Anda di halaman 1dari 4

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

Analisis Nilai Indeks Bias Lensa Cembung dengan


Menggunakan Spherometer
Aloysius Niko, Faridawati, M.Si, Sudarsono, M.Si
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
AbstrakTelah dilakukan percobaanIndonesia
yang berjudul
Lensa adalah benda bening (tembus cahaya)
Analisis Nilai Indeks Bias Lensa Cembung dengan yang dibatasi dua bidang lengkung atau satu bidang
Menggunakan Spherometer. Percobaan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan indeks bias lensa. Alat lengkung dan satu bidang datar. Dari definisi tersebut
dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 3 dikenal lensa cembung dan lensa cekung. Seperti gambar
buah lensa, penggaris, dan selembar kertas. Langkah 1 dibawah ini.
kerjanya sebagai berikut. Pertama, Spherometer
diletakkan diatas lensa, kemudian ketiga kaki diatur
sedemikian hingga spherometer dapat berdiri tegak diatas
lensa, setelah spherometer dapat berdiri tegak, dibaca
angka yang ditunjukkan oleh skala utama dan nonius dan
didapatkan nilai s. Kemudian, spherometer diangkat dan
diletakkan diatas kertas dan ditekan, agar menghasilkan
pola titik dari ketiga kaki spherometer. Lalu diukur jarak
antar titik dengan menggunakan penggaris. Jarak antar
titik tersebut biasa disimbolkan dengan r. Dilakukan
langkah kerja yang sama untuk lensa 2 dan 3. Setelah
didapatkan data-data s untuk bagian atas dan bawah
lensa, lalu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
nilai R Selanjutnya dihitung nilai fokus lensa dan setelah
didapatkan nilai fokusnya, nilai indeks bias lensa dapat
dihitung. Dar hasil perhiungan, didapatkan bahwa indeks
bias untuk lensa 1 = 1,02936 ; indeks bias lensa 2 = 1,01492
; dan indeks bias lensa 3 = 1,01304.
Kata KunciIndeks bias, lensa, spherometer

I.

PENDAHULUAN

alam kehidupan sehari-hari kita sering


menemui
benda-benda
yang
menggunakan lensa, mulai dari kacamata,
kaca spion, lup, mikroskop, teropong dll.
Benda-benda tersebut menggunakan lensa yang berbeda,
seperti lensa cembung-cekung, cekung-cekung dll. Pada,
lensa apabila terdapat seberkas cahaya sejajar dari benda
yang letaknya jauh pada lensa tipis, letak bayangannya
di suatu titik f (titik fokus) dan jarak dari lensa ke titik f
disebut jarak fokus lensa. Setiap lensa ini tentu memiliki
indeks bias bahannya. Dan salah satu metode
menentukan nilai indeks biasanya adalah dengan
menggunakan alat ukur spherometer

Gambar 1.1 (lensa tipis)

Titik fokus lensa


Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa
yang dinamakan titik fokus pertama (F1) dan titik fokus
kedua (F2). Titik fokus pertama merupakan titik benda
pada sumbu utama yang bayangannya berada di tempat
yang sangat jauh (tak hingga), sedangkan titik fokus
kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama dari
benda yang letaknya sangat jauh (tak hingga) seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.

F1

f1

F2

f2
Gambar 1.2. Fokus lensa positif

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

f = jarak fokus
Pada lensa negatif, bayangan lensa negatif sebagai benda
oleh lensa positif. Sehingga s(-) = x dan s(+) = x +d.
Sehingga dari rumus lensa positif berlaku,
f1

f2
(2)

Gambar 1,3. Fokus lensa negatif

a. Lensa positif (lensa cembung)


Lensa cembung (konveks) memiliki bagian
tengah yang lebih tebal dari pada bagian tepinya,
sehingga sinar-sinar biasnya bersifat mengumpul.
Lensa ini disebut juga lensa konvergen.
Titik <fokus F1 untuk lensa cembung diperoleh
dari perpotongan langsung sinar-sinar bias, sehingga
<focus F1 adalah <focus nyata dan lensa cembung
disebut lensa positif.
Bayangan yang terbentuk dari sumber cahaya
yang melewati lensa positif dapat ditangkap oleh layar.
Hal ini membuktikan bahwa lensa positif bersifat
mengumpulkan cahaya, sehingga bayangan yang
terbentuk adalah nyata (dapat ditangkap oleh layar).
b. lensa negatif (lensa cekung)
Lensa cekung (konkaf) memiliki bagian tengah
yang lebih tipis dari pada bagian tepinya, sehingga
sinar-sinar biasnya bersifat menghamburkan. Lensa ini
disebut juga lensa divergen
Titik <focus F1 untuk lensa cekung diperoleh dari
perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga
<focus F1 adalah <focus maya dan lensa cekung
disebut lensa negatif.
Pada lensa negatif bersifat menghamburkan cahaya
dan bayangan yang terbentuk adalah maya (tidak
dapat ditangkap oleh layar), sehingga dibutuhkan
bantuan lensa positif untuk mendapatkan bayangan
dari lensa negatif agar dapat ditangkap oleh layar.
Bayangan pada lensa negatif dianggap sebagai objek
pada lensa positif.
Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan dan
jarak fokus adalah sbb :
(1)
Keterangan :
S = jarak benda
S= jarak bayangan

Dari persamaan di atas, dapat diperoleh nilai dari s(-),


kemudian, dengan persamaan berikut dapat ditentukan
jarak fokus lensa negatif yaitu,

(3)
Spherometer adalah salah satu alat ukur panjang yang
mempunyai 4 buah kaki yaitu 3 buah kaki tetap dan 1
kaki lainnya yang dapat bergerak naik/turun yang
terletak ditengah-tengah ketiga kaki tetap. Spherometer
memiliki tingkat ketelitin yang lebih tinggi daripada
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketelitian
spherometer yaitu 0,001 mm.
Bagian-bagian spherometer:
1. Keping skala tegak
2. Keping skala datar
3. Tiga kaki tetap
4. Pemutar keping skala datar
5. Ujung kaki bergerak

Gambar 1. Spherometer

Spherometer digunakan untuk mengukur jari-jari


(radius) dari permukaan suatu lensa dan ketebalan suatu
lempeng atau plat tipis.
Secara umum spherometer terdiri dari:
1. Meja berkaki tiga (biasanya terbuat dari logam). Jika

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

dihubungkan dengan garis, maka ketiga kaki tersebut


membentuk akan membentuk suatu segitiga sama sisi.
2. Sekrup adalah bagian dari spherometer yang terletak
pada lubang ditengah-tengah meja kecil berkaki tiga.
3. Pangkal sekrup adalah ujung sekrup yang melekat di
meja
4. Pemutar sekrup adalah bagian yang digunakan untuk
memutar
5. Piringan spherometer yang memiliki 100 skala,
berbentuk lingkaran, dan melekat pada sekrup. Satu
putaran piringan menyebabkannya naik atau turun 1 mm.
6. Skala utama (dalam mm) berupa batang yang letaknya
sejajar dengan sekrup. Skala ini sebagai indeks untuk
membaca skala pada piringan spherometer dan juga
untuk menandai banyaknya putaran penuh sekrup.
Spherometer memiliki dua jenis skala, yaitu skala
utama dan skala pada piringan spherometer (skala
geser). Pembacaan hasil ukur pada sperometer, yaitu
dengan melihat skala yang saling berhimpit (skala utama
berhimpit dengan skala pada piringan spherometer).
Berikut merupakan prosedur pengukuran dengan
spherometer
:
Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu
Lensa
Untuk mengukur radius permukaan suatu lensa,
spherometer ditempatkan di atas suatu tempat yang tepat
(rata) permukaannya. Setelah itu, lensa yang akan diukur
radiusnya dijepit dengan ketiga kaki spherometer.
Selanjutnya, putar sekrup sampai menyentuh permukaan
lensa tersebut. Amati skala utama yang berhimpit dengan
skala pada piringan spherometer (sebagai h), dan
mengukur jarak antar kaki spherometer (sebagai a).
Cara membaca dan menuliskan hasil pengukuran :
Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu
Lensa.
Untuk cara pembacaan, skala utama (dalam mm)
berhimpit dengan skala pada piringan spherometer
(sebagai h). Skala pada piringan spherometer dikalikan
ketelitian spherometer (0,01 mm). Sedangkan jarak antar
kaki spherometer (sebagai a). Setelah hasil pembacaan
skala tersebut dimasukkan ke dalam suatu persamaan R,
didapatlah hasil pengukuran jari-jari (radius) permukaan
lensa.
II. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Pada percobaan spherometer ini digunakan alat dan
bahan berupa tiga buah lensa, satu buah spherometer,
penggaris,
kertas.Adapun
bagian-bagian
dari
spherometer seperti ditunjukkan oleh gambar 2.1 di
bawah ini :

Gambar 2.1. Lensa dan spherometer

Cara kerjanya sebagai berikut. Pada gambar 2.1, spin


meter digunakan untuk mengatur naik turunnya kaki
tengah pada spherometer. Spin meter diputar hingga
spherometer dapat berdiri tegak diatas lensa. Kemudian
terdapat skala utama yang terletak vertikal dan skala
putar yang terletak tepat dibawah spinmeter.
B. Langkah Kerja
Percobaan spherometer ini dilakukan untuk
mengetahui indeks bias dari lensa 1, 2, dan 3. Adapun
langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut. Pertama-tama, disiapkan alat dan
bahan seperti yaitu 3 buah lensa, 1 sperometer dan
sebuah kertas. Setelah itu, spherometer diletakkan di atas
kertas dan ditekan hingga membentuk pola titik-titik
ujung kaki spherometer, kemudian dicari jarak terjauh
antar kakinya.
Kemudian, spherometer diletakkan diatas permukaan
lensa bagian atas. Selanjutnya diputar spinmeter untuk
mengatur kaki tengah spherometer agar spherometer
dapat berdiri tegak diatas permukaan lensa bagian atas.
Lalu, dibaca angka yang ditunjukkan pada skala utama
dan skala putar dan dicatat hasilnya sebagai S.. Langkah
selanjutnya, jarak antar titik tersebut diukur dengan
menggunakan penggaris (diambil 2 titik dengan jarak
terjauh) dan dicatat hasilnya. Selanjutnya, dilakukan cara
kerja yang sama untuk bagian bawah lensa dan untuk
lensa semua lensa bagian atas dan bawah.
III. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan data S yang
diperoleh dari hasil pembacaan skala utama dan skala
putar pada spherometer saat ketiga kaki spherometer
telah berdiri tegak di permukaan lensa. Untuk cara
pembacaan, skala utama (dalam mm) berhimpit dengan
skala pada piringan spherometer (sebagai S). Skala pada
piringan spherometer dikalikan ketelitian spherometer
(0,01 mm). Sedangkan jarak antar kaki spherometer
(sebagai r). Setelah hasil pembacaan skala tersebut
dimasukkan ke dalam suatu persamaan R, didapatlah
hasil pengukuran jari-jari (radius) permukaan lensa.
Persamaan untuk mendapatkan nilai R lensa adalah :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

r 12+ s 12
2
R1 =
2 S1

(3)

Setelah didapatkan nilai R, kemudian dihitung nilai


indeks bias lensa dengan menggunakan persamaan :

1
1 1
=( n1 )

f
R1 R 2

(4)

Data hasil perhitungan secara lengkap disajikan dalam


tabel berikut ini :
Tabel 1. Data Hasil Percobaan Spherometer
Lensa

S1 (mm)

S2 (mm)

1,5

1,5

0,5

Atas

S1

Bawah

2,25

2,25

0,25

Berdasarkan percobaan spherometer yang telah


dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai indeks bias
suatu lensa dapat dicari melalui percobaan spherometer
dan kemudian diproses dengan menggunakan
perhitungan. Indeks bias yang didapatkan pada lensa 1
yaitu 1,029 ; indeks bias lensa 2 yaitu 1,0149 ; dan
indeks bias lensa 3 yaitu 1,01304.
UCAPAN TERIMA KASIH

R1

R2

0,00324
9
0,00016
9

8,9646
1
8,1354
1
4,0132
8

0,9025

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Indeks Bias Lensa


Lensa

Jarak
Fokus (m)

Indeks
Bias (n)

0,04831

1,02936

0,09664

1,01492

0,20008

1,01304

perhitungan, hasil jari jari kelengkungan dapat dilihat


pada table 2. Dan selanjutnya pada table 3 dapat dilihat
nilai jarak focus lensa dan indeks biasnya.
Secara fisis, indeks bias berperan penting dalam optika
sterutama lensa. Indes bias menentukan keakuratan objek
untuk difokuskan. Semakin baik nilai indeks bias maka
pemfokusan objek semakin baik untuk dianalisis. Indeks
bias sendiri merupakan perbandingan kecepatan cahaya
di udara dan medium. Jadi, bila indeks bias kaca terlalu
besar maka objek akan sampai di focus lensa lebih lama.
Dalam hal percobaan ini yang digunakan adalah lensa
postif/ cembung.
IV. KESIMPULAN

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Jari-Jari Lensa


Lens
a

Dari table 1, dapat dilihat bahwa nilai S1 dan S2


berbeda. Artinya kedua lensa memiliki ketebalan dan
indeks bias yang berbeda Kemudian stelah dilakukan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu


Faridawati, M.Si dan Bapak Sudarsono M.Si selaku
dosen pengampu untuk mata kuliah optika modern
sekaligus menjadi pembimbing saat praktikum
spherometer dilaksanakan di lab optika dan elektronika.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanteman kelompok yang telah bekerja sama dan
berkoordinasi dengan baik sehingga praktikum dan
penyusunan laporan dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2010). Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
[2] Nailul Affida.2013. Lensa
[3] Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2004). Physics for Scientists and
Engineers 6th Edition. California: Thomson Brooks.
[4]http://mustofaabihamid.blogspot.com/2011/04/spherometer.html. Diakses
pada 19 Mei 2015 pukul 08.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai