TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Dita Putri (012106132)
Dyah Chandra RKP (012106137)
Indri Setiani (012106193)
LEMBAR PENGESAHAN
RADIOGRAPH BASED DISCUSSION
Nama
:
Dyah Chandra RKP (012106137)
Dita Putri (012106132)
Indri Setiani (012106193)
Judul
: Tuberkulosis Paru
Bagian
: Ilmu Radiologi
Fakultas
: Kedokteran UNISSULA
November 2014
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang merupakan penyakit yang menular dan menjadi perhatian di seluruh dunia.
Tahun 2010 berkisar 8,8 juta jiwa terdiagnosis TB. 78% dari seluruh penyakit TB
berada di Asia, prevalensi tertinggi dan estimated annual risk dari infeksi
ditemukan di Asia Tenggara (237 per 100.000 penduduk). Indonesia merupakan
urutan nomor 3 di dunia dalam jumlah penderita TB paru setelah India dan Cina
(Situmorang, 2011).
Di Indonesia, tahun 2009 tercatat 1,7 juta orang meninggal karena TB
diantaranya 600.000 adalah perempuan dan 9,4 juta kasus TB baru diantaranya
3,3 juta jiwa adalah perempuan. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB
dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif
(15-55 tahun)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bacilli oleh karena mengakibatkan lesi berupa tuberkel atau disebut juga bakteri
tahan asam. Sebagian besar tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lain (PDPI, 2006).
2.2.2 Etiologi
Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, family Mycobacteriaceae
dan genus Mycobacterium. Genus Mycobacterium memiliki beberapa spesies
diantaranya Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada
manusia. Basil tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang
agak melengkung dengan ukuran panjang 2-4 m dan lebar 0,2-0,5 m.
Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, bila
diwarnai akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler. Kuman ini bersifat
obligat aerob dan pertumbuhannya lambat. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk
mengganda dan pertumbuhan pada media kultur biasa dapat dilihat dalam waktu
6-8 minggu. Suhu optimal untuk tumbuh dalam 37 c dan pH 6,4-7,0. Jika
dipanaskan pada suhu 60 c akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini
sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet (Hansell, 2005).
Organism ini agak resisten terhadap bahan-bahan kimia dan tahan terhadap
pengeringan, sehingga memungkinkan untuk tetap hidup dalam periode yang
panjang didalam ruangan, selimut dan kain yang ada di kamar tidur, sputum.
Dinding selnya 60% terdiri dari kompleks lemak seperti myolic acid yang
menyebabkan kuman bersifat tahan asm, cord factor merupakan mikosida yang
berhubungan dengan virulensi. Kuman yang virulensi mempunyai bentuk khas
yang disebut serpentinecord, Wax D yang berperan dalam imunogenitas dan
mukosa, tetapi penyebaran dengan cara ini sangat jarang. Jika focus tuberkulosis
telah berbentuk pada satu bagian tubuh maka penyakit dapat menyebar ke bagian
tubuh yang lain melalui pembuluh darah, saluran limfatik, kontak langsung,
saluran cerna (sering dari intestinum kembali ke darah melalui duktus torasikus)
dan terakhir yang paling sering melalui jalan napas (Masniari, 2005)
2.2.4 Patofisiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh cell mediated
immune respons. Sel efektornya adalah makrofag, sedang limfosit (biasanya sel
T) merupakan immunorespons cell. Inhalasi partikel besar yang berisi lebih dari
tiga basil tuberkulosis tidak akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di
dinding bronkus dan akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliari, tetapi inhalasi
partikel kecil yang berisi 1-3 basil dapat sampai ke alveoli.
M. tuberculosis yang masuk ke alveoli akan diikuti oleh vasodilatasi dan
masuknya leukosit polimorfonuklear dan makrofag yang berfungsi untuk
memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah beberapa hari maka leukosit
berkurang dan makrofag jadi dominan. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut yang disebut dengan focus primer
atau ghon focus yang merupakan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat sembut
dengan atau tanpa bekas atau dapat berlanjut terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil dapat menyebar melalui kelenjar getah bening
menuju kelenjar getah bening regional.gabungan terserangnya kelenjar getah
bening dengan focus primer disebut kompleks Ghon. Infeksi primer kadangkadang berlanjut terus dan perubahan patologisnya bersamaan seperti TB post
primer. TB post primer umumnya terlihat pada paru bagian atas terutama pada
segmen posterior lobus atas atau pada bagian apeks lobus bawah. Terjadinya TB
post primer dapat terjadi melalui salah satu dari 3 mekanisme ini yaitu:
1. Perkembangan langsung dari TB primer
2. Reaktivasi dari TB primer
3. Reinfeksi dari luar (exogenous reinfection)
Proliferasi dari hasil tuberkulosis di dalam nekrosis sentral diikuti dengan
perlunakan dan pencairan zat kaseosa dapat pecah ke bronkus dan membentuk
kavitas. Perdarahan dapat terjadi jika proses kaseosa berlanjut ke pembuluh
darah pada dinding kavitas. Penyebaran kaseosa dan bahan cair kedalam
percabangan bronkus akan menyebarkan infeksi kedaerah paru yang lainnya.
Rupturnya focus kaseosa ke dalam pembuluh darah mengakibatkan terjadinya
TB milier (Hansell, 2005)
2.2.5 Klasifikasi Tuberkulosis
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru)
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
i.
ii.
iii.
ii.
iii.
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
Adalah penderita dengan hasil BTA negative gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas)
negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,
terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih
mendukung
1. Pemeriksaan Klinis
TB disebut juga the great imitator oleh karena gejalanya banyak mirip
dengan penyakit lain. Pada pemeriksaan klinis dibagi atas pemeriksaan gejala
klinis dan pemeriksaan jasmani
a. Gejala klinis
Gejala klinis TB paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
i. Gejala respiratorik
a) Batuk : merupakan gejala paling dini dan paling sering
dikeluhkan. Batuk timbul oleh karena bronkus sudah
terlibat. Batuk-batuk yang berlangsung 3 minggu harus
dipikirkan adanya tuberkulosis paru
b) Batuk darah
a) Demam
ii.
Pemeriksaan bakteriologis:
Untuk
pemeriksaan
bakteriologi
untuk
menemukan
kuman
Bahan
pemeriksaan/specimen
dikumpulkan/ditampung
dalam
yang
pot
yang
berbentuk
bermulut
cairan
lebar,
d. Imunologi/serologi
-
Uji tuberculin
Di Indonesia dengan prevalensi TB yang tinggi pemeriksaan ini
kurang berarti apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan bermakna
jjika didapatkan konversi dari uji yang sebelumnya atau apabila
kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau timbul bula
yang
ada.
Ada
keinginan
menghentikan
seorang
radiolog.
Tuberkulosis
memberikan
ii.
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat
menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih
luas dari satu paru, atau jumlah dari seluruh proses yang ada paling
banyak seluas satu paru atau bila proses tuberkulosis tadi mempunyai
densitas lebih padat, lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih
dari sepertiga pada satu paru dan proses ini dapat atau tidak dapat
disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka luas (diameter) semua
kavitas tidak boleh lebih 4 cm.
iii.
2.3.2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotic
ireguler,
pita
parenkimal,
kalsifikasi
nodul
dan
adenopati,
perubahan
Seperti pemeriksaan foto thorak, penentuan bahwa kelainan inaktif tidak dapat
hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal, namun selalu
dihubungkan dengan kultur sputum yang negative dan pemeriksaan serial setiap
saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavitas dan lebih diandalkan daripada pemeriksaan foto thorak.
(European Society of Radiology,2011)
Gambar
4.
Post
primary
pulmonary TBC at CT
BAB III
LAPORAN KASUS
Mlonggo Jepara
No RM
: 01236808
Agama
: Islam
Pekerjaan
:Pendidikan
:Status
: Menikah
SukuBangsa
: Jawa (WNI)
Pemeriksaan
: X-Foto Thorax
Tanggal Pemeriksaan : 05 November 2014
3.2. Anamnesa (Alloanamnesa)
Anamnesis
KeluhanUtama
: Batuk darah
- Onset
- Lokasi
:-
- Kualitas
: E4M5V6
- Kuantitas
- Kronologis
Pasien merupakan pasien post opname 5 hari yang lalu di RSI Sultan
Agung, dengan diagnosis PJK. Dari hasil anamnesis pasien mengeluh
mengalami batuk darah (hemoptoe) sejak satu hari SMRS. Sebelumnya
pasien mengalami batuk berdahak terus menerus selama 1 bulan disertai
keringat pada malam hari dan penurunan berat badan. Kesadaran umum
pasien masih baik namun terlihat lemah karena nafsu makannya terganggu.
- Faktor yang memperberat
: Dingin
:-
- Gejala penyerta
3.3. Diagnosis
Tuberkulosis Paru
3.4. Pemeriksaan Penunjang
3.4.1 Pemeriksaan Laboratorium (Bakteriologis Sputum BTA)
- Sewaktu I : negatif
- Pagi : negatif
- Sewaktu II : negatif
3.4.2 Pemeriksaan Radiologi
3.4.2.1. Gambaran Foto Thorak PA
BAB IV
PEMBAHASAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
infeksi kuman (Mycobacterium tuberkulosis) yang disebut juga bakteri tahan
asam.. Gejala dari penyakit tuberkulosis diantaranya batuk yang berlangsung lebih
dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam, keringat malam,
anoreksia, malaise, dan berat badan badan menurun.Penegakan diagnosis meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dalam kasus ini diapatkan pasien seorang laki-laki usia 46 tahun datang ke
RS Islam Sultan Agung dengan dengan batuk darah, disertai keringat pada malam
hari dan penurunan berat badan serta batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu
tanpa ada penurunan kesadaran.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah foto thorak
proyeksi posteroanterior. Pada foto thorak tersebut jantung tidak dapat dinilai,
namun bentuk dan letak normal. Sedangkan untuk gambaran paru-parunya
didapatkan corakan bronkovaskular meningkat, tampak bercak pada lapang atas,
tengah dan bawah paru kanan kiri disertai fibrosis, tampak kesuraman homogen
pada laterobasal hemithoraks kiri, diafragma kanan setinggi costa 9 posterior,
serta sudut kostofrenikus kanan suram dan kiri tumpul Kesan yang didapat dari
pemeriksaan foto thorak proyeksi posteroanterior yaitu terdapat tuberkulosis paru,
suspek efusi pleura kanan, dan efusi pleura kiri serta bentuk dan letak jantung
normal.
BAB V
KESIMPULAN
1 bulan yang lalu tanpa ada penurunan kesadaran. Pada pasien dilakukan
pemeriksaan foto thorak proyeksi posteroanterior di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung. Kesan yang didapat dari pemeriksaan tersebut adalah terdapat
tuberkulosis paru, suspek efusi pleura kanan, dan efusi pleura kiri serta bentuk dan
letak jantung normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ben-Salma W, Ben-Kahla I, Marzouk M, Farjeni A, Ghezal S, Ben-Said M,
dkk. Rapid detection of Mycobacterium tuberculosis in sputum by patho-TB