Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

KEDOKTERAN KOMUNITAS
MERS Co-V

Disusun Oleh

Ketua

: Arwan Firmansyah

(1102009042)

Anggota

: Ajeng Febriyanti

(1102010013)

Rindayu Ambarsih

(1102010242)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat


Universitas Yarsi
Periode 02 Februari 2015 07 Maret 2015

BAB I
PENDAHULUAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya
atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, marburgvirus,
lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali
setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya

diphtheria,

cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis,
variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.
Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya,


Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat,
Industrialisasi dan urbanisasi,
Kurangnya pelayanan kesehatan,
Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup),
Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikroba

yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin,


7. Meningkatnya kontak dengan binatang,
8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca,
9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi,
10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)
11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel disease)
Pada tugas kali ini, kami akan membahas mengenai MERS dan Ebola.
I. Alur Pelaporan Kasus
Standar baku surveilence bagi instansi pemerintah dalam bidang kesehatan yaitu:
1. Laporan Kewaspadaan (Dilaporkan dalam waktu 24 jam)
Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita penyakit
yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan
adalah :
a. Orang tua penderita atau tersangka penderita/orang dewasa yang tinggal serumah
dengan penderita tau tersangka penderita/ kepala keluarga/ ketua RT/ RW/ Kepala
dukuh
b. Dokter, petugas kesehatan yang mnemerikasa penderita/dokter hewan yang memeriksa
hewan tersangka penderita

c. Kepala Stasiun kereta api, kepala Terminal kendaraan bermotor, kepala asrama, kepala
sekolah,/ pimpinan perusahaan, kepala unit kesehatan pemerintah atau swasta
d. Nahkoda kendaraan air dan udara
Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Kepala Lurah atau Kepala Desa dan atau
Unit Kesehatn terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita
atau tersangka penderita/ baik dengan cara lisan, maupun tertulis. Kemudian laporan
kewaspadaan tersebut harus diteruskan kepada laporan kepala Puskesmas setempat.
Isi laporan kewaspadaan tersebut adalah :
Nama penderita hidup atau telah meninggal
Golongan umur
Tempat dan alamat kejadian
Waktu kejadian
Jumlah yang sakit dan meninggal
ALUR LAPORAN KEWASPADAAN
Rumah Sakit,
Instansi lain (Stasiun,
Perush)

Dinas
Kesehatan
PUSKESMAS

Puskesmas
pembantu/bidan
desa
Alur laporan
Penyelidikan
dan
penanggulanga
n Penyelidikan
Bantuan

Penyelidikan
epidemiologi dan
penanggulananga
n

Camat

Desa/kelurahan

Dusun/RT/RW

Masyarakat

dan penanggulangan

2. Laporan Dilaporkan Dalam Waktu 1 x 24 jam


Merupakan salah satu laporan kewaspadaan yang dibuat oleh unit kesehatan, segera
setelah mengetahui adanya penyakit tertentu/keracunan makanan. Laporan ini digunakan
untuk melaporkan wabah, sebagai laporan peringatan dini kepada pihak-pihak yang
menerijma laporan akan adanya penyakit tertentu di suatu wilayah tertentu. Laporan ini
harus memperhatikan asas dini, cepat, dapat dipercaya dan bertanggung jawab yang dapat
dilakukan dengan lisan atau tertulis

Laporan wabah ini harus diikuti dengan laporan Hasil Penyidikan dan Rencana
Penanggulangannya.
Unit kesehatan yang membuat laporan adalah Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Propoinsi, dengan berpedoman pada format Laporan. Formulir
Laporan adalah sama untuk Puskesmas, Kab/Kota dan Propinsi, dengan Kode berbeda.
Berisi nama daerah (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan nama puskesmas), jumlah
penderita dan meninggal pada saat laporan, nama penyakit, dan langkah-langkah yang
sedang dilakukan. Satu formulir berlaku untuk 1 jenis penyakit saja.
ALUR LAPORAN
Menteri Kesehatan (Dirjen
PPM&PL)

Gubernur

Dinas
Kesehatan
Propinsi

Bupati/waliko
ta

Dinas
Kesehatan
kab/kota

Camat

Rumah sakit
Puskesmas

Laporan di Puskesmas:
Laporan Puskesmas dibuat oleh Puskesmas kepada camat dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Laporan di Rumah Sakit :
Laporan adanya penyakit di RS dibuat oleh Rumah sakit dikirim ke Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Laporan di Kabupaten/Kota:
Laporan Kabupaten/Kota dibuat oleh dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kepada
Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi.
Laporan di Propinsi :

Laporan Propinsi dibuat oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Gubernur dan
Departemen Kesehatan, ub. Direktorat Jenderal yang menangani Penyakit (Dirjen
PPM&PL)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
A. DEFINISI

MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang
menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat.
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus (viral
respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di egat egati. Penyakit
tersebut disebabkan oleh coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang
terinfeksi MERS-CoV berlanjut menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute
respiratory illness). Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang
terinfeksi virus tersebut meninggal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang terinfeksi
MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.

Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan
orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak
menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder.
Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain yang terinfeksi
virus tersebut.

Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait,
Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE). Selain itu, negara lain yang

terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom, Tunisia, Afrika Utara
yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur tengah.

Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab
Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau umroh
yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negatif,
sepanjang Januari hingga April, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negatif setelah
dilakukan pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR).
C. ETIOLOGI
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang
disebut MERS-CoV atau novel coronavirus.
D. PATOFISIOLOGI
Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus, menginfeksi
dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta dapat berkembang
biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewan-hewan tersebut memiliki RNA
yang dapat memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di
dunia sampai dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab
MERS memiliki hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya
adalah virus SARS berkembang biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan antibody di
dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus mengaktifkan antibody pada hewan
reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MERS Coronavirus memiliki jalur
transmisi dari animals to animals, man to man, dan animals to man.
Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular antar

manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.
Jadi dideteksi kemungkinan penularannya dapat melalui :

Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

E. KLASIFIKASI

1. Kasus Penyelidikan ( Suspek )


Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan pneumonia atau
dengan ARDS atau pada pasien Immunocompromised mempunyai gejala dan tanda
yang tidak jelas, disertai SALAH SATU tanda berikut :

a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum mulainya gejala. DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi
lainnya.

Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi lain.

Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan kesehatan


yang merawat pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien yang
memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.

b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit
dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien dengan
gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas )
c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan
( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat

kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV
yang sedang sakit.
2. Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim
paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan
konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes
yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai
riwayat berikut :
a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik
b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah
dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community Acquired
Pneumonia)
c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa
specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERSCoV tidak meyakinkan.
3. Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.
F. TANDA DAN GEJALA
Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur tengah 14 hari
sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran pneumonia. Hasil
Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi, sampai gambaran ARDS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan
laboratorium dengan sediaan :
1. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab tenggorokan )
2. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan
bronchoalveolar)
Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah :
-

Kultur mikroorganisme

Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza,
Rhinoviruses, Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus. Untuk
pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse

transcriptase polymerase chain reaction ( RT-PCR )


H. PENATALAKSANAAN
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI

Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia

( SpO2 <90%) atau syok.


Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 90% pada orang

dewasa yang tidak hamil dan SpO2 92-95% pada pasien hamil.
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat
yang merawat pasien ISPA berat/SARI .

Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia


Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat
diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian
disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
I. PENCEGAHAN
Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum ada,
dan pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi pasien. Pasien hanya
ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder,
dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien perlahan lahan akan mengalahkan virus
tersebut. Pencegahan dengan cara pola hidup bersih dan sehat, menghindari kontak erat
dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci
tangan menggunakan sabun dan menerapkan etika batuk (menutup mulut) ketika sakit.
Himbauan Bagi Yang Hendak Berpergian ke Negara Negara Arab
Kita tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara negara Arabia Peninsula dan
sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang
kesehatan kepada negara negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal yang perlu
diantisipasi oleh masyarakat yang akan berpergian ke negara negara tersebut, yaitu jika
terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk
atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, maka sangat disarankan
untuk segera periksa ke dokter.
Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan
beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:

Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu
tersebut ke tempat sampah

Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci

Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman
atau penggunaan alat makan dan minum bersama

Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering


disentuh.

UPAYA INSTALASI KESEHATAN TERKAIT DENGAN PENANGGULANGAN


PENYAKIT MERS
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL) telah berupaya untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit MERS dengan secepat dan sebaik mungkin. Usahausaha yang telah dilakukan kemenkes untuk kesiapsiagaan MERS-CoV adalah,
1. Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk Negara (point of entry).
2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.
3. Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan menghadapi MERSCoV, sudah dilakukan sebanyak tiga kali.
4. Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang
kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS-CoV.
5. Menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penganggulangan
MERS-CoV, yang terdiri dari :
a. Pedoman umum MERS-CoV
b. Tatalaksana klinis
c. Pencegahan Infeksi
d. Surveilans di masyarakat umum dan di pintu masuk Negara
e. Diagnostic dan laboratorium
6. Semua petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penganggulangan
MERS-CoV.
7. Menyiapkan Pelayanan kesehatan hari di 15 embarkasi/debarkasi (KKP).
8. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostic.
9. Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta
petugas haji Indonesia.
10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI, Kemenhub,
Kemenag, Kemenlu dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV.
11. Melakukan koordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
12. Meningkatkan hubungan international melalui WHO dll.

BAB III
KESIMPULAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya
atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir, contohnya MERS. MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan
oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai
dari ringan hingga berat. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Saudi
Arabia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed. 29. Jakarta: EGC, 2002
2. E. Jewetz. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16 Jakarta: EGC, 2004
3. Guyton Arthur C, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta :
EGC
4. Kemenkes RI., 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapai Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.
5. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto
Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006
6. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_CoV_Update_27_March_
2014.pdf?ua=1

Anda mungkin juga menyukai