KEDOKTERAN KOMUNITAS
MERS Co-V
Disusun Oleh
Ketua
: Arwan Firmansyah
(1102009042)
Anggota
: Ajeng Febriyanti
(1102010013)
Rindayu Ambarsih
(1102010242)
BAB I
PENDAHULUAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya
atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, marburgvirus,
lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali
setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya
diphtheria,
cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis,
variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.
Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c. Kepala Stasiun kereta api, kepala Terminal kendaraan bermotor, kepala asrama, kepala
sekolah,/ pimpinan perusahaan, kepala unit kesehatan pemerintah atau swasta
d. Nahkoda kendaraan air dan udara
Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Kepala Lurah atau Kepala Desa dan atau
Unit Kesehatn terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita
atau tersangka penderita/ baik dengan cara lisan, maupun tertulis. Kemudian laporan
kewaspadaan tersebut harus diteruskan kepada laporan kepala Puskesmas setempat.
Isi laporan kewaspadaan tersebut adalah :
Nama penderita hidup atau telah meninggal
Golongan umur
Tempat dan alamat kejadian
Waktu kejadian
Jumlah yang sakit dan meninggal
ALUR LAPORAN KEWASPADAAN
Rumah Sakit,
Instansi lain (Stasiun,
Perush)
Dinas
Kesehatan
PUSKESMAS
Puskesmas
pembantu/bidan
desa
Alur laporan
Penyelidikan
dan
penanggulanga
n Penyelidikan
Bantuan
Penyelidikan
epidemiologi dan
penanggulananga
n
Camat
Desa/kelurahan
Dusun/RT/RW
Masyarakat
dan penanggulangan
Laporan wabah ini harus diikuti dengan laporan Hasil Penyidikan dan Rencana
Penanggulangannya.
Unit kesehatan yang membuat laporan adalah Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Propoinsi, dengan berpedoman pada format Laporan. Formulir
Laporan adalah sama untuk Puskesmas, Kab/Kota dan Propinsi, dengan Kode berbeda.
Berisi nama daerah (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan nama puskesmas), jumlah
penderita dan meninggal pada saat laporan, nama penyakit, dan langkah-langkah yang
sedang dilakukan. Satu formulir berlaku untuk 1 jenis penyakit saja.
ALUR LAPORAN
Menteri Kesehatan (Dirjen
PPM&PL)
Gubernur
Dinas
Kesehatan
Propinsi
Bupati/waliko
ta
Dinas
Kesehatan
kab/kota
Camat
Rumah sakit
Puskesmas
Laporan di Puskesmas:
Laporan Puskesmas dibuat oleh Puskesmas kepada camat dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Laporan di Rumah Sakit :
Laporan adanya penyakit di RS dibuat oleh Rumah sakit dikirim ke Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Laporan di Kabupaten/Kota:
Laporan Kabupaten/Kota dibuat oleh dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kepada
Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi.
Laporan di Propinsi :
Laporan Propinsi dibuat oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Gubernur dan
Departemen Kesehatan, ub. Direktorat Jenderal yang menangani Penyakit (Dirjen
PPM&PL)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
A. DEFINISI
MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang
menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus (viral
respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di egat egati. Penyakit
tersebut disebabkan oleh coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang
terinfeksi MERS-CoV berlanjut menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute
respiratory illness). Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang
terinfeksi virus tersebut meninggal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang terinfeksi
MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.
Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan
orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak
menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder.
Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain yang terinfeksi
virus tersebut.
Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait,
Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE). Selain itu, negara lain yang
terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom, Tunisia, Afrika Utara
yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur tengah.
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab
Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau umroh
yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negatif,
sepanjang Januari hingga April, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negatif setelah
dilakukan pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR).
C. ETIOLOGI
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang
disebut MERS-CoV atau novel coronavirus.
D. PATOFISIOLOGI
Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus, menginfeksi
dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta dapat berkembang
biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewan-hewan tersebut memiliki RNA
yang dapat memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di
dunia sampai dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab
MERS memiliki hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya
adalah virus SARS berkembang biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan antibody di
dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus mengaktifkan antibody pada hewan
reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MERS Coronavirus memiliki jalur
transmisi dari animals to animals, man to man, dan animals to man.
Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular antar
manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.
Jadi dideteksi kemungkinan penularannya dapat melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
E. KLASIFIKASI
a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum mulainya gejala. DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi
lainnya.
Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi lain.
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit
dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien dengan
gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas )
c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan
( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat
kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV
yang sedang sakit.
2. Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim
paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan
konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes
yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai
riwayat berikut :
a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik
b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah
dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community Acquired
Pneumonia)
c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa
specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERSCoV tidak meyakinkan.
3. Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.
F. TANDA DAN GEJALA
Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur tengah 14 hari
sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran pneumonia. Hasil
Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi, sampai gambaran ARDS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan
laboratorium dengan sediaan :
1. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab tenggorokan )
2. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan
bronchoalveolar)
Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah :
-
Kultur mikroorganisme
Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza,
Rhinoviruses, Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus. Untuk
pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse
Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia
dewasa yang tidak hamil dan SpO2 92-95% pada pasien hamil.
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat
yang merawat pasien ISPA berat/SARI .
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu
tersebut ke tempat sampah
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman
atau penggunaan alat makan dan minum bersama
BAB III
KESIMPULAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya
atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir, contohnya MERS. MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan
oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai
dari ringan hingga berat. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Saudi
Arabia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed. 29. Jakarta: EGC, 2002
2. E. Jewetz. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16 Jakarta: EGC, 2004
3. Guyton Arthur C, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta :
EGC
4. Kemenkes RI., 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapai Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.
5. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto
Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006
6. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_CoV_Update_27_March_
2014.pdf?ua=1