dalam contoh air kemih tersebut yang diduga menjadi penyebab infeksi saluran kemih. Selain itu pihak
pihak lain yang terkait dalam masalah ini juga bisa menunjukkan tindakan apakah yang pantas dalam
pengobatan dan pencegahan infeksi tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bakteri apakah yang menjadi penyebab infeksi saluran
kemih dilaboratorium Klinika Surabaya periode Januari Oktober 2011 ?
Tinjauan Pustaka
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih
(mulai dari ginjal sampai urethra) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain (Rahardjo,1999).
Epidemiologi
Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi tergantung klasifikasi kliniknya. Tetapi, pada
umumnya prevalensi infeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki
dengan berbagai alasan. Prevalensi pada wanita meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan akan
mencapai 10 % pada usia lanjut. Aktivitas sek dan kehamilan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
pada wanita. Prevalensi pada laki laki meningkat sehubungan dengan meningkatnya keluhan prostat. Di
Indonesia didapatkan angka prevalensi tinggi. Sardjito pada tahun 1985 mendapatkan bakteri
asimptomatik ( tak bergejala) pada 3,3 % pada balita yang terdiri dari 1 3,7 % wanita dan 0,3 2,1 %
laki laki , sedangkan Barmawi Hisyam mendapatkan 15,4 % pada pelajar wanita dan 5 % pada pelajar
laki laki.
Pada penelitian Pranawa tahun 1987, didapatkan bakteriuri asimptomatik (tak bergejala) pada
kehamilan sejumlah 10,7 % . Sementara pada awal 1997 diruangan penyakit dalam dijumpai infeksi
kateter menetap, angka ini lebih rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun 1984 yaitu
sebesar 57,5 % (Pranawa, 2002).
Etiologi
Banyak macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tapi sejauh ini agen yang
paling umum adalah bakteri golongan batang Gram negative yang dalam keadaan normal bertempat
tinggal didalam traktus digestifus (saluran pencernaan). Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang berbeda tetapi pada umumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa 90 % penyebab tersering infeksi
saluran kemih adalah Escherichia coli. Bakteri batang Gram negative lainnya seperti Proteus, Klebsielle,
dan kadang Enterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (Widodo, 2004).
Kokus Gram positif memainkan peran yang lebih kecil pada infeksi saluran kemih. Namun
Staphylococcus suprophyticus menyebabkan 10 15 infeksi saluran kemih simptomatik (bergejala) pada
wanita muda. Enterococcus dan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada pasien dengan batu
ginjal. (STAMN, 1999)
Patogenesis
Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini
asendinglah yang paling sering terjadi
1. Infeksi Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena
menderita penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapatkan imunosupresif. Penyebaran
hematogen juga bisa timbul akibat adanya focus infeksi disalah satu tempat. Misalnya infeksi
Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari focus infeksi tulang,
kulit, endotel, atau ditempat lain. Salmonella, Pseudomonas, dan Proteus termasuk jenis bakteri yang
dapat menyebar secara hematogen, sedangkan Escherichia coli jarang ada di infeksi hematogen.
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang
berat, misalnya infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginja
2. Infeksi Asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung organisme kecuali pada bagian distral
uretra yang biasanya dihuni oleh bakteri normal kulit.
Disamping bakteri flora normal kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distral uretra ini banyak dihuni
bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Bakteri penghuni
terbanyak pada daerah tersebut adalah Escherichia coli.
Karena peran factor predisposisi maka kolonisasi Escherichia coli pada wanita didaerah tersebut
diduga karena :
1) . Adanya perubahan flora normal didaerah perineum.
2) . Berkurangnya antibody local
3) . Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel pada wanita.
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme kedalam kandung kemih dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain :
1). Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak pada wanita dari pada laki laki, hal ini disebabkan
oleh bentuk anatomi uretra pada wanita lebih pendek dan terletak dekat anus.
2). Faktor tekanan air kemih pada waktu buang air kecil
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu buang air kecil karena tekanan air kemih. Dan
selama buang air kecil terjadi refluks kedalam kandung kemih setelah pengeluaran air kemih
3). Faktor lain
Misal kebersihan alat kelamin bagian luar dan perubahan hormonal waktu menstruasi.
c. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarkannya infeksi dari pelvis ke korteks
karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya
valvula vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena :
1) Memendeknya bagian intravesikal ureter yang bisa terjadi secara congenital.
2) Edema mukosa ureter akibat infeksi. (TESSY, 2001 )
Klasifikasi ISK
Klasifikasi ISK menurut Stamey didasarkan terutama pada terapeutik, dan alternatif penyebab
untuk pengelolaan penderitan ISK terbagi menjadi 3 golongan :
1. Infeksi pertama
Sekitar 80% infeksi pertama disebabkan oleh Escherichia coli, sangat sensitive terhadap antimikroba, dan
menurut pengalaman dalam beberapa hari akan lenyap dengan terapi oral yang tidak mahal.
2. Bakteriuria yang tidak sembuh
Bakteriuria yang tidak sembuh menunjukkan kegagalan sterilisasi air kemih walaupun diberi terapi
antimikroba. Jika bakteriuri tidak dapat dihilangkan, infeksi saluran kemih tidak dapat dianggap sembuh,
dan infeksi yang terjadi tidak dapat diklasifikasikan sebagai kuman penyebab tersering dari bakteriuria
yang tidak sembuh selama pengobatan adalah adanya mikroorganisme yang pada mulanya resisten atau
menjadi resisten terhadap agen antimikroba yang dipilih untuk mengobati infeksi.
3. Bakteriuria kuman
Jenis bakteriuria kuman dapat ditentukan, bila bakteriuria telah sembuh selama beberapa hari dan obat
antimikroba dihentikan.
a. Bakteri menetap
Menetapnya bakteri dalam saluran kemih (misal pada batu ginjal atau prostates bakteri )
menimbulkan infeksi kuman dengan spesies yang sama. Biasanya dilakukan pembedahan untuk
menghilangkan sumber infeksi untuk mengobati infeksi kuman ini.
b. Reinfeksi
Reinfeksi ini disebabkan oleh pemasukan kembali bermacam macam bakteri dari reservoir luar
saluran kemih. Kebanyakan infeksi kuman pada wanita adalah reinfeksi dan memerlukan profilaksis
antimikroba, bukan pembedahan . (Schaeffer, 1994)
Klasifikasi ISK menurut lokalisasi nya, terbagi menjadi 2 bagian :
1) Infeksi saluran kemih atas, meliputi ginjal dan ureter.
2) Infeksi saluran kemih bawah, meliputi buli buli dan uretra.
Gejala infeksi saluran kemih atas dan bawah biasanya berbeda. Untuk membedakan infeksi atas dan
bawah diperlukan ter invasif maupun non invasif. Tes invasif adalah tes bakteriologi dengan membiakkan
air kemih yang diambil dari kateterisasi ureter serta bilasan kandung kemih, menurut Fairly. Tes non
invasif terdiri atas tes imunologik yaitu tes tentang adanya bakteri berselubung antibody di air kemih dan
titer antibody serum terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Tes non invasif pemeriksaan
bakteri berselubung antibody ini pertama kali dilakukan oleh Thomas (1974) relatif mudah, dan
mempunyai nilai sensitivitas 76% dan spesifisitas 88% (Thomas dan Forland 1982 ; Rahardjo, 1990).
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
1)
2)
A.
Gambaran Klinis
Tanda dan gejala klinis infeksi saluran kemih tidak selalu dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada
keadaan bakteriuri asimptomatik ( tanpa gejala). Gejala yang lazim ditemukan adalah : disuria,
polakisuria, terdesak kencing (urgeney), stranguria, tenesmus, nokturia. Sedangkan gejala yang kurang
sering ditemukan adalah Enuresis nocturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, dan
prostatismus yaitu adanya kesulitan memulai kencing dan kurang deras arusnya. (RAHARDJO, 1990).
Manifestasi klinis menurut jenis kelaminnya, gejala yang lazim ditemukan adalah :
Pada wanita
Sistitis, dengan gejala : merasa ingin buang air kecil, demam ringan, rasanya seperti terbakar bahkan
adanya darah dalam air kemih.
Sindrom uretra, dengan gejala : rasa nyeri pada perut bagian bawah dan sering buang air kecil.
Pyelonefritis, dengan gejala : rasa nyeri pada pinggang belakang disertai demam. Walaupun jarang
terjadi, namun penyakit ini perlu diwaspadai karena bisa merusak ginjal.
Pada laki laki
Prostatis, dengan gejala : sering buang air kecil , demam, terasa terbakar saat buang air kecil, nyeri
pinggang, dan prostate bengkak.
Sistitis, dengan gejala : demam ringan, sering buang air kecil, dan adanya darah dalam air kemih. Gejala
ini bisa timbul oleh karena bakteri atau obstruksi seperti pembesaran prostate.
Uretritis, dengan gejala : keluarnya cairan pada uretra, terasa terbakar saat buang air kecil, dan nyeri pada
penis atau uretra.
Sedangkan menurut lokalisasi terjadinya infeksi saluran kemih, gejala yang lasim ditemukan :
Infeksi saluran kemih bagian atas
Gejala : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria makroskopis.
Infeksi saluran kemih bagian bawah
Gejala : sering kencing, rasa panas atau terbakar dikandung kemih, dan nyeri suprapubik. (Siregar, 2000)
Diagnosis Bakteriologis
Sebelum kita mendiagnosis adanya bakteri didalam air kemih, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu syarat bakteriologis, cara pengambilan, dan penampugan air kemih.
Syarat Bakteriologis
1) Sebaiknya digunakan air kemih pada pagi hari
.
1)
2)
3)
4)
5)
Pencegahan
Minum banyak air setiap hari.
Jika anda merasa harus buang air kecil, jangan menahannya.
Menyeka dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri disekitar anus memasuki vagina atau uretra.
Membersihkan daerah kelamin sebelum melakukan hubungan seks.
Buang air kecil setelah hubungan seks (www.hd.co.id)
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian untuk mengetahui bakteri penyebab tersering ISK di Laboratorium Klinika
Surabaya periode Januari Oktober 2011
Populasi penelitian adalah semua penderita yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih.
Sampel diambil secara menyeluruh dengan jumlah 67 contoh air kemih laki laki , dan 90 contoh air
kemih wanita pada periode januari - Oktober 2011
Pengambilan data yang dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang
dikerjakan di Laboratorium Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan
Januari sampai bulan Oktober 2011 . Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium
ini adalah 67 contoh air kemih laki laki dan 90 contoh air kemih wanita.
Teknik Pemeriksaan sebagai berikut: Bahan yang digunakan sebagai pemeriksaan adalah 67
contoh air kemih laki laki dan 90 contoh air kemih wanita, yang kedua duanya menggunakan contoh
air kemih porsi tengah.
Cara kerja untuk diagnosis bakteriologi menggunakan biakan air kemih, sedangkan tahap pemeriksaannya
meliputi 2 tahap yaitu tahap pemeriksaan kuantitatif dengan metode total plate count dan tahap
pemeriksaan kualitatif.
Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan metode prosentase adapun rumus yang
digunakan adalah jumlah masing masing kuman penyebab diprosentasekan terhadap jumlah total
kuman
penyebab
infeksi
saluran
kemih
Kerangka
Kerja
NO
Nilai
1. Positif
2. Negatif
Jumlah
Sumber : data diolah
Dari 105 penderita yang dinyatakan positif infeksi saluran kemih, bakteri Escherichia coli
mendominasi terjadinya infeksi ini, yaitu sebesar 59%, diurutan yang kedua dihuni oleh Enterobacter
aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut turut
dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. ( table 2)
Sedangkan hasil identifikasi dari 35 sampel air kemih pada wanita yang dinyatakan positif
infeksi saluran kemih, didapatkan 65,7% penyebabnya adalah Escherichia coli. Untuk jenis bakteri
penyebab ISK lainnya pada wanita, yaitu : Enterobacter aerogenes sebesar 22,9% , Staphylococcus
epidermidis sebesar 8,6% dan Streptococcus faecalis 2,6%. ( table 4 )
Tabel 4. Jenis bakteri penyebab ISK pada wanita
N
Jenis bakteri penyebab
Jumlah
Prosentase
o
(% )
1. Escherichia coli
38
58.5
2. Enterobacter aerogenes
15
23
3. Staphylococcus epidermidis
12
18.5
Jumlah
65
100
Sumber: Data diolah
Pembahasan
Dari data yang didapatkan di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari sampai
Oktober 2011 ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya adalah Escherichia
coli yang merupakan penyebab tersering infeksi saluran kemih, yaitu sebanyak 63,6% dan wanitalah
yang mendominasi infeksi saluran kemih ini, yaitu sebesar 65,7%. Hal serupa juga pernah dilaporkan
oleh Rahardjo dan susalit dalam penelitiannya didua rumah sakit yaitu, dirumah Sakit
CiptoMangunkusumo ( RSCM ) dan Rumah Sakit swasta pada tahun 1974. Di RSCM ditemukan
51,5% penyebab infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli sedangkan di Rumah Sakit swasta
sebesar 35%. Untuk kuman lain seperti Enterococcus aerogenes, Staphylococcus epidermidis, dan
Pseudomonas jarang ditemukan pada infeksi saluran kemih. Dari penelitihan Ni Made Mertaniasih,
dkk di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2004 penyebab tersering
infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli yaitu sebesar 39%.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan tingginya Escherichia coli yang menjadi penyebab
tersering infeksi saluran kemih, antara lain adanya antigen O yang merupakan bagian terluar dinding
sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida. Antigen O ini tahan terhadap panasdan
alcohol. Adanya antigen K juga berpengaruh terhadap tingginya Escherichia coli sebagai penyebab
infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan karena antigen K menyebabkan melekatnya bakteri pada sel
epitel yang memungkinkan invasi ke system saluran air kemih.
Infeksi saluran kemih juga kerap kali terjadi pada wanita 61,9% dibandingkan dengan laki
laki 38,1% hal demikian bisa terjadi karena adanya perbedaan anatomi uretra. Uretra wanita sangat
pendek dibandingkan dengan laki laki. Panjang uretra wanita kira kira 3 cm dan muaranya relative
terbuka serta berdekatan dengan vagina dan anus yang banyak mengandung kuman sehingga
kemungkinan kuman masuk ke dalam saluran air kemih cukup besar. Disamping itu uretra wanita
merupakan lanjutan dari krepti krepti yang dikelilingi oleh kelenjar kelenjar dan 2/3 distal uretra
tersebut banyak mengandung kuman. Oleh karena itu bila ada trauma seperti pemasangan kateter
maka kuman dapat terdorong masuk kedalam kandung kemih.
Secara umum infeksi saluran kemih pada laki laki disebabkan oleh adanya obstruksi pada
uretra baik disebabkan oleh batu maupun pembesaran prostat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih
di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia coli,
yaitu sebesar 59%, diurutan kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan
yang ketiga dan keempat, secara berturut turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar
14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%.
Saran
Karena kita mengetahui bakteri tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli, maka
disarankan bagi praktisi Laboratorium umtuk mengidentifikasi Escherichia coli lebih teliti dalam
mengenali bakteri ini. Misalnya, jika dalam pemeriksaan contoh air kemih ditemukan kuman
berbentuk batang Gram negatif yang dicurigai Escherichia coli, sebaiknya menggunakan media EMB
( Eosin Methylen Blue ) karena pada media ini Escherichia coli mempunyai morfologi yang khas
yaitu memberikan warna kemilau metallic sheen .
Kebersihan daerah kemaluan juga harus dijaga, karena kemungkinan besar terjadinya infeksi
saluran kemih disebabkan adanya pencemaran disekitar daerah kemaluan tersebut.
Agar para wanita tidak memakai pakaian dalam yang mengandung bahan nilon, karena
bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan kuman pathogen
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1996. Mikrobiologo kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta. Halaman 732-734.
Mc Kane, L dan Kendel, J.1996. Microbiology Essential and Applications. McGraw-Hill. Singapore.
Mertaniasih N.m., dkk 2004. Media IDI. Volume 29. IDI Surabaya. Halaman 22-27.
Pranawa, 2002 Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam. FKUA Dr.
Soetomo. Surabaya. Halaman 127-129
Rahardji, J.P dan Susalit. 1990. Ilmu Penyakit Dalam . Jilid II. FKUI. Jakarta. Halaman 262-272.
Scaffer, AJ. 1994. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi. Edisi 4. UGM. Yogyakarta. Halaman 201-208.
Siregar, P. 2000. Current Treatmen in Internal Medicine. FKUI. Jakarta. Halaman
179-184. Halaman 112-120.
Stamn, W.E. 1999. Harrison Prinsip prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2 (13). EGC. Jakarta. Halaman
75-84.
Tessy, Ardaya dan Suwanto 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Mikrobiologi Kedokteran. II(3). FKUI.
Jakarta. Halaman 369-376.
Widodo,D. 2004. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. FKUI. Jakarta. Halaman 91-102.
Winsor, DK dan Cleary, T.G. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 (15). EGC. Jakarta
.
Halaman 976-979.
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Akademi Analis Kesehatan Malang (c). Template Simple. Gambar template oleh luoman.
Diberdayakan oleh Blogger.