Meningits Dan Hidrosephalus
Meningits Dan Hidrosephalus
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Meningitis
Meningitis adalah inflamasi pada meninges yang melapisi otak dan
medula spinalis. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, atau jamur) tetapi dapat juga terjadi karena iritasi kimia, perdarahan
subarachnoid, kanker atau kondisi lainnya.3
Definisi lain menyebutkan meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai
dengan peradangan pada meninges, yaitu lapisan membran yang melapisi
otak dan sumsum tulang belakang. Membran yang melapisi otak dan
sumsum belakang ini terdiri dari tiga lapisan yaitu:2
1. Dura mater, merupakan lapisan terluar dan keras.
2. Arachnoid, merupakan lapisan tengah membentuk trabekula yang
mirip sarang laba-laba.
3. Pia mater, merupakan lapisan meninges yang melekat erat pada otak
yang mengikuti alur otak membentuk gyrus & sulcus.
Gabungan antara lapisan arachnoid dan pia mater disebut leptomeninges.
Ruang-ruang potensial pada meninges dilewati oleh banyak pembuluh
darah yang berperan penting dalam penyebaran infeksi pada meninges.
B. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya meningitis :2
1. Usia, biasanya pada usia < 5 tahun dan > 60 tahun
2. Imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh
3. Diabetes melitus, insufisiensi renal atau kelenjar adrenal
4. Infeksi HIV
5. Anemia sel sabit dan splenektomi
6. Alkoholisme, sirosis hepatis
7. Talasemia mayor
8. Riwayat kontak yang baru terjadi dengan pasien meningitis
9. Defek dural baik karena trauma, kongenital maupun operasi
10. Ventriculoperitoneal shunt
C. Etiologi dan Klasifikasi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
Meningtis virus
Meningitis bakteri
Meningitis spiroketa
Meningitis fungus
Meningitis protozoa dan
Meningitis metazoa
Meningitis
berat.7
Agen
infeksi
meningitis
purulenta
mempunyai
Golongan
umur
5-20
tahun
disebabkan
oleh
Staphylocccus,
Streptococcus
dan
purulenta
paling
sering
disebabkan
oleh
influenzae
dan
D. Patofisiologi
1. Meningeal Invasion
Mekanime masuknya kuman ke dalam lapisan meninges masih belum
diketahui sepenuhnya. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pejamu, agen
infeksi dan faktor lingkungan. Pada bayi yang belum menghasilkan
antibody spesifik dapat mudah terkena meningitis oleh bakteri gram
negatif, sedangkan pada bayi yang agak besar telah kehilangan IgG
yang diperolehnya melalui plasenta dan mudah terkena infeksi
meningokokus dan H. Influenzae.1,5 Pada orang dewasa dengan
gangguan
sistem
imun
seperti
pada
keganasan
sistem
Penyebaran
bakteri/virus
dapat
pula
secara
dan
fibrin
sedangkan
di
lapisan
dalam
terdapat makrofag.2,13
3. Perubahan Sawar Darah Otak
Sawar darah otak, menjaga susunan syaraf pusat terhadap bahaya yang
datang dari lintasan hematogen. Proses radang juga menyebabkan
terjadinya perubahan permeabilitas dari kapiler otak yang sebelumnya
kedap dan selektif terhadap berbagai macam zat, menjadi permeabel
sehingga terjadi kebocoran plasma dan dapat menyebabkan kuman
masuk kedalam cairan serebrospinal dan ruang subarachnoid. Dengan
demikian peradangan akan terus terjadi tidak hanya pada pembuluh
darah. Selain itu Proses radang yang mengenai vena-vena di korteks
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuron- neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang
fibrino-purulen menyebabkan kelainan kranialis. Pada meningitis yang
disebabkan
oleh
virus,
cairan
serebrospinal
tampak
jernih
cairan
serebrospinal
jika
terkena
radang
akan
Diagnosis
pasti
ditegakkan
dengan
pemeriksaan
cairan
Kejang
hebat,
malaise,
nyeri
otot
Pada
orang
gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang
hebat, gangguan kesadaran dan kadang disertai kejang terutama pada bayi
dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, terjadi
parese nervus kranialis, hemiparese atau quadripare, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun
menonjol dan muntah lebih hebat.
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan semakin
parah dan gangguan kesadaran lebih berat sampai koma. Pada stadium ini
penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak
13
F. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat diketahui dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
tangan
kanan
mencegah
3. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Pungsi Lumbal15
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel
dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Agent
Bacterial
Opening
WBC count
Glucose
Protein
Pressure
(cells/L)
(mg/dL)
(mg/dL)
< 40
>100
(mm H2 O)
200-300
100-5000;
meningitis
>80% PMNs
Microbiology
Specific pathogen
demonstrated in 60%
of Gram stains and
Viral
90-200
meningitis
Tuberculous
10-300;
Normal,
lymphocytes reduced in
80% of cultures
Normal but Viral isolation, PCR
may be
assays
LCM and
slightly
mumps
Reduced, <
elevated
Elevated,
Acid-fast bacillus
stain, culture, PCR
India ink, cryptococcal
180-300
100-500;
meningitis
Cryptococcal
180-300
lymphocytes 40
10-200;
Reduced
>100
50-200
meningitis
Aseptic
90-200
lymphocytes
10-300;
Normal
antigen, culture
Normal but Negative findings on
lymphocytes
may be
meningitis
workup
slightly
Normal values 80-200
0-5;
50-75
elevated
15-40
Negative findings on
lymphocytes
workup
LCM = lymphocytic choriomeningitis; PCR = polymerase chain reaction; PMN =
polymorphonuclear leukocyte; WBC = white blood cell.
Tabel 1. Penilaian Cairan Serebrospinal Berdasarkan Agen Infeksi (diambil
dari kepustakaan 2)
10
b.
Pemeriksaan Darah2
Dilakukan pemeriksaan darah rutin, Laju Endap Darah (LED),
kadar glukosa, kadar ureum dan kreatinin, fungsi hati, elektrolit.
1) Pemeriksaan LED meningkat pada meningitis TB
2) Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit
polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
3) Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
4) Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap
glukosa pada cairan serebrospinal.
5) Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi
c.
d.
S. Pneumoniae, N. Meningitidis.
2) Nasofaring
3) Sputum
4) Urin
5) Lesi kulit
Pemeriksaan Radiologis2
Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto
kepala, CT-Scan dan MRI. Foto thorax untuk melihat adanya
infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya pada pneumonia dan
tuberkulosis, foto kepala kemungkinan adanya penyakit pada
mastoid dan sinus paranasal.
Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan pemeriksaan
diagnosis pasti meningitis. Beberapa pasien dapat ditemukan
adanya enhancemen meningeal, namun jika tidak ditemukan bukan
berarti meningitis dapat disingkirkan.
Berdasarkan pedoman pada Infectious Diseases Sosiety of America
(IDSA), berikut ini adalah indikasi CT-Scan kepala sebelum
dilakukan lumbal pungsi yaitu :
1) Dalam keadaan Immunocompromised
11
infeksi fokal)
Terdapat kejang dalam satu minggu sebelumnya
Papiledema
Gangguan kesadaran
Defisit neurologis fokal
12
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
meningitis
mencakup
penatalaksanaan
meningitis
dapat
sembuh
kausatif,
sendiri.
13
Antibiotics
Amoxicillin or ampicillin plus either cefotaxime or
Age 1 mo-50 y
Age >50 y
an aminoglycoside
Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone*
Vancomycin plus ampicillin plus ceftriaxone or
Recurrent meningitis
Basilar skull fracture
Head trauma, neurosurgery, or
or meropenem
Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone
Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone
Vancomycin plus ceftazidime, cefepime, or
CSF shunt
CSF = cerebrospinal fluid.
meropenem
Tabel 2. Rekomendasi Terapi Empirik dengan Meningitis Suspek Bateri (diambil dari
kepustakaan 2)
a. Neonatus-1 bulan
1) Usia 0-7 hari, Ampicillin 50 mg/kgBB IV/ 8 jam atau dengan
tambahan gentamicin 2.5 mg/kgBB IV/ 12 jam.
2) Usia 8-30 hari, 50-100 mg/kgBB IV/ 6 jam atau dengan
tambahan gentamicin 2.5 mg/kgBB IV/ 12 jam.
b. Bayi usia 1-3 bulan
1) Cefotaxim (50 mg/kgBB IV/ 6 jam)
2) Ceftriaxone (induksi 75 mg/kg, lalu 50 mg/kgBB/ 12 jam)
Ditambah ampicillin (50-100 mg/kgBB IV/ 6 jam)
Alternatif lain diberikan Kloramfenikol (25 mg/kgBB oral atau IV/
12 jam) ditambah gentamicin (2.5 mg/kgBB IV or IM / 8 hours).
c. Bayi usia 3 bulan sampai anak usia 7 tahun
14
15
tetapi
secara
umum
tidak
dapat
mengurangi
mortalitas.
3. Meningitis Sifilitika
Terapi pilihan pada meningitis sifilitika adalah penisilin G kristal aqua
dengan dosis 2-4 juta unit/hari setiap 4 jam selama 10-14 hari, sering
pula diikuti pemberian penisilin G benzatin IM dengan dosis 2.4 juta
unit. Pilihan alternatif adalah penisilin G prokain dosis 2.4 juta
unit/hari IM dan probenesid dosis 500 mg oral setiap 6 jam selama 14
16
(0.7
mg/kgBB/hari),
biasanya
ditambahkan
17
obat
antituberkulosis,
pengobatan
tetap
dilanjutkan
18
J. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak,
jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik.
Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis
20
yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan
mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta
mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan
gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita mengalami
kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada
umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita
mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8
9
minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis
yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral
memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh
dalam 1 2 minggu dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total
bisa terjadi.
Hidrocephalus
I.
Definisi
Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume
dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan
sub arakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat produksi
cairan serebrospinal yang berlebihan, obstruksi jalur cairan cerebrospinal
maupun gangguan absorpsi cairan serebrospinal.21
19
nonkomunikans/hidrocephalus
obstruktif
merupakan
masalah bedah saraf pediatrik yang paling sering ditemukan dan biasanya
mulai timbul segera setelah lahir, hidrocephalus obstruktif biasanya
disebabkan oleh kelainan kongenital. 21
Hidrocephalus komunikans dimana aliran cairan dari sistem ventrikel ke
ruang sub arakhnoid tidak mengalami sumbatan, biasanya terjadi karena
lebih banyak produksi CSS dibanding direabsorpsi. 21
II.
Frekuensi
Insidens hidrocephalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara
pasti Secara umum dilaporkan sebesar 3 kasus/1000 kelahiran hidup,
sedangkan insidens hidrocephalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap
populasi yang berbeda. 22
Berikut ini pembagian hidrocephalus menurut jenis kelamin dan umur: 23
1.
Jenis kelamin
Insiden hidrocephalus pada laki-laki dan perempuan adalah sama.
2.
Umur
Banyak hidrocephalus terjadi pada masa balita sebanyak 60%,
sedangkan pada dewasa insiden hidrocephalus hanya 40%.
20
III.
Patofisiologi
Pada prinsipnya hidrocephalusterjadi sebagai akibat dari ketidak
seimbangan antara produksi, obstruksi dan absorpsi dari CSS. Adapun
keadaan-keadaan
yang
dapat
mengakibatkan
terjadinya
ketidak
Disgenesiscerebri
46% hidrocephaluspada anak akibat malformasi otak dan yang
terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi
serebral akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat
menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak
terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah
hidroanensefali yang terjadi akibat kegagalan pertumbuhan
hemisferium serebri.
2.
tersering
adalah
papiloma
pleksus
khoroideus,
juga
dapat
menekan
dari
arah
belakang
yang
21
4.
5.
IV.
Macam-macam Hidrocephalus
Hidrocephalusdapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:40
1.
2.
Anatomis
a.
b.
Hidrocephalustipe komunikans
Etiologi
a.
Tipe obstruktif
i.
Kongenital
Malformasi Arnold-Chiari
ii.
Didapat
22
Hematoma intraventrikular
Tumor
b.
Tipe komunikans
Penebalan
leptomeningens
dan/atau
arakhnoid akibat:
- Infeksi
- Perdarahan subarachnoid
- Meningitis karsinomatosa
V.
Gejala Klinik 23
1.
Anamnesis
a.
Umur pasien
Sebab
Lokasi obstruksi
Durasi
Kecepatan onset
b.
Susah makan
Irritability
Aktivitas berkurang
Muntah
c.
23
granulasi
d.
2.
Mengantuk
Symptoms pada dewasa
Kemunduran kognitif
Sakit kepala
Nausea
Muntah
Penglihatan ganda
Mengantuk
Pemeriksaan fisik
a.
Balita
-
24
Fontanel tegang
b.
Anak-anak
-
c.
Dewasa
-
VI.
Diagnosis
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik, untuk keperluan diagnostik hidrocephalusdilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu :21
1.
prosedur
ini
dapat
diketahui:
pelebaran
sutura,
tanda-tanda
peningkatan
tekanan
posterior.
25
Transiluminasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu
senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3.
Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi.
Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.
4.
Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang
melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrocephalusternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh
karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel
secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
5.
26
CT Scan kepala
Diagnosis banding
1.
Megalencephaly:
mirip
seperti
hidrocephalustetapi
pada
3.
VIII.
Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis ini
dapat
ditingkatkan
maksimal
1.200 mg/hari.
Furosemid
Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari atau
injeksi
Intravena
sebanyak
0,6
mg/KgBB/hari.
2.
Operasi
Ventriculo Peritoneal Shunt (VP-Shunt)
Prosedur ini harus di ruang operasi dalam keadaan general anestesi.
Biasanya membutuhkan waktu 1,5 jam. Sebelumnya rambut harus
dicukur. Dilakukan insisi dengan bentuk tapal kuda dibelakang
telinga dan insisi kecil di rongga perut. Lubang kecil dibuat di
tengkorak, dan tabung kecil yang disebut kateter dimasukkan ke
dalam ventrikel otak. Kateter lain dibuat menjadi terowongan
dibawah kulit dari belakang telinga, turun ke leher dan dada,
kemudian keluar lewat rongga abdomen. Bila kateter pergi ke
jantung, maka dokter melakukan pemotongan kecil di leher untuk
mengalihkan kateter. 24
Katub (pompa cairan) ditempatkan dibawah kulit dibelakang
telinga. Katub ditempelkan pada kedua kateter. Ketika tekanan
ekstra di kepala bertambah, cairan diarahkan di katub dan
kemudian dihisap sampai ke perut. Katub dapat diprogram untuk
menghisap lebih banyak atau sedikit. Berikut ini adalah gambar
PV-Shunt: 25
28
IX.
Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrocephalusditentukan
ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih
baik dari hydrocephalus yang bersama dengan malformasi lain
(hidrocephaluskomplikata). 21
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mahar M & Priguna S, 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. PT.
2.
3.
WHO,
2013.
Meningitis.
Article.
Available
at
4.
http://www.who.int/topics/meningitis/en/
Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
5.
at
Digital
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar
6.
%20japardi23.pdf
Soedarto, 2004. Sinopsis Virologi Kedokteran. Airlangga University Press,
7.
Surabaya.
Nelson, 1996. Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2. EGC, Jakarta.
29
8.
9.
Jakarta.
Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. GadjahMada
Available
at
http://cdn.intechopen.com/pdfs/34319/InTech-
Neurologic_complications_of_bacterial_meningitis.pdf
20. Nelson, 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Kedokteran EGC, Jakarta..
21. Mubarak, Husnul. Hydrocephalus Congenital. [online]. Available at:
http://cetrione.blogspot.com/2009/03/hidrocephalus.html. Last update: Kamis,
19 Maret 2009. diakses pada tanggal: minggu, 13 September 2009.
22. Saanin, S, Hydrosefalus, Available at: http://Hidrosefalus, html accessed in
February 2006. diakses pada tanggal : minggu, 13 september 2009.
30
23. J
Espay,
Alberto.
Hydrocephalus
[online].
Available
at:
Plus.
Ventriculoperitoneal
Shunt.
[online].
Available
at:
Children
Hospital.
Hydrocephalus.
[online].
Available
at:
http://neurosurgery.seattlechildrens.org/assets/images/vp_shunt_belly_large.jp
g&imgrefurl=. Last update: Agustus 2009. diakses pada tanggal: minggu, 13
September 2009.
31