Anda di halaman 1dari 2

PETANI TANJUNG HURIP MENJERIT DALAM KESULITAN

BERCOCOK TANAM

Desa Tanjung Hurip merupakan lahan hutan pinus yang terletak di daerah Singaparna.
Kawasan ini menjadi sengketa dari suatu organisasi yang biasa disebut dengan SPP (Serikat
Petani Pasundan). Sejarah singkat para petani ini berawal dari tanah pemerintah yang disengketa
oleh SPP karena diberikan kepada warga sekitar. Tanah ini diberikan kepada setiap kepala
keluarga dengan tujuan agar semua warga dapat hidup makmur dan sejahtera.
Tapi itu bukanlah sebuah akhir yang bahagia untuk para petani disini, karena mereka
masih harus bisa mempertahankan tanah sengketa dari pemerintah. Bukan hanya masalah tanah
saja yang menjadi kesulitan disini. Tapi mereka pun masih dihadapi kesulitan dalam masalah
permodalan. Sekali lagi keuangan menjadi salah satu permasalahan yang selalu menjadi masalah
utamanya. Dengan modal yang kecil membuat para petani di desa Tanjung hurip terpaksa
meminjam kepada para tengkulak.
Alasan permodalan inilah yang menguntungkan bagi para tengkulak, karena disini
merekalah yang mengatur akan semua harga. Baik itu dalam hal menaikkan atau menurunkan
harga dagang dari petani. Sekali lagi para petani hanya bisa mengalah dengan ilmu pengetahuan
mereka yang minim. Mereka pun masih disulitkan oleh bagaimana cara bercocok tanam karena
ilmu yang mereka miliki hanyalah berasal dari turun temurun. Tidak hanya sampai disitu
kesulitan yang mereka alami. Tidak sampainya para penyuluh pun membuat mereka harus terus
bereksperimen dalam bercocok tanam. Kegagalan sering kali kerap mereka alami.

Ketidak tahuan kadar asam PH tanah membuat mereka sering kali gagal dalam bercocok
tanam. Bantuan dana pemerintah hanya habis dalam perjalanan akibat jarak yang terlalu jauh.
Bantuan traktor yang tidak sampai langsung kepada para petani membuat mereka harus
menebusnya terlebih dahulu. Obat-obat hama yang berasal dari pemerintah pun hanya semakin
menimbulkan banyak hama tikus yang berkeliaran. Tidak hanya sampai disitu jeritan yang ingin
mereka ungkapkan. Dengan adanya hutan pinus yang hadir disekitar mereka membuat mereka
kesulitan air karena pohon pinus tidak menyerap air tapi hanya menghabiskan begitu banyak air.
Hewan-hewan yang hidup dalam lindungan hutan pinus pun sangat mengganggu dalam bercocok
tanam. Kehadiran monyet dan bagong (sebutan babi liar) merusak perkebunan mereka. Hewanhewan itu tidak hanya memakannya, namun mereka juga mencabut dan merusaknya.

Anda mungkin juga menyukai