasa
serta
4.3.2
Hal. IV - 21
BAB - IV
Lebar
Jalan
GSB
Keterangan
Jln. Sisingamangaraja
40
11,5
Jln. Tritura
40
11,5
Jln. A. H Nasution
40
8,5
Jln. A. H Nasution
40
11,5
Jln. A. H Nasution
40
4,5
40
11,5
33
15
33
10
Jln. Asrama
33
10
10
Jln. Helvetia
33
15
11
33
12
33
15
13
33
15
14
26
12,5
15
Jln. Pelabuhan I
48
15
16
Jln. Pelabuhan II
48
15
17
33
15
18
26
12
19
40
20
48
15
21
48
15
22
80
10
23
70
15
24
Jalan exrunway
100
15
25
40
5,5
Sumber : Rencana
Hal. IV - 22
BAB - IV
Lebar
Jalan
GSB
Keterangan
Jln. Sicanang
26
10
26
15
26
10
26
12,5
26
15
26
12,5
26
10
Jln. Sunggal
26
15
26
9,5
10
26
12
11
26
12
12
Jln. Armada
40
13
Jln. H. M Joni
40
14
Jln. Bakti
26
15
Jln. A. R Hakim
26
9,5
16
26
10
17
18
18
26
12,5
19
26
12,5
20
Jln. A. Yani
20
21
Jln. Pemuda
26
22
22
23
22
10
24
Jln. Gaharu
20
25
Jln. Jawa
20
26
18
1,25
27
Jln. Cirebon
22
1,25
Hal. IV - 23
No
Lebar
Jalan
GSB
BAB - IV
Keterangan
28
Jln. Sisingamangaraja
30
10
29
33
15
30
26
31
26
12,5
12,5
32
Jln. H. M Yamin
26
33
26
12
34.
26
12
35
26
Sumber : Rencana
No
Lebar
Jalan
GSB
Keterangan
26
15
26
10
20
12
26
15
26
Jln. Bajak II
20
12
26
15
33
15
26
15
10
20
12
Sumber : Rencana
Hal. IV - 24
BAB - IV
pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan
Kolektor Sekunder seperti pada Tabel IV.7 berikut :
Tabel IV.7
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN
No
Lebar
Jalan
GSB
Keterangan
1.
20
12
2.
26
15
Jln. Krakatau
26
26
25
26
15
Jln. Juanda
26
15
Jln. Mongonsidi
26
15
24
12,5
10
26
11
Jln. Pattimura
20
15
12
Jln. S. Parman
20
13
Jln. Sudirman
26
15
14
Jln. Suprapto
26
15
15
Jln. Pandu
26
15
16
Jln. Sutomo
20
1,25
17
Jln. Sutomo
20
1,25
18
Jln. Rahmadsyah
14
19
Jln. Sutrisno
20
1,25
20
Jln. Denai
20
1,25
21
16
10
22
26
23
Jln. Glugur
20
24
25
10
25
20
26
20
15
27
20
15
28
Jln. SMA 2
14
29
20
10
30
20
15
31
20
1,25
32
18
10
33
18
10
34
20
10
35
20
10
36
20
10
37
Jln. Sampul
20
10
Hal. IV - 25
No
Lebar
Jalan
GSB
BAB - IV
Keterangan
38
39
Jln. Sekip
20
40
16
10
41
Jln. Karya
20
12
42
Jln. Ayahanda
16
10
43
Jln. Darussalam
16
10
44
16
10
45
Jln. H. M Yamin
20
10
46
Jln. M. H. Thamrin
20
1,25
47
Jln. M. T Haryono
20
1,25
48
Jln. Wahidin
20
1,25
49
15
50
Jln. Setiabudi
20
12
51
Jln. Gaperta
16
10
52
Jln. Kasuari
16
53
Jln. Amal
16
10
54
Jln. Sunggal
16
10
55
30
15
56
Jln. Organ
26
15
57
20
12
58
14
59
16
10
60
Jln. Harmonika/Pasar II
16
61
20
10
62
16
10
63
14
64
14
65
12
66
12
67
Jln. Karya
14
10
68
Jln. Harmonika/Pasar II
12
69
20
12
70
20
12
71
20
12
72
26
12
73
26
12
74
20
12
75
26
76
16
10
77
20
78
20
79
Jln. Bilal
20
80
Jln. Bilal
20
12
81
16
10
Hal. IV - 26
No
Lebar
Jalan
GSB
BAB - IV
Keterangan
Jln. Bilal Jln. Gurilla
82
Jln. Rakyat
14
83
Jln. Purwo
12,5
2,5
84
Jln. Haidir
12
85
Jln. Jermal
12
86
12
87
Jln. AMD
12
88
16
10
89
16
10
90
Jln. RPH
20
12
91
Jln. Mabar
16
10
92
16
10
93
16
10
94
Jln. M. Basir
12
Sumber : Rencana
No
Lebar
Jalan
GSB
Keterangan
Jln. Kelambir 5
16
10
26
15
26
10
Jln. Rawe
26
15
20
10
20
Jln. KIM
40
12
22
12
Sumber : Rencana
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana dan fungsi jaringan jalan di Kota Medan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut:
Hal. IV - 27
mT
mU
mU
mT
BAB - IV
SELAT MALAKA
PETA 4.5
RENCANA JARINGAN JALAN
KOTA MEDAN TAHUN 2028
KABUPATEN
DELISERDANG
3 Kil om e te rs
#
Y
Skala 1:50000
Kec.Medan Belawan
KETERANGAN:
Ibukota
Kec.Medan Labuhan
#
Y
Ibukota Kecamatan
Ibukota Kota/Kabupaten
[%
Ibukota Provinsi
Batas Kota
Batas Kecamatan
Rel K.A
Jalan TOL
Sungai dan Badan Air
#
Y
Kec.Medan Marelan
Y
#
\
&
Kec.
Hamparan Perak
Kec.
Labuhan Deli
KABUPATEN
DELISERDANG
#
Y
KABUPATEN
DELISERDANG
Kec. Medan Timur
#
Y
#
Y
#
Y
Kec.
Percut Sei Tuan
Kec.Medan Barat
Kec. Medan Helvetia
#
Y
#
Y
Walikota Medan
[%
Kec.Medan Sunggal
#
Y
Kec.Medan Area
#
Y
Kec.Medan Maimun
#
Y
#
Y
H. Syamsul Arifin, SE
#
Y
Kec.Medan Baru
#
Y
#
Y
Kec.Medan Kota
\
&
Kec.Medan Polonia
Kec.Medan Denai
Kec.Medan Selayang
#
Y
Kec.Medan Amplas
#
Y
Ke Tj Morawa
Kec.Medan Johor
Kec.
Tj. Morawa
Kec.Medan Tuntungan
#
Y
Kec.
Patumbak
mU
KABUPATEN
DELISERDANG
mU
Ke Berastagi
mT
Kec.
Namurambe
- Zona : 47 N
- Sistem Koordinat : UTM
Kec.
Kutalimbaru
Sumber :
- Foto Udara Kota Medan
- Bappeda Kota Medan
- Hasil Rencana
- Sistem Proyeksi : UTM
- Datum : WGS 894
mT
Hal. IV - 28
BAB - IV
Hal. IV - 29
BAB - IV
Hal. IV - 30
BAB - IV
Hal. IV - 31
BAB - IV
dan
stabilitas
serta
sebagai
pendorong
dan
penggerak
pembangunan kawasan.
a. Terminal dan Stasiun Kereta Api
Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal
terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan
terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal
Belawan dan Terminal Pinang Baris.
kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah
terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api.
Api, yaitu terminal Labuhan. Tujuannya adalah untuk mendukung pergerakan
orang dan barang dari Medan dan wilayah sekitarnya. Untuk terminal
penumpang akan dikembangkan terminal barang dan peti kemas yang
diarahkan di Belawan dan Kecamatan Labuhan. Selain itu juga akan
Hal. IV - 32
BAB - IV
Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial,
pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.
Hal. IV - 33
BAB - IV
Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan
dimasa mendatang adalah ;
a.
jalur kereta api Jalur Medan Binjai Tanjung Pura hingga Banda Aceh;
b.
jalur kereta api Medan Tebing Tinggi Rantau Prapat hingga Pekan
Baru;
c.
d.
e.
f.
g.
h.
jalur kereta api layang : Gaperta Pusat Kota (CBD Polonia) Titi Kuning
Simpang Pos dan Brayan Pusat Kota Mandala.
4.3.4
Rencana
Sistem
Jaringan
Angkutan
Sungai,
Danau
dan
Penyeberangan
Sistem
jaringan
angkutan
sungai
dan
danau
serta
angkutan
Hal. IV - 34
BAB - IV
4.3.5
pengembangan
transportasi
laut
dilakukan
dengan
Pelabuhan Belawan dapat secara optimal melayani kapal penumpang dan kapal
barang (cargo) dari berbagai pelabuhan nasional lainnya. Dan untuk pelayanan
internasional, diharapkan Pelabuhan Belawan dapat melayani kapal pesiar dan
kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke negara-negara Asia.
Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di Kawasan
Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:
Zona penumpang;
Hal. IV - 35
BAB - IV
Polonia. Pada masa yang akan datang bandara tersebut direncanakan akan
dipindahkan ke Kuala Namo (Kabupaten Deliserdang). Dengan demikian maka
dalam lingkup Kota Medan tidak memiliki sistem transportasi udara, yang akan
dikembangkan di Kota Medan adalah terminal city check-in. Rencana
pembangunan transportasi udara di Kuala Namu ini diharapkan dapat
menampung pergerakan orang yang sudah sangat padat. Untuk mendukung
terhadap rencana pengembangan bandara Kuala Namu tersebut perlu di dukung
oleh sistem transportasi yang lain, yaitu: integrasi terminal penumpang udara
dengan stasiun kereta api.
Ruang udara untuk penerbangan akan ditetapkan lebih lanjut oleh
instansi pengelola sesuai dengan kebutuhan.
4.4 RENCANA SISTEM JARINGAN LAINNYA
Rencana Sistem Jaringan Prasarana lainnya terdiri atas sistem jaringan
energi/kelistrikan, telekomunikasi, sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan
yang mengintegrasikannya.
4.4.1 Rencana Sistem Jaringan Energi
Sistem jaringan energi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi masa
datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya menyediakan akses
berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat.
Sistem jaringan energi meliputi jaringan tenaga listrik dan jaringan pipa
minyak dan gas bumi. Jaringan tenaga listrik terdiri dari pembangkit tenaga listrik
dan jaringan transmisi.
Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik tersebut perlu
diusahakan semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya
Hal. IV - 36
BAB - IV
Hal. IV - 37
BAB - IV
Morawa, Gardu Induk Belawan Paya Pasir KIM (kawasan industri medan),
Gardu Induk Belawan Paya Pasir Paya Geli Glugur, GI Belawan Paya
Pasir Paya Geli Namo Rambe Titi Kuning - Sei Rotan. Gardu Induk Titi
Kuning Gardu Induk Jalan Listrik, Gardu Induk Belawan -
Labuhan
Lamhotma, yaitu:
SUTT Belawan Paya Pasir Paya Geli Namo Rambe Titi Kuning
Sei Rotan
Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa yang akan datang maka
peningkatan
terhadap
kavasitas
masing-masing
gardu
induk
terus
Hal. IV - 38
BAB - IV
dan besar. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan dan rencana jaringan
listrik di Kota Medan dapat dilihat pada tabel Tabel IV.9 dan Gambar 4.11.
Tabel IV.9
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Listrik Tahun 2030
Jumlah
Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan
Total
Penduduk
KK
Kecil
Listrik
Sedang
Listrik
Besar
Listrik
Kebutuhan
(jiwa)
(unit)
(KWH)
(unit)
(KWH)
(unit)
(KWH)
(KWH)
No
Kecamatan
Medan Tuntungan
81.256
16.251
9.751
9.945,73
4.875
4.972,87
1.625
1.657,62
16.576,22
Medan Johor
169.592
33.918
20.351
20.758,06
10.176
10.379,03
3.392
3.459,68
34.596,77
Medan Amplas
266.374
53.275
31.965
32.604,18
15.982
16.302,09
5.327
5.434,03
54.340,30
Medan Denai
189.233
37.847
22.708
23.162,12
11.354
11.581,06
3.785
3.860,35
38.603,53
Medan Area
99.141
19.828
11.897
12.134,86
5.948
6.067,43
1.983
2.022,48
20.224,76
Medan Kota
77.032
15.406
9.244
9.428,72
4.622
4.714,36
1.541
1.571,45
15.714,53
Medan Maimun
99.087
19.817
11.890
12.128,25
5.945
6.064,12
1.982
2.021,37
20.213,75
Medan Polonia
81.298
16.260
9.756
9.950,88
4.878
4.975,44
1.626
1.658,48
16.584,79
Medan Baru
43.553
8.711
5.226
5.330,89
2.613
2.665,44
871
888,48
8.884,81
10
Medan Selayang
110.868
22.174
13.304
13.570,24
6.652
6.785,12
2.217
2.261,71
22.617,07
11
Medan Sunggal
127.717
25.543
15.326
15.632,56
7.663
7.816,28
2.554
2.605,43
26.054,27
12
Medan Helvetia
208.592
41.718
25.031
25.531,66
12.516
12.765,83
4.172
4.255,28
42.552,77
13
Medan Petisah
58.131
11.626
6.976
7.115,23
3.488
3.557,62
1.163
1.185,87
11.858,72
14
Medan Barat
55.497
11.099
6.660
6.792,83
3.330
3.396,42
1.110
1.132,14
11.321,39
15
Medan Timur
108.581
21.716
13.030
13.290,31
6.515
6.645,16
2.172
2.215,05
22.150,52
16
Medan Perjuangan
128.498
25.700
15.420
15.728,16
7.710
7.864,08
2.570
2.621,36
26.213,59
17
Medan Tembung
159.097
31.819
19.092
19.473,47
9.546
9.736,74
3.182
3.245,58
32.455,79
18
Medan Deli
228.361
45.672
27.403
27.951,39
13.702
13.975,69
4.567
4.658,56
46.585,64
19
Medan Labuhan
186.433
37.287
22.372
22.819,40
11.186
11.409,70
3.729
3.803,23
38.032,33
20
Medan Marelan
407.907
81.581
48.949
49.927,82
24.474
24.963,91
8.158
8.321,30
83.213,03
21
Medan Belawan
106.680
21.336
12.802
13.057,63
6.401
6.528,82
2.134
2.176,27
21.762,72
Jumlah
2.992.928
61.055,73 610.557,31
Sumber : Rencana
Hal. IV - 39
BAB - IV
Hal. IV - 40
BAB - IV
Kebutuhan akan Gas di Kota Medan saat ini telah dilayani oleh Perusahaan
Nasional Gas (PN Gas). Namun pelayanan gas di Kota Medan saat ini masih
sangat terbatas. Keterbatasan gas tersebut disebabkan oleh sedikitnya pasokan
gas dari Pertamina serta keterbatasan sumber bahan baku. Dengan demikian
maka PN Gas saat ini masih belum mempunyai rencana untuk menambah Pabrik
Gas maupun Jaringan Gasnya di Kota Medan. Namun mengingat akan kebijakan
pemerintah yang akan mengalihkan bahan bakar minyak dari minyak tanah ke
gas, maka pada masa mendatang pihak PN Gas sudah merasa perlu untuk
menambah jumlah Pabrik Gas yang ada serta memperluas jaringan gasnya
untuk melayani seluruh penduduk di Kota Medan.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi direncanakan akan dapat berupa
sistem yang menghubungkan:
a.
Sicanang Gebang;
b.
Wampu Belawan;
c.
d.
e.
f.
g.
Sicanang Medan;
h.
i.
Adapun penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi
diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi Rencana Sistem
Jaringan Energi Wilayah Kota Medan dijelaskan lebih rinci dalam peta rencana
struktur ruang Kota Medan.
4.4.2
jaringan
telekomunikasi
bertujuan
untuk
meningkatkan
Jaringan
telekomunikasi
di
Kota
Medan
semakin
pesat
Hal. IV - 41
BAB - IV
dibatasi. Untuk masa yang akan datang pola penyebaran BTS perlu
diintegrasikan, antar sesama provider dengan membuat Tower Bersama,
misalnya dengan pembuatan Menara Medan.
Berdasarkan jumlah penduduk terkini dan standar teknis bahwa 1 unit rumah
dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada Tahun 2030 dibutuhkan jumlah
sambungan telepon rumah (dari Telkom) sebesar
melayani 598.586 unit rumah yang dibagi kedalam beberapa tipe perumahan,
mulai tipe rumah berukuran kecil, sedang, hingga tipe rumah berukuran besar
di seluruh Kota Medan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
proyeksi kebutuhan telekomunikasi Kota Medan pada Tabel IV. 10 dan
Gambar 4.12.
Tabel IV.10
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Telepon Tahun 2030
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Jumlah
81.256
169.592
266.374
189.233
99.141
77.032
99.087
81.298
43.553
110.868
127.717
208.592
58.131
55.497
108.581
128.498
159.097
228.361
186.433
407.907
106.680
2.992.928
Jumlah
KK
Rumah
Kecil
(unit)
Kebutuhan
Telepon
(SST)
Rumah
Sedang
(unit)
Kebutuhan
Telepon
(SST)
Rumah
Besar
(unit)
Kebutuhan
Telepon
(SST)
16.251
33.918
53.275
37.847
19.828
15.406
19.817
16.260
8.711
22.174
25.543
41.718
11.626
11.099
21.716
25.700
31.819
45.672
37.287
81.581
21.336
598.586
9.751
20.351
31.965
22.708
11.897
9.244
11.890
9.756
5.226
13.304
15.326
25.031
6.976
6.660
13.030
15.420
19.092
27.403
22.372
48.949
12.802
359.151
1.463
3.053
4.795
3.406
1.785
1.387
1.784
1.463
784
1.996
2.299
3.755
1.046
999
1.954
2.313
2.864
4.110
3.356
7.342
1.920
53.873
4.875
10.176
15.982
11.354
5.948
4.622
5.945
4.878
2.613
6.652
7.663
12.516
3.488
3.330
6.515
7.710
9.546
13.702
11.186
24.474
6.401
179.576
1.463
3.053
4.795
3.406
1.785
1.387
1.784
1.463
784
1.996
2.299
3.755
1.046
999
1.954
2.313
2.864
4.110
3.356
7.342
1.920
53.873
1.625
3.392
5.327
3.785
1.983
1.541
1.982
1.626
871
2.217
2.554
4.172
1.163
1.110
2.172
2.570
3.182
4.567
3.729
8.158
2.134
59.859
731
1.526
2.397
1.703
892
693
892
732
392
998
1.149
1.877
523
499
977
1.156
1.432
2.055
1.678
3.671
960
26.936
Sumber : Rencana
Hal. IV - 42
Total
Kebu
tuhan
(SST)
3.657
7.632
11.987
8.515
4.461
3.466
4.459
3.658
1.960
4.989
5.747
9.387
2.616
2.497
4.886
5.782
7.159
10.276
8.389
18.356
4.801
134.682
BAB - IV
lebih
lanjut
oleh
penyelenggara
telekomunikasi
dengan
Hal. IV - 43
BAB - IV
Hal. IV - 44
4.4.3
BAB - IV
Hal. IV - 45
BAB - IV
dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah
pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan
elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan.
Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.668 km,
dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
Sumber : Rencana
Hal. IV - 46
BAB - IV
Hal. IV - 47
BAB - IV
Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas wilayah sungai, sistem jaringan air
baku untuk air bersih, dan sistem pengendalian banjir.
Beberapa ketentuan
mengenai pengembangan sumber daya air pada tahun perencanaan terdiri dari :
(1) Pelayanan air minun perpipaan dengan sumber dari sumur dangkal, sumur
pompa tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tangki air,
instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air;
(2) Wilayah sungai ditetapkan di Belawan Ular Padang yang meliputi
beberapa daerah aliran sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai
Deli, Sungai Belumai, Sungai Padang, Sungai Martebing, Sungai Kenang,
Sungai Serdang, Sungai Percut, Sungai Bedagai dan Sungai Belutu serta
cekungan air tanah Medan;
(3) Sistem jaringan air baku untuk air bersih meliputi sistem air permukaan, mata
air
dan/atau
sistem
air
tanah
yang
dimanfaatkan
dengan
tetap
4.4.3
Hal. IV - 48
BAB - IV
(2) Daerah pelayanan air minum /air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilayani melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi meliputi : Cabang Utama,
Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal,
Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara,
Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan
dan Cabang Sibolangit.
B.
permukiman,
perkantoran
dan
kegiatan
ekonomi
dengan
kedua
kawasan
ini
sangat
berpotensial
dalam
menghasilkan
pencemaran air tanah dan badan-badan air sekitarnya antara lain industri
makanan, kimia, logam, industri kayu dan industri CPO.
Pada Tabel IV.12 proyeksi timbulan air limbah yang diperuntukkan untuk
melihat peningkatan kebutuhan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Kota
Medan, terlihat secara total jumlah timbulan air limbah pada Tahun 2030 yang
direncanakan diolah di IPAL adalah sebesar 430.981,63 m/hari, dimana
diharapkan tingkat pelayanan air limbah secara sistem off site (terpusat) ini
mencapai 40% penduduk total. Dan bila sistem pengelolaan air limbah dengan
sistem perpipaan berjalan optimal maka beban pencemaran air tanah akibat
rembesan tinja ataupun beban pencemaran air permukaan akibat buangan bekas
mandi dan cuci serta kakus akan semakin berkurang, sehingga kualitas sumber
air permukaan dapat dilestarikan dan beban pengolahan IPA PDAM yang
mengambil sumber air dari sungai akan lebih berkurang.
Dan selain itu perlu juga dilestarikan pembangunan tangki septik komunal
yaitu 1 unit digunakan untuk 7 - 10 KK. Sehingga kekhawatiran terjadinya
pencemaran air tanah akibatnya tiap rumah memiliki 1 septic tank, yang
Hal. IV - 49
BAB - IV
terkadang cuma berupa cubluk (tidak di-lining, sehingga mencemari air tanah
dibawahnya), dapat diminimasi. Dari tabel proyeksi timbulan tinja sampai tahun
2030 adalah 245,99 m/hari dan kebutuhan sarana Septic Tank Komunalnya
sebanyak 598.586 unit. Sedangkan untuk sarana sanitasi masyarakat kurang
mampu disediakan MCK Umum pada tahun 2030 sebanyak 29.929 unit. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkiraan volume air limbah dan rencana jaringan air
limbah di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.12 dan Gambar 4.14.
Sistem pengelolaan air limbah terdiri atas sistem pengelolaan air limbah
domestik dan industri, dimana ketentuan untuk masing-masing sistem tersebut
antara lain :.
(1) Sistem pengelolaan air limbah terpusat ditetapkan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Cemara.
(2) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat ditetapkan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah Cemara.
(3) Sistem air limbah domestik setempat dilakukan secara individual melalui
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat serta dilengkapi
dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang disediakan oleh
Pemerintah Kota.
(4) Sistem pengelolaan air limbah industri meliputi sistem air limbah terpusat dan
atau setempat, dilakukan secara individual oleh industri itu sendiri.
Hal. IV - 50
BAB - IV
Tabel IV.12
PERKIRAAN JUMLAH VOLUME AIR LIMBAH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
Hal. IV - 51
BAB - IV
Hal. IV - 52
C.
BAB - IV
seiring
dengan
berkembangnya
jaringan
jalan
dan
Hal. IV - 53
BAB - IV
membantu,
menghimbau
dan
mensosialisasikan
penggunaan
pengumpulan
menggunakan
sampah
dengan
Proses
pengangkutan
sampah
dengan
sampah
dan
kemudian
diangkat
langsung ke TPA.
b. Pola Tidak Langsung : Proses pengangkutan sampah dengan cara
mengangkut
sampah
terkumpul/bertumpuk
di
TPS
yang
telah
dan
kemudian
diangkut ke TPA.
Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan
tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA.
Hal. IV - 54
BAB - IV
5. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah
tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak
menimbulkan kualitas lingkungan sekitarnya. Tempat pembuangan akhir
(TPA) adalah tempat pembuangan sampah di suatu lokasi yang telah
ditentukan oleh pemerintah (Pasal 1 Perda Kota Medan No. 8/2002).
Adapun metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan
di lokasi TPA adalah metode dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA
tanpa melalui proses tertentu langsung di buang/dipaparkan di lokasi TPA.
Sebelum dilakukan pembuangan dan pemaparan sampah terlebih dahulu
lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan dan
pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA
dipaparkan/ditimbun di suatu zona tertentu, apabila zona tersebut telah
penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona
yang baru demikian seterusnya.
Sebagai dampak dari penerapan metode open dumping yang dilakukan saat
ini adalah :
a. Dampak negatif, dikhawatirkan terjadi pencemaran lingkungan (tanah,
air, udara)
b. Dampak positif, membuka lapangan kerja bagi pemulung di TPA, dan
saat ini diperkirakan di TPA Namo Bintang para pemulung berjumlah
250 orang dan di TPA Terjun berjumlah 200 orang.
Akantetapi, pada perencanaan pengelolaan persampahan di Kota Medan
pada masa yang akan datang tidak menggunakan Metode Open Dumping
melainkan dengan menggunakan Metode Sanitary Landfill.
Khusus untuk sampah medis (clinical waste) dikelola sendiri oleh masingmasing rumah sakit dan klinik, yang pemusnahannya mempergunakan
incenarator dan Dinas Kebersihan tidak menangani sampah medis,
melainkan hanya menangani sampah domestik (solid waste) selanjutnya
kepada masing-masing Rumah Sakit telah disosialisasikan agar cermat
memilah sampah domestik dengan sampah medis, antara lain dengan
membedakan pewadahanya sehingga petugas Dinas Kebersihan tidak perlu
keliru dalam melakukan pengangkutan sampah.
Hal. IV - 55
BAB - IV
3. Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah di TPA Namo Bintang dan Terjun adalah pengolahan
kompos skala kecil yang bahan bakunya diperoleh dari sampah yang telah
bertumpuk lama di TPA dan saat tumpukan sampah telah mencapai
ketinggian 5 M.
Solusi permasalahan persampahan Kota Medan adalah :
1). Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan
a. Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan
b. Pembelian suku cadang kendaraan operasional.
c. Pengadaan sarana operasional kebersihan
d. Pembangunan TPA baru sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan
dengan metode ramah lingkungan.
Hal. IV - 56
BAB - IV
Tabel IV.13
PERKIRAAN JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DAN KEBUTUHAN SARANA PERSAMPAHAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
TIMBULAN SAMPAH DAN JUMLAH SARANA SAMPAH TAHUN 2030
No.
Kecamatan
Medan Tuntungan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
Commuters
(Jiwa)
Kriteria Desain
Sampah
Penduduk
Menetap
(m/hari)
Sampah
Penduduk
Commuters
(m/hari)
Total
Sampah
Kota
(m/hari)
Total
Sampah
Terlayani
(m/hari)
Becak
Sampah
(unit)
TPS
(Unit)
Arm
Roll
Truk
(6 m)
Arm
Roll
Truk
(10 m)
Tipper
Truk
(unit)
Compactor
Truk (unit)
81.256,00
22.751,68
195,01
27,30
222,32
200,08
49
37
19
Medan Johor
169.592,00
47.485,76
407,02
56,98
464,00
417,60
103
77
13
39
15
Medan Amplas
266.374,00
74.584,72
639,30
89,50
728,80
655,92
162
121
20
12
61
23
Medan Denai
189.233,00
52.985,24
454,16
63,58
517,74
465,97
115
86
14
43
16
Medan Area
99.141,00
27.759,48
237,94
33,31
271,25
244,12
60
45
23
Medan Kota
77.032,00
21.568,96
184,88
25,88
210,76
189,68
47
35
18
Medan Maimun
99.087,00
27.744,36
237,81
33,29
271,10
243,99
60
45
23
Medan Polonia
81.298,00
22.763,44
195,12
27,32
222,43
200,19
49
37
19
Medan Baru
43.553,00
12.194,84
104,53
14,63
119,16
107,24
26
20
10
10
Medan Selayang
110.868,00
31.043,04
266,08
37,25
303,33
273,00
67
51
25
11
Medan Sunggal
127.717,00
35.760,76
306,52
42,91
349,43
314,49
78
58
10
29
11
12
Medan Helvetia
208.592,00
58.405,76
500,62
70,09
570,71
513,64
127
95
16
10
48
18
13
Medan Petisah
58.131,00
16.276,68
139,51
19,53
159,05
143,14
35
27
13
14
Medan Barat
55.497,00
15.539,16
133,19
18,65
151,84
136,66
34
25
13
15
Medan Timur
108.581,00
30.402,68
260,59
36,48
297,08
267,37
66
50
25
16
Medan Perjuangan
128.498,00
35.979,44
308,40
43,18
351,57
316,41
78
59
10
29
11
17
Medan Tembung
159.097,00
44.547,16
381,83
53,46
435,29
391,76
97
73
12
36
14
18
Medan Deli
228.361,00
63.941,08
548,07
76,73
624,80
562,32
139
104
17
10
52
20
19
Medan Labuhan
186.433,00
52.201,24
447,44
62,64
510,08
459,07
113
85
14
43
16
20
Medan Marelan
407.907,00
114.213,96
978,98
137,06
1.116,03
1.004,43
248
186
31
19
93
35
21
Medan Belawan
106.680,00
29.870,40
256,03
35,84
291,88
262,69
65
49
24
2.992.928,00
838.019,84
7.183,03
1.005,62
8.188,65
7.369,79
1.820
1.365
227
136
682
256
Jumlah
Sumber : Rencana
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 57
LAPORAN AKHIR
BAB - IV
Hal. IV - 58
BAB - IV
SDM
untuk
pelaksanaan
operasional
kebersihan
dan
menindaklanjuti
keluhan
masyarakat
tentang
pelayanan kebersihan.
e. Mendukung pelaksanaan gotong royong yang dilaksanakan oleh
kelurahan dan kecamatan.
3). Peningkatan Kerjasama dengan mitra swasta untuk pengadaan sarana
dan prasarana kebersihan.
a. Penyewaan angkutan sampahdan penyewaan alat berat untuk TPA.
b. Penyewaan instalasi pembuangan limbah tinja (IPAL).
c. Penyewaan bus pengangkut Bestari dan Melati dari Tanjung Morawa.
4). Peningkatan mekanisme pengelolaan kebersihan/persampahan.
a. Penugasan camat sebagai koordinator pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA.
b. Penugasan lurah sebagai koordinator pelaksana penyapuan dan
pengumpulan sampah dari sumbernya ke TPS.
c. Penugasan kepala lingkungan sebagai koordinator pelaksanaan
kebersihan di tingkat lingkungan dan menghimbau masyarakat agar
menempatkan sampah dalam wadah sampah masing-masing.
5). Peningkatan kesadaran dan komitmen masyarakat berbudaya bersih
a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kebersihan lingkungan
kepada masyarakat dan sekolah percontohan mulai dari tingkat pra
sekolah sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Umum.
b. Melaksanakan sosialisasi kebersihan sungai kepada masyarakat yang
berdomisili di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Medan.
c. Pembuatan papan himbauan kebersihan, leaflet/brosur, stiker, dan
spanduk kebersihan.
d. Melakukan pendekatan pada masyarakat agar tergugah berpartisipasi
memberikan bentuan berupa sarana persampahan.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 59
BAB - IV
retribusi
persampahan
dilakukan langsung
kepada
Pengolahan
Sampah
Terpadu
berupa
tempat
D.
bertujuan untuk mengurangi banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman,
industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 60
BAB - IV
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 61
BAB - IV
baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi
saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan
di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada
dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Hirarki sistem drainase yang
direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari:
1. Saluran primer:
Sungai Badera.
Sungai Belawan.
Sungai Deli.
Sungai Babura.
Sungai Percut.
Sei Selayang.
Sei Putih.
Sei Siput.
Sei Berkala.
Parit Emas.
Parit Martondi.
Sungai Buncong.
Sungai Pelangkah.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 62
BAB - IV
pemanfaatan
ruang
ruang
kawasan-kawasan
pada
pada
kawasan
yang
budidaya,
sesuai
yaitu
dengan
TIPE MASALAH
PENANGANAN
- Normalisasi saluran
- Penataan drainase pemukiman
Normalisasi saluran
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 63
No
TIPE MASALAH
BAB - IV
PENANGANAN
Penyumbatan saluran
Pengerukan saluran
Sumber : Rencana
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 64
LAPORAN AKHIR
BAB - IV
Hal. IV - 65
BAB - IV
Aksesibilitas
Areal perkembangan lahan baru harus terhubung dengan baik ke jalan
eksisting. Semakin banyak penghubung langsung ke jalur eksisting
maka semakin baik pula integrasi antara areal lama dan baru.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 66
BAB - IV
Sistem Transportasi
Sistem transportasi mempengaruhi nilai lahan dan berinteraksi dengan
perubahan
guna
lahan.
Ketersediaan
pelayanan
transportasi
Kenyamanan dan
Pedestrian
Pedestrian atau pejalan kaki adalah bagian dari elemen fisik dalam
perancangan kota. Jalur pedestrian atau pejalan kaki sebaiknya
diintegrasikan dengan konsep sirkulasi kota secara keseluruhan. Setiap
jalur pejalan kaki sebaiknya mempunyai arah tujuan yang jelas dan
menyediakan
rute-rute
penggunanya
dan
yang
dapat
menyediakan
dipilih
jalan
sesuai
pintas
bila
kebutuhan
keadaan
memungkinkan.
Tata guna lahan dengan sirkulasi dan akses jalur pejalan kaki
diarahkan
ke
pusat-pusat
kegiatan
antara
lain
tempat-tempat
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 67
BAB - IV
Sepeda.
Kegiatan bersepeda dapat lebih dipopulerkan di kalangan masyarakat
dengan cara memberikan kemudahan akses jalur khusus sepeda dan
tempat penyimpanan sepeda yang aman di tempat tujuan.
Bila zona trotoar cukup lebar, pejalan kaki dan pengguna sepeda dapat
berada pada jalur yang sama, dibuat pemisah berupa kerb atau marka
yang jelas untuk membantu penyandang tuna netra.
Dalam kecepatan lalu lintas rendah (di bawah 30 km/jam) sepeda dapat
menggunakan jalur yang sama dengan jalur kendaraan bermotor.
akses
dan
linkage
antar
fungsi
dalam
satu
kesempatan
mengalami
dan
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 68
Pedestrian
sosial
sekaligus
menjadi
ruang
ruang
kontrol
dalam
Untuk
itu
dan
lingkungannya.
maka
BAB - IV
di
furniture
dengan
tema-tema
kawasan
suasana
yang
dan
memberikan
menyenangkan
bagi
pejalan kaki.
jalur
pedestrian
dan
jalur
sekaligus
berfungsi
sebagai
kendaraan
bermotor
kaki
ditempatkan
plaza,
Lebar jalur pedestrian minimal 1.5 meter pada jalur jalan lingkungan
dan minimal 2 meter pada kawasan pusat kegiatan.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 69
BAB - IV
Permukaan
Permukaan jalan harus, stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur
halus tetap tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada
permukaan, kalaupun terpaksa ada tingginya harus tidak lebih
dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet maka ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
2.
Kemiringan
Kemiringan maksimum 7 dan pada setiap jarak 9 m disarankan
terdapat pemberhentian untuk istirahat.
3.
Area istirahat
Terutama
digunakan
untuk
membantu
pengguna
jalan
penyandang cacat.
4.
Pencahayaan
Berkisar antara 50 150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
5.
Perawatan
Dibutuhkan
untuk
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
kecelakaan.
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 70
6.
BAB - IV
Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.
7.
Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus
bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda
pelengkap jalan yang menghalang.
8.
Tepi pengaman
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna
netra yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
yang
berlaku
dengan
mempertimbangkan
faktor
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 71
BAB - IV
dan
tata
Pengembangan
guna
Berorientasi
lahan
yang
Transit
disebut
(Transit
sebagai
Oriented
TOD
direncanakan
dalam
kualitas
tinggi
untuk
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 72
BAB - IV
Aman;
pedestrian
lebih
terkontrol,
sehingga
meningkatkan keamanan
-
fungsi-fungsi
ini
juga
dimaksudkan
untuk
Nyaman;
Atraktif
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 73
BAB - IV
Mesjid
Labuhan
(3) TOD Mabar; berpusat di stasiun kereta api Mabar
(4) TOD Brayan; mencakup kawasan Brayan Kota, Brayan
Bengkel dan komplek PT KAI
(5) TOD Sunggal; berpusat di stasiun Kereta Api Sunggal
(6) Kawasan Aksara; mencakup kawasan perdagangan dan jasa
Aksara Plaza, koridor komersil M. Yamin dan Jl. Aksara
(7) TOD Kawasan Pusat Kota Medan
(8) Kawasan Maimun dan Sisingamangaraja; mencakup koridor
wisata Sisingamangaraja dan Maimun
(9) Kawasan Garden City Polonia; mencakup kawasan jalan
Sudirman, Imam Bonjol, Diponegero
(10) CBD Polonia; mencakup kawasan bekas bandara Polonia dan
kawasan sekitarnya
(11) TOD Amplas; berpusat di Terminal Amplas
(12) TOD Tuntungan ; berpusat di stasiun Kereta Api Tuntungan
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4. 17
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 74
LAPORAN AKHIR
BAB - IV
Hal. IV - 75
BAB - IV
Mengintegrasikan/menghubungkan
jalan
eksisting
tersebut
dengan
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 76
BAB - IV
Escape way ditetapkan di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Tol, Jalan-jalan
disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, jalan disekitar Stadion
Teladan, jalan di sekitar Lapangan Sejati , jalan di sekitar UNIMED, dan
jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya; dan
dan ruang
LAPORAN AKHIR
Hal. IV - 77
LAPORAN AKHIR
BAB - IV
Hal. IV - 78
LAPORAN AKHIR
BAB - IV
Hal. IV - 79