PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam bentuk
unsur, arsenik sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika dalam bentuk senyawa
oksidanya, arsen dioksida (As2O3), unsur ini bersifat racun. Senyawa arsen oksida berbentuk
serbuk putih yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama diminum.
Pada tanggal 5 Mei 1821, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte meninggal dunia di
Santa Helena. Napoleon diasingkan ke Santa Helena setelah kekalahannya dalam peperangan
melawan pasukan Inggris di Waterloo. Pada mulanya, kematian Napoleon diyakini akibat
kanker lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. Namun, anggapan itu kemudian
berubah ketika pada sekitar tahun 1960, seorang dokter gigi dari Swedia menyatakan bahwa
Napoleon meninggal karena terkena racun arsenik.
Pada tahun 1832, James Marsh menemukan cara mendeteksi adanya arsenik dalam
suatu sampel. Untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamakan Uji
Marsh.
Pada sekitar tahun 1960-an, Hamilton Smith mempublikasikan cara baru mendeteksi
arsenik dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron activation analysis (NAA).
Penemuan yang dimuat dalam Journal Analytical Chemistry itu merupakan awal
terungkapnya kematian Napoleon. Bekerja sama dengan Sten Forshufvud, seorang dokter
gigi dari Swedia yang telah lama menyelidiki kematian Napoleon, Smith menganalisis
sampel rambut Napoleon. Hasilnya mencengangkan dunia karena hasil analisis menunjukkan
bahwa dalam sampel rambut Napoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas normal.
NAA ditemukan pada tahun 1936 ketika Hevesy dan Levi menemukan bahwa sampel yang
mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioaktif setelah terkena sinar neutron. NAA
mengukur karakter sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop pada sampel melalui iradiasi
termal. Setelah iradiasi dan peluruhan radioaktif, spektrum sinar gamma dideteksi. Setiap
unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis unsur
dalam sample beserta kadarnya.
Beberapa tempat dibumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
menembus ke air tanah, WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar
50 ppb (bagian per miliar). Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen adalah daerah
aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik.
Diperkirakan sekitar 57 juta orang meminum air tanah yang terkontaminasi arsen berlebih,
sehingga berpotensi meracun. Arsenik dalam air tanah bersifat alami, dan dilepaskan dari
sedimen kedalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan dibawah permukaan
tanah. Banyak negara lain di Asia, seperti Vietnam, Kamboja, Indonesia, dan Tibet, diduga
memiliki lingkungan geologi yang serupa dan kondusif untuk menghasilkan air tanah yang
mengandung arsenik dalam kadar yang tinggi. Pada sekitar abad ke 20, di Bangladesh terjadi
epidemik keracunan massal disebabkan oleh arsenik, ini merupakan keracunan massal
terburuk dalam sejarah dan mungkin musibah lingkungan terparah dalam sejarah.
Keracunan arsen di Indonesia tidaklah sering terjadi dibanding negara asia lainnya.
Kasus keracunan arsen yang ditemukan di Indonesia salah satunya adalah kasus Munir. Di
dalam lambungnya ditemukan racun arsenik anorgnik. Ciri khas sifat racun anorganik adalah
bentuknya hablur, sukar larut dalam air, dosis toksis 100 mg, dan dosis letal 2000 mg. Contoh
arsen anorganik adalah racun antirayap dan racun tikus. Keracunan arsenik pada kasus Munir
adalah keracunan arsenik akut, ditemukan 460 mg/liter konsentrasi cairan didalam lambung
Munir dan 82,8 mg/liter adalah arsen. Ini mendekati nilai fatal bila masuk ketubuh manusia.
Gejala akut keracunan arsen adalah mual, muntah, nyeri perut dan diare, sehingga orang
sering mengira penyakit pencernaan biasa. Kasus arsenikosis paling banyak dilaporkan
didaerah Bengal bagian barat lalu di ikuti oleh Bangladesh pada tahun 1980. Pada tahun 1993
barulah ditemukan bahwa arsen telah mencemari hamper seluruh air di daerah tersebut. Pada
tahun 2000, WHO melaporkan bahwa situasi di Bangladesh merupakan kasus keracunan
terbesar yang mencemari populasi sepanjang sejarah, diluar kasus yang terjadi di Bhopaal,
India pada tahun 1984 dan Chernobyl, Ukraina pada tahun 1986. Pada tahun 2006 UNICEF
melaporkan bahwa 4,7 juta ( 55%) dari 8,6 juta jiwa di Bangladesh telah melalukan tes untuk
kadar arsen di dalam tubuhnya, dimana 1,4 juta (30% dari sampel) telah diberi tanda merah,
yang memberikan arti yang cukup bermakna bahwa mereka telah menggunakan air yang
telah terkontaminasi oleh arsen.UNICEF mengestimasikan bahwa 12 juta jiwa di Bangladesh
telah menggunakan air yang telah terkontaminasi arsen, dan angka yang menunjukan tentang
gejala dari keracunan arsen tersebut adalah sebanyak 40 ribu kasus, akan tetapi hal tersebut
masih dapat meningkat hingga ke angka 1 juta.
2
1.2
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan arsen di alam?
2. Bagaimana penggunaan arsen dalam kehidupan manusia?
3. Bagaimana dampak arsen terhadap kesehatan manusia?
4. Bagaimana penanggulangan jika terpapar arsen?
5. Bagaimana tanda-tanda postmortem pada keracunan arsen?
6. Apa saja pemeriksaan toksikologi untuk keracunan arsen?
1.3
Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami membuat referat tentang keracunan arsen ini adalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Arsen
Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki
tiga bentuk : kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai
pestisida, herbisida, dan insektisida. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi
menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa
arsenik juga dapat tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih
dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan
metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
2.2
Klasifikasi Arsen
4
Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai berikut:
1.Arsen Inorganik
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi
inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan dapat terpapar pada
manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen
inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker.
Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen inorganik. Arsen
trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan bentuk arsen inorganik
berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C senyawa arsen trioksida dapat
dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida
mempunyai titik didih 465C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen
trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit
larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut
dalam asam khlorida dan alkalis.
Bentuk arsen in organic ini sifat nya sangat beracun dan paling sering digunakan
karena sifatnya tersebut. Banyak digunakan untuk pembunuhan dimana racun diberikan
dalam dosis besar atau pemberian dosis kecil tapi berulang-ulang supaya dapat menimbulkan
gejala-gejala seperti sakit biasa. Dahulu pembunuhan pada sejumlah manusia dengan racun
tunggal paling banyak menggunakan jenis arsen ini. Namun sekarang sudah jarang
digunakan.
2.Arsen Organik
Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen bentuk organik
yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin
mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari
pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen
sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa
methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan
hasil dari aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic
acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa
ditemukan pada kehidupan laut dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi. Bersifat
kurang toksik apabila dibandingkan dengan bentuk in organic, mungkin disebabkan karena
5
absorbsinya yang lebih lambat. Bila masuk kedalam tubuh, akan terurai secara perlahan-lahan
dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan yang serius.
2.3
Sumber Arsen
Industri dan Pertanian Arsen dalam bentuk Na/K-arsenit terdapat dalam bahan yang
Tanah
Arsen juga terdapat dalam tanah sehingga kita harus berhati-hati dalam penyimpulan
kasus dengan dugaan keracunan Arsen yang telah dikuburkan. Contoh tanah harus
diambil dari tepat di atas dan di bawah peti mati/jenazah dan juga pada tempat yang
jauh dari peti mati/ jenazah tetapi masih di taman pemakaman tersebut, guna
penarikan kesimpulan dari hasil pemerikaan toksikologi.
Air
6
Air minum juga dapat terkontaminasi dengan Arsen dari industri atau sumber arsen
alami sehingga dapat menyebabkan keacunan kronik.
Bir
Arsen mungkin terdapat dalam bir, yaitu berasal dari iron pyrites yang digunakan
pada pembuatan glukosa dalam bir.
Kerang
Arsen terdapat dalam keong, kepiting, kerang, dan ikan. Kerang (Oyster) dapat
mengandung 3.7 ppm Arsen.
Tembakau
Asap tembakau mengandung 8.5 50 ppm Arsen, asap sigaret 3.3 10.5 ug/L dan
asap cerutu 0.2 3.0 ug/L.
Obat-obatan
Arsen dalam obat-obatan umumnya merupakan arsen organik turunan benzena,
misalnya carbarsone (4-ureido benzene arsenate), glycobiarsol. Senyawa organic
asam arsenat digunakan sebagai anti tripanosomiasis, amebisida, anti cacing pada
binatang (filariasis pada kucing), ttichomoniasis, dan moniliasis. Obat-obat ini larut
dalam lemak sehingga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Salvarsan
(arsphenamine=606), dahulu digunakan untuk mengobati sifilis. Asam Cacodylate,
digunakan dalam tonikum.
Lain-lain
Lewisite (klorvinil dikloro-arsin), merupakan gas racun yang digunakan dalam
peperangan.
Umumnya yang digunakan sebagai racun untuk membunuh As 2O3 (Warangan, racun
tikus).
As2O3 terdapat dalam bentuk bubuk berwarna putih atau kristal, jernih, tidak
mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak berwarna sehingga dapat
diberikan tanpa menimbulkan kecurigaan korban. Bentuk bubuk dikenal sebagai arsen putih.
Bentuk kristal lebih mudah larut (daya larut dalam air panas 1:10, dalam air dingin
3:100). Bentuk bubuk lebih sukar larut (dalam air dingin 3:1000). Daya larut dapat diperbesar
dengan adanya asam atau basa.
Dalam bentuk larutan, bentuk kristal akan berubah menjadi bubuk putih, sehingga
pada larutan jenuh kristal tersebut bila didiamkan akan terjadi endapan putih yang cenderung
menempel pada dinding.
Rumus Kimia
As2O3 atau As4O6
As2O5
As2S3
GaAs
AsH3
arsenida
2.4 Farmakokinetik
Absorbsi
Senyawa-senyawa Arsen yang larut dalam air diabsorbsi dari semua selaput lendir dan
secara pemberian parenteral. Absorbsi senyawa Arsen yang sukar larut dalam air misalnya
As2O3 yang sangat tergantung pada kehalusan dari bagian-bagiannya (fineness of
9
subdivision). Saluran pencernaan masih merupakan lingkungan luar, sehingga adanya zat-zat
beracun di dalam saluran pencernaan tidak akan mengakibatkan keracunan, hanya racunracun yang bersifat kanotik atau korosif yang dapat merusak selaput lendir usus, yang
selanjutnya bisa terjadi perforasi, peritonitis, yang akhirnya akan mengakibatkan kematian.
Sebagian dari zat-zat beracun yang masuk melalui pernapasan terabsorbsi melalui selaput
lendir di bagian trakeobronkial, non pharynx, dan oropharynx, serta sebagian dari zat-zat
tersebut tertelan dan masuk ke dalam alat pencernaan.
Distribusi
Setelah zat beracun memasuki plasma darah, baik dengan perantaraan absorbsi
maupun langsung melalui intravena, maka zat tersebut dapat terdistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Kecepatan distribusi ditentukan oleh banyaknya vaskularisasi, mudahnya zat itu
memasuki pembuluh darah kapiler, dan menembus membran sel jaringan, serta adanya
afinitas jaringan terhadap zat tersebut. Penimbunan senyawa arsen terutama di dalam hepar,
ginjal, dinding saluran pencernaan, limpa dan paru-paru. Dalam jumlah kecil terdapat dalam
otot dan jaringan saraf, dan selain itu juga terdapat dalam rambut dan kuku, dimana disini
mulai terdapat dua minggu sesudah pemberian dan dapat tinggal sampai satu tahun.
Ekskresi
Sebagian dari suatu dosis senyawa Arsen trivalent yang diabsorbsi akan diekskresikan
melalui urine, dimulai dalam waktu 2-8 jam. Hal ini dapat bertahan sampai 10 hari untuk
eliminasi dari Arsen secara komplit Setelah pemberian dosis tunggal dan dapat sampai 20
hari pada pemberian berulang.
2.5
Farmakodinamik
Arsen menghambat sistem enzim sulhidril dalam sel sehingga metabolisme sel
dihambat.
R-As = O + 2 H-S-Protein -----> R-As
S-Protein + H-O-H
10
H-S-Protein
Pada keracunan Arsin, terjadi hemolisis sel darah merah, serta efek depresi pada SSP.
Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0,2 ppm. Pada orang dewasa, kadar normal urin
100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg, dan kuku 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0,75
mg-kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar dalam darah normal anak-anak 30 ug/L,
urine 100 ug/24 jam. Takaran fatal As 2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk Arsin adalah
1:20.000 dalam udara.
2.6
Patofisiologi
Arsen dapat bermanfaat bagi tubuh, tapi juga dapat mengganggu metabolisme dalam
tubuh. Arsen mengganggu produksi ATP melalui beberapa mekanisme. Pada tingkat siklus
asam sitrat, arsenik menghambat piruvat dehidrogenase dan bersaing dengan fosfat dalam
proses fosforilasi oksidatif, sehingga menghambat energy, terkait pengurangan NAD+,
menghambat respirasi mitokondria dan sintesis ATP. Produksi hidrogen peroksida juga
meningkat. Gangguan metabolik ini menyebabkan kematian dari sistem organ. Sebuah
pemeriksaan mayat berwarna merah bata mengungkapkan mukosa yang mengalami
perdarahan yang para.
2.7
Gejala klinis
Keracunan arsen berdasar waktu dan dosisnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu
keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan arsen secara akut biasanya terjadi apabila
dosis arsen yang memasuki tubuh dalam jumlah yang besar (dosis sekitar 130-300 mg),
sehingga gejala keracunan akan muncul segera setelah terpapar arsen. Pada keracunan kronis
terjadi apabila seseorang terpapar arsen dalam dosis kecil, namun terjadi dalam jangka waktu
yang lama (minimal sekitar 2-8 minggu). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar
oleh arsen:
1.Mata
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian
perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata.
2.Kulit
Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul
11
seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker
(carcinogenic).
3.Darah
Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu
menurunnya jumlah sel darah perifer).
4.Liver
Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan efek yang
signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma
GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat
dan asites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
5.Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia dan
kerusakan jaringan).
6.Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi
laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan
penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh
karena faktor pembuluh darah portal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer
(varises, penyakit burger).
8.Sistem Reproduksi
Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu
dilahirkan, lazim disebut efek malformasi.
9.Sistem Immunologi
Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan kekebalan,
akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus.
10. Sistem Sel
12
Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga menyebabkan
turunnya energi sel dan sel dapat mati.
11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)
Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut.
13
14
b. Sindrome Gastrointestinal
Sindrome ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsen yang masuk per
oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan
gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan racun. Gejala
yang timbul berupa rasa terbakar pada uluhati, diikuti dengan mual, muntah,
tanesmus, kembung, diare dengan kotoran seperti air cucian beras, yang kadangkadang berdarah. Karena arsen yang telah diabsorbsi dieksrsikan kembali ke gaster,
maka muntah yang terjadi biasanya persisten untuk waktu lama, meskipun arsen
sudah terbuang lewat muntah. Seringkali gejala ini disertai adanya kejang otot yang
nyeri.
Kematian dapat terjadi dengan didahului gejala takikardi, hipotensi, kedutan otot
(muscular twiching) dan kejang-kejang, yang biasanya terjadi dalam 1-2 hari atau
bahkan seminggu atau lebih setelah paparan. Kadang-kadang kematian bisa terjadi
dalam beberapa jam saja, sehingga bentuknya seperti tipe paralitik.
15
meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan
gejala klinis keracunan arsen kronis:
1. Gastrointestinal kronis dengan anoreksia, nausea yang tidak jelas dan diare
intermiten. Selain itu dapat dijumpai pula adanya rasa metal pada mulut,
napas berbau bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang
persisten
2. Jaundice akibat nekrosis sel hati subakut
3. Neuropathi prifer motoris dan sensoris dengan paralisis, parese, anestesi,
parestesi (rasa gatal,geli), dan ambliopia. Otot halus tangan dan kaki
mungkin mengalami paralisis dan sering disertai adanya kelainan tropik
4. Erupsi kulit berupa perubahan eksimatoid, pigmentasi coklat (melanosis)
dengan spotty leucoderm (raindrop hyperpigmentasi) dan keratosis
punktata pada telapak tangan dan kaki, yang tampak mirip seperti kutil
(warts). Keratosis dalam jangka panjang mungkin berubah menjadi
carsinoma sel skuamosa. Carsinoma sel basal superfisial pada daerah yang
unexposed dan karsinoma sel skuamiosa intra epidermal (penyakit Bowen)
dapat juga terjadi pada paaran arsen jangka panjang. Pada kuku dapat
dijumpai adanya stria putih transversal (garis Mees) akibat konsumsi arsen
jangka panjang yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan
kerontokan rambut juga merupakan petunjuk kemungkinan adanya
keracunan arsen kronis. Dermatitis eksfoliatif dapat terjadi pada intoksikasi
kronis arsen organik.
5. Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan
terjadinya kakeksia dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai
dengan leukopenia yang berat (kurang dari 1000/cc) dan eusinofilia relatif.
6. Nefrosis dengan albumineria yang jelas.
17
2.7.3
Arsen (As2O3) memiliki dosis letal 120-200 mg. Dalam dosis sekecil ini (1 kapsul
sedang, 200 mg), sejumlah 1,610 x 10
18
2.8
Tanda-tanda Postmortem
Pada orang yang tidak punya riwayat paparan arsen dapat dijumpai dalam saluran
cerna, yang akan cepat dibersihkan melalui urin dan akan dieliminasi secara sempurna
dalam 1- 2 hari saja.
Pada masa yang lalu ditemukannya arsen dalam jumlah banyak dalam kuku dan
rambut biasanya ditafsirkan sebagai tanda adanya paparan asen dosis tunggal kadar
tinggi 1- 2 minggu sebelumnya atau awal dari suatu serial paparan arsen dosis kecil.
19
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa arsen dapat dideteksi pada ambut dan
kuku dalam jumlah signifikan hanya 30 jam setelah paparan. Pada awalnya diduga
bahwa arsen tersebut berasal dari kontaminasi keringat, karena memang arsen
disekresi melalui keringat dan dapat terikat pada jaringan yang mengandung keratin
jika ia berkontak. Akan tetap, pada penelitian Pearson dan Pounds pada rambut
dengan menggunakan metode NAA menyangkal dugaan tersebut.
Arsen yang terdapat dalam kuku dan rambut tak akan berubah konsentrasinya selama
bertahun-tahun, kecuali jika jaringan tersebut terpapar dengan lingkungan yang
bersifat asam atau basa kuat. Sampai saat ini mash banyak orang yang percaya bahwa
deposit arsen pada rambut mengikuti (secara kasar) kecepatan pertumbuhna rambut,
yaitu seperempat sampai setengah inchi per bulan. Dengan demikian, maka lama dan
paparan arsen pada korban dapat diperkirakan, jika rambut korban cukup panjang
untuk dibagi dalam beberapa bagian dan dianalisis kandungan arsennya. Orang yang
meninggal dalam 6-8 jam setelah menelan arsen dalam jumlah overdosis umumnya
didalam rambutnya tidak menunjukkan adanya arsen.
2.8.1
2.8.2
Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda
kegagalan kardio-respirasi akut.
Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik, tandatanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta nekrosis tubuli.
2.8.3
Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi
coklat (melanosis arsenic), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik). Kuku
memperlihatkan garis-garis putih (Mee lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar
kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
2.9
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut, dan kuku meningkat. Nilai
: 0.5 mg/kg
Curiga keracunan
: 0.75 mg/kg
Keracunan akut
: 30 mg/kg
: sampai 1 mg/kg
Curiga keracunan
: 1 mg/kg
Keracunan akut
: 80 ug/kg
Dalam urin, Arsen dapat ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum, dan dapat
terus ditemukan hingga 10-12 hari.
Pada keracunan kronik, Arsen diekskresikan tidak terus-menerus (intermiten)
tergantung pada intake. Titik-titik basofil pada eritrosit dan leukosit muda mungkin
21
ditemukan pada darah tepi, menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji Koproporfirin urin akan memberikan hasil positif.
Kematian dapat terjadi sebagai akibat malnutrisi dan infeksi.
2.10
Pemeriksaan Toksikologi
2.10.1 Pengambilan bahan pemeriksaan toksikologi
Darah
Darah jantung diambil secara terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri
masing-masing sebanyak 50ml. Darah tepi sebanyak 30-50ml, diambil dari
vena iliaka komunis, bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih
hidup, darah adalah bahan yang terpenting. Ambil 2 contoh darah masingmasing minimal 5ml ; yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain
tanpa pengawet.
Hati
Semua hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan Patologi
Anatomi dengan alasan (1) takaran toksik kebanyakan racun sangat kecil,
hanya beberapa mg/kg sehingga kadar racun dalam tubuh sangat rendah dan
untuk menemukan racun bahan pemeriksaan harus banyak, (2) hati merupakan
tempat detoksifikasi tubuh yang terpenting. Organ ini mempunyai kemampuan
22
Ginjal
Keduanya harus diambil.
Urin
Penting karena merupakan tempat ekskresi sebagian besar racun sehingga
dapat untuk tes pendahuluan (spot test).
Empedu
Sebaiknya kandung empedu jangan dibuka agar cairan empedu tidak mengalir
ke hati dan mengacaukan pemeriksaan.
Rambut.
Pada dugaan keracunan arsen, rambut kepala harus diambil. Rambut-rambut
diikat terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, kemudian
diberi label agar ahli toksikologi dapat mengenali mana yang bagian proksimal
dan mana yang bagian distal. Rambut diambil kira-kira sebanyak 10 gram
tanpa menggunakan bahan pengawet. Sebelum melakukan pemeriksaan, ahli
toksikologi akan menyusun rambut-rambut itu dengan teliti, akar setiap
rambut harus sesuai dengan akar rambut lainnya. Kemudian ikatan rambut
digunting menjadi beberapa bagian, mulai dari bagian proksimal dan setiap
bagian panjangnya 1/2
Kuku
Diambil sebanyak 10 gram, di dalamnya selalu harus terdapat kuku kedua ibu
jari tangan dan kedua ibu jari kaki. Kuku dicabut dan dikirim tanpa diawetkan.
Ahli toksikologi akan membagi masing-masing kuku dalam 3 bagian mulai
dari bagian proksimal. Penentuan juga dilakukan atas masing-masing bagian
kuku. Kadar tertinggi ditemukan dalam 1/3 bagian proksimal , karena
beberapa menit setelah penelanan, sudah terjadi deposisi arsen pada akar kuku.
Kuku tumbuh dengan kecepatan kira-kira 3,2 mm/bulan atauu 0,12 mm/hari.
Bila ditemukan kadar yang tinggi dalam lambung maka akan ditemukan kadar
yang tinggi pada bagian akar rambut dan bagian akar kuku.
tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai
tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.
Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat
identitas korban dengan lengkap dan dugaan racun apa yang menyebabkan
intoksikasi. Semua yang tersebut diatas dikemas dalam suatu kotak dan harus dijaga
agar botol tertutup rapat sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah dalam
pengiriman. Kotak harus diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati
serta diberi pengaman. Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat
berita acara penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman bahan
pemeriksaan , demikian pula berita acara penyegelan barang bukti lain, seperti sisa
racun atau obat. Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas
pembungkus, segel atau materai digunakan. Jika jenazah akan diawetkan maka
pengambilan contoh bahan harus dilakukan sebelum pengawetan jenazah. Tidak
dibenarkan mengambil setelah pengawetan karena formalin yang digunakan untuk
pengawetan jenazah dapat menyulitkan pemeriksaan dan kadangkala akan merusak
racun.
2.10.5 Contoh Pemeriksaan Toksikologik
Uji Reinsch :
Berdasarkan Hukum Deret Volta (sebagian deret Volta adalah : K Na Ca Mg Al Zn
Fe Pb H Cu As Ag Hg Au), unsur yang letaknya di sebelah kanan akan mengendap
bila ada unsur yang letaknya lebih kiri dalam larutan tersebut. Letak As dalam deret
adalah lebih kanan daripada Cu.
10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga berbentuk AsCl3
Celupkan batang tembaga ke dalam larutan, akan terbentuk endapan kelabu sampai
hitam dari As pada permukaan batang tembaga tersebut.
Untuk membedakan dari Ba, digunakan sifat sublimasi As.
Uji Gutzeit : Noda coklat sampai hitam pada kertas saring.
25
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Sampel D
GutzeitSampleKey
A=Blankcontrol
B=Vomitfromwastebasket
C=Bloodsample
D=Stomachcontents
2.11
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan intoksikasi arsen dilakukan dengan beberapa tindakan sbb:
1. Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit), lavase dan/atau laksan dapat
dilakukan untuk dekontaminassi usus, meskipun efektifitanya dipertanyakan.
2. Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat dipertimbangkan jika arsen ditelan
dalam jumlah banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa hipotensi,
kekacauan mental, koma, oliguria dan/atau asidosis laktat. Dimercapol atau BAL
dapat diberikan bersama hemodialisis untuk mencegah kemungkinan redistribusi
arsen.
3. Terapi suportif: Ba;ans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian karena arsen
menyebabkan vasodilatasi. Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian cairan
sebelum menggunakan obat vasopresor. Lakukan EKG dan monitor irama jantung.
Laukan pemantauan fungsi liver dan ginjal secara ketat. Foto ronsen thoraks juga
perlu dilakukan karena pada intoksikasi arsen dapat terjadi komplikasi edema
pulmonal, meskipun jarang, dan dapat pula terjadi gagal napas sekunder akibat
kelemahan otot yang mungkin terjadi beberapa minggu setelah keracunan berat.
4. Antidotum: British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercapol) merupakan
antidotum untuk semua keracunan arsen akut yang serius, kecuali untuk intoksikasi
arsine. Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya paparan
arsen. Pada umumnya dosiss yang diberikan adlah 3-5 mg/kg berat badan (BB),
intramuskular setiap 4 jam selama 2 hari, lalu 3 mg/kg BB. Im setiap 6 jam selama 1
hari, dilanjutkan dengan 3 mg/kg BB, im setiap 12 jam selama 7 hari atau sampai
gejala tidak ada lagi atau kadar arsen dalam urin turun menjadi kurang dari 50 ug/24
jam. Terapi dengan BAL efektif untuk kelainan hematologik pada keracunan kronis
arsen, tetapi tidak efektif untuk mengobati gejala neurologis. Efek samping BAL
meliputi antara lain urtikaria, rasa terbakar pada bibir, mulut dan tenggorokan,
demam, konjungtivitis, sakit kepala, transient leukopeni, dan hipotensi. Penicillamine
merupakan terapi tambahan pada kelainan pencernaan yang serius dan efek
sampingnya lebih ringan dibandingkan BAL. Efek samping serius obat ini (berupa
neuritis optika dan nefrotoksisitas) hanya terjadi jika obat ini digunakan untuk jangka
waktu yang lama. Sensitifitas terhadap penicillamine untuk anak-anak adalah 100
mg/kg BB/hari selama 5 hari, dibagi dalam 4 dosis oral dengan dosis maksimal dosis
27
1 gram perhari. Pada orang dewasa dosis maksimalnya adalah 4 x 500 mg. Obat ini
dapat diulangi dengan dosis yang sam setelah istirahat 5 hari, jika gejala keracunan
muncul kembali daan kadar arsen urin tetap tinggi. Obat ini tidak boleh diberikan
pada pasien yang sensitif terhadap penisilin. Obat lainnya yaitu Dimercaptosuccinic
acid (DMSA) merupakan obat oral dan diduga bermanfaat untuk pengobatan jangka
panjang atau pengobatan alanjut keracunan arsen dan untuk khelasi arsen organik.
Dimercapto propane sulfonate (DMPS) akan memproduksi komplekss yang larut air
dengan arsen, sehingga lebih dari BAL karena menmbus SSP.
28
BAB III
KESIMPULAN
Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki
tiga bentuk alotropik; kuning, itam, dan abu-abu. Bentuk-bentuk arsen yaitu tembaga asetoarsenit, orpiment, arsenious acid (As2O3), Arsin (AsH3). Umumnya yang digunakan sebagai
racun untuk membunuh adalah As2O3 yang terdapat dalam bentuk bubuk berwarna putih
atau krista, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak
berwarna, sehingga dapat diberikan tanpa menimbulkan kecurigaan korban.
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
menembus ke air tanah. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar
50 PPB (bagian per milyar). Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen adalah daerah
aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik.
Arsen dapat masuk ke mulut melalui mulut, inhalasi (pada debu Arsen dan Arsin) dan
melalui kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, Arsen kemudian ditimbun dalam hati,
ginjal, kulit, dan tulang. Pada keracunan kronik, Arsen juga di timbun dalam jaringanjaringan lain, misalnya kuku dan rambut yang banyak mengandung keratin yang mengandung
disulfida.
Eksekresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi
akumulasi dalam tubuh besar (dosis sekitar 130-300 mg), sehingga gejala keracunanya akan
mucul segera setelah terpapar arsen. Pada keracunan kronis terjadi apabila seseorang terpapar
arsen dalam dosis yang kecil, namun terjadi dalam jangka waktu yang lama (minimal sekitar
2-8 minggu).
Tanda-tanda postmortem pada keracunan arsen akut, pada pemeriksaan luar
ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi
lambung, mukosa berwarna merah, kadang kadang dengan perdarahan (fflea bitten
appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa
dengan akibat partikel-partikel Arsen dapat tertahan. Orpimen terlihat sebagai partikelpartikel Arsen berwarna kuning sedangkan AS2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih.
Sedangkan pada keracunan arsen kronik, ditemukan pada pemeriksaan luar tampak keadaan
29
gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), keratosis telapak tangan
dan kaki (keratosis arsenika). Kuku memperlihatkan garis-garis putih (mee's line) pada
bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku. Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
Untuk pemeriksaan toksikologiknya, pada korban meninggal perlu diambil semua
organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan tulang, sedangkan bahanbahan yang perlu diambil pada korban hidup adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung,
darah, rambut dan kuku.
30
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen
Diakses tanggal 28 April 2012
5.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenik
Diakses tanggal 28 April 2012
6.
7.
8.
9.
31
10.
32